Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“PENANGGULANGAN BENCANA ALAM”

Dosen Pengampu : Aprilina, SST,.M.Keb

Disusun Oleh :

Umiati Fitri Prilia, A.Md.Keb

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

KAMPUS MUARA ENIM

2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah Swt. Shalawat dan salam tercurahkan kepada
Rasulullah Saw. Berkat limpahan dan rahmat-Nya penyusun mampu
menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi UTS mata kuliah “Manajemen
Penanggulangan Bencana”.

Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini
tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan semua pihak, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi
sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Palembang Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Kampus Muara Enim.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna.

Muara Enim, 27 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
A. Pengertian Cardiotocography (CTG). ..................................................................... 6
B. Indikasi Penggunaan Cardiotocography (CTG). ................................................... 12
C. Bentuk Cardiotocography (CTG)..............................Error! Bookmark not defined.
D. Cara Pengaplikasian Cardiotocography (CTG). .......Error! Bookmark not defined.
E. Pengertian Ultrasonografi (USG)..............................Error! Bookmark not defined.
F. Indikasi Penggunaan Ultrasonografi (USG). ............Error! Bookmark not defined.
G. Bentuk Ultrasonografi (USG). ..................................Error! Bookmark not defined.
H. Cara Pengaplikasian Ultrasonografi (USG). .............Error! Bookmark not defined.
BAB III PENUTUP .......................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 16
B. Saran ..................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 18

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di


dunia berdasar data yang dikeluarkan oleh Badan Perserikatan Bangsa-
Bangsa untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-
ISDR). Tingginya posisi Indonesia ini dihitung dari jumlah manusia yang
terancam risiko kehilangan nyawa bila bencana alam terjadi. Indonesia
menduduki peringkat tertinggi untuk ancaman bahaya tsunami, tanah
longsor, gunung berapi. Dan menduduki peringkat tiga untuk ancaman
gempa serta enam untuk banjir.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) selama Januari


2013 mencatat ada 119 kejadian bencana yang terjadi di Indonesia. BNPB
juga mencatat akibatnya ada sekitar 126 orang meninggal akibat kejadian
tersebut. kejadian bencana belum semua dilaporkan ke BNPB. Dari 119
kejadian bencana menyebabkan 126 orang meninggal, 113.747 orang
menderita dan mengungsi, 940 rumah rusak berat, 2.717 rumah rusak
sedang, 10.945 rumah rusak ringan. Untuk mengatasi bencana tersebut,
BNPB telah melakukan penanggulangan bencana baik kesiapsiagaan
maupun penanganan tanggap darurat. Untuk siaga darurat dan tanggap
darurat banjir dan longsor sejak akhir Desember 2012 hingga sekarang,
BNPB telah mendistribusikan dana siap pakai sekitar Rp 180 milyar ke
berbagai daerah di Indonesia yang terkena bencana.2

4
Namun, penerapan manajemen bencana di Indonesia masih
terkendala berbagai masalah, antara lain kurangnya data dan informasi
kebencanaan, baik di tingkat masyarakat umum maupun di tingkat
pengambil kebijakan. Keterbatasan data dan informasi spasial
kebencanaan merupakan salah satu permasalahan yang menyebabkan
manajemen bencana di Indonesia berjalan kurang optimal. Pengambilan
keputusan ketika terjadi bencana sulit dilakukankarena data yang beredar
memiliki banyak versi dan sulit divalidasi kebenarannya.3

Dari uraian diatas, terlihat bahwa masih terdapat kelemahan dalam


sistem manajemen bencana di Indonesia sehingga perlu diperbaiki dan
ditingkatkan untuk menghindari atau meminimalisasi dampak bencana
yang terjadi.

B. Rumusan Masalah

“Apa saja bencana alam dan bencana sosial yang pernah terjadi di
indonesia dan bagaimana menanggulangi bencana-bencana tersebut ?”

C. Tujuan Penulisan

“Untuk mengetahui Apa saja bencana alam dan bencana sosial


yang pernah terjadi di indonesia dan bagaimana menanggulangi bencana-
bencana tersebut”`

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bencana-Bencana yang pernah terjadi di Indonesia

1. Letusan Gunung Merapi (1930 dan 2010)

Dikutip dari Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya


Mineral, tercatat sejak tahun 1600-an, Gunung Merapi telah meletus
lebih dari 80 kali, dengan interval letusan 4 tahun sekali.

Erupsi terbesarnya terjadi pada tahun 1930. Awan panas menuruni


lereng 20 kilometer ke arah barat, memporak-porandakan 23 desa dan
menewaskan 1.369 penduduk.

Erupsi lainnya kembali terjadi 80 tahun kemudian, tepatnya pada 5


November 2010. Debu vulkaniknya tidak hanya menutupi wilayah
Yogyakarta, tapi juga sampai ke sejumlah wilayah di Jawa Barat.

BNPB menyatakan bahwa jumlah korban tewas Merapi mencapai 275


orang, termasuk sang juru kunci, Mbah Maridjan alias Ki Surakso
Hargo yang ditemukan tewas akibat terjangan awan panas di
rumahnya. Peristiwa meletusnya gunung merapi sontak menjadi
sorotan media internasional, di antaranya Inggris, Jerman, Prancis, dan
Singapura.

2. Gempa, Tsunami, dan Likuifaksi di Palu dan Donggala (2018)

Pada 28 September 2018, warga di wilayah di Sulawesi Tengah


Kabupaten Donggala dan Kota Palu dikejutkan dengan guncangan
gempa. Guncangan di Palu sebesar 7,4 SR, dengan kedalaman 10 km,
sementara posisinya berada 27 meter arah timur laut Donggala.

6
Lalu, lima menit kemudian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan tsunami. Namun,
gelombang tsunami setinggi enam meter telanjur menyapu Kota Palu
sebelum warga sempat melarikan diri ke daratan tinggi.

Selain tsunami dan gempa, bencana likuifasi juga terjadi, membuat


tanah melarut dan membawa apa pun yang berada di atasnya untuk
mengalir. BBC menyebut bahwa jumlah korban tewas mencapai 2.045
orang. Sejumlah negara pun mengulurkan bantuan kepada Indonesia,
di antaranya Inggris, Amerika, Australia, dan Selandia Baru
memberikan total bantuan USD20,8 juta dalam bentuk uang maupun
barang.

3. Gempa Sumatera Barat (2009)

Pada 30 September 2009, terjadi sebuah peristiwa memilukan di


Sumatera Barat. Gempa bumi berkekuatan 7,6 SR terjadi di lepas
pantai 17:16:10 WIB dengan kedalaman 87 km, di sekitar 50 km barat
laut kota Padang.

Kerusakan terjadi di banyak wilayah, seperti Kabupaten Padang


Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Pariaman,
Kota Bukittinggi, Kota Padangpanjang, Kabupaten Agam, Kota Solok,
dan Kabupaten Pasaman Barat. Kekuatan gempa bahkan terasa sampai
luar Indonesia, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura.

Berdasarkan data pemerintah daerah Sumatera Barat, korban jiwa yang


ditimbulkan sekitar 1.115 orang tewas, 2.32 terluka, dan 279.000
bangunan mengalami kerusakan. Banyak negara yang membantu
Indonesia atas peristiwa tersebut seperti Australia, China, Uni Eropa,
Hongkong, Jepang Malaysia, Korea Selatan, Qatar, Thailand, Taiwan,
Turki, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat.

7
4. Letusan Gunung Toba 74.000 Tahun Lalu

Seperti yang diketahui, Danau Toba adalah ikon dari Sumatera Utara
dan didapuk menjadi danau terbesar di Indonesia dengan luas 1.130
kilometer persegi.

Namun, dikutip dari situs Kementerian Energi dan Sumber Daya


Mineral, Danau Toba dulunya merupakan supervulcano dan gunung
api yang sudah tidak aktif (Tipe B).

Dipercaya sekitar 74.000 lalu, letusan Gunung Api Toba mampu


meluluhlantahkan sebagian besar umat manusia. Letusannya menjadi
yang paling dahsyat yang pernah ada di muka bumi. Hanya 5.000-
10.000 orang saja yang mampu bertahan.

Bahkan perubahan iklim global sempat terjadi. Gunung tersebut


memuntahkan 2.800 kilometer kubik abu dan menutup atmosfer bumi
hingga 6 tahun lamanya, menurunkan suhu udara.

5. Gempa Yogyakarta (2006)

Pada 27 Mei 2006, tepat di pagi hari pukul 05.53, terjadi gempa bumi
berkekuatan 5,9 SR yang mengguncang Yogyakarta dan sekitarnya.
Orang-orang banyak yang masih dalam kondisi terlelap, sehingga
mereka terjebak di dalam rumah yang roboh.

Sebanyak lebih dari 5.800 orang meninggal dan 20.000 lainnya


terluka. Bangunan dan infrastruktur hancur. Bahkan Candi Prambanan
ikut menjadi korban.

Diyakini gempa Yogyakarta menjadi gempa terbesar kedua di


Indonesia setelah peristiwa yang menimpa aceh di tahun 2004. Akibat
dari peristiwa gempa 2006, Yogyakarta mulai meningkatkan migasi
bencana.

8
Menteri-menteri penanggulangan bencana se-Asia Pasifik mengadakan
pertemuan pada tahun 2012 di Yogyakarta untuk memaparkan
pelajaran yang bisa diambil dari gempa 2006, dan Deklarasi Yogya
ditetapkan sebagai Dokumen PBB.

6. Tsunami Flores (1992)

Pada 12 Desember 1992, gempa berkekuatan 6,8 skala liter


mengguncang Laut Flores. Pusat gempa terletak di kedalaman laut, 35
km arah barat Kota Maumere, tepatnya pukul 13.29 WITA.

Tidak hanya itu, tsunami setinggi 30 meter juga menerjang selama 15


menit, meluluhlantahkan rumah yang hancur karena gempa. Wilayah
yang terkena dampak tsunami berada di Kabupaten Sikka, Ende,
Ngada, dan Flores Timur.

Peristiwa tersebut menewaskan lebih dari 3.000 jiwa, 500 orang


hilang, 447 orang luka-luka, dan 5.000 warga terpaksa mengungsi.
Tercatat pula 18.000 rumah, 113 sekolah, dan 90 tempat ibadah
hancur. Karena saat itu Indonesia belum memiliki ahli tsunami, maka
riset mengenai peristiwa tsunami Flores banyak dilakukan oleh peneliti
asal Jepang.

7. Gempa dan Tsunami Aceh (2004)

Pada 26 Desember 2004 lalu, tepatnya pada pukul 07:58:53 WIB,


terjadi sebuah gempa di Banda Aceh, disusul tsunami besar yang
meluluhlantahkan sebagian besar wilayah di Banda Aceh. Dikutip dari
Jurnal “Tsunami Aceh 2004 Sebagai Dasar Penataan Ruang Kota
Meulaboh”, gempa bumi tektonik berpusat di titik 3.316°N, 95.854°E
Samudera Hindia dengan kekuatan 9,1 Mw.

9
Gempa tersebut bahkan disebut sebagai gempa terbesar ke-5 yang
pernah terjadi dalam sejarah. Lalu timbul gelombang tsunami setinggi
30 meter.

Tidak hanya di Indonesia, ada 15 negara yang terdampak dalam


peristiwa ini, namun yang mengakibatkan korban jiwa adalah di Sri
Lanka, India, Bangladesh, Thailand, Maladewa, Malaysia, dan
Somalia. Menurut data Bank Dunia, ada 169.000 jiwa korban
meninggal dari Indonesia, sementara total keseluruhan korban
mencapai 230.000 jiwa di negara-negara terdampak.

8. Letusan Gunung Krakatau (1883)

Gunung Krakatau berada di tengah antara Pulau Jawa dan Sumatera.


Berkat letusan gunung Krakatau Purba pada 1883, kedua wilayah yang
tadinya menyatu tersebut kini terpisah. Letusan Gunung Krakatu 1883
dipercaya sebagai letusan eksplosif terbesar yang pernah ada sepanjang
catatan sejarah Indonesia.

Tepat pada 26 dan 27 Agustus 1883, Krakatau memuntahkan jutaan


ton batu, debu, magma, hingga material vulkanik. Bahkan letusannya
mampu menciptakan gelombang tsunami yang meluluhlantahkan
pesisir Lampung dan Banten.

Ledakannya terdengar sampai ke Perth, Australia. Ribuan orang


meninggal akibat gelombang panas, tsunami yang menghancurkan
pulau-pulau di sekitar Krakatau, hingga dampak secara global seperti
peningkatan suhu bumi yang mengacaukan cuaca selama bertahun-
tahun. Langit di seluruh dunia menjadi gelap dan terjadi fenomena
matahari terbenam yang luar biasa.

9. Letusan Gunung Tambora (1815)

10
Ledakan Gunung Tambora terjadi April 1815 dan mengukir sebagai
salah satu ledakan gunung terbesar yang berdampak secara global.
Puncak letusan eksplosif itu terjadi pada 10 April 1815.

Letusan Tambora berhasil membuat bumi mengalami tahun tanpa


musim panas pada 1816, karena suhu global berkurang antara 0,4–0,7
°C. Volcanic Explosivity Index (VEI) mencetus bahwa ledakan
Gunung Tambora mencapai level 7, yakni 10 kali lebih besar dari
Krakatau. Isi perut gunung berupa material vulkanik, abu, dan batuan
cair dimuntahkan, bahkan suara ledaknnya terdengar sampai Sumatera.
Dipercaya bahkan suara ledakannya setara dengan 800 megaton TNT.

Bahkan Sir Stamford Raffles sampai menurunkan pasukannya untuk


menyelidiki asal suara tersebut. Akibat peristiwa ini, sebanyak 80.000
orang tewas.

10. Letusan Gunung Kelud (2014)

Gunung Kelud di Jawa Timur meletus setelah sebelumnya naik status


menjadi waspada. Letusan tersebut dianggap menjadi yang terbesar
setelah peristiwa pada tahun 1990.

Pukul 22.50 WIB, Gunung Kelud memuntahkan letusan berupa aliran


magma, menyebabkan hujan kerikil di beberapa wilayah Jawa Timur,
bahkan gerungannya terdengar sampai Purbalingga. Hujan abu juga
membuat menutup sebagian besar Pulau Jawa dan menghentikan
segala aktivitas masyarakat. Korban tewas akibat letusan tersebut
mencapai 4 orang, berdasarkan laporan BNPB. Namun, sejak abad ke-
15, Gunung Kelud setidaknya telah memakan lebih dari 15.000 jiwa.
Termasuk letusan di tahun 1919 yang merenggut nyawa 5.160 jiwa.
Dampak dari meletusnya Gunung Kelud pada 2014 lalu itu menyita
perhatian dunia. Sejumlah media massa internasional yang

11
menyampaikan berita tersebut terdiri dari Associated Press America,
Reuters (Inggris), ABC News (Australia), dan Xinhua (China).

B. Cara Menanggulangi Bencana-Bencana Tersebut

1. Letusan Gunung Merapi (2010)


Pemerintah kabupaten sleman merespon dengan mengambil kebijakan
sebagai berikut :
a. Membentuk komando tanggap darurat dan mengangkat komando
tanggap darurat.
b. Mengosongkan wilayah di kawasan rawan bencana (KRB) III
erupsi merapi
c. Mengamankan kawasan yang ditinggalkan penduduk dalam
pengungsian
d. Memastikan perlindungan pengungsi dan pemenuhan standar
perlakuan
e. Memberian perhatian khusus terhadap kelompok rentan
f. Pemenuhan kebutuhan dasar sesuai standar minimum yang
ditetapkan
g. Mengurangi stress dan penderitaan mereka yang terkena bencana
dengan sdini mungkin mengerahkan pelayanan sosial
Organisasi Komando tanggap darurat membuat atau dibantu oleh 5
bidang yaitu bidang operasi, logistik, kesehatan, sarana prasarana,
Data dan Informasi serta bidang penanganan khusus.
2. Gempa Sumatera Barat (2009)
a. Tahap Early Recovery (Pemulihan Dini) Pada tahap ini target
utama pemerintah kota Padang adalah normalisasi kehidupan dan
perikehidupan masyarakat serta pemerintah kota Padang, paling
tidak dalam skala semi permanen dengan prioritas penanganan :
1) Pemulihan dini aktifitas pemerintahan kota Padang dengan
prioritas aksi : Relokasi perkantoran yang rusak, pengadaan
sarana / prasarana pendukung perkantoran sementara,

12
2) pemulihan dini sarana pendidikan, dengan prioritas aksi :
Pembangunan ruang belajar semi permanen, pengadaan alat
tulis dan buku untuk siswa dan guru.
3) Pemulihan dini sarana kesehatan, dengan prioritas aksi :
Pembangunan ruang rawat sementara pada rumah sakit yang
membutuhkan, pengadaan alat-alat medis dan obat-obatan,
standarisasi sarana sanitasi dilokasi penampungan.
4) Pemulihan dini infrastruktur kota, dengan prioritas aksi
membangun sistim pendukung sementara untuk menanggulangi
keterbatasan infastruktur (aksesibilitas, energi, dan transportasi
sanitasi).
5) Pemulihan dini aktifitas sosial perekonomian masyarakat,
dengan prioritas aksi : Perbaikan sentra ekonomi umum
masyarakat (pasar tradisional), percepatan pemulihan aktifitas
ekonomi global dengan menerapkan metode reward dan
kemudahan – kemudahan lain kepada investor, pembangunan
rumah penduduk semi permanen.
6) Pemulihan dini psikologi masyarakat, dengan prioritas aksi
melakukan terapi mental masyarakat.
7) Penyusunan dokumen rencana aksi rehabilitasi dan
rekontruksi, dengan prioritas aksi : Penyusunan rencana induk
pemulihan kota Padang, menerapkan aksi mitigasi dalam
perencanaan pemulihan, menggalang dan mengkoordinir
bantuan dari berbagai sumber / pihak.
b. Tahap Rehabilitas dan Rekontruksi
Pada tahap ini pemerintah kota Padang menitik beratkan pada
proses pembangunan kembali dan penguatan bangunan /
infrastruktur yang ada di kota Padang, hingga pulihnya aktifitas
pemerintahan dan masyarakat, dengan mempertimbangkan upaya
mitigasi dan pelaksanaannya. Prioritas penanganan pada tahap ini
adalah :

13
1) Melaksanakan rehabilitasi dan rekontruksi pasca gempa
yang disesuaikan dengan urusan pemerintahan kota Padang,
dengan prioritas aksi pemberian bantuan pembangunan dan
perbaikan rumah masyarakat yang menjadi korban bencana
2) Rehabilitasi/rekontruksi sarana pendidikan, prioritas aksi :
Pembangunan kembali sarana pendidikan, disertai dengan
penguatan bangunan sekolah yang telah rubuh, Relokasi
bagi sekolah yang membutuhkan
3) Rehabilitasi/rekontruksi sarana kesehatan, prioritas aksi :
Pembangunan danpenguatan bangunan rumah sakit daerah
dan Puskesmas, Mengawasi dan memberikan konsultasi
teknis yang ketat terhadap pembangunan Rumah Sakit serta
fasilitas medis lainnya yang dimiliki oleh swasta dengan
menerapkan sistim mitigas
4) Rehabilitasi/rekontruksi infrastruktur kota, prioritas aksi :
Pembangunan kembali dan penguatan prasarana
transportasi dengan menerapkan aspek mitigasi bencana,
Pembangunan kembali dan penguatan infrastruktur kota,
5) Rehabilitasi/rekontruksi aktifitas sosial dan ekonomi
masyarakat, dengan prioritas aksi pembangunan sarana
sosial dan ekonomi yang menjamin normalisasi kehidupan
sosial masyarakat
6) Penyusunan perubahan dokumen perencanaan tata ruang,
dengan prioritas aksi penyediaan dokumen perencanaan dan
tata ruang kota pasa gempa
7) Upaya pemindahan pusat pemerintahan ke Aie Pacah,
dengan perioritas aksi pemindahan pusat pemerintahan kota
Padang ke Aie Pacah.
3. Tsunami Aceh (2004)
Dalam penanggulangan Tsunami Aceh ini Presiden SBY melakukan 3
hal yakni :

14
1) Penetapan status bencana nasional peristiwa Tsunami Aceh
tahun 2004 ditandai dengan keluarnya Keputusan Presiden
Nomor 112 Tahun 2004. Penetapan tersebut mengacu pada
beberapa pertimbangan antara lain, korban dan kerugian yang
ditimbulkan, pelayanan publik yang tidak dapat berjalan
dengan semestinya, dan kondisi APBD Aceh yang tidak
mampu untuk melakukan penanggulangan bencana alam.
2) Keluarnya peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang penanggulangan bencana alam seperti UU No 24
Tahun 2007, UU No 26 Tahun 2007, UU No 27 Tahun 2007.
3) Terbentuknya badan khusus yang bertugas melaksanakan
proses penanggulangan bencana alam yaitu BNBP (Badan
Nasional Penanggulangan Bencana).
4) Adanya hambatan kasus korupsi di penanganan Tsunami Aceh
yang diselesaikan oleh BRR dengan membentuk SAK (Satuan
Anti Korupsi) dan mengadakan CFAN (Coordination Forum
for Aceh and Nias) guna membentuk kepercayaan lembaga
donor kepada BRR.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bencana adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu


peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor),
nonalam (gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi dan wabah

penyakit) dan bencana sosial (konflik sosial antarkelompok atau


antarkomunitas masyarakat dan teror). Karena ketidakberdayaan manusia,
akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat, sehingga

menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan


sampai kematian. Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan
untuk mencegah atau menghindari bencana dan daya tahan mereka.

Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri,


mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual, sampai

peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban


umat manusia. Banyak masalah yang berkaitan dengan bencana alam dan
bencana sosial. Kehilangan dan kerusakan termasuk yang paling sering

harus dialami bersama datangnya bencana itu. Harta benda dan manusia
terpaksa harus direlakan, dan itu semua bukan masalah yang mudah. Dan
juga terhambatnya laju perekonomian daerah tersebut.Pedoman

Manajemen Logistik dan Peralatan dalam penanggulangan bencana


dimaksudkan sebagai petunjuk praktis yang dipergunakan oleh semua
pihak dalam melaksanakan upaya penanggulangan bencana sejak
prabencana, saat bencana dan pascabencana. Sehingga dapat mengurangi

dampak atau kerugian yang disebabkan oleh bencana.

16
B. Saran

Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak pihak yang menaruh
perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan tenaga, moril
maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya merupakan

sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap bantuan
yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi
efisiensi. Dengan demikian diharapkan pelaksanaan manajemen logistik

dan peralatan dapat berjalan secara efektif dan efisien dan terkoordinasi
dengan baik.

17
Daftar Pustaka

Musa, Admiral Julius, dkk. 2020. SOSIALISASI LAPANGAN PASCA BENCANA


GEMPABUMI DAN TSUNAMI DI SULAWESI TENGAH TAHUN 2018. Jurnal Manajemen
Bencana. t http://jurnalprodi.idu.ac.id/index.php/MB. diakses pada 28 November 2023

Monawarah, Desi. 2016. PADANG PASCA GEMPA : PROSES REHABILITASI DAN


REKONSTRUKSI KORBAN BENCANA TAHUN 2009-2013. /PADANG-PASCA-GEMPA--
PROSES-REHABILITASI-DAN-REKONSTRUKSI-KORBAN-BENCANA-TAHUN-2009-2013.pdf.
diakses pada 28 November 2023

18

Anda mungkin juga menyukai