Anda di halaman 1dari 12

TANAH LONGSOR DI DLINGO

PENGAJAR:
Dra. Rena Sad Ardanari

PENYUSUN:
Bela Febi Anti
Kelas: X IPS 2 (08)

SMAN 1 JEMBER
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat


rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul ”TANAH
LONGSOR DI DLINGO”. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
mata pelajaran geografi. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ibu
Rena S. Ardanari selaku pengampu bidang studi geografi di SMAN 1
Jember. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan
penyusun berkaitan dengan langkah-langkah penelitian geografi beserta
permasalahan yang diangkat sebagai topik penelitian. Makalah ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua.

Jember, 10 November 2021


i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................2
D. Manfaat Penelitian..................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
DESKRIPSI WILAYAH...................................................................................................4
A. Lokasi Penelitian....................................................................................................4
B. Kondisi Fisik..........................................................................................................4
C. Kondisi Penduduk..................................................................................................4
BAB III..............................................................................................................................5
LANDASAN TEORI & METODE PENELITIAN..........................................................5
A. Landasan Teori.......................................................................................................5
B. Metode Penelitian...................................................................................................6
BAB IV..............................................................................................................................8
PEMBAHASAN................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah longsor merupakan jenis bencana terbesar ke 3 (tiga) di Indonesia setelah


bencana banjir dan puting beliung. Daerah kajian penelitian ini adalah
Keecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul. Terdapat beberapa bencana yang
berpotensi terjadi di kabupaten bantul, yaitu gunung api, tsunami, erosi, dan
tanah longsor. Kecamatan dlingo merupakan salah satu daerah yang memiliki
potensi terjadinya bencana tanah longsor yang terletak di sebelah timur
Kabupaten Bantul dan bersebelahan dengan kecamatan Imogiri. Apabila dilihat
dari topografi di daerah tersebut, Kecamatan Dlingo merupakan daerah dengan
topografi berbukit hingga bergunung sehingga hal tersebut menjadi salah satu
faktor penyebab terjadinya bahaya tanah longsor.

Presentase kejadian bencana di Indonesia tahun 2015

Terdapat banyak tempat wisata yang telah berkembang di Kecamatan Dlingo. Lebih
dari 15 wisata yang terdapat di kecamatan tersebut. Banyaknya wisata yang mulai
tumbuh akan berdampak pula pada meningkatnya wisatawan yang datang berkunjung,
baik wisatawan dari daerah sekitar maupun dari luar Provinsi Yogyakarta. Banyaknya
wisatawan yang datang akan mengakibatkan meningkatnya pembangunan di daerah
tersebut. Pembangunan tersebut dapat berupa pemukiman, tempat penginapan, hotel,

1
serta ruko dan pertokoan. Kondisi tersebut dapat mempengaruhi dan mengganggu
pemanfaatan lahan dan keseimbangan ekosistem di daerah itu sendiri. Akibat
selanjutnya adalah terjadinya dampak yang sering bersifat negatif seperti bencana alam
berupa erosi maupun tanah longsor. Banyaknya wisata yang ada di daerah tersebut
mengakibatkan beban yang harus ditanggung oleh tanah semakin besar sehingga lama-
kelamaan tanah tidak kuat untuk menyangga beban yang terdapat pada permukaan
tanah. Kondisi tersebut akan menyebabkan tanah bagian atas mencapai titik jenuh
apabila terjadi hujan deras sehingga tanah bagian atas menjadi berat dan licin, maka
akan timbul bencana tanah longsor. untuk meminimalisir terjadinya bencana yang akan
menimbulkan kerugian baik berupa materi serta harta benda dan keselamatan penduduk
sekitar, diperlukan adanya pemetaan bahaya tanah longsor di daerah tersebut untuk
mengetahui persebaran potensi tanah longsor. Peta tersebut dapat digunakan sebagai
mitigasi bencana yang dapat meminimalisir adanya kerugian yang ditimbulkan akibat
terjadinya tanah longsor. Pemetaan potensi tanah longsor diolah menggunakan software
pemetaan, salah satunya adalah software ArcGIS. Parameter-parameter yang digunakan
dalam pemetaan bencana tanah longsor adalah kemiringan lereng, intensitas curah
hujan, penggunaan lahan, jenis tanah, faktor geologi atau batuan penyusunnya.
Parameter-parameter tersebut dikategorikan dalam faktor alamiah terjadinya tanah
longsor. Selain faktor alamiah, bencana tersebut disebabkan oleh faktor aktivitas
manusia yang mempengaruhi suatu bentang alam, seperti kegiatan pertanian,
pembebanan lereng, pemotongan lereng dan penambangan. Informasi akhir dari proses
pada software tersebut berupa peta sebaran daerah rawan longsor yang dapat dijadikan
sumber informasi bagi pihak-pihak yang terkait maupun untuk penduduk sekitar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana persebaran daerah bahaya tanah longsor di Kecamatan
Dlingo?
2. Faktor dominan apakah yang menyebabkan tingkat potensi bahaya
tanah longsor di daerah penelitian?

C. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pemetaan persebaran daerah potensi tanah longsor di
Kecamatan Dlingo
2. Mengetahui faktor dominan yang menyebabkan tingkat potensi bahaya

2
tanah longsor di daerah penelitian

D. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi dan masukan mengenai daerah yang rawan
terhadap bencana tanah longsor di Kecamatan Dlingo sebagai upaya
untuk antisipasi dini serta meningkatkan kewaspadaan terhadap bencana
tanah longsor.
2. Bahan pertimbangan dalam perencanaan pemanfaatan lahan bagi
pemerintah Kecamatan Dlingo.
3. Mengaplikasikan ilmu selama perkuliahan terutama dalam bidang
Geografi dan sistem informasi geografis serta menjadi tambahan
literatur bagi peneliti yang berhubungan dengan tanah longsor.

3
BAB II

DESKRIPSI WILAYAH

A. Lokasi Penelitian
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul Dwi
Daryanto mengatakan, sembilan titik longsor terjadi di Kecamatan Imogiri dan
Dlingo Bantul. Dua wilayah yang memiliki banyak perbukitan dan daerah
bebatuan. "Tiga longsor di Imogiri, enam lainnya di Dlingo," terang Dwi,
Minggu (29/3/2015).Kecamatan Dlingo terletak pada koordinat 7°48'45\\"LS -
7°54'40\\" LS dan 110°24'19\\" BT - 110°28'16\\" BT. Kecamatan Dlingo
terletak sekitar 25 km sebelah tenggara Kota Yogyakarta. Longsor beberapa kali
terjadi di Kecamatan Dlingo.

B. Kondisi Fisik
Hanya satu titik longsor yang mengenai satu rumah penduduk. Yaitu longsor di
Dusun Kajor Wetan, Desa Selopamioro, Imogiri yang merusak sebagian rumah
warga bernama Paryo. Sementara delapan kejadian longsor lainnya hanya
menutup badan jalan dan dapat dibersihkan agar lalu lintas kembali normal.
"Tidak ada kerusakan serius, kecuali satu rumah," paparnya. Khusus bencana
yang terjadi di Kajor Wetan, longsor mengakibatkan bagian belakang dan
sebelah kanan rumah korban jebol karena tertimbun tanah. Menurut Dwi, rumah
korban berjarak hanya sekitar satu hingga dua meter dari tebing yang longsor.

C. Kondisi Penduduk
Hujan yang mengguyur wilayah DIY termasuk Kabupaten Bantul pada Sabtu
(28/3/2015) malam, menimbulkan sejumlah bencana. Beruntung tidak ada
korban jiwa dalam kejadian ini.

4
BAB III

LANDASAN TEORI & METODE PENELITIAN

A. Landasan Teori
Bencana pada umumnya merefleksikan karakteristik tentang gangguan terhadap
pola hidup manusia, dampak bencana bagi manusia, dampak terhadap struktur
sosial, kerusakan pada aspek sistem pemerintahan, bangunan, dan lain-lain serta
kebutuhan masyarakat yang diakibatkan oleh bencana. Menurut Undang-undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Pasal 1 Angka 1
bencana adalah “Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang di sebabkan, baik
oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.” Bencana pada umumnya dikelompokan ke
dalam enam kelompok berikut :

1) Bencana geologi, yaitu bencana yang berkaitan dengan proses atau gaya
geologi. Bencana yang termasuk kedalam bencana geologi yaitu letusan
gunungapi, gempabumi, tsunami, dan longsoran atau gerakan tanah.

2) Bencana hydro-meteorologi, yaitu bencana yang berkaitan dengan kondisi


iklim dan cuaca. Adapun bencana yang termasuk kedalam bencana hydro-
meteorologi yaitu banjir, banjir bandang, badai atau angin topan, kekeringan, rob
atau air laut pasang dan kebakaran hutan.

3) Bencana biologi yaitu ancaman bencana terhadap organisme hidup yang


disebabkan oleh substansi biologis. Bencana biologi pada umumnya berasal dari
bakteri, virus, parasit, jamur dan protein.

4) Bencana kegagalan teknologi yaitu bencana yang disebabkan oleh adanya


kegagalan dalam teknologi. Kegagalan teknologi ini biasanya diakibatkan oleh
kebakaran, kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian, dan kesengajaan manusia
dalam penggunaan teknologi dan atau industri.

5) Bencana degradasi lingkungan yaitu bencana yang disebabkan oleh adanya


kerusakan pada lingkungan. Bencana lingkungan antara lain pencemaran, abrasi
pantai, kebakaran (urban fire), dan kebakaran hutan (forest fire).

6) Bencana sosial yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror.

5
Faktor-faktor Penyebab Bencana,terdapat tiga faktor yang menjadi penyebab
terjadinya bencana yaitu :

1) Faktor alam (natural disaster) yaitu karena adanya fenomena alam dan tanpa
ada campur tangan manusia.

2) Faktor non-alam (non-natural disaster) yaitu faktor penyebab yang bukan


disebabkan oleh alam dan juga bukan akibat perbuatan manusia.

3) Faktor sosial atau manusia (man-made disaster) yaitu penyebab bencana yang
di akibatkan oleh perbuatan manusia, misalnya konflik horizontal, konflik
vertikal dan terorisme.

Dampak bencana dapat berupa korban jiwa, luka, pengungsian, kerusakan pada
infrastruktur atau aset, lingkungan atau ekosistem, politik, hasil-hasil
pembangunan, dan dampak lainnya yang pada akhirnya dapat menurunkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Besar kecilnya dampak bencana tergantung
pada tingkat ancaman (hazard), kerentanan (vulnerability), dan kapasitas atau
kemampuan (capacity) untuk menanggulangi bencana.

B. Metode Penelitian
Pemetaan bencana tanah longsor Kecamatan Dlingo dilakukan dengan
menggunakan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk memberikan informasi
mengenai persebaran dan persentase bahaya tanah longsor di daerah kajian,
yaitu Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Data citra
Penginderaan Jauh yang digunakan berupa citra dengan resolusi tinggi dan telah
dilakukan koreksi geometrik serta koreksi radiometrik, yaitu data citra SPOT-6.
Teknik penginderaan jauh yang digunakan menggunakan metode berjenjang
tertimbang untuk mendapatkan klasifikasi tingkat bahaya bencana tanah longsor.
Parameter yang digunakan pada pemetaan bahaya tanah longsor adalah
kemiringan lereng, curah hujan, penggunaan lahan, geologi, dan jenis tanah.
Parameter tersebut didapatkan dari interpretasi visual pada parameter
penggunaan lahan, parameter hujan berdasarkan perekaman hujan pada daerah
tersebut dan dilakukan interpolasi, sedangkan parameter kemiringan lereng,
geologi, dan jenis tanah didapatkan dari BAPPEDA Bantul. Pemetaan bahaya
tanah longsor tersebut didapatkan dari pemberian skor di setiap parameter, hasil
penilaian skor pada tiap parameter dilakukan overlay (tumpang susun) untuk
mendapatkan data baru, yaitu berupa penggabungan seluruh parameter yang
digunakan. Data baru tersebut digunakan sebagai penentuan faktor dominan dan
untuk penentuan interval tiap kelas potensi tanah longsor yang nantinya akan
menjadi peta potensi tanah longsor. Penentuan faktor dominan dilakukan dengan
mengamati kelas potensi tinggi dan menentukan parameter-parameter yang
memiliki skor tertinggi pada tiap poligon. Hasil penentuan parameter dengan
skor tinggi tersebut diamati dan dihitung berapa banyak jumlah poligon yang
dipengaruhi oleh parameter tersebut. Parameter yang banyak mempengaruhi
6
poligon pada potensi tinggi, maka parameter tersebut menjadi faktor yang
mendominasi tinggi dan rendahnya potensi tanah longsor.

7
BAB IV

PEMBAHASAN

Definisi bencana menurut UU RI No. 24 (2007) merupakan rangkaian peristiwa


yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis. UNISDR (2017) mendefiniskan
bencana sebagai gangguan serius yang berdampak pada masyarakat karena suatu
peristiwa berbahaya, dimana berinteraksi langsung dengan kondisi yang
terdampak, kerentanan dan kapasitas, yang mengarah ke satu/lebih sasaran.

Bencana yang terjadi pada daerah pesisir perkotaan seperti angin topan, hujan
lebat, dan tanah longsor akan menyebabkan kerusakan pada jalan-jalan, tempat
parkir, lokasi konstruksi, bangunan, pencemaran air laut dan kerusakan yang
serius lainnya (Li et al, 2014). Potensi hilangnya nyawa, cedera, atau aset hancur
atau rusak yang dapat terjadi pada sistem, masyarakat atau komunitas di tertentu
yang di periode waktu, ditentukan secara probabilistik sebagai fungsi dari
bahaya, eksposur, kerentanan dan kapasitas. Dampak bencana terbagi atas dua
yaitu dampak Langsung dan yang dirasakan dalam jangka panjang, dampak
bencana yang mengakibatkan kerusakan sosial yang menyebabkan kerusakan
fisik pada tubuh korban, kehilangan atau kerusakan properti dan infrastruktur, di
antara dampak sosial kepada masyarakat adalah gangguan psikososial, sosial-
demografis, sosial ekonomi, dan sosial-politik (Chong et al, 2018). Abdullah
(2017) menyatakan bahwa bencana seperti gempa bumi menimbulkan kerusakan
rumah penduduk, kantor-kantor, pasar, dermaga, jalan, korban jiwa, dan luka-
luka. Davies (2018) mengemukakan bahwa bencana seperti gempa bumi, tanah
longsor, banjir dan bencana lainnya, memiliki rentan waktu yang berbeda-beda
di tiap kejadian jenis dan kejadian bencana tersebut, bencana dapat diprediksikan
dan ada pula yang tidak, semua bencana tersebut memiliki dampak pada
kemampuan masyarakat berupa kerusakan aset (rumah, bangunan komersial,
infrastruktur kritis, bertahan hidup), kerusakan orang (kematian dan cedera) dan
8
gangguan layanan (makanan dan pasokan bahan bakar, kesehatan dan
kesejahteraan penyediaan, tertib sipil). Pada dasarnya ketika bencana terjadi
kerusakan dalam segi ekonomi, sosial, lingkungan, dan tata kelola akan terjadi,
dimana hal tersebut juga sangat berdampak terhadap masyarakat, jika
disederhanakan bahwa ketika bencana terjadi kebutuhan masyarakat untuk
menjadi yang paling tangguh merupakan keharusan. Dengan demikian, dengan
adanya bencana yang terjadi minimal nya masyarakat dapat mengantisipasi dan
ulet terhadap dampak bencana berikutnya. Situasi yang akan terjadi pada
sebagian komunitas masyarakat dikarenakan konsekuensi dari bencana yang
terjadi dimana pun terjadi, (Davies et al, 2018) seperti: Kematian dan cedera,
hilangnya pasokan (makanan, bahan bakar, barang), hilangnya komunikasi,
kehilangan kekuatan, hilangnya pelayanan air (air tawar, air hujan, air limbah),
hilangnya layanan sosial (Keuangan, perawatan, medis), kerugian bisnis,
hilangnya struktur sosial dan fungsinya. Dampak yang ditimbulkan terhadap
lingkungan akibat terjadinya tanah longsor yaitu:
1) Terjadinya kerusakan lahan dan hilangnya vegetasi penutup lahan.
2) Terganggunya keseimbangan ekosistem.
3) Lahan menjadi kritis sehingga cadangan air bawah tanah menipis

Anda mungkin juga menyukai