Anda di halaman 1dari 5

LONGSOR DAN BANJIR DI KAB.

SINJAI

PROVINSI SULAWAESI SELATAN

I. PENDAHULUAN

Kabupaten Sinjai adalah salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan.
Wilayah Kabupaten Sinjai sebagian dibatasi oleh pantai pada bagian timur, Kabupaten
Bulukumba di sebelah selatan, Kabupaten Gowa di sebelah barat dan Kabupaten Bone di sebelah
utara. Kota Sinjai terletak pada jarak 223 km dari Kota Makassar.
Dalam pengembangan pembangunan, Kabupaten Sinjai didukung oleh beberapa DAS
yang memiliki potensi debit yang besar dan curah hujan yang tinggi. Diantaranya DAS Tangka
dan DAS Mangottong, membentang dari barat daya ke arah timur dan bermuara di Teluk Bone.
DAS Tangka secara administrasi terletak di tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Gowa dan Bone
pada bagian hulu dan Kabupaten Sinjai pada sebagian besar DAS sampai muara, sedangkan DAS
Mangottong seluruhnya berada di Kabupaten Sinjai. DAS Tangka memiliki luas 486.8 km2
dengan panjang sungai 78,5 km sedangka DAS Mangottong memiliki luas 128 km2 dengan
panjang srmgai 44,53 km . Kedua DAS berhulu di Gunung Lompobanttang, mempunyai
topografi pada bagian hulu DAS yang curam dan pada bagian hilir DAS yang relatif datar dan
dataran rendah (Depresian Storage) yang rawan terhadap banjir.
Salah satu misi Kabupaten Sinjai yaitu mengembangkan peran Kabupaten Sinjai sebagai
salah satu pusat pelayanan dan pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya di Kawasan Timur
Indonesia, untuk dapat mencapaiannya perlu penanganan masalah-masalah yang akan
menghambat terwujudnya misi tersebut, salah satu dari sekian banyak masalah yang dihadapi
dan sangat membawa kerugian baik materil maupun non materil serta menghambat
pengembangan daerah ini adalah permasalahan banjir.
Bancana banjir bandang yang terjadi tanggal 20 Juni 2006 di kota Sinjai dan sekitarnya
mengakibatkan kerugian, korban jiwa dan rusaknya infrastruktur ke- PU-an, bencana ini
disebabkan oleh meluapnya Sungai Tangka yang ada di bagian utara Kota Sinjai dan Sungai
Mangottong yang berada di bagian selatan,mengakibatkan Kota Sinjai tergenang hampir
diseluruh kota yang mencapai ketinggian 3 m dari muka air normal Fenomena banjir yang terjadi
pada Kota Sinjai dan sekitarnya ini disebabkan beberapa faktor diantaranya adalah curah hujan
yang tinggi tercatat tanggal 19 - 20 Juni 2006 di Sta. Rain/all Sinjai 332 mm dan 120 mm,
longsomya tebing sungai di beberapa lokasi di hqu DAS, terjadinya pasang air laut bersamaan
saat banjir bandang, penampang sungai di beberapa tempat tidak mampu mengalirkan debit
banjir sehingga melimpas melewati bank jidl sungai, topografi Kota Sinjai yang relatif rendah.
Kejadian banjir menyebabkan kerusakan pada fasilitas pendidikan, ibadah, transportasi, areal
pertanian, perkebunan dan bangunan pemerintahan serta bangunan pengatur sungai yang ada di
sepanjang sungai Tangka dan Mangottong.(Laporan Bencana Alam Banjir Sulawesi Selatan,
Dep. PU, 23 Juni 2006).

II. ARGUMEN PENDUKUNG

Laporan hasil analisa oleh Pusat Pengembangan Pemanfaatan dan Teknologi Penginderaan
Jauh, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Kondisi penutup/penggunaan
lahan di lereng Gunung Lompobattang sejak tahun 2002 mengindikasikan adanya lahan-lahan
yang telah terbuka/gunduL perubahan fungsi lahan di daerah tangkapan tentu akan menyebabkan
peningkatan runopr dan rawan longsor. Berdasarkan kondisi yang terjadi di atas, diperlukan
suatu sistem pengendalian banjir terhadap sungai-sungai yang memberi kontribusi banjir
terhadap Kota Sinjai, dalam tulisan ini, sungai yang dikaji adalah Sungai Tangka dan
Mangottong sehingga cakupan pembahasnya tentang pengendalian aliran permukaan Sungai
Tangka dan Mangottong terhadap banjir Kota Sinjai. (ANTARA News) 2006

Bencana banjir dan longsor yang melanda kabupaten Sinjai, Bantaeng, Bulukumba dan
Jeneponto di Sulawesi Selatan, akibat puncak gunung Bawwakaraeng sudah gundul akibat
pembabatan hutan dari waktu ke waktu. Kepala Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup (LH)
Regional Makassar, Ilyas Assad yang dihubungi dari Jakarta, mengatakan, pembabatan hutan
menjadi lahan pertanian dan perkebunan telah dilakukan masyarakat di puncak dan lereng
gunung itu selama bertahun-tahun. "Sampai daya dukung alam di sana sudah tak
memungkinkan lagi dan ketika terjadi hujan cukup panjang, terjadilah banjir besar yang
pertama kalinya di kaki gunung. Tahun-tahun lalu banjir tidak seperti ini," katanya. Di
kawasan puncak itu, ujarnya terdapat kabupaten Sinjai, Bantaeng, Bulukumba dan Jeneponto
ditambah Gowa. Posko Bencana Alam Kabupaten Sinjai mencatat telah 186 orang tewas
akibat bencana alam banjir dan tanah longsor yang terjadi dan 3.392 warga terpaksa
mengungsi di sembilan kecamatan yang tertimpa bencana. Di Sinjai sendiri yang merupakan
daerah terparah dilanda banjir dan longsor, jumlah korban tewas sudah mencapai 175 orang.
Masyarakat, ujarnya, perlu disadarkan bahwa di kemiringan lereng 40 persen ke atas sudah
tidak bisa lagi ditinggali, apalagi membabat hutan lindung yang ada di sana. Ia juga
menekankan mendesaknya reboisasi di puncak dan lereng gunung itu, karena jika terus
ditunda maka bencana tersebut akan terjadi lagi tahun depan. "Selain itu perlu ada Program
Terpadu dari seluruh kabupaten di kawasan puncak hingga ke kaki gunungnya sehingga warga
yang berada di sekitar hilir tidak menampung bencana akibat kegiatan warga di hulu sungai-
sungainya," katanya. Ia menampik adanya perusahaan perkebunan seperti Hak Penguasaan
Hutan (HPH) atau Hutan Tanaman Industri (HTI), atau perusahaan pertambangan di empat
kabupaten itu. "Memang benar ada beberapa HPH yang telah ditutup, tetapi di kabupaten
Luwu, yang letaknya jauh di utara Sulsel, sekitar 300km dari empat kabupaten tadi, kawasan
itu juga dalam keadaan kritis dan mengalami banjir dan longsor," katanya. Tercatat kawasan
hutan di seluruh Sulawesi, termasuk hutan lindung dan hutan produksi, luasnya tinggal 27
persen saja. Jakarta, (ANTARA News) 200 Kabupaten Sinjai merupakan salah satu kabupaten
yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Sinjai secara fisik mempunyai
tingkat kerentanan yang cukup tinggi terhadap terjadinya bencana tanah longsor dan banjir.
Pola geologi di sebelah utara daerah ini berupa perbukitan dan pegunungan yang dibentuk
oleh batuan yang telah mengalami pengikisan (denudasional) berupa batuan sedimen berumur
lebih tua dari batuan Gunungapi Lompobattang dan telah mengalami pelapukan. Selain itu,
dari data sekunder yang ada sebagian wilayahnya mempunyai tingkat kemiringan lereng lebih
dari 100 persen dan kondisi penutupan serta penggunaan lahan di lereng-lereng pegunungan
sampai di kawasan Gunungapi Lompobattang yang seharusnya berfungsi sebagai kawasan
lindung menunjukkan indikasi bahwa di beberapa tempat telah terbuka atau berubah fungsi.
Yusuf, 2008.

III. ARGUMEN KONTRA

Bencana alam di Sulsel ini telah menambah panjang kesedihan bangsa Indonesia yang
sudah banyak mendapat musibah. Menurut Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah, banjir bandang di
Sinjai akibat kerusakan hutan yang cukup parah. Namun Gubernur Sulsel Amin Syam
membantah tudingan itu. "Kalau akibat pembalakan hutan saya kira kecil kemungkinannya.
Pasalnya di Sulsel hutannya sangat sedikit," kata Syam siang tadi. Liputan6.com, (Sinjai,2006) .

IV. KESIMPULAN

1. Sebagian besar para pengamat menyimpulkan bahwa longsor dan banjir bandang yang
terjadi di Kab. Sinjai di tahun 2006 , diakibatkan karna gundulnya hutan dipuncak
gunung bawakaraeng dan sekitarnya, dengan pemanfaatan sebagai lahan perkebunan
baru.
2. Bahwa pada dasarnya longsor yang berakibat banjir bandang di daerah Mangottong Kab.
Sinjai dan sekitarnya Provinsi Sulawesi Seleatan, dipengaruhi oleh faktor geologi pada
umumnya, dimana kita ketahui litologi daerah sinjai dan sekitarnya disusun oleh material
vulkanik yang telah mengalami pelapukan tinggi, kemudian faktor kemiringan lereng
pada umumnya sangat curam. Kemudian faktor pemincunya adalah curah hujan yang
tinggi dan padatnya aktivitas perkebunan dilereng pegunungan.
DAFTAR PUSTAKA

Dep. PU. 2006. Laporan Bencana Alam Banjir Sulawesi Selatan. Makassar: Dep.PU.

Nurcahayani, Idha. 2005. Banjir Sinjai Akibat Puncak Bawwakareng Gundul Antara News. (23
Juni 2006) diambil dari:http://www.antaranews.com/berita/36588/banjir-sinjai-
akibat-puncak-bawwakareng-gundul (20 Oktober 2017).

Bayu Sutiyono. 2005. Walhi: Kerusakan Hutan Penyebab Banjir di Sulsel. (21 Juni 2006)
diambil dari:http://news.liputan6.com/read/124742/walhi-kerusakan-hutan-
penyebab-banjir-di-sulsel (20 Oktober 2017).

Yusuf, Nanang. 2008. Kajian Pemanfaatan Ruang Dalam Kaitanya Dengan Bencana Tanah
Longsor Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tesis Sekolah Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai