Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA

MASALAH GEMPA BUMI

Disusun Oleh

Kelompok 2 / Kelas 7B :

1. Bella Fitriah Nur Rodiva (1130018034)


2. Reni Dwi Novita Wati (1130018035)
3. Wiwik Nurul Laili ( 1130018037)
4. Siti Farida (1130018038)
5. Novia Wahyu Febryanti (1130018040)
6. Friska Naryosi Putri (1130018041)
7. Adelia Wahyu Dewanti (1130018042)
8. Siti Muharromah (1130018043)
9. Abd. Aziz (1130018044)
10. Sindi Yunita Maulana (1130018045)
11. Winda Kumala Dewi (1130018047)
12. Moh. Ulil Albab (1130018048)
13. Siti Rohmawati (1130018052)

i
14. Nur Layli (1130018053)
15. Chusnul Chotimah (1130018054)
16. Ajeng Trisnawati (1130018055)
17. Erika Ayu Nur Halisha (1130018057)
18. Siti Aemah (1130018059)
19. Silvia Anggraini (1130018060)
20. T. Fahzilatul Zrechva (1130018062)

Dosen Fasilitator :

Priyo Mukti P.WS.Kep.,M.Kep.

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA

2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan
Bencana yang berjudul “ Masalah Gempa Bumi” dapat selesai seperti waktu
yang telah direncanakan. Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran
berbagai pihak yang memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Fasilitator mata kuliah Keperawatan Bencana, Priyo Mukti P.WS. Kep.,
M.Kep.
2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada kami
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan
semangat agar makalah ini dapat kami selesaikan.
Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang membalas budi
baik yang tulus dan ikhlas kepada semua pihak yang kami sebutkan di atas. Tak
ada gading yang tak retak, untuk itu kami pun menyadari bahwa makalah yang
telah kami susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekeliruan baik dari segi teknis maupun non - teknis. Untuk itu penyusun
membuka pintu selebar-lebarya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran
dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan
mendatang, dan apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak
berkenan dihati pembaca mohon dimaafkan.

Surabaya, 10 Oktober 2021

iii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................iii

DAFTAR ISI...................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1

1.1 latar belakang............................................................................................1


1.2 rumusan masalah........................................................................................3
1.3 tujuan..........................................................................................................3
1.4 1.4 manfaat ................................................................................................3

BAB 2 PEMBAHASAN...................................................................................4

2.1 definisi gempa bumi ..................................................................................4

2.2 intensitas gempa bumi ...............................................................................5

2.3 aspek etik dan issue dalam keperawatan bencana .....................................8

2.4 latihan evakuasi bencana gempa bumi ......................................................13

2.5 mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak bencana ....................17

2.6 peran perawat dalam perencanaan penanngulangan bencana ....................19

2.7 wilayah rawan gempa bumi .......................................................................22

BAB 3 PENUTUP............................................................................................24

3.1 kesimpulan..................................................................................................24

3.2 saran............................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................25

SKENARIO ROLEPLAY................................................................................26

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan


menggangu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/ atau faktor non-alam. Bencana juga dapat ditimbulkan karena
ulah manusia yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda dan dampak psikologis. Sedangkan bencana alam adalah
bencana yang di akibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung Meletus,
banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor (BNPB), 2008).

Gempa bumi merupakan getaran dari kulit bumi yang bersifat sementara
dan kemudian dipancarkan ke segala arah dalam bentuk gelombang seismic,
sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi (Sulistiyani, 2012).
Getaran tersebut diakibatkan oleh adanya pelepasan energy dari pergerakan
lempeng-lempeng tektonik, yaitu lempeng yang bergerak saling mendekat
(konvergen), saling menjauh (divergen), dan saling melewati (transform).
Pergerakan lempeng-lempeng tektonik tersebut terjadi secara terus-menerus serta
menjadi salah satu pemicu terjadinya peristiwa geologi seperti gempa bumi,
peristiwa gunung berapi, munculnya gunung berapi, munculnya gunung api
dibawah laut dan sebagainya. Gempa bumi terdiri dari dua gelombang yaitu P-
Wave dan S-Wave, dua gelombang inilah yang membedakan gelombang gempa
dengan gelombang yang dihasilkan oleh aktivitas manusia.

Wilayah Indonesia secara umum berada pada pertemuan tiga lempeng


tektonik dunia yaitu lempeng pasifik, indo-australia dan Eurasia. pertemuan
lempeng Eurasia dan pasifik membujur di utara papua hingga ke maluku utara
sedangkan pertemuan lempeng Eurasia dan indo-australia membujur di sebelah
barat Sumatra, selatan pulau jawa, bali dan nusa tenggara hingga ke luat banda.
Pergerakan penyusupan lempeng indo-australia kearah bawah lempeng Eurasia
rata-rata 7 cm pertahun. Di darah batas pertemuan lempeng (subduction zona) ini,

1
banyak menimbulkan bencana gempa bumi. Gempa bumi tektonik dipicu oleh
pergerakan lempeng kerak bumi (lempeng tektonik) yang pergerakannya
berlangsung secara terus menerus. Pamantauan real time akan getaran seismic
terus dilakukan dengan menggunakan berbagai jenis perakatan seperti
seismograph.

Pencatat dan perekam gelombang seismic dikenal dengan nama


seismometer. Namun setidaknya ada 3 hal yang berkaitan dengan sistem
pencatatan gelombang seismic, yaitu : (1) seismometer, sensor atau alat penerima
alat getaran gempa bumi atau getaran tanah, yang bisanya dipergunakan untuk
mendeteksi getaran gempa bumi atau getaran pada permukaan tanah. (2)
seismografi; merupakan alat pencatat getaran gempa bumi atau getaran tanah. (3)
seismogram; merupakan hasil rekaman dari seismogram. Pada seismogram,
gelombang P adalah gelombang yang pertama tercatat dan Ketika ada perubahan
bentuk gelombang maka gelombang tersebut adalah gelombang S.

Besar kecilnya bencana yang diakibatkan oleh gempa bumi ditentukan oleh
dua faktor utama yaitu karakteristik gempa dan tingkat kesiapan dalam
menghadapi datangnya bencana. Oleh karena itu upaya mitigasi perlu di dukung
oleh studi tentang karakteristik gempa bumi dan peningkatan kesiapan dalam
menghadapi bencana. Studi karakteristik gempa bumi disebut studi seismisitas
yang meliputi: kekuatan gempa bumi yaitu besaran energi yang di keluarkan saat
kejadian gempa bumi yang biasanya di sebutkan dengan besaran magnitude,
lokasi pusat gempa bumi yaitu tempat terjadinya gempa bumi yang biasanya
divisualisasikan dalam bentuk koordinat geografis dan disertai dalam kedalaman
dari sumber gempa bumi yang terjadi tersebut, mekanisme pensesaran gema bumi
yaitu penentuan model pensesaran akibat gempa bumi yang terjadi untuk
menentukan mekanisme gempa bumi yang terjadi pada sumber, apakah itu
patahan normal, patahan naik, patahan geser ataupun kombinasi dari ketiganya
dan frekuensi kejadian gempa bumi yaitu distribusi kejadian gempa bumi yang
terjadi pada suatu daerah tertentu yang menunjukkan seberapa aktif suatu daerah
terhadap kejadian gempa bumi (munir, 2003).

2
Untuk itu diperlukan upaya mitigasi bencana melalui kegiatann
perencanaan pembangunan dan tata ruang wilayah berbasis kebencanaan,
identifikasi daerah rawan bencana, pembuatan peta jalur dan pemasangan rambu-
rambu untuk evakuasi sosialiasi dan simulasi menghadapi bencana. Serta
melakukan penentuan seismisitas untuk mengetahui seberapa besar tingkat risiko
gempa bumi, sebagai masukan kepada pemerintah dan masyarakat untuk
meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari gempa bumi

2. Berapa skala intensitas Gempa Bumi

3. Apa saja Aspek etik dan issue dalam keperawatan bencana

4. Bagaimana Latihan evakuasi Bencana Gempa Bumi

5. Apa saja Mekanisme Kesiapan dan Penanggulangan Dampak Bencana

6. Bagaimana Peran Perawat Dalam Perencanaan Penanggulangan Bencana

7. Dimana Saja Wilayah Rawan Gempa Bumi

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui tentang gempa bumi

2. Mahasiswa dapat mengetahui skala intensitas gempa bumi

3. Mahasiswa dapat mengetahui aspek etik dan issue dalam keperawatan


bencana

4. Mahasiswa dapat mengetahui latihan evakuasi bencana gempa bumi

5. Mahasiswa dapay mengetahui mekanisme kesiapan dan penanggulangan


dampak bencana

1.4 Manfaat

3
Dengan membuat makalah tentang peristiwa bencana gempa bumi,
mahasiswa mampu memahami sedikit tentang peristiwa gempa bumi dan
dapat memahami cara untuk menangani masyarakat yang telah mengalami
bencana gempa bumi.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gempa Bumi

Istilah gempa bumi sesungguhnya bermacam-macam tergantung dari


penyebabnya, misalnya gempa vulkanik, gempa runtuhan, gempa imbasan dan
gempa buatan. Gempa vulkanik disebabkan oleh desakan magma ke permukaan,
gempa runtuhan banyak terjadi dipegunungan yang runtuh, gempa imbasan
biasanya terjadi disekitar dam karena fluktuasi air dam, dan gempa buatan adalah
gempa yang dibuat oleh manusia seperti ledakan nuklir atau ledakan mencari
bahan mineral. Sedangkan gempa yang disebabkan oleh tabrakan atau tumbukan
antar lempeng. Skala gempa tektonik jauh lebih besar dibandingkan dengan jenis
gempa lainnya sehingga dampaknya lebih besar terhadap bangunan.

Adapun teori tentang gempa bumi yaitu, lapisan kulit bumi dengan
ketebalan 100 km mempunyai temperature relative jauh jauh lebih rendah
dibanding dengan lapisan dalamnya (mantel dan inti bumi) sehingga terjadi aliran
konveksi dimana massa dengan temperature tinggi mengalir ke daerah temperatu
rendah atau sebaliknya. Teori aliran konveksi ini sudah lama berkembang untuk
menerangkan pergeseran lempeng tektonik yang menjadi penyebab utama
terjadinya gempa bumi tektonik atau lebih dikenal dengan gempa bumi.

Teori yang terbaru menerangkan bahwa gempa tektonik berasal dari


decade 1960-an. Menurut teori ini, kerak bumi terdiri dari 14 lempeng tektonik
besar dan puluhan lempeng kecil yang selalu bergerak. Bentuk bagian dalam bumi
adalah cairan pekat. Cairan-cairan tersebut selalu mengalir, walaupun rata-rata
pergerakannya hanya beberapa sentimeter per tahun. Karena bentuk lempengnya
tidak rata, sering terjadi gesekan dalam pergerakan ini. Energy yang disebabkan

4
oleh gesekan ini sebagian besar lepas dalam bentuk panas ke dalam bumi, dan
sebagian kecil saja karena terasa oleh kita sebagai goncangan atau dikenal sebagai
energy seismic. Selain terjadi pergesekan lempeng, bisa juga terjadi perekahan
didalam lempeng itu sendiri. Jika ada gaya yang bekerja cukup besar, maka
lempeng kerak bumi akan retak dan mengakibatkan goncangan. Goncangan
tersebut akan menyebabkan timbulnya patahan pada permukaan bumi.

2.2 Intensitas Gempa Bumi

Terdapat 10 skala intensitas gempa bumi yang tergantung pada


besarnya getaran yang dirasakan dipermukaan bumi. Ke sepuluh skala
intensitas gempa bumi tersebut adalah sebagai berikut :

1. Intensitas 1
a. Tidak begitu terasa adanya getaran
b. Air dalam wadah goyang sedikit
2. Intensitas 2
a. Getaran terasa tetapi lemah
b. Dirasakan oleh banyak orang di dalam ruangan, terutama di lantai
atas sebuah bangunan
c. Benda yang digantung bergoyang agak kuat
d. Air tenang bergoyang agak kuat
3. Intensitas 3
a. Getaran dirasakan nayta didalam rumah
b. Terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu
4. Intensitas 4
a. Pada siang hari banyak orang dalam rumah
b. Diluar ruangan hanya beberapa orang
c. Gerabah pecah
d. Jendela atau pintu berderik dan dinding berbunyi
5. Intensitas 5
a. Terasa adanya getaran yang kuat
b. Dirasakan oleh banyak orang baik di dalam maupun diluar ruangan.
Banyak orang tidur yang terbangun. Beberapa orang menjadi

5
ketakutan, dan lari keluar ruangan. Getaran dan goyangan kuat
dirasakan di seluruh bangunan
c. Benda yang digantung bergoyang kencang. Peralatan makan berbunyi
dan bergetar, beberapa pecah. Obyek kecil ringan dan tidak stabil
mungkin jatuh dan terbalik.
d. Air dalam wadah tumpah
e. Daun dan dahan pohon terlihat bergoyang
6. Intensitas 6
a. Getaran terasa sangat kuat
b. Banyak orang yang merasa ketakutan, dan banyak yang berlari keluar
ruangan. Beberapa orang kehilangan keseimbangan. Pengendara motor
merasa nyetir dengan ban kemps
c. Benda berat dan furniture bergerak atau bergeser. Lonceng kecil
digereja atau menara mungkin berbunyi. Plester dinding banyak yang
retak. Rumah tua atau bangunan sederhana dan struktur buatan
manusia akan mengalami kerusakan sedikit
d. Beberapa batuan besar diperbukitan atau gunung akan jatuh
menggelinding
e. Pohon besar akan bergoyang.
7. Intensitas 7
a. Getaran merusak lingkngan fisik sekitar
b. Banyak orang merasa ketakutan dan berlari keluar
c. Sulit untuk berdiri tegak di atas lantai.
d. Benda berat, furniture terbalik dan kendaraan bertabrakan
e. Bangunan tua dan sederhana akan mengalami kerusakan
f. Keretakan mungkin akan terlihat dibendungan, kolam ikan,
permukaan tanah, atau dinding yang terbuat dari batako
g. Dapat diamati terjadinya likuifaksi, penyebaran tanah dan tanah
longsor. Adapunyang dimaksud dengan likuifaksi yaitu proses
dimana tanah kehilangan kekuatan karena gempa bumi sehingga
mengalir cairan.
h. Pohon bergoyang cukup keras

6
8. Intensitas 8
a. Getaran yang terjadi sangat merusak
b. Orang-orang panic dan sulit berdiri meskipun diluar ruangan
c. Banyak bangunan kokoh rusak parah. Bendungan dan jembatan
hancur atau terbalik akibat perubahan tanah. Rel kereta bengkok
atau rusak.
d. Batu nisan mungkinberubah tempat, atau terbalik. Pos pengawas,
menara, monument mungkin miring atau terjatuh.
e. Likuifaksi dan penyebaran tanah mengakibatkan bangunan buatan
manusia menjadi tanggalam, miring dan jatuh.
f. Banyak tanah longsor dan batu yang jatuh didaerah bukit atau
pegunungan.
g. Dapat dilihat adanya celah ditanah, pohon bergoyang dengan keras,
air keluar dari bendungan atau penampungan air
9. Intensitas 9
a. Lingkungan fisik hancur. Kebanyakan bangunan rusak para,
jembatan dan bangunan beton yang berada diatas tanah hancur,
patah dan terbalik.
b. Manusia terlempar ke tanah
c. Banyak pos pengawas, menara dan monument miring, hancur atau
terbalik. Pipa air dan pembuangan bengkok.
d. Banyak terjadi longsor dan likuifaksi dengan penyebaran tanah dan
lapisan pasir
e. Air sungai menyiprat dengan kuat, air di bendungan atau reservoir
menyembur keluar
10. Intensitas 10
a. Bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri, jembatan rusak dan
terjadi lembah
b. Pipa dalam tanah tidak dapat dipakai sama sekali
c. Tanah terbelah, rel melengkung sekali

7
d. Gelombang tampak pada permukaan tanah
e. Pemandangan menjadi gelap
2.3 Aspek etik dan issue dalam keperawatan bencana

Aspek etik dan isu etik dalam keperawatan bencana merupakan suatu hal
yang penting harus diketahui oleh perawat. Menurut Veenema (2012)
menyatakan aspek dan isu tersebut meliputi :

1. Pencatatan dan pelaporan penyakit

Mempunyai kewenangan untuk meminta health care provider


(penyedia layanan kesehatan) untuk melaporkan kasus-kasus penyakit
yang ada. Meskipun laporan tersebut menimbulkan ketidaknyamanan
pribadi pasien. Masing-masing Negara membutuhkan laporan tentang
kasus-kasus penyakit yang berbeda, tergantung pada siapa yang
membutuhkan laporan tersebut. Hampir semua negara membutuhkan
laporan tentang kasus-kasus penyakit baru dalam 24 jam, atau penyakit
yang timbul lebih dari 24 jam (Horton, Misrahi, Matthews & Kocher,
2002 dalam Veenema 2012).

2. Informasi kesehatan

Informasi kesehatan berisi tentang identitas individu, sehingga


disini akan muncul isu tentang privasi dan kerahasiaan. Seringkali
istilah ini digunakan saling tertukar, tidak dibedakan. Sebenarnya
keduanya mempunyai pengertian teknis yang berbeda. Informasi medis
bisa berisi identitas individu seperti nama, alamat, nomor telpon,
tanggal lahir, dan identitas lainnya yang memungkinkan pihak ketiga
berkomunikasi. Kongres HIPAA (Health Insurance Portability and
Accountability) memberi kewenangan kepada Departement of Health
Human services (DHHS) untuk mengeluarkan kewenangan bahwa
privasi dari data pasien ada pada penyedia layanan kesehatan. Secara
etik kerahasiaan klien harus tetap dijaga, dimana perawat mempunyai
kewajiban etika untuk melindungi pasien dan menjaga kerahasiaan
pasien yang dirawat.

8
Menurut MSEHPA (2002) dikutip oleh Hart dalam Veenema (2012)
menjaga isu kerahasiaan data individu dalam dua cara yaitu :

a. Menjaga informasi kesehatan seseorang yang sedang diperiksa di


pelayanan kesehatan, sedang dalam pengobatan, vaksinasi, isolasi,
program karantina, atau upaya yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan
masyarakat serta selama dalam pelayanan emergency care.

b. Hanya pihak yang akan melakukan pelayanan kesehatan dan penelitian


epidemiologi atau untuk menginvestigasi penyebab transmisi dapat
akses untuk mendapatkan informasi ini.

MSEHPA juga membatasi dalam memberikan keterangan terkait


denga kerahasiaan klien. Umunya informasi kesehatan tidak bisa diberikan
tanpa sepengetahuan individu yang bersangkutan. Namun demikian ada 5
(lima) pengecualian, yaitu :

a. Keterangan langsung untuk individu yang bersangkutan

b. Keterangan untuk pihak keluarga atau yang mewakili keluarga

c. Keterangan untuk lembaga atau otoritas yang berkaitan dengan


hukum

d. Keterangan untuk pengadilan atau untuk pusat layanan kesehatan

e. Keterangan untuk mengidentifikasi penyebab kematian.

3. Karantina, isolasi, dan civil commitment


Perbedaan antara karantina, isolasi dan civil commitment yaitu :
a. Karantina : berasal dari undang-undang maritime dan praktik, dan
merupakan keharusan untuk isolasi orang atau barang (biasanya 40
hari), bila orang atau barang tersebut dicurigai mengandung
penyakit infeksi

9
b. Isolasi : penempatan orang atau barang yang diketahui mengandung
penyakit dalam waktu tertentu sehingga penyakit tidak menyebar

c. Civil commitment : berhubungan dengan gangguan system


kesehatan mental dan membahayakan dirinya dan orang lain. Dapat
dibayangkan dalam keadaan kritis kesehatan masyarakat atau
bencana, kebutuhan untuk memeberi perlindungan bisa
bertentangan dengan kebutuhan untuk mencegah penyebaran
penyakit.

4. Vaksinasi

Negara memiliki lembaga otoritas untuk mewajibkan warga


negaranya menjalani vaksinasi dalam pencegahan penyakit. Pengadilan
di USA mewajibkan vaksinasi tetap harus diberikan walaupun orang
tersebut menolak. Negara mewajibkan setiap anak sekolah
mendapatkan vaksinasi terhadap penyakit tertentu. Adapun vaksinasi
tersebut antara lain rubella, dan polio sebelum anak masuk sekolah.
Pengecualian bagi mereka untuk tidak menjalani vaksinasi dengan
alasan agama, dan alasan penyakit kronis tertentu yang punya reaksi
negative terhadap vaksinasi.

5. Treatment for disease (pengobatan penyakit)

Pengadilan di USA memberi hak kepada orang dewasa untuk


memilih tempat dan jenis pengobatan untuk penyakit mereka, termasuk
hak untuk menolak pengobatan. Dalam etika keperawatan dimana
perawat memberikan hak otonomi (self determination) dimana
seseorang diberi kebebasan dalam membuat keputusan bagi dirinya.
Undang-undang keeshatan wajib memberikan pengobatan pada
penyakit menular seperti penyakit kelamin dan tuberculosis (Gostin,
2000 dalam veenema, 2012).

6. Screening & testing

10
Screening dan testing merupakan upaya pelayanan kesehatan
public yang berbeda. Testing biasanya mengacu pada prosedur medis
untuk memeriksa apakah seseorang mempunyai suatu penyakit tertentu.

Screening melakukan deteksi dini dengan memeriksa semua


anggota dari suatu populasi untuk menemukan adanya suatu penyakit.
Pada situasi kritis kesehatan di komunitas yang disebabkan oleh
bioterrorris perlu memeriksa semua anggota populasi, kecuali otoritas
public mengeluarkan surat pengecualian untuk golongan tertentu. Klien
diberitahu jika dia positif tertular penyakit tersebut dan akan ditawari
pengobatan sesuai dengan standard.

7. Profesional licensing (lisensi professional)

Dapatkah perawat (tanpa memiliki ijin dari pemerintah) membantu


sepenuhnya dalam keadaan krisis kesehatan publik atau bencana ?.
Bisakah perawat melakukan tugas diluar kewenangannya ?. Bila ada
bencana profesional tenaga kesehatan dihadapkan pada perawat dari
kota terdekat dari bencana menawarkan bantuan dan melakukan tugas
atau kewenangan yang biasa dilakukan oleh dokter. Semua negara
mengharuskan seseorang memiliki surat ijin agar dapat praktik
keperawatan. Pemerintah di New York mengakui adanya “Register
Professional Nurse” yang diberi lisensi (izin ) praktik keperawatan. Di
Indonesia Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan
republik Indonesia nomor 161/Menkes/PER/I/2010 tentang Registrasi
Tenaga Kesehatan. BAB II Pasal 2 menyatakan setiap tenaga kesehatan
yang akan menjalankan pekerjaan keprofesiannya wajib memiliki STR
(Surat Tanda Registrasi) dengan melampirkan sertifikat kompetensi
yang dilegalisir.

Undang-undang lisensi keperawatan mempunyai dua pengaruh yaitu:

a. Membatasi wilayah dimana seorang perawat boleh praktik sesuai


lisensi yang dimiliki. Jika praktik diluar wilayah yang dilisensi
termasuk illegal. Hal ini ada pengecualian saat terjadi bencana atau

11
emergency. Perawat dari wilayah lain boleh membantu melalui
recruitment yang resmi dalam periode waktu tertentu. Di New
York lembaga yang resmi ditunjuk melakukan recruitment adalah
American National Red Cross.

b. Pembatasan undang-undang lisensi keperawatan dimana seorang


perawat boleh terlibat sesuai bidang keahliannya. Dalam situasi
krisis kesehatan publik akibat serangan bioteror, kemungkinan
terjadi kekurangan tenaga profesional yang qualified, terutama
pada tahap awal. Perawat dari daerah lain dan berbagai bidang
diijinkan membantu melalui recruitment. Sementara itu UEVHPA
tidak mengijinkan tenaga relawan memberi layanan kesehatan yang
tidak sesuai dengan bidang keahliannya.

8. Alokasi sumberdaya (Resource allocation)

Serangan bioteroris dan bencana mengandung banyak sebab


dan akibat dan memerlukan banyak sumberdaya. Tantangannya adalah
bagaimana mengalokasi sumberdaya tersebut. Dalam hal ini
sumberdaya tersebut dapat berupa obat-obatan, seperti antiseptic,
antibiotic, anti toxin, vaksin dan sumber daya manusia. Satu konsep
keadilan dalam layanan ini adalah konsep distribution justice. Dalam
hal ini distribution justice menyangkut distribusi yang adil atas sumber
daya yang terbatas. Triage adalah salah satu mekanisme untuk
distribusi dengan sumber daya terbatas, dan dalam situasi darurat.
Perawat juga harus adil dalam memberikan pelayanan atau
mendistribusikan sumber daya tanpa membedakan agama, suku bangsa,
dan golongan.

9. Profesional liability

Semua profesi pelayanan kesehatan termasuk perawat bisa


mendapatkan “civil liability” dalam memberikan pelayanan kesehatan
yang terstandar. “ Malpractice Liabelity” masalah malpraktik dari
kewenangan yang boleh diberikan seorang perawat. Seorang perawat

12
mungkin dikatakan malpraktik dan harus mengganti kerugian akibat
dari memberikan layanan dibawah standar meskipun dalam situasi
darurat. Untuk itu, perawat hendaknya memberikan pelayanan
berdasarkan standard dan SOP yang telah ditetapkan.

10. Penyedia layanan yang memadai

Beberapa perawat dan staf rumah sakit, ketika dihubungi oleh


supervisor perawat menyatakan mereka takut datang atau menemui
keluarga karena takut akan menularkan penyakit tersebut bagi
keluarganya karena mendengar ada kasus flu burung yang
menyebabkan adanya korban jiwa dalam kasus tersebut. Perawat
menyatakan kalau dirinya telah divaksinasi sedangkan keluarga atau
perawat yang lain belum mendapatkan vaksinasi. “ Recourse” legal apa
yang dimiliki rumah sakit jika stafnya menolak bekerja dalam keadaan
krisis kesehatan masyarakat atau bencana. Issue etis apa yang dihadapi
oleh perawat atau rumah sakit dalam situasi tersebut. Hubungan antara
perawat dengan Rumah sakit secara legal sama dengan hubungan antara
pekerja dan pemberi kerja. Hubungan tersebut tertulis dalam “ Kontrak
Kerja”. Disini rumah sakit bisa menghentikan hubungan kerja pada
perawat tersebut. Sebaliknya, pekerja (perawat) juga bebas pindah kerja
ke tempat lain. Hubungan kerja ini bisa dimodifikasi dalam dua cara yg
berbeda. Pertama dengan aturan pemerintah dan kedua dengan kontrak
pribadi antara rumah sakit dengan perawat. Perawat dan rumah sakit
bisa menandatangani kontrak kerja yang menjelaskan hak dan tanggung
jawab kedua pihak, meskipun itu jarang dilakukan. Dalam kontrak
tersebut dijelaskan segala sesuatu tentang pekerjaan, termasuk jam
kerja, kebutuhan lembur, disiplin kerja, sesuai perjanjian dalam
kontrak kerja. Hubungan kerja pribadi maupun hubungan berdasarkan
kontrak dapat dimodifikasi oleh pemerintah. Pemerintah melarang
adanya diskriminasi ras, gender, atau orang cacat. Pemerintah dapat

13
membatasi jumlah jam kerja termasuk kebutuhan kerja perawat pada
kondisi darurat

2.4 Latihan evakuasi Bencana Gempa Bumi

Gempa bumi merupakan gejala alam berupa goncangan atau getaran


tanah yang timbul akibat terjadinya patahan atau sesar karena aktivitas
tektonik. Selain itu, gempa bumi juga disebabkan aktivitas vulkanik,
hantaman benda langit (misalnya, meteor dan asteroid), atau ledakan bom.
Dalam situasi gempa bumi yang terjadi tiba-tiba, seseorang biasanya sulit
bergerak dan harus mengambil keputusan. Untuk selamat dari bencana ini,
yang terpenting adalah memahami pengetahuan dan keterampilan sebelum
bencana terjadi, saat harus melaksanakan evakuasi mandiri dan setelah
kejadian bencana.

1. Tindakan sebelum bencana


a. Perabot (seperti lemari, dan lain-lain) diatur menempel pada dinding
(dipaku/diikat) untuk menghindari jatuh, roboh, dan bergeser saat
terjadi gempa.
b. Ataur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah
c. Cek kestabilan benda yang tergantung dan dapat jatuh pada saat
gempa bumi terjadi (misalnya: lampu, dan lain-lain).
d. Matikan aliran air, gas, dan listrik apabila sedang tidak digunakan
e. Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang aman dan
tidak mudah pecah untuk menghindari kebakaran.
f. Perhatikan letak pintu, elevator, serta tangga darurat. Sehingga
apabila terjadi gempa bumi, dapat mengetahui jalan keluar
bangunan atau tempat paling aman untuk berlindung.
g. Tentukan jalan melarikan diri, pastikan tahu jalan yang paling aman
untuk meninggalkan rumah setelah gempa
h. Persiapkan makanan praktis untuk bertahan hidup sampai bantuan
datang.
i. Tentukan tempat bertemu. Jika teman atau anggota keluarga
terpencar, tentukan dua tempat bertemu. Pertama, semestinya lokasi

14
yang aman dekat rumah, dan kedua dapat berupa bangunan atau
taman di luar desa
j. Siapkan beberapa cara untuk berkomunikasi keluar, dengan asumsi
ponsel tidak berfungsi.
k. Pelajari cara memberikan pertolongan pertama, sebab ambulans bisa
datang terlambat lantaran akses jalan terputus.
l. Adakan latihan cara melindungi diri dari gempa bumi, seperti
berlindung di bawah meja, berlari sambil melindungi diri, dan lain-
lain.
m. Untuk tingkat keluarga, sepakati area berkumpul setelah gempa
bumi terjadi supaya tidak saling mencari satu sama lain.
2. Latihan evakuasi didalam gedung / sekolah
a. Petugas membunyikan peluit/ alat bunyi lain, yang menandakan
dimulainya latihan
b. Petugas membunyikan tanda peringatan dini untuk evakuasi seperti
pukulan lonceng / megaphone / sirine / bel panjang menerus dan cepat,
atau alat bunyi lain yang telah disepakati sebelumnya.
c. Peserta latih berada di dalam gedung dalam keadaan sibuk, tiba-tiba
dikejutkan oleh terjadinya gempa bumi.
Peserta latih mengambil posisi aman di mana respon mandiri yang
diharapkan sesaat setelah gempa sebagai berikut :

a. Jangan panic / menimbulkan kepanikan yang bisa mengakibatkan


korban, berjongkok dan ikuti petunjuk petugas yang berwenang (safety
officer / caption floor).
b. Hindari benda-benda yang bisa jatuh menimpa badan dan gunakan
segitiga aman
c. Jika berada di lantai satu atau dasar, segera keluar bangunan menuju
tempat terbuka sembari lindungi kepala jika memungkinkan
d. Jika berada di lantai dua atau lebih tinggi, berlindunglah dibawah meja
yang kokoh sambil memegang kakinya.
e. Merapatlah ke dinding (dekat pondasi) dengan merunduk seraya
melindungi kepala

15
f. Konstruksi terkuat gedung bertingkat berada di dinding dekat elevator.
Jika, memungkinkan, merapatlah kesana
g. Jauhi jendela kaca, rak, lemari, dan barang-barang yang tergantung,
seperti lukisan, cermin, jam dinding, lampu gantung dan lain-lain
h. Jika tengah di dalam elevator, tekan tombol semua lantai, dan
segeralah keluar saat pintu terbuka di lantai berapa pun. Jika pintu tak
terbuka, tekan tombol darurat untuk memanggil bantuan.
i. Jika tengah berada di tangga, berpeganglah pada pagar untuk menjaga
keseimbangan agar tidak jatuh.
j. Jangan menyalakan korek api sebab adanya gas yang bisa
mengakibatkan ledakan
k. Jangan me-reset sirkuit listrik karena bisa mengakibatkan kebakaran.
l. Jik amenemukan api masih kecil, padamkan api. Tetapi ingat,
keselamatan nyawalah yang paling utama
m. Jangan menyentuh saklar lampu karena bis amengakibatkan kebakaran
atau ledakan.
n. Gunakan menyelamatkan diri, gunakan tangga darurat, jangan gunakan
elevator. Menggunakan elevator karena beresiko terjebak di dalam.
o. Jika terjebak dalam ruangan atau tertimpa benda sehingga tidak dapat
bergerak, jangan menghabiskan energy dengan terus-menerus
berteriak. Lebih baik ketuk benda yang ada untuk mendapatkan
pertolongan.
p. Jangan berdiri dekat tiang / benda / bangunan / pohon, yang berpotensi
menimpa
3. Latihan evakuasi di dalam rumah

a. Petugas membunyikan peluit / alat bunyi lain, yang menandakan


dimulainya latihan.
b. Peserta latih berada di dalam rumah tiba-tiba dikejutkan oleh
terjadinya gempa
Peserta latih mengambil posisi aman di mana respon mandiri yang
diharapkan sesaat setelah gempa sebagai berikut :

16
a. Jauhi jendela kaca, rak, lemari dan benda-benda yang tergantung
b. Hati-hati pada runtuhan benda seperti papan reklame, kaca, dan
dinding bangunan
c. Jika tengah berada di tangga, berpeganglah pada pagar
d. Jika tengah memasak, selamatkan diri terlebih dahulu, kemudian
matikan api
e. Jika tengah berada dikamar, gunakan bantal atau selimut tebal untuk
melindungi kepala
f. Jika berada ditengah kamar mandi, manfaatkan gayung atau meber
untuk melindungi kepala
g. Jangan nyalakan korek api sebab adanya gas alam yang bisa
menyebabkan ledakan
h. Jangan me reset sirkuit listrik
i. Jangan menyentuh saklar lampu
j. Jika terjebak dalam ruangan, sehingga tidak dapat bergerak, jangan
menghabiskan energy dengan terus-menerus berteriak. Lebih baik
ketuk benda.
k. Tinggalkan memo mengenai kondisi diri dan keluarga, serta tempat
evakuasi yang dituju.
l. Bawalah barang berharga yang tidak merepotkan seperti dokumen,
surat-surat tanah
m. Pergilah menuju tempat [engungsian terdekat yang ditentukan.
n. Ketika proses evakuasi malam hari, gunakan senter untuk mencegah
tersandung atau jatuh
o. Jika seseorang di sekitar tertimpa runtuhan bangunan, panggil orang
lain yang lebih berkompeten untuk membantu penyelamatan.
p. Usahakan jangan menggunakan mobil untuk upaya penyelamatan,
sebab bisa menghambat akses kendaran darurat
q. Membantu tetangga yang memerlukan bantuan khusus, bayi, orang
jompo, disabilitas.

2.5 Mekanisme Kesiapan dan Penanggulangan Dampak Bencana

17
Dalam melaksanakan penanggulangan bencana, maka penyelenggaraan
penanggulangan bencana meliputi:

1. Tahap prabencana,

2. Saat tanggap darurat, dan

3. Pasca bencana.

Pada Pra Bencana

Pada tahap pra bencana ini meliputi dua keadaan yaitu :

1. Dalam situasi tidak terjadi bencana

2. Dalam situasi terdapat potensi bencana

3. Situasi Tidak Terjadi Bencana Situasi tidak ada potensi bencana yaitu kondisi
suatu wilayah yang berdasarkan analisis kerawanan bencana pada periode waktu
tertentu tidak menghadapi ancaman bencana yang nyata. Penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana meliputi :

a) Perencanaan penanggulangan bencana

b) Pengurangan risiko bencana

c) Pencegahan

d) Pemaduan dalam perencanaan pembangunan;

e) Persyaratan analisis risiko bencana;

f) Pelaksanaan dan penegakan rencana tata ruang;

18
g) Pendidikan dan pelatihan; dan

h) Persyaratan standar teknis penanggulangan bencana.

4. Situasi Terdapat Potensi Bencana Pada situasi ini perlu adanya kegiatan -
kegiatan kesiap siagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana dalam
penanggulangan bencana.

a) Kesiapsiagaan.

b) Peringatan Dini.

c) Mitigasi Bencana Kegiatan-kegiatan pra-bencana ini dilakukan secara lintas


sector dan multi stakeholder, oleh karena itu fungsi BNPB/BPBD adalah fungsi
koordinasi.

2) Saat Tanggap Darurat

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:

1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber
daya; 2. Penentuan status keadaan darurat bencana; 3.Penyelamatan dan evakuasi
masyarakat terkena bencana; 4.Pemenuhan kebutuhan dasar; 5.Perlindungan
terhadap kelompok rentan; dan 6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana
vital.

3) Pasca Bencana

Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahap pasca bencana meliputi:

1. Rehabilitasi

2. Rekontruksi

19
4) Mekanisme Penanggulangan

Bencana Mekanisme penanggulangan bencana yang akan dianut dalam hal ini
adalah mengacu pada UU No 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
dan Peraturan Pemerintah No 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana. Dari peraturan perundang-undangan tersebut di atas,
dinyatakan bahwa mekanisme tersebut dibagi ke dalam tiga tahapan yaitu :

1. Pada pra bencana maka fungsi BPBD bersifat koordinasi dan pelaksana,

2. Pada saat Darurat bersifat koordinasi, komando dan pelaksana,

3. Pada pasca bencana bersifat koordinasi dan pelaksana

2.6 Peran Perawat Dalam Perencanaan Penanggulangan Bencana

1. Peran perawat pada pra-bencana :

a. Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan


dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.

b. Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi


lingkungan, palang merah inasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan
menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.

c. Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan


kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal
berikut.

1) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut). Pelatihan


pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain.

20
2) Pembekalan Informasi tentang bagaimana Menyimpan membawa
persediaan makanan dan penggunaan air yang aman.

3) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon


darurat seperti dinaskebakaran, rumah sakit, dan ambulans.

4) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau


posko-posko bencana.

5) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa


seperti

6) pakaian seperlunya, radio portable, senter beserta baterainya dan


lainnya.

7) Bersama tim dokter, menyiapkan kebutuhan rumah sakit lapangan


dan tim ambulans.

8) Berdiskusi bersama tim dokter tentang penyakit yang timbul akibat

9) bencana sehingga dapat mempersiapkan obat-obatan/alat kesehatan


yang sesuai

2. Peran Perawat dalam intra bencana :

a. Bertindak cepat

b. Melakukan pertolongan pertama.

c. Menentukan status korban berdasarkan triase

d. Merujuk pasien segera yang memerlukan fasilitas kesehatan yang


lebih lengkap

21
e. Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun
dengan pasti. dengan maksud memberikan harapan yang besar pada
para korban selamat. Berkonsentrasi penuh pada apa yang
dilakukan.

f. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan (coordination and


create leadership).

g. Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat


mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing (rencana
induk revitalisasi), biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.

3. Peran Perawat pada Pasca Bencana

Perawat berkerja sama dengan tenaga kesehatan lain dalam


memberikan bantuan kesehatan kepada korban seperti pemeriksaan fisik,
wound care secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi bencana.
(Feri dan Makhfudli, 2009) Saat terjadi stres psikologis yang terjadi dapat
terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder. (PTSD)
yang merupakan sindrom dengan tiga kriteria utama yaitu trauma pasti
dapat dikenali, individu mengalami gejala ulang traumanya melalui
flashback. mimpi, ataupun peristiwa-peristiwa yang memacunya dan
individu akan menunjukkan gangguanf isik, perawat dapat berperan
sebagai konseling. Tidak hanya itu perawat bersama masyarakatdan
profesi lain yang terkait bekerja sama dengan unsur lintas sektor
menangani masalah kesehatan masyarakat pasca-gawat darurat serta
mempercepat fase pemulihan menuju keadaan sehat dan aman. Selain itu
Perawat dapat melakukan pelatihan-pelatihan keterampilan yang
difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi ataupun LSM yang bergerak
dalam bidang itu. Sehingga diharapkan masyarakat di sekitar daerah
bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat
kemampuan yang dimilikinya.

22
2.7 Wilayah Rawan Gempa Bumi
Frekuensi suatu wilayah, mengacu pada jenis dan ukuran gempa bumi
yang di alami dalam periode waktu. Gempa bumi di ukur dengan
menggunakan alat seismograf. Tipe gempa bumi meliputi gempa bumi
vulkanik (gunung api), gempa bumi tektonik, dan gempa bumi tumbukan.
Bencana alam di Indonesia terjadi karena Indonesia memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Posisi geografis Indonesia yang di apit oleh dua samudera besar dunia
(samudra Hindia dan samudra Pasifik).
2. Posisi geologis Indonesia pada pertemuan tiga lempeng utama dunia
(lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik).
3. Kondisi permukaan wilayah Indonesia (relief) yang sangat beragam.
Secara geografis, Indonesia merupakan negara kepulauan yang
terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng benua
Asia, lempeng benua Australia, lempeng samudra Hindia, dan lempeng
samudra Pasifik. Pada bagian selatan dan timur Indonesia terdapat sabuk
vulkanik yang memanjang dari pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara,
Sulawesi, yang sisinya berupa pegunungan vulkanik tua dan daratan
rendah yang sebagian di dominasi oleh rawa-rawa. Kondisi tersebut sangat
berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung berapi, gempa
bumi, tsunami, banjir, dan tanah longsor.
Gempa bumi yang di sebabkan oleh interaksi lempeng
tektonik dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudra.
Dengan wilayah yang sangat di pengaruhi oleh penggerak lempeng
tektonik ini, Indonesia sering mengalami tsunami. Tsunami yang terjadi di
Indonesia sebagian besar di sebabkan oleh gempa-gempa tektonik di
sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik aktif lainnya. Wilayah
pantai di Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana
tsunami terutama pantai barat Sumatra, pantai selat pulau Jawa, pantai
selatan dan utara pulau-pulau Nusa Tenggara, pulau-pulau di Maluku,

23
pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh pantai di Sulawesi. Daerah
Maluku adalah daerah yang rawan bencana tsunami.
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang
dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak.
Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada
keadaan di mana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran
lempengan. Pada saat itulah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya
terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa bumi yang
paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan. Beberapa gempa bumi
lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma-magma di dalam gunung
berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan
gunung berapi.

24
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gempa bumi merupakan getaran dari kulit bumi yang bersifat sementara
dan kemudian dipancarkan ke segala arah dalam bentuk gelombang seismic,
sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaan bumi (Sulistiyani, 2012).
Wilayah Indonesia secara umum berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik
dunia yaitu lempeng pasifik, indo-australia dan Eurasia. Untuk itu diperlukan
upaya mitigasi bencana melalui kegiatann perencanaan pembangunan dan tata
ruang wilayah berbasis kebencanaan, identifikasi daerah rawan bencana,
pembuatan peta jalur dan pemasangan rambu-rambu untuk evakuasi sosialiasi dan
simulasi menghadapi bencana. Serta melakukan penentuan seismisitas untuk
mengetahui seberapa besar tingkat risiko gempa bumi, sebagai masukan kepada
pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana.
Peran Perawat pada Pasca Bencana Perawat berkerja sama dengan tenaga
kesehatan lain dalam memberikan bantuan kesehatan kepada korban seperti
pemeriksaan fisik, wound care secara menyeluruh dan merata pada daerah terjadi
bencana. (Feri dan Makhfudli, 2009) Saat terjadi stres psikologis yang terjadi
dapat terus berkembang hingga terjadi post-traumatic stress disorder.
3.2 Saran
Berikut dibawah ini terdapat beberapa saran yang bertujuan untuk
pengembangan mitigasi bencana gempa bumi, menambah beberapa unit sirine
peringatan dini bencana gempa bumi, melakukan sosialiasi atau penyuluhan
mengenai ancaman serta cara menghadapi gempa bumi kepada masyarakat,
membangun shelter yang terpilih sebagai bangunan evakuasi berada di wilayah
yang tidak beresiko bencana gempa bumi untuk daerah dengan tingkat kerentanan
tinggi perlu mendapat perhatian lebih secara preventif baik dalam pengembangan
infrastruktur daerah tersebut maupun dalam merancang proses mitigasi yang tepat
untuk mengurangi kerugian yang mungkin terjadi menjadi seminimal mungkin.

25
DAFTAR PUSTAKA

Yulaelawati, Ella,Ph.d, Usman Syihab, Ph.d, 2008. Mencerdasi Bencana, Jakarta.


Supartini, Eny, dkk.2017. Membangun Kesadaran, Kewaspadaan Dan
Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana. Jakarta.

Petrus Demon Sili, S.IP., M.Si. 2013. Penentuan Seismisitas Dan Tingkat Risiko
Gempa Bumi. Jl. Veteran, Malang 65145 Indonesia.
Kartono Tjandra. Empat Bencana Geologi Yang Paling Mematikan. Jl. Grafika
No.1. Bulaksumur Yogyakarta 55281.
Ns. Erita.S.Kep.,M.Kep., Ns. Donny Mahendra. S.Kep., Adventus MRL.Batu,
SKM.,M.Kes. 2019. Buku Materi Pembelajaran Manajemen Gawat
Darurat Dan Bencana. Jakarta.
Adventina Delima Hutapea, Deasy Handayani Purba.2021. Keperawatan
Bencana.

26
GEMPA

Skenario Roleplay (Kep. Bencana kelompok 2)

Penokohan :

1. Keluarga (tokoh utama) :


Keluarga 1
e. Ulil (suami)
f. Farida (Anak 1)
g. Amor (Anak 2)
h. Winda (istri)

Keluarga 2

i. Reni (janda)
j. Friska (Anak 1)
k. Wiwik (anak 2)
2. Tim sar : Erika, ajeng, zeva
3. Tim penolong (dokter/perawat/relawan) : silvi, sindi, aemah, lely
4. TNI : aziz
5. Kepala BMG : adel
6. Staf BMG : novia
7. Guru-guru tempat les amor : bella (tetangga)
8. Teman-teman : rohma, chus

Setting :

Waktu : 14.25 s.d 14.35

Dengan Skala gempa 5,5 Scr

Tempat :

27
l. Pemungkiman penduduk
m. Tempat les
n. Kantor pemerintah BMKG

Babak I (setting tempat : Rumah penduduk) alokasi terdapat didalam rumah


– saat terjadi gempa :

Suatu hari dikala senja hampir tiba, didalam sebuah rumah disudut kota
Surabaya. Sekilas senja itu tampak seperti hari-hari biasanya diaman aktivitas
yang menyibukkan dari pagi akan disudahi saat sore menjelang, kemudian
munculah lelaki (suami) dengan setelan kemeja yang setengah tergulung baru saja
pulang kantor dan seorang wanita (istri) paruh baya sedang duduk didepan
televise ditemani secangkir teh hangat.

Ulil : “Assalamualaikum… ayah pulang”

Winda : “waalaikumsalam… eh ayah udah pulang”

Ulil : : “Anak2 kemana ma ?? kok ayahnya pulang pada gak ada dirumah hmmm”
(sambil melepaskan pakaian kantornya)

Winda : “gimana sih ayah amor kan sore gini masih les ditempat mbak bella
tetangga kita lupa ya ayah, kalua si farida itu lagi tidur dikamar”

Ulil : “Hah apa ma jam seginin sifarida masi tidur aja” (sambil geleng-geleng
kepala dan sambil berjalan kea rah kamar farida)

Ketika sang ayah hendak menuju kamar buah hatinya si farida, Tiba-tiba sang
ayah panik karena pijakan jalan menuju kamar farida tiba-tiba bergetar…

Ulil : “Ya ampun apa ini kok bergoyang dan bergetar…”

Winda : “ Ayahhhh!!! Ini gempa……. Anak-anak yah anak-anak……(sambil


menangis dan mencari tenpat perlingdungan diri)

Farida : “(beranjak dari Kasur sambil melombat dan berteriak sangat kencang
menuju ayahnya dan ibunya) Ayaaaahhhhhhhh!!!.....Ibbuuuuu!!!..... Gempaa!!....
(sambil menangis dan syok)”

28
Sontak saja ketika sang istri berteriak ke arahnya sambil mengatakan anak-
anaknya, lalu Ulil bergegas menyelamatkan farida yang ada didalam kamar dalam
kondisi menangis dan beranjak dari kasur…..namun sayangnaya tiba-tiba plafon
rumah ambruk…namun masih bisa tehindarkan…akan tetapi…saat Ulil dan farida
berhasil keluar dari kamar…..namun mereka jatuh tersandung reruntuhan plafon
dan belum sempat bangun mereka tertimpa rak lemari didekatnya.

“BRUKKK……!!!”

(Suara Rak terjatuh menimpa Ulil dan Farida cukup kencang)

Winda pun berusha membantu mengangkat rak tersebut, walaupun dengan sisa-
sisa tenaga karena diapun sempat tertimpa reruntuhan dan terluka cukup parah.

Windah : “PAPA…..FARIDA ayo kita cepat keluar dari sini sekarang!!”

Akhirnya mereka bertiga berhasil keluar dari rumah….dengan kondisi cedera


ditubuhnya dan luka yang sangat para…namun alahkan kagetnya mereka sangat
kaget melihat kondisi diluar rumah sangat kacau balau dimana para tetangga
tampak histeris bangunan rumah dan pepohonan disekitar kompel rumah ada yang
tumbang dan hancur. Tiba-tiba winda mengingat anaknya satu lagi si Amor yang
masi berada ditempat les.

Winda : “ Papa amor amor (sambil menangisss) ayo kita jemput amor “

Dalam kondisi luka parah winda memaksakan untuk mengecek kondisi Amor,
namun ulil melaranganya karena kondisi keluargnya saat ini terluka parah. Ulil
pun juga tampak bingung karena dia juga memikirkan Amor yang entah
kondisinya sekarang bagaimana.

Diluar rumah juga warga tampak histeris dan minta tolong sambil teriak teriak
karena ada beberapa yang terluka parah bahakan ada juga yang meninggal akibat
tertimpa reruntuhan bangun atau tertimpa pohon yang tumbang. Namun tetangga
ibu winda si ibu Reni tampak histeris dikarenakan anaknaya si friska hilang entah
kemana padahal tadi mereka ber 3 saat ingin menyelamatkan diri bergandengan
tangan namun tangan sifriska terlepas.

29
Reni : “ Anak saya…..anak saya tolongggg ……. Friska kamu dimana nak……
(sambil histeris memanggil nama anaknya)

Wiwik : “ kakak kamu dimana kakak (sambil histeris juga namun dimana wiwik
sedang terluka parah dibagian kepala tepat didahi tampak sobek akibat tertimpa
reruntuhan plafon rumahnya)

Lalu reni memaksakan masuk kedalam rumah untuk mencari anaknya, padahal
kondisi rumahnya membahayakan dimana bisa saja rumahnya runtuh. Reni tetap
memaksakan untuk masuk sambil memanggil nama Friskaaaa.

Reni : “Friska nak kamu dimana nak ini mama ayoo nak kita pergi dari sini…!!!
(sambil mengecek setiap ruangan)

Frsika : “Mama!!!.........Friska ada dibawah meja makan ma mama tolongggg”

Ternyata friska ada dibawah meja makan pada akhirnya friska berhasil
diselamatkan oleh ibunya, namun luka parah yang dialami friska cukup membuat
friska merasa sakit dimana lukanya sangat besar ada dibagian tangan yaitu
robekan diakibatkan oleh paku yang besar saat ingin berlindung dibawah meja.

Friska : “mama tangan friska sakitttt mamam tangan friska berdarah………


(sambil menangis dan tangann kanannya menahan tangan kiri dengan menekan
luka yang sobek)”

Reni : “Wiwik ayo bantu kakak kamu, ayo nak nanti kita obati yang penting
sekarang kita ber3 mencari tempat aman”

Akhirnya mereka ber3 mencari tempat aman, namun mereka juga tampak syok
karena masyarakat di luar tampak histeris.

Warga : “ Tolongggggggggg!!!!..................sakitt!!!!!!................”

30
BABAK 2 (setting tempat : tempat les Amor)

Pukul 14.00 guru les Amor belum memasuki ruangan kelas amor para murid les
sedang asyik mengobrol diruangan sambil menunggu guru les datang

Amor : teman-teman bagaimana kemarin apakah sudah belajar buat hari ini
mengikuti tes ujian akhir?

Chus : iyanih aku juga belajar kemarin tapi cuma sedikit dikarenakan kemarin
dirumah lampu mati

Rohma : eh ini Bu Bella gimana udah jam 14:10 kok belum datang juga ya?

Tiba-tiba suara ketokan pintu terdengar " Tok,Tok,Tok"

(Bu Bella memasuki ruangan kelas les)

Bu Bella : assalamualaikum

Semua murid : waalaikumsalam ibu

Bu Bella : baik anak-anak hari ini langsung kita mulai ujian akhir apakah kalian
semua sudah siap?

Semua murid : iya Buu siap

Bu Bella : baik langsung saja kita mulai ( membagikan soal ulangan)

Pukul menunjukkan 14:20

Bu Bella : silahkan anak-anak ujian dikerjakan sampai dengan pukul 15.00

Semua murid : baik Bu

Tiba-tiba amor dan chus merasakan ada getaran dikarenakan meja yang dia
tempati dan papan tulis di depan bergetar pukul 14.25 suasana dikelas sudah
mulai ricuh dan panik

31
Bu Bella: anak-anak dipersilahkan untuk berlindung diri dibawah meja masing-
masing

Amor : menangis ketakutan dia langsung lari dibawah kolong meja begitu juga
murid lainnya

Bu Bella : anak-anak semua dengarkan ucapan ibu semua jangan panik semua
telungkup dibawah meja yaa sambil berdoa agar gempa ini berhenti

Setelah 5 menit getaran tersebut sudah hilang kemudian Bu Bella


menginstruksikan untuk murid-murid keluar kelas

Bu Bella : anak-anak ayoo kita lari keluar ruangan

Saat lari menuju luar ruangan tiba-tiba kaki amor terjepit meja

Amor : Bu tolong Bu kaki saya terjepit

Bu Bella : amooorrr tenang ibu bantu

Amor menangis dan ketakutan, sesampainya diluar ruangan ibu Bella


menginstruksikan untuk murid-murid tidak berteduh di dalam ruangan agar tidak
terkena bangunan yang mau roboh

Bu Bella : anak-anak tolong untuk lari ke halaman luar

Rohma : Bu tetapi tas saya masih tertinggal di dalam kelas

Chus : udah rohma ga usah dipikirkan biarkan tas kamu tertinggal yang terpenting
saat ini kita lari untuk menyelamatkan diri dari gempa

Amor : iyaa rohma sudah tidak usah dipikirkan yang terpenting itu nyawa kita

Selesai kejadian gempa Bu Bella menyuruh untuk murid-murid pulang kerumah


masing-masing

BABAK 3 (setting tempat : kantor pemerintahan) saat terjadi gempa :

Aktivitas yang menyibukkan di ruang kerja BMKG tiba-tiba teralihkan oleh suatu
kejadian luar biasa. Saat diketahui salah seorang staf BMKG datang tergopoh-
gopoh ke dalam ruang kerja.

32
Novia : (tok…tok…tok…) “Bu, lapor, sore ini pada pukul
17.00 WIB telah terjadi gempa dengan kekuatan 6
SR.”

Adel : “Ya Tuhan, dimana kejadian berlangsung ?. tolong


bawakan saya laporannya.”

Novia : “Ini bu, kejadian berlangsung di daerah sudut


Surabaya.”

Adel : “Ini keadaan yang genting. Tolong segera


sambungkan telepon ke istana, presiden perlu tahu
tentang ini dan harus segera diambil kebijakan.”

Novia : “ Siap bu, segera saya sambungkan.”

Novia pun segera menghubungi presiden, setelah berbicara melalui ajudan khusus
presiden. Akhirnya Adel berbicara langsung kepada prsiden dan menyampaikan
bahwa di daerah sudut Surabaya telah terjadi gempa dengan kekuatan 6 SR pada
pukul 17.00 WIB. Setelah mengetahui kejadian tersebut, Presiden segera
menginstruksikan Menkominfo supaya menghubungi pers, sehingga masyarakat
bisa mengetahui kejadian tersebut. Di sisi lain pihak BMKG juga telah
menghubungi BPBN setelah mendapat instruksi Presiden untuk segera
memberikan bantuan dan menurunkan tim ke lokasi terjadinya bencana.

Adel pun memberikan instruksi kepada tim penyelamatan bencana yang terdiri
dari tim SAR dan tim penolong medis dan relawan untuk segera terjun ke tempat
terjadinya bencana dan melakukan evakuasi dan sterilisasi di daerah terjadinya
gempa.

Erika : “Kita akan melakukan penyelamatan ke daerah terjadinya gempa di daerah


sudut Surabaya. Dilaporkan bahwa telah terjadi gempa deengan kekuatan 6 SR.
Usahakan untuk selalu berhati-hati dalam melakukan penyelamatan.”

Zefa : “Baik.”

Ajeng : “Baik.”

Erika : “Untuk tim penolong medis apakah semua sudah siap ?.”

Silvi : “Dari tim kami sudh siap semua. Peralatan sudah kita siapkan semua.

33
BABAK 4

Setelah melakukan koordinasi tim SAR dan tim penolong berangkat menuju
daerah terjadinya gempa. Setelah sampai di tempat kejadian.

Erika : “Baik kita sudah sampai di lokasi terjadinya bencana. Untuk tim SAR kita
akan membantu warga membangun tenda pengungsian sementara dan melakukan
penyusuran disekitar sini. Untuk tim penolong akan melakukan penolongan dan
perawatan kepada para korban.

Setelah itu para tim berpencar dan melakukan tugas masing-masing. Setelah tenda
pengungsian dan tenda darurat selesai dibangun. Tim penolong berada di dalam
tenda darurat dan mempersiapkan alat yang akan digunakan. Lalu tim penolon
langsung menolong korban.

Teriakan para warga terus terdengar di mana-mana. Keadaan ditenda pengungsian


juga mulai sibuk dengan banyaknya korban yang terluka, tim penolong langsung
membantu korban dan mengevakuassi korban

Sindi : “(menggusur korban yang tidak sadar ketempat aman di sisi tenda), silvi,
emah bantu warga yang lain,

Silvi : baik

Emah : baik

Sindi : lely bantu aku, ini gawat Apneu dan risiko faktur Cervical! Tolong bantu
posisikan joutrass.

Lely : baik siap hitungan mundur 3, 2, 1 (sindi melakukan RJP s.d 3 siklus)

Setelah 1 menit dilakukan RJP

Sindi : berhasil, korban selamat

Lely : bagus, segera pasang collar neck.

34
Pertolongan pertama pada kegawatdaruratan diberikan oleh tim medis. Para
survivor (korban yang selamat) dilarikan ke RS. Silvi dan emah membantu
pembalutan kepada korban yang mengalami luka ringan.

Sirine ambulance terdengar riuh, setelah gempa para polisi dan tim SAR lainnya
masih mencari para korban yang masih tertimbun atau mungkin yang masih bias
diselamatkan….para korban yang yang berhasil diselamatkan dan telah dilakukan
pertolongan pertama gawat darurat (PPG). Satu persatu datang ke tempat
pengungsian darurat diamann disitu terdapat rumah sakit tenda bersifat darurat.
Jumlahnya korban semakin bertambah dengan berbagai keadaan yang cukup
parah.

Babak 6 (setting tempat : tenda pengungsian perumahan warga) – pasca


Gempa

Semua orang didaerah kampong wonorejo Surabaya tampak kebingungan


dan tampak panic sore itu. Mereka berusaha melarikan diri untuk menyelamatkan
nyawanya. Teriakan anak-anak dan para wanita terus terdengar dimana-dimana.
Sementara itu, bantuan dari Timsar dan petugas kesehatan sebagai relawan
penanganan korban bencana dan TNI sudah mulai berdatangan membantu……
keadaan didalam rumah sakit darurat juga mulai sibuk dengan banyaknya korban
yang terluka. Tim sar dan Tim penolong langusng turun tangan ke tempat
terjadinya bencana diaman semua sibuk membantu korban dan mengevakuasi
korban.

35

Anda mungkin juga menyukai