Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN HASIL PENGAMATAN LAPANGAN

BENCANA TANAH LONGSOR DI KOTA MALANGBONG KAB.


GARUT

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Lingkungan Binaan Berkelanjutan
Dosen Pengampu:
Dr. JUNE EKAWATI, S.T.,M.T

Oleh:
Adi Syam Nur Zaman 20221210034
Fadhilah Fauzan 20221210039

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS KEBANGSAAN REPUBLIK INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana tanah longsor atau sering disebut gerakan tanah semakin sering
terjadi di Indonesia dari tahun ketahun. Tanah longsor merupakan salah satu kejadian
alam yang terjadi di wilayah peggunungan, terutama di musim hujan. Bencana
longsor yang terjadi dilingkungan sekitar kita bukan hanya dapat mengakibatkan
kerusakan pada beberapa sektor, seperti jalur transportasi, lahan pertanian, hingga
pemukiman. Bencana longsor merupakan fenomana alam yang tidak dapat diketahui
kapan akan terjadinya. Manusia hanya mampu mengenali gejala-gejala awal dan
hanya mampu memprediksinya. Akan tetapi bencana longsor dapat terjadi bisa
diakibatkan oleh alam ataupun prilaku manusia itu sendiri.
Kota malangbong yang merupakan bagian dari kabupaten Garut ini
merupakan daerah kaki gunung yang terdapat banyak pesawahan luas. Yang tentunya
cukup rentan akan terjadinya bencana longsor. Salah satunya longsor yang terjadi di
area pesawahan kampung Cibentang Desa Sanding kabupaten Malangbong yang
terjadi pada Bulan April Tahun 2022. Longsor ini mengakibatkan lahan pertanian
milik warga rusak dan memutus aliran sungai di area tersebut. Bencana longsor ini
menjadi tema saya untuk tugas Pengamatan Lapangan di daerah yang terjadi bencana
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Lingkungan Binaan Berkelanjutan.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan paparan pada latar belakang masalah yang ada, masalah tersebut
meliputi:
a. Apa penyebab terjadinya bencana longsor di daerah tersebut ?
b. Apa yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah di daerah tersebut
setelah bencana tersebut terjadi ?

2
c. Bagaimana Upaya masyarakat dan pemerintah untuk menanggulangi atau
meminimalisir bencana longsor itu terjadi lagi ?

1.3 Manfaat pengamatan


Pengamatan ini di harapkan dapat memberi wawasan dan edukasi akan hal-hal
berikut:
a. Untuk mengetahui tentang kenapa bencana longsor dapat terjadi
b. Untuk mengetahui tentang penanggulangan yang harus dilakukan setelah
bencana longsor terjadi
c. Untuk mengetahui cara meminimalisir agar bencana longsor tidak dapat
terjadi lagi

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan umum


Untuk materi pembahasan tentang penyebab terjadinya sebuah longsor
digunakan Jurnal Ilmu Lingkungan yang ditulis oleh Heru Sri Naryanto, Hasmana
Soewandita, Deliyanti Ganesha, Firman Prawiradisastra, dan Agus Kristijono
mahasiswa dari Universitas Diponegoro (2017). Lalu jurnal Geografi yang ditulis
oleh Juhaedi, Wahyu setyaningsih , Nia kurniasari mahasiswa dari Universitas Negeri
Semarang (2016) sebagai acuan dan landasan utama.
Untuk pembahasan penanggulangan bencana longsor digunakan Jurnal
Mitigasi bencana tanah longsor yang ditulis oleh Salsabila, Ayu rachmawaty, Fadly
usman yang merupakan mahasiswa dari Universitas Brawijaya (2021).
Untuk pembahsan edukasi dan cara mencegah dan meminimalisir terjadinya
tanah longsor digunakan buku Reverensi bencana tanah longsor penyebab dan potensi
longsor yang ditulis oleh Dr. Muzani, M.si. (2021). Dan Buku Enslikopedia mitigasi
bencana tanah longsor yang ditulis oleh Rachmawaty, Sri Julie (2016) sebagai
landasan utama pembahasan.

2.2 Penelitian terdahulu


Penelitian Heru Sri Naryanto, Hasmana Soewandita, Deliyanti Ganesha,
Firman Prawiradisastra, dan Agus Kristijono (2017) yang berjudul Ilmu Lingkungan
menganalisis penyebab kejadian dan evaluasi bencana tanah longsor di Desa Banaran,
Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo. Adapun tujuan penelitiannya adalah untuk

4
mengetahui fenomena kejadian tanah longsor, faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap kejadian longsor, faktor-faktor dominan, mekanisme kejadian, risiko
masyarakat yang berada di sekitar lokasi longsor serta rekomendasi pengurangan
risiko bencana tanah longsor yang diperlukan.
Penelitian Juhaedi, Wahyu setyaningsih , Nia kurniasari (2016) yang berjudul
Jurnal Geografi menganalisis pola perilaku masyarakat dalam pengurangan resiko
bencana
Tanah longsor di kecamatan banjarwangu, Kabupaten banjarnegara jawa tengah.
Adapun tujuan penelitiannya untuk mengetahui pola prilaku masyarakat dalam
pengurangan bencana tanah longsor.

Penelitian Salsabila, Ayu rachmawaty, Fadly usman (2021) yang berjudul


Mitigasi Bencana tanah longsor di Kampung Warna-Warni, Tridi, Biru, dan
Kampung Putih terletak di Kecamatan Klojen dan Kecamatan Blimbing yang
termasuk kawasan rawan bencana tanah longsor. Yang bertujuan untuk mengetahui
tingkat risiko bencana tanah longsor di Kampung Warna-warni, Tridi,Biru, dan
Kampung Putih.
Buku Enslikopedia mitigasi bencana tanah longsor yang ditulis oleh Rachmawaty,
Sri Julie (2016). Buku ini adalah hasil penelitian tentang bencana tanah longsor yang
terjadi di kecamatan Banjarsari Kota Solo. Dan Adapun tujuan dari penelitian ini
untuk mengetahui upaya dan penanggulangan masyarakat kecamatan Banjarsari
setelah bencana longsor.
Buku buku Reverensi bencana tanah longsor penyebab dan potensi longsor yang
ditulis oleh Dr. Muzani, M.si. (2021). Penulisan buku ini adalah hasil penelitian
tentang bencana longsor di Sukabumi Jawa Barat. Adapun tujuan dari penelitian ini
untuk menentukan factor-faktor penyebab longsor yang ada di Sukabumi dan
menentukan tingkat potensi tanah longsor di kota Sukabumi dengan analisis special.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Letak Geografis


Kecamatan Malangbong secara geografis terletak di antara garis lintang: 7.3575°
LS garis bujur: 107.7893° BT. Secara administratif kecamatan Malangbong dibatasi
oleh 7 kecamatan. Sebelah utara berbatasan Kecamatan Pakenjeng dan Kecamatan
Cisewu sebelah selatan Kecamatan Wanaraja dan Kecamatan Cibalong sebelah barat
Kabupaten Tasikmalaya sebelah timur Kecamatan Caringin dan Kecamatan
Banjarwangi. Kecamatan Malangbong bagian utara merupakan daerah pegunungan
dengan ketinggian rata-rata 1.500 – 2.500 meter di atas permukaan laut. Terdapat
beberapa gunung yang berada di daerah utara Kecamatan Malangbong, seperti
Gunung Cikuray dan Gunung Tilu. Sedangkan di wilayah bagian selatan merupakan
daerah yang lebih rendah dan datar dengan ketinggian rata-rata 400 – 600 meter di
atas permukaan laut. Wilayah selatan Kecamatan Malangbong lebih didominasi oleh
perkebunan seperti perkebunan teh, kopi, dan sayuran serta sawah dan pemukiman
penduduk. Berdasarkan informasi di tahun 2021 data penggunaan lahan Kecamatan
Malangbong seperti berikut :
Penggunaan Lahan Luas (ha)
Sawah 5.800
Ladang 6.400
Perkebunan 10.200
Hutan 17.000
Perumahan dan permukiman 850
Lain-lain (tambak, kolam, lahan kosong) 5.750
Total luas wilayah 45.000

6
Namun, meskipun daerah selatan Kecamatan Malangbong lebih rendah dan datar
di bandingkan daerah utara, tetap saja tidak terlepas dari risiko bencana seperti banjir
dan tanah longsor, terutama pada musim hujan. Oleh karena itu, mitigasi bencana dan
pengelolaan lingkungan tetap diperlukan untuk meminimalkan risiko bencana dan
menjaga keberlangsungan kehidupan penduduk diwilayah selatan Kecamatan
Malangbong.

3.2 Faktor Penyebab Bencana Longsor


Berdasarkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber, faktor penyebab
bencana longsor di Kecamatan Malangbong, Kabupaten Garut antara lain:
1. Hujan deras dan intensitas yang cukup tinggi dalam waktu yang relative singkat,
sehingga menyebabkan tanah menjadi labil dan mudah longsor.
2. Kemiringan lereng yang cukup curam di wilayah tersebut, sehingga mudah
tergerus dan longsor.
A. Dampak yang ditimbulkan
Dampak yang ditimbulkan dari bencana longsor di Kecamatan Malangbong,
Garut cukup besar. Beberapa dampak yang terjadi antara lain:
1. Kerugian materiil
Seperti kerusakan pada bangunan, infrastruktur, dan fasilitas umum.
2. Kerugian non-materiil
Seperti kehilangan tempat tinggal, dan kerugian ekonomi bagi masyarakat.
3. Gangguan pada aktivitas social dan ekonomi masyarakat setempat
Seperti terganggunya akses jalan dan transportasi, serta terhambatnya kegiatan
produksi dan perdagangan.
B. Upaya penanggulangan yang dilakukan

7
Untuk mengatasi dampak bencana longsor di Kecamatan Malangbong,
pemerintah dan masyarakat setempat melakukan berbagaiupaya penanggulangan
antara lain:
1. Evakuasi dan penyelamatan korban yang terjebak di lokasi bencana.
2. Pemulihan infrastruktur dan fasilitas umum yang rusak akibat bencana.
3. Pemberian bantuan sosial bagi masyarakat yang terdampak bencana, seperti
pengungsian, makanan, dan kebutuhan lainnya.
4. Rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah yang terkena dampak bencana, seperti
pemulihan tanah dan penanaman vegetasi untuk mencegah terjadinya longsor
Kembali.
3.3 Pengetahuan masyarakat terhadap bencana tanah longsor dan mitigasi
bencana tanah longsor di Kecamatan Malangbong
Pengetahuan masyarakat terhadap bencana tanah longsor dan mitigasi bencana
tanah longsor di Kecamatan Malangbong, masih perlu ditingkatkan. Tanah longsor
adalah bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Seperti di Desa Sanding,
Kecamatan Malangbong, Garut yang dipicu oleh retakan tanah akibat erosi. Gejala
awal dari peristiwa longsor yang menimbun areal persawahan di Blok Mandala
Cipancur-Talun Kampung Cibentang telah terdeteksi sejak 7 bulan sebelumnya. Oleh
karena itu, mitigasi bencana tanah longsor sangat penting dilakukan. Beberapa upaya
yang dapat dilakukan untuk mitigasi bencana tanah longsor antara lain:
1. Pemetaan daerah rawan bencana longsor
Pemetaan daerah rawan bencana longsor dapat membatu pemerintah
dan masyarakat dalam mengindentifikasi daerah-daerah yang berpotensi
mengalami bencana tanah longsor.
2. Pengendalian tata guna lahan
Pengendalian tata guna lahan meliputi kegiatan seperti pengujian,
pemeliharaan vegetasi, dan pengurangan aktivitas manusia di daerah rawan
bencana tanah longsor.

8
3. Pembangunan infrastruktur
Pembangunan infrastruktur seperti bangunan penahan tanah dapat
mengurangi resiko bencana tanah longsor.
4. Edukasi masyarakat
Edukasi masyarakat tentang bencana tanah longsor dan cara mitigasi
bencana dapat membantu meningkatkan kesadaran dan kesiapan
masyarakat dalam menghadapi bencana.

3.4 Perilaku masyarakat dan mitigasi bencana tanah longsor di Kecamatan


Malangbong
Sebagai sebuah kecamatan yang rawan terhadap bencana tanah longsor,
Malangbong memerlukan perhatian serius dari masyarakat untuk melakukan mitigasi
bencana guna mengurangi risiko terjadinya bencana.
Namun, dalam kenyataannya, perilaku masyarakat terhadap mitigasi bencana
tanah longsor di Kecamatan Malangbong masih belum optimal. Beberapa faktor
yang menjadi penyebabnya antara lain:
1. Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang bahaya bencana tanah longsor
serta upaya mitigasi yang harus dilakukan. Sebagian besar masyarakat masih
menganggap bencana tanah longsor sebagai bencana alam yang tidak dapat
dihindari.
2. Kurangnya partisipasi dan keterlibatan masyarakat dalam upaya mitigasi
bencana. Masyarakat seringkali tidak aktif dalam kegiatan mitigasi bencana
seperti pengurangan risiko bencana, persiapan untuk menghadapi bencana, dan
penanganan pasca bencana.
3. Faktor ekonomi juga mempengaruhi perilaku masyarakat terhadap mitigasi
bencana tanah longsor. Sebagian besar masyarakat di Malangbong adalah
petani dengan penghasilan yang rendah sehingga mereka sulit untuk
mengambil tindakan mitigasi yang membutuhkan biaya tinggi.

Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya yang lebih serius dalam meningkatkan
kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam mitigasi bencana tanah longsor di
Kecamatan Malangbong. Upaya ini dapat dilakukan melalui kampanye penyuluhan,
pelatihan, dan pendampingan yang intensif. Selain itu, pemerintah juga dapat
memberikan insentif bagi masyarakat yang aktif dalam upaya mitigasi bencana.
9
10

Anda mungkin juga menyukai