Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

MANAJEMEN BENCANA TSUNAMI

Dosen Pengampu : Viyan Septiana Achmad, S.Kep, Ners, M.Kep

Di susun oleh :

Elis Puji Lestari P27904117014


Fiyan Fitri Yanayir P27904117021
Sopiyatun P27904117048
Sylvia Handa P27904117049

Semester IV

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM STUDI D IV KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karuniaNya, penulis diberikan kesehatan dan kesempatan untuk dapat
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan yang mana
makalah ini penulis beri judul “Manajemen Bencana Tsunami”.

Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat banyak tantangan dan


hambatan, akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak baik berupa masukan
materi bahan makalah maupun dengan semangat, masalah tersebut dapat teratasi.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Viyan Septiana Ahmad, S.Kep, Ners, M.Kep. Selaku dosen mata
kuliah Manajemen Bencana
2. Rekan-rekan, yang sudah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-


kekurangan baik pola teknis penulisan maupun materi. Untuk itu penulis
mengharapkan adanya kritikan dan saran dari semua pihak yang membangun demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran


bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sendiri sehingga tujuan
yng diharapkan dapat tercapai. Aaamiin.

Tangerang, Maret 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………….3
A. Latar Belakang…………………………………………………………………...6
B. Tujuan Penulisan…………………………………………………………………6
C. Ruang Lingkup……….………………………………………………………….6
D. Manfaat Penulisan……….………………………………………………………6
BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………………7
A. Definisi Tsunami………………………………………………………………...7
B. Penyebab Tsunami…………..…………………………………………………...8
C. Sejarah Bencana Tsunami…………….………………………………………...14
D. Prediksi Tsunami……………….………………………………………………15
E. Mitigasi Tsunami…….………………………………………………………....21
F. Tsunami Early Warning System………………………………………………..25
BAB III PENUTUP………………………………………………………………28
A. Kesimpulan…...………………………………………………………………...28
B. Saran……………………………………………………………………………28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tsunami merupakan gerakan air secara tiba-tiba yang disebabkan oleh
perubahan laut secara vertical. Dapat disebabkan oleh gempa yang berasal dari
bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut atau di laut,
atau meteor. Bumi telah menyediakan semua fasilitas dan kebutuhan manusia.
Minyak dan gas, bumi, air, mineral logam dan non logam, sumber daya
nirhayati, semuanya tersedia dan tersimpan oleh bumi. Adanya sumber daya
kebumian tersebut membuat kehidupan manusia menjadi lebih baik dan lebih
sejahtera. Dibalik semua yang disediakan oleh bumi, bumi juga menimpan segala
kejadian yang terkadang di luar prediksi kita, seperti bencana. Tidak semua
bencana kita tahu kapan akan terjadi, bencana yang karena alam itu sendiri ada
juga karena ulah tangan manusia sendiri. Bencana yang belakangan ini begitu
banyak terjadi di bumi kita, terutama di Indonesia seperti gempa bumi, tsunami,
tanah longsor, banjir bandang dan lain-lain. Terkadang itu semua di luar prediksi
dan kendali kita, tetapi selalu ada cara untuk dapat menanggulanginya, dengan
belajar dari kesalahan-kesalahan kita dalam menyikapi sebuah bencana yang
terjadi untuk menghindari dampak yang ditimbulkan lebih besar lagi.
Sabuk Gempa Pasifik (Ring of Fire) merupakan daerah berbentuk tapal
kuda yang mengelilingi Samudera PAsifik mencakup panjang 40.000 km.
Sekitar 90% gempa bumi terjadinya di daerah ini dan 80% gempa bumi terbesar
terjadi sepanjang Cincin Api tersebut. Indonesia masuk dalam Sabuk Gempa
Pasifik sehingga sering terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi.
Seringnya Indonesia dilanda gempa bumi menyebabkan resiko terjadinya
tsunami akan semakin besar pula. Resiko tersebut semakin meningkat karena
Indonesia berada pada pertemuan lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia.
Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Benua Eurasia memanjang dari pantai
barata Sumatera hingga pantai selatan Jawa terus ke timur sampai ke Nusa
Tenggara. Jalur penunjaman lempeng bumi di wilayah Kepulauan Indonesia
merupakan jalur penyebab gempa tektonik yang bersifat regional dan umumnya

3
kerusakan yang ditimbulkan sangat parah. Sebagian jalur gempa tersebut berada
di laut sehingga sangat berpotensi menimbulkan bencana tsunami.
Berikut kejadian tsunami yang pernah melanda di Indonesia :
1. Tsunami Sulawesi Tenggara (1968), pada 10 Augustus 1968 gempa dengan
magnitude 7,3 mengguncang Sulawesi Tenggara. Tiga hari kemudian
gelombang tsunami menyapu kawasan Donggala setelah berkali-kali gempa.
2. Tsunami Sumba (1977), 19 Agustus gempa magnitude 7 dengan gelombang
tsunami setinggi 8 meter menyebabkan banyak kerugian bagi penduduk
setempat.
3. Tsunami Flores (1992), terjadi pada 12 Desember gempa dengan magnitude
7,5 diikuti gelombang pasang yang menerjang sejauh 300 eter ke bagian
tengah dan timur pulau Flores, NTT.
4. Tsunami Banyuwangi (1994), 3 Juni 1994 gempa bumi sekaligus tsunami
mengguncang wilayah Banyuwangi Jawa Timur.
5. Tsunami Kepulauan Banggai (2000), gempa tektonil dengan magnitude 6,5
disertai gelombang tsunami terjadi di kabupaten Banggai Kelupauan
Sulawesi Tengah 4 Mei 2000
6. Tsunami Aceh (2004), Tsunami setinggi 35 meter tidak hanya
meluluhlantahkan Aceh, tsunami bahkan menjangkau daratam Sri Lanka dan
Semenanjung India menelan lebih dari 160.000 korban jiwa.
7. Tsunami Pangandaran (2006), 17 Juli 2006 berawal dari gempa
bermagnitudo 8 kemudian menimbukan gelombang yang menyapu daerah
pesisir.
8. Tsunami Palu (2018), gempa 6 SR 28 September 2018 mengguncang
Donggala berakibat tsunami setinggi 6 meter.
9. Tsunami Banten dan Lampung (2018), 22 Desember 2018 tsunami
menerjang wilayah Banten dan Lampung. Dampak bencana tsunami ini
melanda daerah peisisr pantai barat provinsi Banten yaitu kabupaten
Pandeglng, dan kbupaten Serang, sementara Lampung di Kabupaten
Lampung Selatan, Tanggamus dan Pesawaran.

4
Dampak yang ditimbulkan akibat bencana tsunami sangatlah besar, yatu
dapat berupa kematian, kehilangan harta benda, kehancuran sarana dan prasarana
khususnya didaerah pesisir pantai, menimbulkan gangguan ekonomi dan bisnis,
bahkan dapat mengganggu keadaan psikologis (traumatik) masyarakat. Seperti
kejadian bencana tsunami Selat Sunda yang baru saja terjadi tercatat oleh BNPB
menyebabkan 426 orang meninggal dunia, 7.202 orang luka-luka, korban hilang
23, 1.296 rumah rusak, 40.386 orang mengungsi dan masih banyak lagi kerugian
lain. Kemudian contoh lain pada kejadian tsunami di Aceh 26 Desember 2004
lalu sangatlah luar biasa, menyebabkan kerussakan yang belum pernah dirasakan
sebelumnya hamper 230.000 orang tewas, di provinsi Aceh kebanyakan mereka
adalah wanita dan anak-anak.1 Keadaan pesisir pantai pasca tsunami rusak,
sebagian besar vegetasi palindung kawasan mati akibat hantaman gelombang.
Vegetasi yang mati meliputi hutan mangrove, hutan pantai, dan hutan tropis
daerah rendah. Secara fisik hutan mangrove berfungsi sebagai peredam
hempasan gelombang.
Pemerintah melakukan banyak upaya dalam menanggulangi tiap bencana
dengan mengajak bersama masyarakat untuk memahamai bagaiana dalam
menangani dan menanggulangi bencana tsunami yang kapan saja dapat terjadi,
seperti mensosialisasikan bagiamana proses dan menanggulangi ketika
prabencana, bencana dan psca bencana. Ina-TEWS atau Indonesia Tsunami Early
warning System adalah suatu peringatan dini tsunami yang yang komprehensif,
yang di dalamnya telah diterapkan teknologi baru yang dikenal dengan DSS
(Decision Support System) adalah sebuah system yang mengumpulkan semua
informasi dari hasil system monitoring gempa, simulasi tsunami, monitoring
tsunami, dan deformasi kerak bumi stelah gempa terjadi. Kumpulan informasi ini
merupakan faktor-faktor pendukung untuk menyiarkan berita peringatan dini
tsunami. Dari system monitoring tersebut DSS akan mengeluarkan beberapa
jenis berita atau peringatan dini yang harus diambil oleh operator pada waktu
yang ditentukan melalui GUI (Graphic User Interface). Ina-TEWS mampu
memberikan peringatan dini tsunami dalam waktu lima menit setelah kejadian
gempa bumi yang berpotensi membangkitkan tsunami.

1
UNESCO Indonesia

5
B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Dapat mengetahui bagaimana manajemen bencana pada tsunami.
b. Tujuan Khusus
a) Dapat mengetahui definisi tsunami
b) Dapat mengetahui apa penyebab tsunami
c) Dapat mengetahui sejarah bencana tsunami
d) Dapat mengetahui bagaimana prediksi tsunami
e) Dapat memahami bagaimana mitigasi tsunami
f) Dapat mengetahui apa itu tsunami early warning system
c. Ruang Lingkup
Pada penulisan makalah ini hanya membatasi pada manajemen bencana
tsunami.
C. Manfaat penulisan
a) Manfaat Teoritis
Hasil diskusi ini secara teoritis dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam memperkaya wawasan pengetahuan dan dapat di terapkan dalam
kehidupan sehari-hari.
b) Manfaat Praktis
a) Bagi penulis
Dapat menambah wawasan dan mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat
di kehidupan sehari-hari.
b) Bagi institusi
Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program pembelajaran serta
menentukan metode dan media pembelajaran yang tepat untuk
mengembangkan kemampuan mahasiswa.
c) Bagi pembaca
Dapat menjadi rujukan, informasi dan bahan referensi selanjutnya agar bisa
lebih dikembangkan dalam materi – materi yang lainnya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Definisi Tsunami
Tsunami (berasal dari bahasa Jepang Tsu = pelabuhan, Nami = gelombang,
secara harfiah berarti “ombak besar di pelabhan”) yang artinya adalah
pemindahan badan air atau gelombang laut yang terjad karena adanya gangguan
impulsive. Gangguan impulsive tersebut terjadi akibat adanya perubahan bentuk
dasar laut yang disebabkan oleh perubahan permukaan laut secara vertical
dengan tiba-tiba. Dari definisi tsunami yang diungkapkan oleh ahli, bahwa
Tsunami adalah gelombang air laut yang tidak wajar dari biasanya, hal ini
biasanya dikarenkan adanya pergeseran lempeng pada belhan bumi, gempa dan
lain sebagainya. (Musashiazka 2014). Tsunami kadangkala disebut “gelombang
laut seismic”, walaupun tsunami disebarkan oleh mekanisme selain gempa bumi.
Ada juga yang menyebut tsunami dengan “gelombang tidal”, karena terjadi di
permukaan laut saat terjadinya pasang naik di Bumi. (Margaritondo, 2005).
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung api, letusan gunung berapi bawah laut,
longsir bawah laut, ataupun hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat
merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami
adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam,
gelombang tsunami dapat merambat dengan kecpatan 500-1000 km/jam. Setara
dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya
sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang
sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai kecepatan gelombang
tsunami menurun hingga sekitar 30 km/jam, namun ketinggian sudah meningkat
hingga mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang tsunami bisa masuk
hingga puluhan kilometer dari bibir pantai. Keruskan dan korban jiwa yang
terjadi karena tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material
yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

7
B. Penyebab Tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadinya gangguan yang menyebabkan


perpindahan sejumlah besar air atau ombak raksasa, letusan gunung api, gempa
bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun 90% tsunami adalah
akibat gempa bumi di bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami
diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.

Gerakan vertikal pada kerak bumi dapat mengakibatkan dasar laut naik
ataupun turun secraa tiba-tiba, yaitu mengakibatkan gangguan keseimbangan air
yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energy air laut,
yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan
terjadinya tsunami. Keceatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman
laut dimana gelombang terjadi, yang kecepatannya bisa mencapai rautsan
kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan mnejadi
kurang lebih 50 km.jam dan energinya sangat merusa daerah pantai yang
dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga
beberapa meter, namun saat mencapai tinggi gelombangnya bisa mencapai
puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai
tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan
menca[ai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer. Gerakan vertikla
ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi
di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng
benua.

Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga
dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami.
Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar
laut naik turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di
atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang
jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi
megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.

Secara rinci penyebab terjadinya tsunami adalah sebagai berikut :

1) Gempa bumi

8
Gempa bumi merupakan penyebab utama terjadinya tsunami. Tidak
semua gempa dapat menyebabkan tsunami, terjadinya tsunami harus
mmenuhi beberapa syarat yaitu :
a. Pusat gempa (episenter) berada di bawah laut
b. Pusat gempa berkisar antara 0-30 km 9biasanya dikenal dengan sebutan
gempa dangkal)
c. Magnitudo gempa yang berdampak biasanya lebih besar dari 6 skala
richter
d. Tsunami yang besar umunya juga terjadi apabila juga terjadi dislokasi
vertical, atau pada sesar naik atau sesar turun.

Gempa dengan karakteristik tertentu akan menghasilkan tsunami


yang sangat berbahya dan mematikan :

a. Tipe sesaran naik (thusrt/reverse fault). Tipe ini sangat efektif


memindahkan volume air yang berada di atas lempeng untuk bergerak
sebagai awal lahirnya tsunami.
b. Kemiringan sudut tegak antar lempeng yang bertemu. Makin tinggi
sudutnya (mendekati tegak lurus), makin efektif tsunami yang
terbentuk.
c. Kedalaman pusat gempa yang dangkal (7.0 R), tetapi kalau tipe
sesarnya bukan naik namun normal (normal fault) atau sejajar (strike
slip fault), bisa dipastikan tsunami akan sulit terbentuk.

Gempa bumi tektonik terjadi akibat yumbukan lempeng tektonik.


Di Indonesia terdapat 3 pergerakan lempeng yaitu : pergerakan Indo-
Australia dengan Eurasia, Indo-Australia dengan PAsifik, dan Pasifik
dengan Indo-Australia. Pertemuan lempeng ini adalah lokasi gempa-gempa
yang besar dan berada di lautan yang berjarak 100-150 km dari pantai barat
Sumatera, selatan Jawa, selatan Nusa Tenggara, Maluku dan pantai utara
Papua.

Skema terjadinya tsunmi akibat gempa bumi diperlihatkan gambar berikut.

9
Gambar 1.1 How Tsunami Works (HowStuffWorks.com.Inc, 2004)

Gambar 1.2 Proses Tsunami (http://putohari.tripod.com/Putrohari/)

 Gerakan vertical pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik
ataupun turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan
keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan
terjadinya aliran energy air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar yang megakibatkan terjadinya tsunami.

10
 Gerakan vertical ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa
bumi juga bayak trjadi di daerah subduksi dimana lempeng samudera
menelusup ke bawah lempeng benua.

Contoh tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi :

a. 1 April 1946, gempa kekuatan M 7,3 di Pulau Unimak, Alaska.


Menghasilkan gelombang tsunami setinggi 30 m dengan kecepatan 659
km/jam
b. 22 Mei 1960, gempa kekuatan M 9,5 di Chili, Amerika selatan.
Menghasilkan gelombang setinggi 11 m dengan kecepatan 166 km/jam
c. 27 Maret 1964, gempa kekuatan M 9,4 di Alaska. Menghasilkan
tsunami setinggi 6,3 m.
d. 2 September 1992, gempa dengan magnitude 7 di Nikaragua, Amerika
Tengah
e. 10 Augustus 1968, gempa dengan magnitude 7,3 mengguncang
Sulawesi Tenggara. Tiga hari kemudian gelombang tsunami menyapu
kawasan Donggala setelah berkali-kali gempa.
f. 19 Agustus 1977, gempa magnitude 7 dengan gelombang tsunami
setinggi 8 meter di Sumba menyebabkan banyak kerugian bagi
penduduk setempat.
g. 12 Desember 1992, gempa dengan magnitude 7,5 diikuti gelombang
pasang yang menerjang sejauh 300 eter ke bagian tengah dan timur
pulau Flores, NTT.
h. 3 Juni 1994, gempa bumi sekaligus tsunami mengguncang wilayah
Banyuwangi Jawa Timur.
i. 4 Mei 2000, gempa tektonil dengan magnitude 6,5 disertai gelombang
tsunami terjadi di kabupaten Banggai Kelupauan Sulawesi Tengah.
j. 17 Juli 2006 berawal dari gempa bermagnitudo 8 kemudian
menimbukan gelombang yang menyapu daerah pesisir Pangandaran.
k. 28 September 2018, gempa 6 SR mengguncang Donggala berakibat
tsunami setinggi 6 meter.
l. 22 Desember 2018 tsunami menerjang wilayah Banten dan Lampung.
Dampak bencana tsunami ini melanda daerah peisisr pantai barat

11
provinsi Banten yaitu kabupaten Pandeglng, dan kbupaten Serang,
sementara Lampung di Kabupaten Lampung Selatan, Tanggamus dan
Pesawaran.
m. 26 September 2004, gempa dengan kekuatan 9,3 SR di Aceh,
Indonesia. Menghasilkan gelombang setinggi 30 m dengan kecepatan
1000 km/jam
2) Letusan Gunung Api
Meskipun relative jarang, letusan-letusan gunung berapi yang hebat
juga merupakan guncangan-guncangan impulsive yang dapat
memindahtempatkan air dalam jumlah bear dan menciptakan gelombang-
gelombang tsunami yang sangat destruktif di daerah sumber terdekat.
Gelombang-gelombang dapat terjadi karena perpindahtempatan air secara
tiba-tiba, karena kegagalan lereng gunung berapi atau lebih mungkin
karena preatomagmatic explosion suatu erupsi/muntahan gunung breapi
berdaya ledak yang timbul dari interaksi air dan magma dan runtuhnya
ruang-ruang magma gunung berapi. Salah satu tsunami paling besar dan
paling destruktif yang pernah tercatat adalah pada 26 Agustus 1883, setelah
meletus dan runtuhnya gunung berapi Krakatau di Indonesia.
Letusan itu menimbulkan gelombang-gelombang yang menjulang setinggi
42 meter (hamper 130 kaki), menghancurkan kota-kota di daerah pantai
dan desa-desa sepanjang Selat Subda di kepulauan Jawa dan Sumatra, dan
merenggut 36,417 jiwa.
3) Tanah Longsor dan Karang Terban
Tidak jarang, gelombang-gelombang tsunami dapat disebabkan oleh
berpindahtempatnya air akibat terbanan karang, guguran es, dan pergeseran
lapisan tanah atau batu (slump) bawah laut secara tiba-tiba.
Peristiwa-peristiwa demikian dapat disebabkan scara impulsive oleh
ketidakstabilan dan kegagalan mendadak lereng-lereng bawah laut. Sebagai
contoh pada tahun 1980-an, pengerukan tanah (earth moving) dan
pekerjaan konstruksi pada airport runaway sepanjang pantai Prancis
Selatan memicu tanah longsor bawah air yang menimbulkan gelombang-
gelombang tsunami yang destruktif di pelabuhan Thebes.

12
Gempabumi-gempabumi besar diduga menjadi penyebab dari
banyak tanah-longsor di bawah air, yang mungkin punya andil besar dalam
munculnya tsunami. Banyak ilmuwan yang percaya bahwa tsunami 1998
yang merenggut nyawa ribuan orang dan memporakporandakan desa di
pantai utara Papua Nugini, dimotori oleh pergerakan bawah air sedimen-
sedimen yang dipicu oleh satu gempa bumi.

Umumnya energi dari gelombang-gelombang tsunami yang


terbangkitkan dari tanah longsor dan karang terban cepat tersebar ketika
gelombang-gelombang itu bergerak dari sumber dan melintasi lautan, atau
dalam suatu perairan seperti suatu danau atau teluk (fjord). Tetapi perlu
dcatat bahwa salah satu gelombang tsunami terbesar yang pernah diamati
adalah disebabkan oleh karang terban di Teluk Litiya, Alaska pada 9 Juli
1958. Gelombang mencapai ketinggian 520 meter (kira-kira 1.600 kaki)
dan menyapu habis satu hutan.

4) Kejatuhan Benda-Benda Langit (Asteroid, Meteor, Letusan)


Untungnya jarang sekali sebuah meteor atau asteroid mencapai
bumi. Dalam catatan sejarah belum pernah ada asteroid menghantam
planet. Sebagian besar meteor terbakar ketika mereka mencapai atmosfer.
Akan tetapi, dulu meteor-meteor besar pernah menghantam, yang
dibuktikan oleh ledakan-ledakan yang ditemui di berbagai bagian bumi.
Adalah juga mungkin bahwa sebuah steroida jatuh ke bumi di jaman
prasejarah yang terakhir kira-kira 65 juta tahun lalu selama masa
Cretaceous.
Oleh sebab bukti kejatuhan meteor dan asteroida di atas bumi
sungguh ada maka kita harus berkesimpulan bahwa sebagian di antaranya
jatuh tercebur di laut atau lautan karena 4/5 planet tertutup oleh air.
Kejautan benda-benda langit itu ke laut berpotensi menyebabkan tsunami
yang amat dahsyat.
Pada tahun 1997, para ilmuwan menemukan bukti tentang suatu
asteroid berdiameter 4 km (2,5 mil) yang mendarat di lepas pantai Chili
kira-kira dua juta tahun lalu, yang menimbulkan tsunami besar sekali yang
menyapu rata beberaa bagian Amerika Selatan dan Amerika. Para ilmuwan

13
telah berkesimpulan bahwa dampak dari sebuah asteroid yang agak besar,
berdiameter 5-6 km (tiga sampai empat mil), ditengah ocean basin yang
besar seperti tlantik, akan menghasilkan satu tsunami yang akan menjelajah
habis. Pegunungan Appalachian di dua pertiga bulu America Serikat.
Melintasi Atlantik kota-kota di daerah pantai akan tersapu ludes. Sebuah
asteroida seukuran itu yang jatuh antara kepuaulan Hawaii dan pantai-
pantai barat kanada, Amerika Serikat, dan Meksiko akan mengubur
sebagian besar daerah pemukiman pantai kepulauan Hawaii.

C. Sejarah Bencana Tsunami


Kejadian bencana tsunami yang terjadi di bumi ini diketahu telah terjadi
sejak ribuan tahun lalu, mulai dari zaman Yunani kuno sampai terakhir bencana
tsunami yang terjadi di Jepang tahun 2011n yang lalu. Ternyata, kejaidan
bencana tsunami mempunyai sederetan cerita sejarah mulai dari yang kecil
sampai kejadian tsunami yang terburuk sepanjang sejarah. Berikut beberapa
kejadian bencana tsunami di beberapa Negara :
1. 15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi
menyapu pantai timut Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korabn.
2. 1 April 1946, gempa kekuatan M 7,3 di Pulau Unimak, Alaska.
Menghasilkan gelombang tsunami setinggi 30 m dengan kecepatan 659
km/jam
3. 22 Mei 1960, gempa kekuatan M 9,5 di Chili, Amerika Selatan.
Menghasilkan gelombang setinggi 1 meter dengan kecepatan 166 km/jam
4. Maret 1964, gempa kekuatan M 9,2 di Alaska. Menghasilkan tsunami
setinggi 6,3 m.
5. 2 September 1992, gempa dengan magnitude 7 di Nikaragua, Amerika
Tengah
6. 1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di
Alaska, membunuh 159 orang, kebanyakan berada di Hawaii. Pada tanggal 1
April 1946 besarnya 7,8 (skala richter) terjadi gempa dekat Kepulauan
Aleutian, Alaska. Ini menghasilkan tsunami yang menggenangi Hilo di pulau
Hawaii dengan 14 meter (46 kaki) gelombang tinggi. Daerah dimana gempa

14
bumi terjadi adalah di mana lantai Samudera Pasifik merupakan subdukdi
atau didorong kebawah di bawah Alaska.
7. 9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh masa
modern, gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oelh tananh longsor yang
awalnya dipicu gempa bumi berskala 8,3 skala richter. Gelombang super
tinggi, tetapi karena wilayah tersebut relative terisolasi dan kondisi
geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan banyak kerusakan. Tapi
hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh 2 orang pelaut.
8. 22 Mei 1960, salah satu gempa besar tercatat manusia terjadi di Chile sebesar
8,6 skala richter menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile dalam
waktu kurang dari 15 menit. Gelombang setinggi 25 eter membunuh 1500
0rang di Chile dan Hawaii.
9. 27 Maret 1964, dikenal gempa bumi Good Friday Alaska, dengan kekuatan
sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam
tsunai di Valdez Inlet dengan ketinggian 67 meter, membunuh lebih dari 120
orang. Sepuluh orang yang menjadi korban di kota Crescent, di utara
California yang sempat menyaksikan gelombang setinggi 6,3 meter.
10. 23 agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu
korban gempa bumi.
11. Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala rchter menyebabkan tsunami
di Papua Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
12. 12 Januari 2006, gempa bumi Hati yang beresiko memicu tsunami.

D. Prediksi Tsunami
Gejala yang mungkin terjadi jika akan datang gelombang tsunami adalah
sebagai berikut :
1. Biasanya diawali dengan gempa bumi yang sangat kuat.
2. Bila kamu melihat permukaan air laut turun secara tiba-tiba, waspadalah
karena itu tanda gelombang tsunami datang.
3. Tsunami adalah rangkaian gelombang. Bukan gelombang pertama yang besar
dan membahayakan. Beberapa saat setelah gelombang pertama akan
menyusul gelombang yang jauh lebih besar.

15
Tanda-tanda terjadinya tsunami juga dapat dilihat dari beberapa hal berikut,
yaitu :
1. Air laut yang surut secara tiba-tiba.
2. Bau asin yang sangat menyengat
3. Dari kejauhan tampak gelembung-gelembung gas pada permukaan air dan
membuat pantai seperti mendidih.

Variasi gelombang tsunami yang terjadi antara rentang 0,5 meter sampai
dengan 30 meter dan periode beberapa menit sampai sekitar satu jam. Berbeda
dengan gelombang (angin) atau gelombang yang disebabkan karena angin,
gelombang angin biasanya hanya menggerakkan air laut bagia atas. Sedangkan
gelombang tsunami akan menggerakkan seluruh kolom air dari permukaan
sampai dasar dan pergerakannya merambat ke segala arah.

Cepat rambat pada gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut.


Semakin besar kedalaman laut semakin besar pula kecepatan rambat
gelombangnya. Sebagai contoh pada kedalaman 5000 meter dari dasar laut, cepat
rambat gelombang tsunami mencapai 230 meter per detik atau sekitar 830
kilometer per jam, sedangkan pada kedalaman 4000 meter dari dasar laut maka
cepat rambat gelombang tsunami mencapai 200 meter per detik dan pada
kedalaman 40 mete dari dasar laut cepat ramabta gelombang mencapai 20 meter
per detik. Panjang gelombang tsunami yaitu jarak anatar 2 puncak gelombang
secara berurutan bisa mencapai 200 km.

Sementara itu pada lokasi pembentukan tsunami atau daerah episentrum


gempa tinggi gelombang tsunami diperkirakan antara I meter dan 2 meter. Oleh
karena itu peristiwa tsunami biasanya tidak dapat dirasakan ketika berada di
tengah lautan. Ketika berada di tengah laut gelombang tsunami hanya dirasakan
seperti gelombang besar pada umumnya, namun selama perjalanan dari tengah
laut atau dari pusat terbentuknya tsunami menuju pantai, tinggi gelombang
smeakin besar karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut. Setelah
gelombang mencapai pantai, gelombang naik (run up) ke daratan dengan
kecepatan tinggi yang bisa menghancurkan kehidupan di daerah pantai.

16
Tsunami di dasar laut biasanya ditentukan oelh beberapa faktor penentu
antara lain ;

1. Kedalaman pusat gempa (episentrum) di bawah dasar laut h (km)


2. Kekuatan gempa M yang biasanya dinyatakan dalam bentuk skala Richter
3. Kedalaman air di atas episentrum d (m)

Besarnya gelombang tsunami biasanya berkaitan erat dengan kekuatan


gempa dan kedalaman pusat gempa. Sementara untuk besaran tsunami (m)
berkaitan erat dengan kekuatan gempa (M) dan juga bergantuang pada
kedalaman laut (d) di lokasi terbentuknya gempa.

1. Jenis-Jenis Tsunami
a. Jenis Utama Tsunami
a) Segera Gelombang
Jenis tsunami segera gelombang dihasilkan secara local oleh gerakan
lateral yang tiba-tiba dinding air di dorong keluar dari jalannya.(Tipe
gelombang I).
b) Seismis Seiches
Dihasilkan oleh vaiari perpindahan tanah local vertical (efek miring).
Jenis gelombang II disebut Seiche karena respon tubuh air tergantung
pada sifa resonansi dan akan mnegambil bentuk gelombang berulang
pada interval waktu yang ditentukan oelh berbagai frekuensi alami.
Tipe ini termasuk gelombang mneyebarkan dihasilkan oleh runtuhnya
gelombang segera, tetapi ini cenderung kecil disbanding dengan efek
miring seismic.
Hanya di badan air tertutup, seperti pelabuhan atau muara, adalah
perbedaan yang penting antara tipe II dan tipe III gelombang-
gelombang (tsunami klasik) karena tipe II gelombang yang diasilkan
secara internal sedangkan tipe III gelombang dalam menanggai
eksternal memaksa dari laut terbuka.
c) Klasik Tsunami
Tipe III, adalah gelombnag-gelombang laut terbuka akibat aksi
gravitasi menuusul gangguan durasi singkat memulai atau “benjolan”

17
dengan penekanan khusus pada pola interaksi antara gelombang ini
dan garis pantai.

2. Hubungan antara besaran gempa dengan tinggi tsunami yang terjadi


di pantai
M H (meter)

5,0 >32

4,5 24,0-32,0

4,0 16,0-24,0

3,5 12,0-16,0

3,0 8,0-12,0

2,5 6,0-8,0

2,0 4,0-6,0

1,5 3,0-4,0

1,0 2,0-3,0

0,5 1,5-2,0

0,0 1,0-1,5

-0,5 0,75-1,0

-1,5 0,5-75

-1 0,3-0,5

-1 <0,3

Berdasarkan pda perhitungan untuk memprediksikan terjadi


tsunami tersebut diatas, dapat kita ketahui bahwa hamper semua
gelombang tsunami mempunyai tinggi gelombang yang sangat tinggi

18
ketika mencapai pantai tidak mengherankan jika banyak korban yang
berjatuhan ketika tsunami menerjang.
Alternative lain untuk memprediksi datangnya tsunami adlaah
ethologic, yakni ilmu yang mempelajari gerak-gerik atau tingkah laku
hewan dilingkungan alam dan dilingkungan lain dimana hewan tersebut
bisa hidup. Penggunaan etologi untuk memprediksi gempa dan tsunami
belum diterima secara luas oleh peneliti. Sebagian menanganggap
tingkah laku hewan tidak memiliki hubungan dengan datangnya gempa
dan tsunami, bahkan ada yang menganggap tingkah laku abnormal hewan
sbelum tsunami hanyalah anekdot. Meski demikian, setiap kejadian
tsunami dan gempa dilaporkan didahului atau diiringi oleh perilaku
abnormal. Situs berita kompas.com pada sabtu tanggl 12 bulan 3
memberitakan, bencana tsunami yang melanda jepang dan perairan
samudra pasifik ditengarai telah menyebabkan ikan bermigrasi sampai di
samudera Indonesia atau dikenal dengan samudera hindia. Sehari pasca
tsunami di jepang, para nelayan pantai selatan kulon progo jsutru panen
ikan. Bebrapa nelayan yang melaut mendpatkan tangkapan yang cukup
bnayak. Sekitar 80% gempa di jepang memang terjadi ditengah lautan.
Hal ini menyebabkan terjadinya perilaku abnormal pada ikan. Spesies
ikan yang biasnaya hidup di lautan dingin yang dalam dapat tertangkap
oleh nelayan di perairan yang hangat bebrapa saat sebelum terjandinya
gempa. Ikan memiliki sensitifitas tinggi terhadap variasi medan elektrik
yang terjadi sebelum gempa. Sensitifitas seperti ini memungkinkan
beberapa hewan untuk dapat mendeteksi gas radon yang dikelaurkan dari
tanah sbeelum gempa. Tingkah laku hewan sebelum terjadi gempa dan
tsunami juga tercatat dalam beebrapa bencana besar. Salahs atunya ketika
tsunami yang menghantam aceh, Thailand, dan srilangka pada 2004
silam. Kantor berita reuters melaporkan, taman nasional yala di srilangka
telah dipenuhi mayat manusia, namun tidak satupun ditemukan bangkai-
bangkai hewan.
Etiologi dapat dibedakan dengan psikologi komparatif yang juga
mempelajari perilaku hewan, namun menguraikan studinya sebagai cbang

19
psikologi. Hewan memiliki tingkah laku yang terlihat dan saling
berkaitansecara individual maupun kolektif. Berbagai macam tingkah
laku hewan merupakan cara bagi hewan tersebut untuk berinteraksi
secara dinamik dengan lingkungannya. Tingkah laku yang dimiliki oleh
berbagai macam hewan telah melahirkan bidang ilmu tersendiri bernama
ethologic.kepercayaan yang mengatakan bahwa hewan dapat merasakan
gejala alam dan gempa telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Pada
tahun 373 SM, sejarawan menctat hewan seperti tikus, ular, dan musang
telah meninggalkan kota Helis di Yunani beberapa hari sebelum
terjadinya gempa yang menghancurkan kota tersebut.
Para ethologis mempelajari fisiologi perilaku dengan metode
analisa dan morfologi perilaku dengan metode komparatif. Kpnrad Z,
Lorenz dianggap sebagai Bapak Ethologi Modern, Lorenz merumuskan
bahwa perilaku hewan, adaptasi fisiknya, merupakan bagian dari
usahanya untuk hidup.
Dalam ethologic siakui bahwa perilaku hewan timbul berdasarkan
motivasi, hal ini menunjukkan bahawa hewan mempunyai emosi.
Ethologic erat kaitannya dengan bidang ilmu lain seperti geologi karena
ada beberapa perilaku hewan yang dapat menujuka akan terjadinya suatu
gempa atau tsunami. Meskipun demikian, beberapa ahli geologi Amerika
masih bersikap skeptis dalam melihat fenomena tingkah laku hewan
sebelum terjadinya tsunami. Andi Michael, seorang ahli dari United State
Geological survey (USGS) menganggap bahwa tingkah laku abnormal
hewan yang terlihat sebelum terjadinya tsunami ini hanyalah sebuah
anekdot. USGS menyatakan bahwa idak ada hubungan antara perilaku
hewan dengan terjadinya gempa. Melalui pengamatan perilaku hewan,
namun tidak ada hasil nyata dari penelitian. Beberapa ahli peneliti
memperkirakan hewan-hewan dapat merespon gas radon atau gas lain
yang dikeluarkan dari dalam bumi sebelum gempa. Diketahui pula bahwa
dalam kondisi geologi tertentu, konsentrasi gas seperti metana di dalam
tanah dapat berubah sedikit. Gas juga kadang-kadang dileaskan dari tanah
selama gempa bumi. Sebagian besar hewan memiliki indera penciuman

20
yang tajam dibanding manusia terhadap beberapa jenis gas. Hewan-
hewan sering dilaporkan bertingkah ketakutan sebelum letusan gunung
berapi. Hidung anjing sekitar satu juta kali lebih sensitive darpada
manusia, dan beberapa seranggam seperti ngengaat, (silk moth) memiliki
kemampuan luar biasa penginderaan. Sebagai contoh, pada saat kawin
negngat betina menghasilkan kurang dari seperjuta gram molekul sex
attractant yang disebarkan oleh angin, lalu sinyal ajakan kawin itu bisa
ditangkap dengan antenna sensitive ngengat jantan untuk mengejar
betina. Fluktuasi medan magnet bumi dapat menyebabkan perilaku
abnormal pada hewan. Beberapa hewan memiliki sensitifitas terhadap
variasi medan magnet bumi yang terjadi didekat pusat gempa (episenter).
Perubahan medan magnet bumi mempengaruhi proses migrasi burung-
burung dan mengganggu kemampuan navigasi ikan. Selain itu, ion-ion
yang bermuatan dapat keluar sebelum terjadnya gempa, hal ini
menyebabkan partikel ion yang bermuatan listrik dapat merubah
pemancar gelombang syaraf (neurotransmitter) dalam otak hewan.

E. Mitigasi Tsunami
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan pningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana (UU NO. 24 Tahun 2007) tentang
penanggulangan bencana. Terdapat bebrapa usaha yang dapat dilakukan dalam
mitigasi dari tsunami sebagai berikut :
1. Sebelum terjadi tsunami

Seharusnya masyarakat dapat melakukan beberapa tindakan dalam


rangka pengurangan risiko bencan tsunami :

a) Hindari bertempat tinggal di daerag tepi pantai yang di landai kurang dari
10 meter dari permukaan laut. Berdasarkan penelitian, daerah ini
merupakan daerah yang mengalami kerusakan terparah akibat bencana
Tsunami, badai dan angin ribut.
b) Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang
seperti bakau, aplem, ketapang, waru, beringin, dan jenis lainnya.

21
c) Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan oelh pemerintah setempat.
d) Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atas.
e) Bagian dinding yang lebar usahakan tidak sejajar dengan garis pantai.

Selain itu, bencana dapat direduksi apabila masyarakat sadar dan


siapsiaga menghadapi bencana, caranya dengan mempersiapkan diri
dengan cara :

a) Mempromosikan budaya pencegahan dan keselamatan menghuni di


kawasan ini.
b) Mempersiapkan rencana manajemen menghadapi bencana
c) Mendorong terbentuknya kepanitiaan dan gugus tugas di wilayah ini.
d) Mempersiapkan peralatan tepat guna untuk pelatihan bagi generasi
muda atau siswa dalam mereduksi terjadinya bencana.
e) Mereduksi risiko melalui organisasi formil maupun non formil
(pemerintah dan swasta).
2. Saat terjadi bencana tsunami
a) Tindakan Untuk Mnegurangi Kemungkinan Resiko
 Mewujudkan keberdyaan Individu, keluarga, komunitas,
masyarakat, dan Negara; serta mengatsai ketidakberlanjutan
pembangunan.
 Membangun pondasi rasa aman yang segala kegiatannya
mendorong untuk ketercukupan kebutuhan dasar.
 Membangun berbagai perangkat pengurangan risiko bencana
(PRB) dan kegiatan-kegiatan yang dapat mengurangi risiko
bencana mencegah dan memitigasi bahaya, serta meredam
kerentanan dari ancaman.
 Seluruh kemampuan komunitas digunakan untuk menangani
ancaman. Sehingga tidak diperlukan bantuan eksternal karena
kemampuan yang ada dapat menanganinya.
 Mengidentifikasi, mengevaluasi, dan monitor risiko-risiko
bencana dan meningkatkan pemanfaatan peringatan dini.

22
 Menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk
membangun suatu budaya aman dan ketahanan pada semua
tingkatan.
b) Penyelamatan diri
Dalam ruangan :
 Jangan panic
 Segera berlari mencari tempat yang lebih tinggi
 Tidak perlu menunggu peringata tsunami
 Selamatkan diri anda, bukan barang anda
 Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslan mencari tempat
yang aman.
c) Diluar ruangan :
 Bila sedang berada di pantai atau dekat laut dan merasakan bumi
bergetar, segera berlari ke tempat yang tinggi dan jauh dari
pantai.
 Naik ke laintai yang lebih tinggi, atap rumah atau memanjat
pohon
 Tsunami dapat muncul melalui sungai dekat laut, jadi jangan
berada disekitarnya.
 Jika terseret tsunami, carilah benda terapung yang dapat
digunakan sebagai rakit
 Selamatkan diri melalui jalur evakuasi tsunami ke tempat
evakuasi yang sudah disepakati bersama
 Jika anda berpegangan pada pohon saat ada gelombang tsunami
berlangsung jangan membelakangi arah laut supaya tehindar dari
benturan benda-benda yang dibawa oleh gelombang
d) Dalam gedung brtingkat :
 Tidak perlu menunggu peringatan tsunami
 Jangan hiraukan keruskaan disekitar, terulah menuju lantai yang
tertinggi
 Jika anda berpegangan pada suatu balok atau kayu di lantai
gedung tersebut saat gelombang tsunami berlangsung, jangan

23
membelakangi arah laut supaya terhindar dari benturan benda-
benda yang dibawa oleh gelombang
 Anda dapat membalikkan bandan saat gelombang berbalik arah
kembali ke laut
 Tetap beregangan kuat hingga gelombang benar-benar reda
3. Pasca Terjadi Tsunami
a) Hindari instalasi listrik bertegangan tinggi dan laporkan jika
menemukan kerusakan kepada PLN
b) Hindari memasuki wilayah keruskan kecuali setelah dinyatakan aman
c) Jauhi reruntuhan bangunan
d) Upayakan penampungan sendiri kala memungkinkan. Ajaklah sesama
warga untuk melakukan kegiatan yang positif. Misalnya mengubur
jenazah, mengumpulkan benda-benda yang dapat digunakan kembali,
sembahyang bersama, dan lain sebagainya. Tindakan ini akan dapat
menolong kita untuk segera bangkit, dan membangun kembali
kehidupan.
e) Bila diperlukan, carilah bantuan dan bekerja sama dengan sesame
serta lembaga pemerintah, adat, keagamaan atau lembaga swadaya
masyarakat seperti Dinas Sosial, BMKG, SAR, UGD, PKM, POLDA,
Hansip/Linmas, LSM, PMI, Media Massa, BPBD, KMPB, dan lain-
lain.
f) Ceritakan tentang bencana ini kepada keluarga, anak, dan teman anda
untuk emmberikan pengetahuan yang jelas dan tepat. Ceritakan juga
apa yang harsu diakukan bila ada tanda-tanda tsunami akan datang.
g) Tenang dan sabar. Tetap tenang dan berpikir rasional akan membantu
menyelamatkan kita dan terhindar dari tindakan yang tidak masuk
akal. Biasanya banyak orang yang akan mencari pmenuhan
kebutuhan untuk keselamatan keluarganya sendiri. Kesabaran akan
membantu semua orang terbebas daris ituasi sulit dengan mudah.

24
F. TSUNAMI EARLY WARNING SYSTEM

Banyak kota-kota di sekitar Pasifik, terutama di Jepang dan juga


Hawaii mempunyai system peringatan dini dan prosedur evakuasi untuk
menangani kejadian tsunami. Bencana tsunami dapat diprediksi oelh berbagai
institusi seismologi di berbagai perangkat yang ada di dasar atau permukaan
laut yang terkoneksi dengan satelit.

Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama dengan perangkat yang


mengapung di laut buoy, dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang
tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia pada laut dalam. Sstem sederhana
yang pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan awal akan
terjadnya tsunami pernah dia coba di Hawaii pada tahun 1920-an. Kemudian,
system yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar
pada tanggal 1 April 1946 dan 1949 dan menghubungkannya ke jaringan data
dan peringatan internasional pada tahun 1965.

Salah satu system untuk menyediakan perinagtan dini tsunami, CEST


Project dipasang di pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawaii oleh
USGS, NOAA, dan Pacific NOrtwest Seismograph Network, serta oleh tiga
jaringan seismic universitas.

Hingga kini ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun


proses terjadinya masih banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter
dari sebuah gempa bawah laut dan kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat
dihitung. Permodelan tsunami yang baik telah berhasil memperkiakan seberapa
besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan penjalarannya
dan waktu sampai di pantai, beberapa ketinggian tsunami di pantai dan
seberapa jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu,
karena faktor ilmiah, seperti kompleksitas fotografi dan batimetri sekitar pantai
dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik tumbuhna, bangunan, ddl)
perkiraan waktu kedatangan tsunami, keinggian dan jarak rendaman tsunami
masih belum bisa dimodelkan secara akurat.

1. Sistem Peringatan Dini di Indonesia

25
Pemerintah Indonesia, dengan bantuan-bantuan Negara donor, telah
mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian
Tsunami Early Warning System – InaTEWS). System ini berpusat di
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta.
System ini memungkinkan BMKG mengirimkan penringatan tsunami jika
terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. System yang ada
sekarang ini sedang disempurnaka. Kedepannya, system ini akan dapat
mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan system
pendukung pengambilan keputusan (Decision Support Sstem-DSS).
Pengembangan system Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan
banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga
internasional, lembaga non-pemerintah, coordinator dari pihak Indonesia
adalah Kementerian Negara Riset dan Teknologi (Kemenristek).
Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk
mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah
BMK. System ini di desain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami
dalam waktu paling lama 5 menit setelah terjadi gempa.
System peringatan dini memiliki 4 komponen : pengetahuan
mengenai bahaya dan resiko, peramalan, dan reaksi. Obervasi (monitoring
gempa dan permukaan laut), integrasi dan diseminasi informasi,
kesiapsiagaan.
2. Cara Kerja
Sebuah system peringatan dini tsunami adalah merupakan
rangkaian system kerja yang rumit dan melibatka banyak pihak secara
internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut di catat oleh
alat seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, dan
waktu) mengeluarkan INFO gempa yang disampaikan melalui peralatan
teknis secara simultan.data gempa dimasukkan dalam DSS untuk
memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami
perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan scenario modeling yang telah
dibuat terlebih dahulu. Kemudian BMKG dapat mengeluarkan INFO

26
PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan
dengan data dari peralatan system peringatan dini lainnya (GPS, BUOY,
OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang
tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh
BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa
institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi
inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG
juga menyampaikan info peringatan melalui SMS, facsimile, Telepon,
Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai
fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui website resmi BMG
(www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa
meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling
efektif hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah
RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yng tinggal di daerah rawan
tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk
mendengarkan berita peringatan dini tsunami. Alat lainnya yang juga
dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang
mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa
Radio? Jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu
tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena
ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinya pun
relative cukup memadai.

27
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Tsunami merupakan kejadian bencana alam yang tidak dapat diprediksi
kedatangannya. Tsunami merupakan luapan gelombang besar yang disebabkan
karena adanya gangguan-gangguan seismic (gempa bumi dan erupsi vulkanik)
dan non seismic (tanah longsor dan kejatuhan meteor) yang terjadi secara tiba-
tiba dalam waktu tertentu dan tempat tertentu (di lautan).
Pada simulasi tsunami yang menggunkan air dangkal memperoleh hasil
yang sama dengan teori panjang gelombang untuk gelombang (panjang
gelombang) tsunami yang besar, tetapi tidak berlaku pada tsunami dengan
gelombang yang pendek.

B. Saran
Sebaiknya setiap kita menyadari akan terjadinya bencana tsunami ini. Oleh
karena itu, sangat diperlukan pengetahuan terkait dengan cara menghadapi
ancaman tsunami yang akan datang. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan pendidikan bencana, menjalin kerja sama dengan semua organisasi
social dan masyarakat, dan sebagainya. Hal ini bertujuan agar kita dapat
mengurangi dampak akibat dari tsunami yang terjadi kemudian.

28
DAFTAR PUSTAKA

http.//www.academia.edu
Marchuk, Andrei G. 2009. Tsunami Wae Propagation Along Waveguides. The
International Journal of Tsunami Society VOL. 28

29

Anda mungkin juga menyukai