Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH SAFE COMMUNITY

KEBENCANAAN GEMPA BUMI

DISUSUN OLEH:KELOMPOK 3
1. RANI GUSTI NANDA (1914471016)
2. LUTHFI FIRMANDA (1914471017)
3. MUTIARA ANNISA OCTAVIA (1914471018)
4. MISYATI (1914471019)
5. KARTIKA (1914471020)
6. MARDIANA SETIAWATI (1914471021)
7. DINDA PRATIWI (1914471022)

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KOTABUMI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Safe Community
Kebencanaan Gempa Bumi ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah safe community. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Safe Community Kebencanaan Gempa Bumi bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Retno Puji Hastuti, M.Kep. selaku
dosen pada mata kuliah safe community yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Kotabumi,20 Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................................1
C. Ruang Lingkup......................................................................................................................2
BAB II BENCANA GEMPA BUMI.................................................................................................3
A. Bencana Gempa Bumi di Indonesia.......................................................................................3
B. Bencana Gempa Bumi di Propinsi Lampung.........................................................................4
C. Populasi Beresiko/Terancam.................................................................................................4
D. Permasalahan Kesehatan.......................................................................................................5
E. Tips Bencana Gempa Bumi...................................................................................................5
BAB III MANAJEMEN SAFE COMMUNITY BENCANA GEMPA BUMI..................................8
A. Kesiapsiagaan Daerah Bencana.............................................................................................8
B. Pengorganisasian Bencana Gempa Bumi............................................................................13
C. Sistem Informasi..................................................................................................................15
D. Manajemen Logistik............................................................................................................21
E. Upaya Yang Dilakukan(Pemerintah,Petugas Kesehatan dan Masyarakat) Pada:.................24
1. Sebelum Bencana Gempa Bumi..........................................................................................24
2. Pada Saat Bencana Gempa Bumi........................................................................................25
3. Sesudah Bencana Gempa Bumi..........................................................................................25
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................28
1. Kesimpulan.........................................................................................................................28
2. Saran....................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................29

ii
DAFTAR LAMPIRAN

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di Indonesia,
terutama akibat interaksi lempeng tektonik. Indonesia merupakan negara kepulauan yang
terletak pada pertemuan 4 (empat) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Eurasia;
lempeng Australia; lempeng Pasifik; dan lempeng Filipina. Lempeng Australia dan
lempeng Pasifik merupakan jenis lempeng samudera yang bersifat lentur, sedangkan
lempeng Eurasia berjenis lempeng benua yang bersifat rigid dan kaku. Pertemuan lempeng
tektonik tersebut menyebabkan terjadinya penunjaman serta patahan aktif di dasar lautan
dan di daratan. Aktifitas zona tumbukan dan patahan-patahan tersebut berpotensi memicu
terjadinya gempa bumi. (Krishna S. Pribadi, dkk, pendidikan siaga bencana ITB. 2008).
Kesiapsiagaan merupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiap kelompok
di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat bencana dapat
dikurangi secara drastis jika semua orang lebih siap menghadapi bencana. Sekolah adalah
pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan namun juga bekal untuk
kelangsungan hidup. Anak-anak merupakan peserta ajar yang paling cepat dan tidak hanya
mampu memadukan pengetahuan baru ke dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga menjadi
sumber pengetahuan bagi keluarga dan masyarakat dalam hal perilaku yang sehat dan
aman yang didapatkan disekolah. Oleh karena itu,pencegahan bencana menjadi salah satu
fokus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahami tanda-
tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi
resiko dan mencegah bencana. (KEMENDIKNAS, 2009)

B. Tujuan
1. Mengetahui Bencana Gunung Berapi Di Indonesia
2. Mengetahui Bencana Gunung Berapi Di Lampung
3. Mengetahui Populasi Berisiko/Terancam Akibat Gempa
4. Mengetahui Permasalahan Kesehatan Akibat Gempa Bumi
5. Mengetahui Tips Bencana Gempa Bumi
6. Mengetahui Kesiapsiagaan Daerah Bencana Gempa Bumi
7. Mengetahui Pengorganisasian Bencana Gempa Bumi

1
8. Mengetahui Sistem Infromasi Bencana Gempa Bumi
9. Mengetahui Manajemen Bencana Gempa Bumi
10. Mengetehui Upaya Yang Dilakukan Pemerintah,Masyarakat Dan Tenaga
Kesehatan Saat Prabencana,Saat Bencana Dan Pasca Bencana

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bencana gempa bumi
a. Bencana Gunung Berapi Di Indonesia
b. Bencana Gunung Berapi Di Lampung
c. Populasi Berisiko/Terancam Akibat Gempa
d. Permasalahan Kesehatan Akibat Gempa Bumi
e. Tips Bencana Gempa Bumi

2. Manajemen safe community bencana gempa bumi


a. Kesiapsiagaan Daerah Bencana Gempa Bumi
b. Pengorganisasian Bencana Gempa Bumi
c. Sistem Infromasi Bencana Gempa Bumi
d. Manajemen Bencana Gempa Bumi
e. Upaya Yang Dilakukan Pemerintah,Masyarakat Dan Tenaga Kesehatan Saat
Prabencana,Saat Bencana Dan Pasca Bencana

2
BAB II
BENCANA GEMPA BUMI

A. Bencana Gempa Bumi di Indonesia


N Kejadian Gempa Bumi Kekuatan
O
1 Gempa Bumi Laut Banda 1629 8.2–9.8
2 Gempa Bumi Sumatra 1797 8.4
3 Gempa Bumi Sumatra 1833 8.8-9.2
4 Gempa Bumi Sumatra 1861 8.5
5 Gempa Bumi Pulau Seram 1899 7.8
6 Gempa Bumi Laut Banda 1938 8.5
7 Gempa Bumi Sulawesi Tengah 1968 7.8
8 Gempa Bumi Papua 1976 7.1
9 Gempa Bumi Bali 1976 6.5
10 Gempa Bumi Sumba 1977 8.0
11 Gempa bumi Flores 1992 7.5
12 Gempa bumi dan tsunami Jawa Timur 7.2
1994
13 Gempa bumi Kerinci 1995 7.0
14 Gempa bumi Kepulauan Banggai 2000 6.5
15 Gempa bumi Bengkulu 2000 7.3
16 Gempa bumi Alor 2004 7.3
17 Gempa bumi dan tsunami Samudra 9.3
Hindia 2004
18 Gempa bumi Sumatra 2005 8.2
19 Gempa bumi Yogyakarta 2006 5.9
20 Gempa bumi Jawa 2006 7.7
21 Gempa bumi Sumatra Barat 2007 6.4
22 Gempa bumi Bengkulu 2007 7.7
23 Gempa bumi Sulawesi 2008 7.7
24 Gempa bumi Papua 2009 7.2
25 Gempa bumi Jawa Barat 2009 7.3
26 Gempa bumi Sumatra Barat 2009 7.6
27 Gempa bumi Kepulauan Mentawai 7.7
2010
28 Gempa bumi Sumatra 2012 8.5
29 Gempa bumi Aceh 2013 6.2
30 Gempa bumi Pidie Jaya 2016 6.5
31 Gempa bumi Banten 2018 6.4
32 Gempa bumi Lombok Juli 2018 6.4
33 Gempa bumi Lombok 5 Agustus 2018 7.0
34 Gempa bumi Lombok 19 Agustus 2018 6.5
35 Gempa bumi dan tsunami Sulawesi 7.4

3
2018
36 Gempa bumi Situbondo 2018 6.3
37 Gempa bumi Halmahera 2019 7.3
38 Gempa bumi Banten 2019 6.9
39 Gempa bumi Maluku 2019 6.5
40 Gempa bumi Sulawesi Barat 2021 6.2

B. Bencana Gempa Bumi di Propinsi Lampung


N KEJADIAN GEMPA BUMI KEKUATAN
O
1 Gempa Bumi Liwa 1994 6.5
2 Gempa Bumi Pesawaran 2018 5.7
3 Gempa Bumi Tanggamus 2020 5.5

C. Populasi Beresiko/Terancam
Kelompok yang paling berisiko dalam situasi darurat bencana gempa bumi adalah
antara lain: perempuan terutama remaja perempuan, perempuan hamil, perempuan
menyusui, anak, penyandang disabilitas, dan lanjut usia. Pentingnya penanganan korban
bencana secara tepat dan cepat memberikan peluang untuk meminimalisasi jumlah korban
akibat keterlambatan tindakan penyelamatan masyarakat, terutama pada kelompok
rentan.Dalam hal ini, kesiapsiagaan masyarakat perlu dilihat sebagai upaya penting.

D. Permasalahan Kesehatan
A. Efek Seketika dari Gempa Bumi pada Kesehatan
Ketika gempa baru saja terjadi, sangat mungkin langsung menimbulkan masalah
kesehatan baik secara fisik maupun psikis pada korban yang berupa:
1. Trauma yang disebabkan oleh kematian ataupun luka dari bangunan runtuh
2. Trauma yang disebabkan oleh kematian ataupun luka dari efek susulan gempa (trauma
fisik dan tenggelam jika tsunami, trauma dari longsor, luka bakar dan mengisap asap
dari kebakaran)

B. Dampak Susulan Jangka Menengah pada Kesehatan


Dalam jangka waktu tertentu, gempa bumi juga dapat menimbulkan efek bagi
kesehatan sebagai berikut:
1. Infeksi lanjutan pada luka yang tak tertangani

4
2. Meningkatnya risiko dan peluang dari komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan, melahirkan, dan bayi yang baru lahir karena terganggunya layanan
kandungan dan kebidanan
3. Risiko menularnya penyakit terutama di area yang sangat padat
4. Meningkatnya risiko dan peluang komplikasi penyakit kronis karena terganggunya
pengobatan
5. Meningkatnya kebutuhan psikososial adanya potensi kontaminasi bahan kimia
terutama pada daerah industri

E. Tips Bencana Gempa Bumi


1. Prabencana
A. Kunci Utama adalah
1. Mengenali apa yang disebut gempabumi;
2. Pastikan bahwa struktur dan letak rumah Anda dapat terhindar dari bahaya yang
disebabkan oleh gempabumi (longsor, liquefaction dll);
3. Mengevaluasi dan merenovasi ulang struktur bangunan Anda agar terhindar dari
bahaya gempabumi.
B. Kenali Lingkungan Tempat Anda Bekerja
1. Perhatikan letak pintu, lift serta tangga darurat, apabila terjadi gempabumi, sudah
mengetahui tempat paling aman untuk berlindung;
2. Belajar melakukan P3K;
3. Belajar menggunakan alat pemadam kebakaran;
4. Catat nomor telepon penting yang dapat dihubungi pada saat terjadi gempabumi.
C. Persiapan Rutin pada tempat Anda bekerja dan tinggal
1. Perabotan (lemari, cabinet, dll) diatur menempel pada dinding (dipaku, diikat, dll)
untuk menghindari jatuh, roboh, bergeser pada saat terjadi gempabumi.
2. Simpan bahan yang mudah terbakar pada tempat yang tidak mudah pecah agar
terhindar dari kebakaran.
3. Selalu mematikan air, gas dan listrik apabila tidak sedang digunakan.
D. Penyebab celaka yang paling banyak pada saat gempabumi adalah akibat
kejatuhan material
1. Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah

5
2. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempabumi terjadi
(misalnya lampu dll).
E. Alat yang harus ada di setiap tempat
1. Kotak P3K;
2. Senter/lampu baterai;
3. Radio;
4. Makanan suplemen dan air.

2. Saat Terjadi Bencana


A. Jika Anda berada di dalam bangunan
1. Lindungi badan dan kepala Anda dari reruntuhan bangunan dengan bersembunyi di
bawah meja dll;
2. Cari tempat yang paling aman dari reruntuhan dan goncangan;
3. Lari ke luar apabila masih dapat dilakukan
B. Jika berada di luar bangunan atau area terbuka
1. Menghindari dari bangunan yang ada di sekitar Anda seperti gedung, tiang listrik,
pohon, dll
2. Perhatikan tempat Anda berpijak, hindari apabila terjadi rekahan tanah
C. Jika Anda sedang mengendarai mobil
1. Keluar, turun dan menjauh dari mobil hindari jika terjadi pergeseran atau kebakaran;
2. Lakukan point B.
D. Jika Anda tinggal atau berada di pantai
Jauhi pantai untuk menghindari bahaya tsunami.
E. Jika Anda tinggal di daerah pegunungan
Apabila terjadi gempabumi hindari daerah yang mungkin terjadi longsoran.

3. Pascabenca
A. Jika Anda berada di dalam bangunan
1. Keluar dari bangunan tersebut dengan tertib;
2. Jangan menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa;
3. Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K;
4. Telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau sekitar
Anda.

6
B. Periksa lingkungan sekitar Anda
1. Periksa apabila terjadi kebakaran.
2. Periksa apabila terjadi kebocoran gas.
3. Periksa apabila terjadi hubungan arus pendek listrik.
4. Periksa aliran dan pipa air.
5. Periksa apabila ada hal-hal yang membahayakan (mematikan listrik, tidak
menyalakan api dll)
C. Jangan mamasuki bangunan yang sudah terkena gempa
Karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan.
D. Jangan berjalan di daerah sekitar gempa
Kemungkinan terjadi bahaya susulan masih ada.
E. Mendengarkan informasi.
Dengarkan informasi mengenai gempabumi dari radio (apabila terjadi gempa susulan).
Jangan mudah terpancing oleh isu atau berita yang tidak jelas sumbernya.
F. Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui seberapa
besar kerusakan yang terjadi
G. Jangan panik dan jangan lupa selalu berdo'a kepada Tuhan YME demi keamanan
dan keselamatan kita semuanya.
BAB III
MANAJEMEN SAFE COMMUNITY BENCANA GEMPA BUMI

A. Kesiapsiagaan Daerah Bencana


1. Kesiapan Sarana dan Prasarana Kesehatan
Prasaran yang perlu disiapkan dalam menghadapi bencana gempa bumi seperti:
1. Rumah sakit
Dengan beberapa syarat:
a. Akses langsung dengan tempat dimana ambulans menurunkan korban
b. Merupakan tempat tertutup
c. Dilengkapi dengan penerangan yang cukup
d. Akses yang mudah ke tempat perawatan utama seperti Unit Gawat Darurat, Kamar
Operasi, dan Unit Perawatan Intensif.

2. Rumah sakit lapangan

7
Jika di daerah dimana terjadi bencana tidak tersedia fasilitas kesehatan yang
cukup untuk menampung dan merawat korban bencana massal (misalnya hanya
tersedia satu Rumah Sakit tipe C/ tipe B), memindahkan seluruh korban ke sarana
tersebut hanya akan menimbulkan hambatan bagi perawatan yang harus segera
diberikan kepada korban dengan cedera serius. Lebih jauh, hal ini juga akan sangat
mengganggu aktivitas Rumah Sakit tersebut dan membahayakan kondisi para
penderita yang dirawat di sana. Perlu dipertimbangkan jika memaksa memindahkan
200 orang korban ke Rumah Sakit yang hanya berkapasitas 300 tempat tidur, dengan
tiga kamar operasi dan mengharapkan hasil yang baik dari pemindahan ini.
Dalam keadaan dimana dijumpai keterbatasan sumber daya, utamanya
keterbatasan daya tampung dan kemampuan perawatan, pemindahan korban ke
Rumah Sakit dapat ditunda sementara. Dengan ini harus dilakukan perawatan di
lapangan yang adekuat bagi korban dapat lebih mentoleransi penundaan ini. Jika
diperlukan dapat didirikan rumah sakit lapangan (Rumkitlap). Dalam
mengoperasikan rumkitlap, diperlukan tenaga medis, paramedic dan non medis
(coordinator, dokter, dokter spesialis bedah, dokter spesialis anastesi, tiga perawat
mahir, radiolog, farmasis, ahli gizi, laboran, teknisi medis, teknisi non medis, dan
pembantu umum).
3. Pelayanan kesehatan di tempat pengungsian
Pelayanan kesehatan dasar yang diperlukan pengungsi meliputi:
1. Pelayanan pengobatan
Bila pola pengungsian terkonsentrasi di barak-barak atau tempat-tempat umum,
pelayanan pengobatan dilakukan di lokasi pengungsian dengan membuat pos
pengobatan. Pelayanan pengobatan dilakukan di Puskesmas bila fasilitas kesehatan
tersebut masih berfungsi dan pola pengungsianya tersebar berada di tenda-tenda
kanankiri rumah pengungsi.
2. Pelayanan imunisasi
Bagi pengungsi khususnya anak-anak, dilakukan vaksinasi campak tanpa
memandang status imunisasi sebelumnya. Adapun kegiatan vaksinasi lainnya tetap
dilakukan sesuai program untuk melindungi kelompok-kelompok rentan dalam
pengungsian.
3. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
Kegiatan yang harus dilaksanakan adalah:

8
 Kesehatan Ibu dan Anak (pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dan pasca-
keguguran)
 Keluarga berencana (KB)
 Deteksi dini dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS
 Kesehatan reproduksi remaja
4. Pelayanan gizi
Tujuannya meningkatkan status gizi bagi ibu hamil dan balita melalui
pemberian makanan optimal. Setelah dilakukan identifikasi terhadap kelompok
bumil dan balita, petugas kesehatan menentukan strategi intervensiberdasarkan
analisis status gizi.Pada bayi tidak diperkenan diberikan susu formula, kecuali bayi
piatu, bayi terpisah dari ibunya, ibu bayi dalam keadaan sakit berat.
5. Pemberantasan penyakit menular dan pengendalian vektor
Beberapa jenis penyakit yang sering timbul di pengungsian dan memerlukan
tindakan pencegahan karena berpotensi menjadi KLB antara lain: campak, diare,
cacar, malaria, varicella, ISPA, tetanus. Pelaksanaan pengendalian vektor yang
perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi adalah pengelolaan lingkungan,
pengendalian dengan insektisida, serta pengawasan makanan dan minuman. Pada
pelaksanaan kegiatan surveilans bila menemukan kasus penyakit menular, semua
pihak termasuk LSM kemanusiaan di pengungsian harus melaporkan kepada
Puskesmas/Pos Yankes di bawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai
penanggung jawab pemantauan dan pengendalian.
6. Pelayanan kesehatan jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa di pos kesehatan diperlukan bagi korban bencana,
umumnya dimulai pada hari ke-2 setelah kejadian bencana. Bagi korban bencana
yang memerlukan pertolongan pelayanan kesehatan jiwa dapat dilayani di pos
kesehatan untuk kasus kejiwaan ringan. Sedangkan untuk kasus berat harus dirujuk
ke Rumah Sakit terdekat yang melayani kesehatan jiwa.
7. Pelayanan promosi kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan bagi para pengungsi diarahkan untuk membiasakan
perilaku hidup bersih dan sehat. Kegiatan ini mencakup:
 Kebersihan diri
 Pengolahan makanan
 Pengolahan air minum bersih dan aman
9
 Perawatan kesehatan ibu hamil (pemeriksaan rutin, imunisasi)Kegiatan promosi
kesehatan dilakukan melekat pada kegiatan kesehatan lainnya.

Sarana yang perlu disiapkan:


1. Tempat Triasea.
a) Tanda pengenal untuk menandai setiap tempat / bagian dan petugas
b) Kartu triase
c) Peralatan administrasi
d) Tandu (empat buah)
e) Alat penerangan
f) Sfigomanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan

2. Tempat Perawatan Gawat Darurat (minimum untuk kebutuhan 25 orang korban)


a) Tanda pengenal untuk Ketua (jaket merah dengan tulisan “Ketua”), dan untuk
setiap Ketua tim (kain berwarna merah / kuning yang dipergunakan di lengan)
b) Alat penerangan
c) Tandu
d) Selimut
e) Peralatan administrasi
f) Sfigomanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangang.

3. Peralatan medis bencana alam, terdiri dari:


a) Peralatan resusitasi jalan napas
 Oksigen tabung
 Peralatan intubasi
 Peralatan trakeostomi
 Peralatan drain thoraks
 Ambu bag
 Alat cricothiroidectomy
b) Peralatan resusitasi jantung
 Infus set + cairan
 Obat-obatan untuk penalaksanaan syok

10
 Alat fiksasi pada trauma thoraks(MASTrousers)Peralatan listrik/pneumatic
 Penghisap lendir(suction)
 Lampu khusus
 Defibrilator
 Ventilator
 Baterai atau generator
c) Perlengkapan peralatan luka
 Kapas, verband elastik
 Peralatan penjahitan luka
 Sarung tangan
 Obat antiseptik
 Selimut pengaman
 Bidai (termasuk kolar leher)
 ATS/ABU

4. Tempat Perawatan Non Gawat Darurat


a) Peralatan penerangan khusus
b) Alat membalut / bidai
c) Peralatan administrasi
d) Sfigmanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan

5. Lokasi Evakuasi
a) Alat penerangan
b) Tandu
c) Peralatan administrasi
d) Sfigomanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan

2. Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan

Peran tenaga kesehatan adalah:


a. Tenaga kesehatan mengikuti pelatihan dan pendidikan yang berhubungan dengan
penanggulangan ancaman bencana untuk tiap fasenya.

11
b. Tenaga kesehatan ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi
lingkungan,palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi bencana
kepada masyarakat
c. Tenaga kesehatan terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut ini:
1. Usaha pertolongan diri sendiri ketika ada bencana
2. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga
yang lain
3. Tenaga kesehatan dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, rumah sakitdan ambulance

B. Pengorganisasian Bencana Gempa Bumi

12
Tugas dan Peran setiap team penanganan bencana
1. Team Pendukung
Kelompok ini melakukan analisis kemungkinan-kemungkinan dari resiko yang terjadi
di RumahSakit. Beberapa tanggung jawab mereka adalah:
a. Mengamankan perlengkapan rumah sakit
b. Menyiapkan peralatan yang dibutuh kan setelah bencana , termasuk air
bersih,makanan dan pengobatan yang dibutuhkan.
c. Menggambar dari peta daerah tersebut lokasidari rumah sakit serta mengidentifikasi
tem-pat yang aman atau yang berbahayad.Mengaktifkan sistem manajemen
bencanadi rumah sakit

2. Team Manajemen Informasi


Bagian aktifitas dari kelompok manajemeninformasi selama bencana, adalah meliputi:
a. Waspada terhadap kondisi yang mungkinbisa terjadi saat itu.
b. Men yediakan in forma si dan panduanuntuk pasien dan personal rumah
sakitlainnya
c. Mengatur informasi dan menghubungkaninformasi tersebut pada setiap team
pencarian, penampungan, pemadam kebakar-an serta team pendukung
d. Memeriksa setiap pintu keluar daruratserta jalan-jalan yang saling digunakan
e. Kewaspadaan publik melalui media massa
f. Memberikan list dari nomer telepon darurat untuk kepentingan pasien yang
membutuhkan
g. Melaporkan segala akibat dari bencana

3. Team Pencarian
Kelompok ini bertujuan untuk pencarian danpenyelamatan pada saat dan selama
terjadinya bencana. Kegiatan utama mereka adalah
a. Membangun penyidikan untuk mencarikorban dan yang terjebak
b. Melakukan observasi dari kerusakan didaerah tersebut dan mencegah orang
untukmasuk di daerah tersebut
c. Memindahkan dan mengevakuasi yang cedera dari tempat yang berbahaya ke
tempatyang aman.

13
4. Team Penampungan Sementara
Kelompok ini termasuk penempatan tenda,tempat penampungan sementara atau
tendadarurat setelah bencana
Beberapa aktifitas mereka adalah
a. Melakukan list kondisi fisik dari setiap pasienuntuk mengidentifikasi siapa dia nta
ramereka yang membutuhkan perawatanlebihdalam kondisi emergency
b. Mengidentifikasi list dari pasien yang manatidak membutuhkan bantuan yang
darurat
c. Menyediakan asisten atau bantuan padayang terluka, terutama pada orang
yangmembutuhkan bantuan alat-alat kesehatan
d. Menyediakan alat-alat kesehatan seperti alat-alat kesehatan yang steril,
pelayanankesehatan dan peralatan medis yang bisa dimobiliasikan
e. Kebutuhan emergency bagi pasien termasuk suplai air dan distribusi makanandan
obat-obatan diantara pasien dan yangterluka
f. Menyediakan tempat penampungan bagikorban, pasien maupun yang terluka pada
daerah yang aman

5. Team Pemadam Kebakaran


Kemungkinan untuk terjadinya kebakaran ketika terjadi bencana adalah sangat
tinggi,kelompok pemadam kebakaran mempunyaitugas sebagai berikut:
a. Memeriksa gedung rumah sakit akan kemungkinan terjadinya kebakaran
b. Menyiapkan panduan untuk keamanandari terjadinya kebakaran
c. Menyediakan sistem penanggulangan terjadinya kebakaran di Rumah Sakit ketika
bencana
d. Melatih secara perseorangan untuk menjadi team pemadam kebakaran dan
menyarankan mereka untuk tenang ketikaterjadi kebakaran
e. Melakukan evakuasi di Rumah Sakit apabila terjadi kebakaran

6. Team Pemulihan
Bagian dari team pemulihan adalah
a. Pemulihan jangka panjang dan membantumenstabilkan kondisi rumah sakit
b. Melakukan pelayanan kesehatan ulang dirumah sakit

14
c. Menyediakan bantuan fisik dan psikologispada pasien, korban yang terluka
danpada mereka yang kehilangan anggotakeluarganya

7. Team Rekonstruksi
Bagian dari tanggung jawab team rekon-struksi adalah
a. Mempertimbangkan area yang rusak darirumah sakit
b. Merekonstruksi struktur kerusakan yangada di Rumah Sakit
c. Pembangunan jangka panjang dari gedung

C. Sistem Informasi
Informasi penanganan krisis akibat bencana harus dilakukan dengan cepat, tepat, akurat
dan sesuai kebutuhan. Pada tahap pra, saat dan pasca bencana pelaporan informasi masalah
kesehatan akibat bencana dimulai dari tahap pengumpulan sampai penyajian informasi
dilakukan untuk mengoptimalisasikan upaya penanggulangan krisis akibat bencana.

1. Informasi pada Awal Terjadinya Bencana


1.1 Jenis Informasi dan Waktu Penyampaian
Penyampaian Informasi yang dibutuhkan pada awal terjadinya bencana (Lihat
Lampiran 3 dan 6 untuk Form B-1 dan Form B-4) disampaikan segera setelah kejadian
awal diketahui dan dikonfirmasi kebenarannya, meliputi:
1. Jenis bencana dan waktu kejadian bencana yang terdiri dari tanggal, bulan, tahun
serta pukul berapa kejadian tersebut terjadi.
2. Lokasi bencana yang terdiri dari desa, kecamatan, kabupaten/kota dan provinsi
bencana terjadi.
3. Letak geografi dapat diisi dengan pegunungan, pulau/kepulauan, pantai dan lain-
lain.
4. Jumlah korban yang terdiri dari korban meninggal, hilang, luka berat, luka ringan
dan pengungsi.
5. Lokasi pengungsi.
6. Akses ke lokasi bencana meliputi akses dari:
 Kabupaten/kota ke lokasi dengan pilihan mudah/sukar, waktu tempuh berapa lama
dan sarana transportasi yang digunakan.

15
 Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan.
 Keadaan jaringan listrik.
 Kemudian informasi tanggal dan bulan serta tanda tangan pelapor dan lokasinya.

1.2 Sumber Informasi


Sumber informasi mengenai kejadian bencana dapat berasal:
1. Masyarakat
2. Sarana pelayanan kesehatan
3. Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota
4. Lintas sektor
Informasi disampaikan menggunakan:
1 Telepon
2 Faksimili
3 Telepon seluler
4 Internet
5 Radio komunikasi
6 Telepon satelit

3.1 Alur Mekanisme Dan Penyampaian Pesan


Informasi awal tentang krisis pada saat kejadian bencana dari lokasi bencana
langsung dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Provinsi, maupun ke Pusat
Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan dengan menggunakan sarana
komunikasi yang paling memungkinkan pada saat itu. Informasi dapat disampaikan
oleh masyarakat, unit pelayanan kesehatan dan lain-lain. Unit penerima informasi
harus melakukan konfirmasi.

2. Informasi dan Penilaian Kebutuhan Cepat


2. 1 Jenis Informasi dan Penyampaian Pesan
Penilaian kebutuhan cepat penanggulangan krisis akibat bencana dilakukan segera
setelah informasi awal diterima. Informasi yang dikumpulkan (lihat Form B-2 dalam
Lampiran 7) meliputi:
1. Jenis bencana dan waktu kejadian bencana.

16
2. Tingkat keseriusan dari bencana tersebut, misalnya banjir ketinggian air mencapai
2 m, gempa bumi dengan kekuatan 7 Skala Richter.
3. Tingkat kelayakan yaitu luas dari dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut.
4. Alur penyampaian dan konfirmasi informasi awal kejadian bencana
5. Kecepatan perkembangan misalnya konflik antar suku disatu daerah, bila tidak
cepat dicegah maka dapat dengan cepat meluas atau berkembang ke daerah lain.
6. Lokasi bencana terdiri dari dusun, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota dan
provinsi.
7. Letak geografi terdiri dari pegunungan, pantai, pulau/kepulauan dan lain-lain.
8. Jumlah penduduk yang terancam.
9. Jumlah korban meninggal, hilang, luka berat, luka ringan, pengungsi (dibagi
dalam kelompok rentan bayi, balita, bumil, buteki, lansia), lokasi pengungsian,
jumlah korban yang dirujuk ke Puskesmas dan Rumah Sakit.
10. Jenis dan kondisi sarana kesehatan dibagi dalam tiga bagian yaitu informasi
mengenai kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan di lokasi penampungan
pengungsi.
11. Akses ke lokasi bencana terdiri dari mudah/ sukar, waktu tempuh dan transportasi
yang dapat digunakan.
12. Kondisi logistik dan sarana pendukung pelayanan kesehatan.
13. Upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
14. Bantuan kesehatan yang diperlukan.
15. Rencana tindak lanjut.
16. Tanggal, bulan dan tahun laporan, tanda tangan pelapor serta diketahui oleh
Kepala Dinas Kesehatan.

2. 2 Jenis Informasi dan Waktu Penyampaian


Informasi dikumpulkan oleh Tim Penilaian Kebutuhan Cepat yang bersumber dari:
1. Masyarakat
2. Sarana pelayanan kesehatan
3. Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota
4. Lintas sektor
Informasi disampaikan melalui:
1. Telepon

17
2. Faksimili
3. Telepon seluler
4. Internet dan Radio komunikasi

2. 3 Alur Mekanisme dan Penyampaian Pesan


Informasi penilaian kebutuhan cepat disampaikan secara berjenjang mulai dari
institusi kesehatan di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, kemudian
diteruskan ke Dinas Kesehatan Provinsi, dari Provinsi ke Departemen Kesehatan
melalui Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan dan dilaporkan
keMenteri Kesehatan

3. Informasi Perkembangan Kejadian Bencana


3.1 Jenis Informasi dan Penyampaian Pesan
Informasi perkembangan kejadian bencana (lihat Form B-3 pada Lampiran 8)
dikumpulkan setiap kali terjadi perkembangan informasi penanggulangan krisis akibat
bencana. Informasi perkembangan kejadian bencana meliputi:
1. Tanggal/bulan/tahun kejadian.
2. Jenis bencana.
3. Lokasi bencana.
4. Waktu kejadian bencana.
5. Jumlah korban keadaan terakhir terdiri dari meninggal, hilang, luka berat, luka
ringan, pengungsi (dibagi dalam bayi, balita, bumil, buteki, lansia) dan jumlah
korban yang dirujuk.
6. Upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
7. Bantuan segera yang diperlukan.
8. Rencana tindak lanjut.
9. Tanggal, bulan dan tahun laporan, tanda tangan pelapor serta diketahui oleh
Kepala Dinas Kesehatan.

3.2 Sumber Informasi dan Waktu Penyampaian


Informasi disampaikan oleh institusi kesehatan di lokasi bencana (Puskesmas, Rumah
Sakit, Dinas Kesehatan). Informasi disampaikan melalui:
1. Telepon

18
2. Faksimili
3. Telepon seluler
4. Internet
5. Radio komunikasi
6. Telepon satelit

3.3 Alur Mekanisme dan Penyampaian Pesan


Informasi perkembangan disampaikan secara berjenjang mulai dari institusi kesehatan
di lokasi bencana ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, kemudian diteruskan ke Dinas
Kesehatan Provinsi, dari Provinsi ke Departemen Kesehatan melalui Pusat
Penanggulangan Krisis dan dilaporkan ke Menteri Kesehatan.

4. Pengelolan Data
4.1 Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan mencakup:
1. Data bencana
2. Data sumber daya (sarana, tenaga dan dana)
3. Data sanitasi dasar
4. Data upaya kesehatan penanggulangan bencana
5. Data status kesehatan dan gizi
6. Data mengenai masalah pelayanan kesehatan
Peran institusi dalam pengumpulan data, antara lain:
1. Puskesmas mengumpulkan data bencana, sumber daya (sarana, tenaga dan dana),
sanitasi dasar, upaya kesehatan, penanggulangan bencana, status kesehatan dan gizi
serta data mengenai masalah pelayanan kesehatan.
2. Rumah Sakit mengumpulkan data pelayanan kesehatan rujukan korban bencana dan
sumber daya kesehatan.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengumpulkan data bencana, masalah kesehatan
dan sumber daya kesehatan dari Puskesmas dan Rumah Sakit.
4. Dinas Kesehatan Provinsi mengumpulkan data bencana, masalah kesehatan dan
sumber daya kesehatan dari Dinas Kabupaten/Kota atau dari Rumah Sakit.

4.2 Pengolahan Data

19
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan data, antara lain:
1. Puskesmas melakukan pengolahan data mengenai masalah kesehatan untuk melihat
besaran dan kecenderungan permasalahan kesehatan untuk peningkatan pelayanan.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengolahan data dari Puskesmas dan
Rumah Sakit mengenai masalah kesehatan untuk melihat besaran dan
kecenderungan permasalahan kesehatan, kebutuhan sumber daya untuk pelayanan
kesehatan dan sanitasi dasar untuk merumuskan kebutuhan bantuan.
3. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan pengolahan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit Provinsi mengenai masalah kesehatan untuk
melihat besaran dan kecenderungan permasalahan kesehatan, kebutuhan sumber
daya untuk pelayanan kesehatan untuk merumuskan kebutuhan bantuan.
4. Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan melakukan pengolahan data
dari Dinas Kesehatan Provinsi mengenai masalah kesehatan untuk melihat besaran
dan kecenderungan permasalahan kesehatan, kebutuhan sumber daya untuk
pelayanan kesehatan dan merumuskan kebutuhan bantuan bersama dengan unit
terkait.

4.3 Penyajian Data


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian data, antara lain:
1. Puskesmas menyiapkan data masalah kesehatan dalam bentuktabel, grafik,
pemetaan, dll untuk dilaporkan kepada Dinas Kesehatan kabupaten/Kota.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan penyajian data dapat dalam bentuk
bentuk tabel, grafik, pemetaan, dll.
3. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan penyajian data dapat dalam bentuk tabel,
grafik, pemetaan, dll.
4. Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan melakukan penyajian data
dalam bentuk tabel, grafik, Pemetaan dan dimuat dalam web-site, dan lain-lain.

4.4 Penyampaian Data


Informasi yang diperoleh dapat disampaikan dengan menggunakan:
1. Kurir
2. Radio Komunikasi
3. Telepon

20
4. Faksimili
5. E-mail
6. SMS

D. Manajemen Logistik
1. Periode Emergency (Hari –H Sampai H + 30 Hari )
Pada periode ini relatif belum ada yang siap. Bagi instansi terkait dengan bencana
perlu menetapkan kelompok pengelola log-med untuk mengatur dan mengkoordinasi
ketersediaan log-med. Dalam kurun waktu 48 jam dan selanjutnya, bantuan akan
berdatangan dari berbagai institusi/organisasi dari dalam negeri maupun luar negeri.
Bantuan log-med untuk bencana berasal dari:
1. Persediaan daerah / nasional
2. Pengadaan (crash-program)
3. Institusi / organisasi / individu nasional
4. Institusi / organisasi / individu negara sahabat (internasional)
Bentuk bantuan log-med:
1. Obat-obatan
2. Peralatan medis habis pakai
3. Peralatan medis tidak habis pakai
4. Peralatan keperawatan
5. Peralatan operasi/pembedahan dan pendukungnya.
Untuk menghadapi situasi dan bantuan yang berdatangan tersebut harus
tersedia pada kelompok penanggulangan bencana (POKJA) :
1. Koordinator log-med yang merupakan bagian dari networking POKJA.
2. SDM (penerimaan,penyimpanan, dan pendistribusian)
3. Gudang untuk menyimpanan barang-barang log-med
4. Alat transportasi untuk distribusi barang log-med
5. Sistem informasi manajemen obat /log-med.

2. Penerimaan Barang Log-Med


Penerimaan barang-barang log-med yang datang, baik yang berasal dari pengadaan
maupun dari bantuan-bantuan, perlu dikelola dengan baik dan tertib. Untuk itu perlu

21
ditata dengan sistem managemen log-med yang mudah, cepat, valid dan bermanfaat
buat semua pihak korban, pemberi pelayanan, pengelola bantuan dan pemberi donor.
Informasi yang diperlukan untuk inventarisasi log-med :
 Klas log-med (obat/alat medis/alat perwatan/ dll)
 Jenis / item log-med (obat : antibiotika – golongan beta-
 Laktam/makrolide dll)
 Kemasan log-med (karton, botol, dos, dll)
 Bentuk sediaan dan kekuatan (kaplet 500 mg/injeksi vial serbuk 1
 Gram, dll)
 Batas kadaluarsa
 Jumlah tiap item log-med
 Ada/tidak persyaratan khusus (suhu penyimpanan, dll)
 Asal barang log-med (negara, organisasi, dll)

3. Penyimpanan Log-Med

22
4. Distribusi
Penyaluran log-med dari gudang (pusat maupun satelit) ke pengguna dari
pengalaman bencana gempa Mei 2006 yang lalu relatif dapat terpenuhi dengan baik.
Transportasi kendaraan tercukupi dan aksestabilitas dapat terjangkau.Permasalahan
tempat posko dan penunjuk jalan yang kurang menguasai lapangan.Suplai log-med
belum terbakukan sehingga pengiriman tergantung dari siapa yang mengelola
gudang,mana yang banyak dikirim banyak mana item yang sedikit dikirim sedikit,
tidak berdasarkan problem kesehatan dilapangan.Untuk pengiriman suplai dapat
mengacu pada The New Emergency Health Kit 98 dari WHO, dimana dalam kit
tersebut sudah ada item apa yang diperlukan untuk 10.000 orang pasien dan
pelayanan selama 3 bulan.

5. Penggunaan
Penggunaan (the use of medicine) merupakan pelayanan medis yang rawan. Dari
kejadian bencana yang lalu banyak kasus yang tidak ditangani oleh yang berkompeten
(dokter atau dokter spesialis) akibat pada periode rehabilitasi banyak dijumpai
komplikasi, antara lain hasil operasi yang tidak sesuai, munculnya tetanus, dll.

6. Periode Rehabilitasi dan Rekonstruksi


Periode ini tidak banyak permasalahan kecuali muncul pada PUSKESMAS yang
hancur. Yang diperlukan pembangunan infrasturuktur pelayanan kesehatan. Problem
kesehatan yang muncul sama dengan problem kesehatan sebelum gempa dan dapat
ditangani oleh PUSKESMAS setempat. Untuk PUSKESMAS yang rusak total
memang perlu dikirim klinik mobil beserta log-med nya.

E. Upaya Yang Dilakukan(Pemerintah,Petugas Kesehatan dan Masyarakat) Pada:


1. Sebelum Bencana Gempa Bumi
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dilakukan untuk mengurangi serta
menanggulangi resiko bencana. Rangkaian upaya yang dilakukan dapat berupa
perbaikan dan modifikasi lingkungan fisik maupun penyadaran serta peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.

23
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dapat dilakukan secara struktural maupun
kultural (non struktural). Secara struktural upaya yang dilakukan untuk mengurangi
kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah rekayasa teknis bangunan tahan
bencana. Sedangkan secara kultural upaya untuk mengurangi kerentanan
(vulnerability) terhadap bencana adalah dengan cara mengubah paradigma,
meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga terbangun masyarakat yang tangguh.
Mitigasi kultural termasuk di dalamnya adalah membuat masyarakat peduli terhadap
lingkungannya untuk meminimalkan terjadinya bencana.
Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:
1. membuat peta atau denah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana
2. pembuatan alarm bencana
3. membuat bangunan tahan terhadap bencana tertentu
4. memberi penyuluhan serta pendidikan yang mendalam terhadap masyarakat yang
berada di wilayah rawan bencana.

Peran tenaga kesehatan adalah:


a. Tenaga kesehatan mengikuti pelatihan dan pendidikan yang berhubungan
dengan penanggulangan ancaman bencana untuk tiap fasenya.
b. Tenaga kesehatan ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi
lingkungan,palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi bencana
kepada masyarakat
c. Tenaga kesehatan terlibat dalam programpromosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi
hal-hal berikut ini:
1. Usaha pertolongan diri sendiri ketika adabencana
2. Pelatihan pertolongan pertama dalamkeluarga seperti menolong anggota
keluarga yang lain
3. Tenaga kesehatan dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon
darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit dan ambulance

2. Pada Saat Bencana Gempa Bumi

24
Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana terjadi. Kegiatan pada
tahap tanggap darurat yang secara umum berlaku pada semua jenis bencana antara
lain:
1. Menyelamatkan diri dan orang terdekat.
2. Jangan panik.
3. Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam kondisi selamat.
4. Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa barang-barang apa pun.
5. Lindungi diri dari benda-benda yang mungkin melukai diri

Peran tenaga kesehatan pada fase Impact adalah


a. Bertindak cepat
b. Donot promise, tenaga kesehatan seharusnya tidak menjanjikan apapun secara pasti
dengan maksud memberikan harapan yang besar pada korban selamat
c. Berkonsentrasi penuh terhadap apa yang dilakukan
d. Koordinasi dan menciptakan kepemimpinan untuk setiap kelompok yang
menanggulangi terjadinya bencana

3. Sesudah Bencana Gempa Bumi


Tahapan rehabilitasi dan rekonstruksi biasa dilakukan setelah terjadinya bencana.
Kegiatan inti pada tahapan ini adalah:
1. Bantuan Darurat
o Mendirikan pos komando bantuan
o Berkoordinasi dengan Satuan Koordinator Pelaksana Penanggulangan
Bencana (SATKORLAK PBP) dan pemberi bantuan yang lain.
o Mendirikan tenda-tenda penampungan, dapur umum, pos kesehatan dan pos
koordinasi.
o Mendistribusikan obat-obatan, bahan makanan dan pakaian.
o Mencari dan menempatkan para korban di tenda atau pos pengungsian.
o Membantu petugas medis untuk pengobatan dan mengelompokan korban.
o Mencari, mengevakuasi, dan makamkan korban meninggal.
2. Inventarisasi kerusakan

25
o Pada tahapan ini dilakukan pendataan terhadap berbagai kerusakan yang
terjadi, baik bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan sebagainya.
3. Evaluasi kerusakan
o Pada tahapan ini dilakukan pembahasan mengenai kekurangan dan
kelebihan dalam penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Perbaikan
dalam penanggulangan bencana diharapkan dapat dicapai pada tahapan ini.
4. Pemulihan (Recovery)
o Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi
lingkungan yang rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya.
Pemulihan ini tidak hanya dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi
korban yang terkena bencana juga diberikan pemulihan baik secara fisik
maupun mental.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
o Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi
kepercayaan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya
korban bencana. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah
bencana.
o Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem
pengelolaan lingkungan
o Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap
o Relokasi korban dari tenda penampungan
o Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana
o Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka
menengah
o Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja
o Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah
sakit dan pasar mulai dilakukan
o Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau
pendampingan.
6. Rekonstruksi
o Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan
jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk

26
mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang lebih baik dari
sebelumnya
7. Melanjutkan pemantauan
o Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan
besar akan mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemantauan terus-menerus untuk meminimalisir dampak bencana
tersebut.

Peran tenaga kesehatan pada fase rekonstruksi adalah:


a. Tenaga kesehatanan pada pasien post traumatic stress disorder(PTSD)
b. Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerjasama dengan unsur lintas sector menanganimasalah kesehatan
masyarakat pasca gawat darurat serta mempercepat fase
pemulihan(Recovery) menuju keadaan sehat dan aman

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di Indonesia,
terutama akibat interaksi lempeng tektonik. Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terletak pada pertemuan 4 (empat) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng
Eurasia; lempeng Australia; lempeng Pasifik; dan lempeng Filipina.Sehingga
membuat Indonesia menjadi daerah rawan gempa bumi akibat aktivitas pertemuan
lempeng tektonik.
Kelompok yang paling berisiko dalam situasi darurat bencana gempa bumi adalah
antara lain: perempuan terutama remaja perempuan, perempuan hamil, perempuan

27
menyusui, anak, penyandang disabilitas, dan lanjut usia.Sehingga dapat menimbulkan
masalah kesehatan yang dirasakan langsung maupun setelah terjadinya
bencana.Pemerintah,tenaga kesehatan dan masyarakat adalah merupakan suatu sistem
yang sangat penting dalam penanggulangan bencana.

2. Saran
Untuk meminimalisir dampak akibat bencana gempa bumi .Maka dari itu
diperlukannya pengetahuan prabencana,saat bencana dan pasca bencana bagi
masyarakat,tenaga kesehatan serta pemerintah.

28
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. (2017). Buku Pedoman Kesiapsiagaan Bencana: Membangun kesadaran,


kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapai bencana. Jakarta: BNPB.

Widayatun & Fatoni, Zainal. (2013). Permasalahan Kesehatan Dalam Kondisi Bencana:
Peran Petugas Kesehatan Dan Partisipasi Masyarakat. Jurnal Kependuduk Indonesia, 8(1),
43-48.

BNPB. (2019). Potensi dan Ancaman Bencana. [Online]. Tersedia: https://www.bnpb.g


o.id/home/potensi.html [06 Maret 2019]

BNPB. (2018). Panduan Kesiapsiagaan Bencana untuk Keluarga. In B. N. Bencana,


Panduan Kesiapsiagaan Bencana untuk Keluarga (p. 8). Jakarta: BNPB.

29

Anda mungkin juga menyukai