DI SULAWESI BARAT
DAN
DI SULAWESI SELATAN
S/D
AKHIR DESEMBER 2011
Oleh :
Subandi 085242458942
Subandi_me@yahoo.co.id
KONSEP
A.
Latar Belakang
Bersamaan dengan musim hujan saat ini, artikel yg berkaitan dengan Banjir sangat
tepat untuk dibahas sekaligus mencari akar permasalahannya agar bisa dipahami oleh
semua orang sekalipun mereka tidak mengenal teori perbanjiran yang meliputi teori
hidrologi, teori perhitungan sedimentasi, teori perhitungan banjir rencana, termasuk
segudang teori lainnya yang penuh dengan rumus dan perhitungan antara lain:
menghitung dimensi sarana pengendalian banjir yang diperlukan misalnya:
menghitung kapasitas tampung waduk, drainase, dan dimensi sarana pengendalian
banjir lainnya yang tidak dimengerti oleh pembaca yang belum belajar teori
perbanjiran. Diharapkan teori terkait dengan adanya banjir, dapat dipelajari sendiri
melalui buku buku yang sudah beredar ditoko buku terdekat baik yang berbahasa
Indonesia atau yang berbahasa Inggris.
Yang jelas, banjir akan mendatangi kita tanpa harus kita undang. Diperkirakan,
banjir akan datang secara meluas dimana mana pertengahan Januari atau Februari
2012 ditempat yang mereka sukai. Waspadalah. Mengapa kedatangannya bisa
diramal? Karena, dibulan tersebut, banjir selalu terjadi di Sulbar dan Sulsel yang
kejadiannya sudah dipantau dan disusun urut tanggal kejadian. Banjir akan
meninggalkan kita perlahan lahan tanpa harus kita usir, bersamaan dengan habisnya
musim hujan.
Praktisnya, terjadinya banjir ditandai dengan hujan lebat dikarenakan banyak hutan
dan sawah dimanfaatkan untuk menanam batu alias untuk membangun bangunan
peranen (rumah, pabrik, dsb) apalagi bila sarana pengendali banjir ditempat itu
belum memadai dan semua peraturan termasuk peraturan tata ruang tidak digubris.
Hujan tesebut tidak lagi terserap oleh tanah, semuanya mengalir ke tempat yang
rendah antara lain; danau, waduk, situ, polder, saluran, dsb akhirnya mengalir ke
sungai. Apabila sungai tidak bisa lagi menampung hujan termasuk semua alirannya
maka sungai tersebut akan meluap. Luapan sungai inilah yang selalu menimbulkan
Halaman : 1/9
banjir. Banjir biasanya menimbulkan tanah longsor, tanggul jebol, merusak fasilitas
umu antara lain jalan, jembatan, rumah bahkan banjir bisa menelan korban jiwa.
Mengatasi banjir bisa dimulai dengan pelaksanaan yang sangat sederhana misalnya
membersihkan semua saluran yang ada disekitar rumah kita sampai dengan
pelaksanaan yang membutuhkan teknologi dengan dana yang cukup besar antara lain
membuat bendungan, menormalisir sungai, membuat baru dan membersihkan semua
drainasi utama yang sudah ada, mengembangkan konservasi termasuk reboisasi
dengan tanaman anti banjir, mematuhi peraturan tata ruang yang sudah dibuat
pemerintah.
Dengan adanya banjir di Propinsi Sulbar dan Sulsel maka akan menjadi peringatan
bagi kita bahwa banjir masih terus ada, sekaligus bisa dijadikan acuan untuk
memprogram kegiatan pengendalian banjir termasuk pendanaannya.
B.
Sejarah Terbentuknya BBWS Pompengan Jeneberang
Banjir bandang Tahun 1976 dan 1986 yang melanda kota Makassar dan beberapa
Kabupaten yang ada disekitarnya. Banjir menenggelamkan 2/3 kota makassar dan 24
ribu ha sawah di Kab. Gowa, Takalar, Maros, dikarenakan hujan deras sehingga
Sungai Jeneberang dan Sungai Tallo meluap, tanggul S. Jeneberang jebol ditambah
lagi dengan sarana pengendalian banjir belum memadai; misalnya belum
dinormalisirnya Sungai Jeneberang, sungai Pampang, sungai Tallo, belum adanya
drainase utama Jongaya, Panampu, Sinrijala, Pampang dan dainase Perumnas,
belum ada Bendungan Serbaguna Bili Bili, Waduk Tunggu Pampang, Waduk Pantai
(Long Storage), Bendung karet Jeneberang, Konstruksi Jetti di muara Sungai
Jeneberang, belum adanya konstruksi Krib dan Ground Sill dibeberapa lokasi Sungai
Jeneberang. Sebaliknya, pada musim kemarau kota Makassar selalu kekurangan air
bersih karena belum adanya industri pengeloaan air baku Batang Kaluku dan
Transmisi Air Baku dari Bendungan Bili Bili, petani di Kab. Gowa dan Takalar
selalu gagal panen karena belum dikembangkannnya Bendung dan saluran irigasi
Bili Bili, Bissua, Kampili. Roda perekonomian selalu terrganggu. Banyak korban
jiwa dan sarana umum banyak yang rusak.
Proyek Perbaikan dan Pemeliharaan Sungai Provinsi Sulsel yang dikelola oleh Dinas
Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sulsel dananya sangat terbatas (APBN) tidak
mampu mengatasi masalah banjir yang terjadi waktu itu. Oleh karena itu,
dibentuklah badan pengelolaan SDA yang pendanaannya cukup besar (Pinjaman
Luar Negeri). Maka dengan Surat Keputusan Dirjen Pengairan
No. 15
KPTS/A/1986 dan No. 41/KPTS/A/1991, dibentuklah dua proyek yakni:
1. Proyek Pengaturan dan Pemeliharaan Sungai Jeneberang
2. Proyek Pembangunan Bendungan Serbaguna Bili Bili
Selanjutnya, tahun 1992, berdasarkan Surat Keputusan Dirjen Pengairan No.
27/KPTS/A/1992, kedua proyek tersebut diatas disempurnakan lagi menjadi tiga
proyeki yang dikoordinir oleh Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai
Jeneberang (PI PWS Jeneberang). Tiga proyek tersebut adalah:
1. Proyek Pengembangan dan Pengelolaan Sumber Air Jeneberang
2. Proyek Penyediaan Air Baku Jeneberang
3. Proyek Pengendalian Banjir dan Pengamanan Pantai Sulsel
Selanjutnya, tahun 2006, berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
13/PRT/M/2006 tgl 30 Juli 2006 dengan Persetujuan Menpan tgl 28 Juli 2006 No.
B/1616/M.PAN/6/2006, Pengelolaan Sumber Daya Air di Provinsi Sulsel, Sulbar dan
Halaman : 2/9
4.
5.
Tgl. 12 Mei 2010, 12 Juli 2010 dan 31 Januari 2011. Banjir terjadi di Kab
Majene. Diakibatkan hujan deras. Dua kecamatan terendam banjir yaitu:
Kecamatan Banggae Timur tepatnya di Lingkungan Pakkola dan Kompleks
Pasar Sentral., Lingkungan Lipu, Kelurahan Labuang, Kompleks SPBU
Lembang dan Kelurahan Barane. Walaupun hujan hanya tiga jam, air tidak
bisa mengalir lancar karena drainase macet. Banjir Rob terjadi di Kecamatan
Malunda karena air pasang naik tidak seperti biasanya.. Jalur dari Parepare
ke Mamuju waktu itu sempat terhambat. Ketinggian air berkisar 50 cm.
Tidak ada korban jiwa
Tgl. 4 Nov 2010. Banjir di Kab. Mamuju akibat hujan deras sehingga Sungai
Mamasa meluap. Jumlah warga yg yang dievakuasi 215 jiwa dari kota
Mamasa, 27 jiwa dari Dusun Pangkali, 36 jiwa dari Dusun Karangan dan 58
jiwa dari Desa Lambanan, 75 rumah rusak. 1 orang meninggal 2 orang
hilang.
Tgl. 4 Mei 2011, Banjir dan Tanah Longsor di Kab. Luwu Timur, Poros
Malili-Kolaka Utara Lumpuh, Selain longsor, banjir membanjiri Desa
Pongkeru, Desa Labose, dan Desa Pasipasi menyebabkan tujuh warga luka-
Halaman : 3/9
luka karena terseret arus sungai. Ratusan siswa SD Negeri 236 Laoli di Desa
Harapan terpaksa diliburkan. Banjir bandang juga merendam ratusan rumah.
Lokasi terparah akibat longsor berada di kawasan wisata Batu Menggoro.
Sebuah restoran ambles tersapu longsor. Banjir bandang disinyalir akibat
perambahan hutan lindung. Apalagi, di Lampia, Desa Harapan juga ada
aktivitas pertambangan biji besi yang dilakukan investor China sejak 2007.
Sejumlah tokoh masyarakat di wilayah itu meminta pemerintah
menghentikan perambahan hutan dan penambangan pasir (Galian C).
6.
5.
Tgl. 9 Nov 2009, Banjir di kota Palopo karena hujan deras sehingga beberapa
tanah di Kec. Wara Barat Longsor, 14 orang meninggal.
6.
7.
Tgl.11 April 2010 Banjir di Kab. Luwu Utara , 1 jembatan putus 1 orang
hanyut di desa Beringin Kec. Baemunta.
8. Tgl. 24 April 2010 dan Tgl 25 April 2011. Banjir di Kabupaten Pangkep.
Banjir membanjiri Kampung Senggerang, Kelurahan Balleangin, Kecamatan
Balocci, 175 rumah rusak 4 orang meninggal, dua luka serius.
9.
Tgl.11 Juni dan 29 Juli 2010, Banjir di Kabupaten Bone, Wajo, Soppeng,
Palopo karena hujan deras sehingga Sungai Opo dan Sungai Walanae
meluap. 4 desa di Kecamatan Cenrana yakni Naga Uleng, Cenrana, Awang
Cenrana dan Ajang Lasse kebanjiran, menenggelamkan 30 sekolah dan
ribuan rumah, tidak ada korban jiwa.
10. Tgl. 14 Jan 2011, Banjir melanda Kabupaten Barru, Pangkep, Bone.Ratusan
hektar sawah sejumlah rumah terendam banjir. Banjir disebabkan oleh hujan
deras sehingga banyak sungai disekitar daerah itu meluap. Banjir juga
memacetkan jalur trans Sulsel, poros Makassar-Barru di Bungi, Tanete Rilau
lumpuh beberapa jam, Kendaraan menempuh jalur alternatif lewat Desa
Pancana tembus Pekkae, Ketinggian air mencapai 1-2 meter antara lain:
Di Pangkep, terparah di Kelurahan Sapanang, Bungoro, Wilayah lain
adalah Biringere, Pangkajene, Daes Pitue, Ma'rang. Banjir dipicu oleh
meluapnya air dari sungai Tabo-Tabo. Ratusan rumah warga yang berada
di sekitar bantaran Sungai Pangkep dan Bendungan Tabo-Tabo terendam
air.
Di Kabupaten Barru . banjir melanda empat kecamatan Kondisi terparah
di Lapasu, Balusu, BTN Ammaro.
11. Tgl. 14 Jan, 5 Feb, 1 Maret, 5 Des dan 26 Desember 2011. Banjir terjadi
berturut turut di Kawasan Mamminasata. Dikarenakan hujan lebat, banyak
sungai meluap antara lain Sungai Borong, S. Tallo dan beberapa anak sungai
disekitar Makassar. Drainase utama di Makassar yang ada sudah tidak
memadai lagi.
Di Kota Makassar banjir menggenangi beberapa perumahan antara lain:
Perumahan Sudiang Permai, Perumahan Hamzy dan Perumahan
Antara. Genangan air terjadi dimana mana antara lain merendam 90
rumah di kawasan RW 03 Kelurahan Batua, Kecamatan Manggala, dan di
kompleks perumahan Swadaya Mas. lokasi Depan Almarkaz, di Jl Perintis
Kemerdekaan, Jalan Masuk SMP 1 dan SMA 3, Banjir di Daerah
Halaman : 5/9
Tgl. 25 Apr 2011 dan tgl 15 Des 2011. Banjir Bandang di Kab. Pangkep.
Lokasi yang kebanjiran adalah kampung Senggerang Kel. Ballo Angin Kec.
Balocci dan Kec. Segeri. banjir menenggelamkan puluhan hektar tambak
milik warga. 4 orang meninggal, 7 rumah rusak berat.
12.
Tgl 1 Mei 2011, Banjir di Pinrang akibat hujan deras sehingga sungai
Saddang meluap menyebabkan rusaknya 10 rumah di Dusun Cilellang dan 4
rumah di Dusun Babana dan Cilellang. Lokasi kedua dusun tersebut dekat
dengan bantaran Sungai Saddang. Sebagian warga ada yang sudah
direlokasi. Masih ada 40 rumah warga di Cilellang dan puluhan rumah
lainnya di Babana yang terancam ikut terseret jika banjir dengan arus deras
terus terjadi, karena rata-rata rumah warga terbuat dari kayu,
III.
Halaman : 7/9
Bersama Dr. Ir. Thomas Raya Tandisau, MM dan Ir. Haryanto, M.Si., Ir. M.K.
Nizam Lembah, Sp. PSDA dan Agus Hasani, ST membuat Makalah untuk
dipresentasikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan XXVIII HATHI di Ambon
tgl. 29 Okt 2011 dengan judul Peningkatan Pengelolaan Sumber Daya Air di
Wilayah Pantai dan Pesisir Teluk Bone Dengan Keberadaan Bendung Gerak
Tempe dan Jeti Ala Marunda.
Diklat Kementerian Pekerjaan Umum dan Instansi Terkait yang pernah diikuti:
1. Pelatihan Pengoperasian Program Aplikasi GIS dan Data Base Sistem
Informasi Pengendalian Sedimen Bawakaraeng dan Pengelolaan Sumber Daya
Air Mamminasata, di Makassar, 21-25 Juli 2008.
2. Diklat Fungsional Pengankatan Pertama Teknik Pengairan Tingkat Ahli di
Jogjakarta, tgl. 11 23 Juni 2007
3. Pelatihan Pejabat Inti Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu di Makassar, tgl. 19
Juli s/d 8 Agustus 2006
4. Pelatihan Water Induced Disaster Engineering (WIDE) 2004, di Jogjakarta, tgl.
14 s/d 6 Agustus 2006
5. Pelatihan Training of Trainers (TOT) Sosialisator Bidang Pengadaan di
Makasar, tgl. 4 6 April 2006
6. Training of Trainers Quality Assurance Bidang Pengairan, di Makassar, tgl. 6
s/d 10 Mei 2002
7. Diklat On The Job Training Perencanaan Sistem Wilayah Sungai, di Makassar,
tgl. 20 Mei s/d 14 Juni 2002
8. Pelatihan Training of Trainers (TOT) Teknik Lingkungan Sungai, di
Jogjakarta, tgl. 13 s/d 24 November 2000
Halaman : 8/9
9.
Hobi :
Mengamalkan koleksi soft copy apa saja untuk di down Load secara gratis oleh
generasi penerus diseluruh dunia melalui disitus Google atau 4shared dengan
mengetik Subandi1 s/d Subandi4.
Halaman : 9/9