DISUSUN OLEH:KELOMPOK 3
1. RANI GUSTI NANDA (1914471016)
2. LUTHFI FIRMANDA (1914471017)
3. MUTIARA ANNISA OCTAVIA (1914471018)
4. MISYATI (1914471019)
5. KARTIKA (1914471020)
6. MARDIANA SETIAWATI (1914471021)
7. DINDA PRATIWI (1914471022)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Safe Community
Kebencanaan Gempa Bumi ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah safe community. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Safe Community Kebencanaan Gempa Bumi bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Retno Puji Hastuti, M.Kep. selaku
dosen pada mata kuliah safe community yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................................1
C. Ruang Lingkup......................................................................................................................2
BAB II BENCANA GEMPA BUMI.................................................................................................3
A. Bencana Gempa Bumi di Indonesia.......................................................................................3
B. Bencana Gempa Bumi di Propinsi Lampung.........................................................................4
C. Populasi Beresiko/Terancam.................................................................................................4
D. Permasalahan Kesehatan.......................................................................................................5
E. Tips Bencana Gempa Bumi...................................................................................................5
BAB III MANAJEMEN SAFE COMMUNITY BENCANA GEMPA BUMI..................................8
A. Kesiapsiagaan Daerah Bencana.............................................................................................8
B. Pengorganisasian Bencana Gempa Bumi............................................................................13
C. Sistem Informasi..................................................................................................................15
D. Manajemen Logistik............................................................................................................21
E. Upaya Yang Dilakukan(Pemerintah,Petugas Kesehatan dan Masyarakat) Pada:.................24
1. Sebelum Bencana Gempa Bumi..........................................................................................24
2. Pada Saat Bencana Gempa Bumi........................................................................................25
3. Sesudah Bencana Gempa Bumi..........................................................................................25
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................28
1. Kesimpulan.........................................................................................................................28
2. Saran....................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................29
ii
DAFTAR LAMPIRAN
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di Indonesia,
terutama akibat interaksi lempeng tektonik. Indonesia merupakan negara kepulauan yang
terletak pada pertemuan 4 (empat) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng Eurasia;
lempeng Australia; lempeng Pasifik; dan lempeng Filipina. Lempeng Australia dan
lempeng Pasifik merupakan jenis lempeng samudera yang bersifat lentur, sedangkan
lempeng Eurasia berjenis lempeng benua yang bersifat rigid dan kaku. Pertemuan lempeng
tektonik tersebut menyebabkan terjadinya penunjaman serta patahan aktif di dasar lautan
dan di daratan. Aktifitas zona tumbukan dan patahan-patahan tersebut berpotensi memicu
terjadinya gempa bumi. (Krishna S. Pribadi, dkk, pendidikan siaga bencana ITB. 2008).
Kesiapsiagaan merupakan hal yang penting dan harus dibangun pada setiap kelompok
di masyarakat. Pengalaman menunjukkan bahwa kehancuran akibat bencana dapat
dikurangi secara drastis jika semua orang lebih siap menghadapi bencana. Sekolah adalah
pusat pendidikan yang tidak hanya memberikan ilmu pengetahuan namun juga bekal untuk
kelangsungan hidup. Anak-anak merupakan peserta ajar yang paling cepat dan tidak hanya
mampu memadukan pengetahuan baru ke dalam kehidupan sehari-hari tetapi juga menjadi
sumber pengetahuan bagi keluarga dan masyarakat dalam hal perilaku yang sehat dan
aman yang didapatkan disekolah. Oleh karena itu,pencegahan bencana menjadi salah satu
fokus di sekolah dengan memberdayakan anak-anak dan remaja untuk memahami tanda-
tanda peringatan bencana dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengurangi
resiko dan mencegah bencana. (KEMENDIKNAS, 2009)
B. Tujuan
1. Mengetahui Bencana Gunung Berapi Di Indonesia
2. Mengetahui Bencana Gunung Berapi Di Lampung
3. Mengetahui Populasi Berisiko/Terancam Akibat Gempa
4. Mengetahui Permasalahan Kesehatan Akibat Gempa Bumi
5. Mengetahui Tips Bencana Gempa Bumi
6. Mengetahui Kesiapsiagaan Daerah Bencana Gempa Bumi
7. Mengetahui Pengorganisasian Bencana Gempa Bumi
1
8. Mengetahui Sistem Infromasi Bencana Gempa Bumi
9. Mengetahui Manajemen Bencana Gempa Bumi
10. Mengetehui Upaya Yang Dilakukan Pemerintah,Masyarakat Dan Tenaga
Kesehatan Saat Prabencana,Saat Bencana Dan Pasca Bencana
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bencana gempa bumi
a. Bencana Gunung Berapi Di Indonesia
b. Bencana Gunung Berapi Di Lampung
c. Populasi Berisiko/Terancam Akibat Gempa
d. Permasalahan Kesehatan Akibat Gempa Bumi
e. Tips Bencana Gempa Bumi
2
BAB II
BENCANA GEMPA BUMI
3
2018
36 Gempa bumi Situbondo 2018 6.3
37 Gempa bumi Halmahera 2019 7.3
38 Gempa bumi Banten 2019 6.9
39 Gempa bumi Maluku 2019 6.5
40 Gempa bumi Sulawesi Barat 2021 6.2
C. Populasi Beresiko/Terancam
Kelompok yang paling berisiko dalam situasi darurat bencana gempa bumi adalah
antara lain: perempuan terutama remaja perempuan, perempuan hamil, perempuan
menyusui, anak, penyandang disabilitas, dan lanjut usia. Pentingnya penanganan korban
bencana secara tepat dan cepat memberikan peluang untuk meminimalisasi jumlah korban
akibat keterlambatan tindakan penyelamatan masyarakat, terutama pada kelompok
rentan.Dalam hal ini, kesiapsiagaan masyarakat perlu dilihat sebagai upaya penting.
D. Permasalahan Kesehatan
A. Efek Seketika dari Gempa Bumi pada Kesehatan
Ketika gempa baru saja terjadi, sangat mungkin langsung menimbulkan masalah
kesehatan baik secara fisik maupun psikis pada korban yang berupa:
1. Trauma yang disebabkan oleh kematian ataupun luka dari bangunan runtuh
2. Trauma yang disebabkan oleh kematian ataupun luka dari efek susulan gempa (trauma
fisik dan tenggelam jika tsunami, trauma dari longsor, luka bakar dan mengisap asap
dari kebakaran)
4
2. Meningkatnya risiko dan peluang dari komplikasi yang berhubungan dengan
kehamilan, melahirkan, dan bayi yang baru lahir karena terganggunya layanan
kandungan dan kebidanan
3. Risiko menularnya penyakit terutama di area yang sangat padat
4. Meningkatnya risiko dan peluang komplikasi penyakit kronis karena terganggunya
pengobatan
5. Meningkatnya kebutuhan psikososial adanya potensi kontaminasi bahan kimia
terutama pada daerah industri
5
2. Cek kestabilan benda yang tergantung yang dapat jatuh pada saat gempabumi terjadi
(misalnya lampu dll).
E. Alat yang harus ada di setiap tempat
1. Kotak P3K;
2. Senter/lampu baterai;
3. Radio;
4. Makanan suplemen dan air.
3. Pascabenca
A. Jika Anda berada di dalam bangunan
1. Keluar dari bangunan tersebut dengan tertib;
2. Jangan menggunakan tangga berjalan atau lift, gunakan tangga biasa;
3. Periksa apa ada yang terluka, lakukan P3K;
4. Telepon atau mintalah pertolongan apabila terjadi luka parah pada Anda atau sekitar
Anda.
6
B. Periksa lingkungan sekitar Anda
1. Periksa apabila terjadi kebakaran.
2. Periksa apabila terjadi kebocoran gas.
3. Periksa apabila terjadi hubungan arus pendek listrik.
4. Periksa aliran dan pipa air.
5. Periksa apabila ada hal-hal yang membahayakan (mematikan listrik, tidak
menyalakan api dll)
C. Jangan mamasuki bangunan yang sudah terkena gempa
Karena kemungkinan masih terdapat reruntuhan.
D. Jangan berjalan di daerah sekitar gempa
Kemungkinan terjadi bahaya susulan masih ada.
E. Mendengarkan informasi.
Dengarkan informasi mengenai gempabumi dari radio (apabila terjadi gempa susulan).
Jangan mudah terpancing oleh isu atau berita yang tidak jelas sumbernya.
F. Mengisi angket yang diberikan oleh instansi terkait untuk mengetahui seberapa
besar kerusakan yang terjadi
G. Jangan panik dan jangan lupa selalu berdo'a kepada Tuhan YME demi keamanan
dan keselamatan kita semuanya.
BAB III
MANAJEMEN SAFE COMMUNITY BENCANA GEMPA BUMI
7
Jika di daerah dimana terjadi bencana tidak tersedia fasilitas kesehatan yang
cukup untuk menampung dan merawat korban bencana massal (misalnya hanya
tersedia satu Rumah Sakit tipe C/ tipe B), memindahkan seluruh korban ke sarana
tersebut hanya akan menimbulkan hambatan bagi perawatan yang harus segera
diberikan kepada korban dengan cedera serius. Lebih jauh, hal ini juga akan sangat
mengganggu aktivitas Rumah Sakit tersebut dan membahayakan kondisi para
penderita yang dirawat di sana. Perlu dipertimbangkan jika memaksa memindahkan
200 orang korban ke Rumah Sakit yang hanya berkapasitas 300 tempat tidur, dengan
tiga kamar operasi dan mengharapkan hasil yang baik dari pemindahan ini.
Dalam keadaan dimana dijumpai keterbatasan sumber daya, utamanya
keterbatasan daya tampung dan kemampuan perawatan, pemindahan korban ke
Rumah Sakit dapat ditunda sementara. Dengan ini harus dilakukan perawatan di
lapangan yang adekuat bagi korban dapat lebih mentoleransi penundaan ini. Jika
diperlukan dapat didirikan rumah sakit lapangan (Rumkitlap). Dalam
mengoperasikan rumkitlap, diperlukan tenaga medis, paramedic dan non medis
(coordinator, dokter, dokter spesialis bedah, dokter spesialis anastesi, tiga perawat
mahir, radiolog, farmasis, ahli gizi, laboran, teknisi medis, teknisi non medis, dan
pembantu umum).
3. Pelayanan kesehatan di tempat pengungsian
Pelayanan kesehatan dasar yang diperlukan pengungsi meliputi:
1. Pelayanan pengobatan
Bila pola pengungsian terkonsentrasi di barak-barak atau tempat-tempat umum,
pelayanan pengobatan dilakukan di lokasi pengungsian dengan membuat pos
pengobatan. Pelayanan pengobatan dilakukan di Puskesmas bila fasilitas kesehatan
tersebut masih berfungsi dan pola pengungsianya tersebar berada di tenda-tenda
kanankiri rumah pengungsi.
2. Pelayanan imunisasi
Bagi pengungsi khususnya anak-anak, dilakukan vaksinasi campak tanpa
memandang status imunisasi sebelumnya. Adapun kegiatan vaksinasi lainnya tetap
dilakukan sesuai program untuk melindungi kelompok-kelompok rentan dalam
pengungsian.
3. Pelayanan kesehatan ibu dan anak
Kegiatan yang harus dilaksanakan adalah:
8
Kesehatan Ibu dan Anak (pelayanan kehamilan, persalinan, nifas dan pasca-
keguguran)
Keluarga berencana (KB)
Deteksi dini dan penanggulangan IMS dan HIV/AIDS
Kesehatan reproduksi remaja
4. Pelayanan gizi
Tujuannya meningkatkan status gizi bagi ibu hamil dan balita melalui
pemberian makanan optimal. Setelah dilakukan identifikasi terhadap kelompok
bumil dan balita, petugas kesehatan menentukan strategi intervensiberdasarkan
analisis status gizi.Pada bayi tidak diperkenan diberikan susu formula, kecuali bayi
piatu, bayi terpisah dari ibunya, ibu bayi dalam keadaan sakit berat.
5. Pemberantasan penyakit menular dan pengendalian vektor
Beberapa jenis penyakit yang sering timbul di pengungsian dan memerlukan
tindakan pencegahan karena berpotensi menjadi KLB antara lain: campak, diare,
cacar, malaria, varicella, ISPA, tetanus. Pelaksanaan pengendalian vektor yang
perlu mendapatkan perhatian di lokasi pengungsi adalah pengelolaan lingkungan,
pengendalian dengan insektisida, serta pengawasan makanan dan minuman. Pada
pelaksanaan kegiatan surveilans bila menemukan kasus penyakit menular, semua
pihak termasuk LSM kemanusiaan di pengungsian harus melaporkan kepada
Puskesmas/Pos Yankes di bawah koordinasi Dinas Kesehatan Kabupaten sebagai
penanggung jawab pemantauan dan pengendalian.
6. Pelayanan kesehatan jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa di pos kesehatan diperlukan bagi korban bencana,
umumnya dimulai pada hari ke-2 setelah kejadian bencana. Bagi korban bencana
yang memerlukan pertolongan pelayanan kesehatan jiwa dapat dilayani di pos
kesehatan untuk kasus kejiwaan ringan. Sedangkan untuk kasus berat harus dirujuk
ke Rumah Sakit terdekat yang melayani kesehatan jiwa.
7. Pelayanan promosi kesehatan
Kegiatan promosi kesehatan bagi para pengungsi diarahkan untuk membiasakan
perilaku hidup bersih dan sehat. Kegiatan ini mencakup:
Kebersihan diri
Pengolahan makanan
Pengolahan air minum bersih dan aman
9
Perawatan kesehatan ibu hamil (pemeriksaan rutin, imunisasi)Kegiatan promosi
kesehatan dilakukan melekat pada kegiatan kesehatan lainnya.
10
Alat fiksasi pada trauma thoraks(MASTrousers)Peralatan listrik/pneumatic
Penghisap lendir(suction)
Lampu khusus
Defibrilator
Ventilator
Baterai atau generator
c) Perlengkapan peralatan luka
Kapas, verband elastik
Peralatan penjahitan luka
Sarung tangan
Obat antiseptik
Selimut pengaman
Bidai (termasuk kolar leher)
ATS/ABU
5. Lokasi Evakuasi
a) Alat penerangan
b) Tandu
c) Peralatan administrasi
d) Sfigomanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan
11
b. Tenaga kesehatan ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintah, organisasi
lingkungan,palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan
dalam memberikan penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi bencana
kepada masyarakat
c. Tenaga kesehatan terlibat dalam program promosi kesehatan untuk meningkatkan
kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana yang meliputi hal-hal berikut ini:
1. Usaha pertolongan diri sendiri ketika ada bencana
2. Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota keluarga
yang lain
3. Tenaga kesehatan dapat memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat
seperti dinas kebakaran, rumah sakitdan ambulance
12
Tugas dan Peran setiap team penanganan bencana
1. Team Pendukung
Kelompok ini melakukan analisis kemungkinan-kemungkinan dari resiko yang terjadi
di RumahSakit. Beberapa tanggung jawab mereka adalah:
a. Mengamankan perlengkapan rumah sakit
b. Menyiapkan peralatan yang dibutuh kan setelah bencana , termasuk air
bersih,makanan dan pengobatan yang dibutuhkan.
c. Menggambar dari peta daerah tersebut lokasidari rumah sakit serta mengidentifikasi
tem-pat yang aman atau yang berbahayad.Mengaktifkan sistem manajemen
bencanadi rumah sakit
3. Team Pencarian
Kelompok ini bertujuan untuk pencarian danpenyelamatan pada saat dan selama
terjadinya bencana. Kegiatan utama mereka adalah
a. Membangun penyidikan untuk mencarikorban dan yang terjebak
b. Melakukan observasi dari kerusakan didaerah tersebut dan mencegah orang
untukmasuk di daerah tersebut
c. Memindahkan dan mengevakuasi yang cedera dari tempat yang berbahaya ke
tempatyang aman.
13
4. Team Penampungan Sementara
Kelompok ini termasuk penempatan tenda,tempat penampungan sementara atau
tendadarurat setelah bencana
Beberapa aktifitas mereka adalah
a. Melakukan list kondisi fisik dari setiap pasienuntuk mengidentifikasi siapa dia nta
ramereka yang membutuhkan perawatanlebihdalam kondisi emergency
b. Mengidentifikasi list dari pasien yang manatidak membutuhkan bantuan yang
darurat
c. Menyediakan asisten atau bantuan padayang terluka, terutama pada orang
yangmembutuhkan bantuan alat-alat kesehatan
d. Menyediakan alat-alat kesehatan seperti alat-alat kesehatan yang steril,
pelayanankesehatan dan peralatan medis yang bisa dimobiliasikan
e. Kebutuhan emergency bagi pasien termasuk suplai air dan distribusi makanandan
obat-obatan diantara pasien dan yangterluka
f. Menyediakan tempat penampungan bagikorban, pasien maupun yang terluka pada
daerah yang aman
6. Team Pemulihan
Bagian dari team pemulihan adalah
a. Pemulihan jangka panjang dan membantumenstabilkan kondisi rumah sakit
b. Melakukan pelayanan kesehatan ulang dirumah sakit
14
c. Menyediakan bantuan fisik dan psikologispada pasien, korban yang terluka
danpada mereka yang kehilangan anggotakeluarganya
7. Team Rekonstruksi
Bagian dari tanggung jawab team rekon-struksi adalah
a. Mempertimbangkan area yang rusak darirumah sakit
b. Merekonstruksi struktur kerusakan yangada di Rumah Sakit
c. Pembangunan jangka panjang dari gedung
C. Sistem Informasi
Informasi penanganan krisis akibat bencana harus dilakukan dengan cepat, tepat, akurat
dan sesuai kebutuhan. Pada tahap pra, saat dan pasca bencana pelaporan informasi masalah
kesehatan akibat bencana dimulai dari tahap pengumpulan sampai penyajian informasi
dilakukan untuk mengoptimalisasikan upaya penanggulangan krisis akibat bencana.
15
Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan.
Keadaan jaringan listrik.
Kemudian informasi tanggal dan bulan serta tanda tangan pelapor dan lokasinya.
16
2. Tingkat keseriusan dari bencana tersebut, misalnya banjir ketinggian air mencapai
2 m, gempa bumi dengan kekuatan 7 Skala Richter.
3. Tingkat kelayakan yaitu luas dari dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut.
4. Alur penyampaian dan konfirmasi informasi awal kejadian bencana
5. Kecepatan perkembangan misalnya konflik antar suku disatu daerah, bila tidak
cepat dicegah maka dapat dengan cepat meluas atau berkembang ke daerah lain.
6. Lokasi bencana terdiri dari dusun, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota dan
provinsi.
7. Letak geografi terdiri dari pegunungan, pantai, pulau/kepulauan dan lain-lain.
8. Jumlah penduduk yang terancam.
9. Jumlah korban meninggal, hilang, luka berat, luka ringan, pengungsi (dibagi
dalam kelompok rentan bayi, balita, bumil, buteki, lansia), lokasi pengungsian,
jumlah korban yang dirujuk ke Puskesmas dan Rumah Sakit.
10. Jenis dan kondisi sarana kesehatan dibagi dalam tiga bagian yaitu informasi
mengenai kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan di lokasi penampungan
pengungsi.
11. Akses ke lokasi bencana terdiri dari mudah/ sukar, waktu tempuh dan transportasi
yang dapat digunakan.
12. Kondisi logistik dan sarana pendukung pelayanan kesehatan.
13. Upaya penanggulangan yang telah dilakukan.
14. Bantuan kesehatan yang diperlukan.
15. Rencana tindak lanjut.
16. Tanggal, bulan dan tahun laporan, tanda tangan pelapor serta diketahui oleh
Kepala Dinas Kesehatan.
17
2. Faksimili
3. Telepon seluler
4. Internet dan Radio komunikasi
18
2. Faksimili
3. Telepon seluler
4. Internet
5. Radio komunikasi
6. Telepon satelit
4. Pengelolan Data
4.1 Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan mencakup:
1. Data bencana
2. Data sumber daya (sarana, tenaga dan dana)
3. Data sanitasi dasar
4. Data upaya kesehatan penanggulangan bencana
5. Data status kesehatan dan gizi
6. Data mengenai masalah pelayanan kesehatan
Peran institusi dalam pengumpulan data, antara lain:
1. Puskesmas mengumpulkan data bencana, sumber daya (sarana, tenaga dan dana),
sanitasi dasar, upaya kesehatan, penanggulangan bencana, status kesehatan dan gizi
serta data mengenai masalah pelayanan kesehatan.
2. Rumah Sakit mengumpulkan data pelayanan kesehatan rujukan korban bencana dan
sumber daya kesehatan.
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mengumpulkan data bencana, masalah kesehatan
dan sumber daya kesehatan dari Puskesmas dan Rumah Sakit.
4. Dinas Kesehatan Provinsi mengumpulkan data bencana, masalah kesehatan dan
sumber daya kesehatan dari Dinas Kabupaten/Kota atau dari Rumah Sakit.
19
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan data, antara lain:
1. Puskesmas melakukan pengolahan data mengenai masalah kesehatan untuk melihat
besaran dan kecenderungan permasalahan kesehatan untuk peningkatan pelayanan.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pengolahan data dari Puskesmas dan
Rumah Sakit mengenai masalah kesehatan untuk melihat besaran dan
kecenderungan permasalahan kesehatan, kebutuhan sumber daya untuk pelayanan
kesehatan dan sanitasi dasar untuk merumuskan kebutuhan bantuan.
3. Dinas Kesehatan Provinsi melakukan pengolahan data dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan Rumah Sakit Provinsi mengenai masalah kesehatan untuk
melihat besaran dan kecenderungan permasalahan kesehatan, kebutuhan sumber
daya untuk pelayanan kesehatan untuk merumuskan kebutuhan bantuan.
4. Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan melakukan pengolahan data
dari Dinas Kesehatan Provinsi mengenai masalah kesehatan untuk melihat besaran
dan kecenderungan permasalahan kesehatan, kebutuhan sumber daya untuk
pelayanan kesehatan dan merumuskan kebutuhan bantuan bersama dengan unit
terkait.
20
4. Faksimili
5. E-mail
6. SMS
D. Manajemen Logistik
1. Periode Emergency (Hari –H Sampai H + 30 Hari )
Pada periode ini relatif belum ada yang siap. Bagi instansi terkait dengan bencana
perlu menetapkan kelompok pengelola log-med untuk mengatur dan mengkoordinasi
ketersediaan log-med. Dalam kurun waktu 48 jam dan selanjutnya, bantuan akan
berdatangan dari berbagai institusi/organisasi dari dalam negeri maupun luar negeri.
Bantuan log-med untuk bencana berasal dari:
1. Persediaan daerah / nasional
2. Pengadaan (crash-program)
3. Institusi / organisasi / individu nasional
4. Institusi / organisasi / individu negara sahabat (internasional)
Bentuk bantuan log-med:
1. Obat-obatan
2. Peralatan medis habis pakai
3. Peralatan medis tidak habis pakai
4. Peralatan keperawatan
5. Peralatan operasi/pembedahan dan pendukungnya.
Untuk menghadapi situasi dan bantuan yang berdatangan tersebut harus
tersedia pada kelompok penanggulangan bencana (POKJA) :
1. Koordinator log-med yang merupakan bagian dari networking POKJA.
2. SDM (penerimaan,penyimpanan, dan pendistribusian)
3. Gudang untuk menyimpanan barang-barang log-med
4. Alat transportasi untuk distribusi barang log-med
5. Sistem informasi manajemen obat /log-med.
21
ditata dengan sistem managemen log-med yang mudah, cepat, valid dan bermanfaat
buat semua pihak korban, pemberi pelayanan, pengelola bantuan dan pemberi donor.
Informasi yang diperlukan untuk inventarisasi log-med :
Klas log-med (obat/alat medis/alat perwatan/ dll)
Jenis / item log-med (obat : antibiotika – golongan beta-
Laktam/makrolide dll)
Kemasan log-med (karton, botol, dos, dll)
Bentuk sediaan dan kekuatan (kaplet 500 mg/injeksi vial serbuk 1
Gram, dll)
Batas kadaluarsa
Jumlah tiap item log-med
Ada/tidak persyaratan khusus (suhu penyimpanan, dll)
Asal barang log-med (negara, organisasi, dll)
3. Penyimpanan Log-Med
22
4. Distribusi
Penyaluran log-med dari gudang (pusat maupun satelit) ke pengguna dari
pengalaman bencana gempa Mei 2006 yang lalu relatif dapat terpenuhi dengan baik.
Transportasi kendaraan tercukupi dan aksestabilitas dapat terjangkau.Permasalahan
tempat posko dan penunjuk jalan yang kurang menguasai lapangan.Suplai log-med
belum terbakukan sehingga pengiriman tergantung dari siapa yang mengelola
gudang,mana yang banyak dikirim banyak mana item yang sedikit dikirim sedikit,
tidak berdasarkan problem kesehatan dilapangan.Untuk pengiriman suplai dapat
mengacu pada The New Emergency Health Kit 98 dari WHO, dimana dalam kit
tersebut sudah ada item apa yang diperlukan untuk 10.000 orang pasien dan
pelayanan selama 3 bulan.
5. Penggunaan
Penggunaan (the use of medicine) merupakan pelayanan medis yang rawan. Dari
kejadian bencana yang lalu banyak kasus yang tidak ditangani oleh yang berkompeten
(dokter atau dokter spesialis) akibat pada periode rehabilitasi banyak dijumpai
komplikasi, antara lain hasil operasi yang tidak sesuai, munculnya tetanus, dll.
23
Tahap pencegahan dan mitigasi bencana dapat dilakukan secara struktural maupun
kultural (non struktural). Secara struktural upaya yang dilakukan untuk mengurangi
kerentanan (vulnerability) terhadap bencana adalah rekayasa teknis bangunan tahan
bencana. Sedangkan secara kultural upaya untuk mengurangi kerentanan
(vulnerability) terhadap bencana adalah dengan cara mengubah paradigma,
meningkatkan pengetahuan dan sikap sehingga terbangun masyarakat yang tangguh.
Mitigasi kultural termasuk di dalamnya adalah membuat masyarakat peduli terhadap
lingkungannya untuk meminimalkan terjadinya bencana.
Kegiatan yang secara umum dapat dilakukan pada tahapan ini adalah:
1. membuat peta atau denah wilayah yang sangat rawan terhadap bencana
2. pembuatan alarm bencana
3. membuat bangunan tahan terhadap bencana tertentu
4. memberi penyuluhan serta pendidikan yang mendalam terhadap masyarakat yang
berada di wilayah rawan bencana.
24
Tahap tanggap darurat dilakukan saat kejadian bencana terjadi. Kegiatan pada
tahap tanggap darurat yang secara umum berlaku pada semua jenis bencana antara
lain:
1. Menyelamatkan diri dan orang terdekat.
2. Jangan panik.
3. Untuk bisa menyelamatkan orang lain, anda harus dalam kondisi selamat.
4. Lari atau menjauh dari pusat bencana tidak perlu membawa barang-barang apa pun.
5. Lindungi diri dari benda-benda yang mungkin melukai diri
25
o Pada tahapan ini dilakukan pendataan terhadap berbagai kerusakan yang
terjadi, baik bangunan, fasilitas umum, lahan pertanian, dan sebagainya.
3. Evaluasi kerusakan
o Pada tahapan ini dilakukan pembahasan mengenai kekurangan dan
kelebihan dalam penanggulangan bencana yang telah dilakukan. Perbaikan
dalam penanggulangan bencana diharapkan dapat dicapai pada tahapan ini.
4. Pemulihan (Recovery)
o Pada tahapan ini dilakukan pemulihan atau mengembalikan kondisi
lingkungan yang rusak atau kacau akibat bencana seperti pada mulanya.
Pemulihan ini tidak hanya dilakukan pada lingkungan fisik saja tetapi
korban yang terkena bencana juga diberikan pemulihan baik secara fisik
maupun mental.
5. Rehabilitasi (Rehabilitation)
o Mulai dirancang tata ruang daerah (master plan) idealnya dengan memberi
kepercayaan dan melibatkan seluruh komponen masyarakat utamanya
korban bencana. Termasuk dalam kegiatan ini adalah pemetaan wilayah
bencana.
o Mulai disusun sistem pengelolaan bencana yang menjadi bagian dari sistem
pengelolaan lingkungan
o Pencarian dan penyiapan lahan untuk permukiman tetap
o Relokasi korban dari tenda penampungan
o Mulai dilakukan perbaikan atau pembangunan rumah korban bencana
o Pada tahap ini mulai dilakukan perbaikan fisik fasilitas umum dalam jangka
menengah
o Mulai dilakukan pelatihan kerja praktis dan diciptakan lapangan kerja
o Perbaikan atau pembangunan sekolah, sarana ibadah, perkantoran, rumah
sakit dan pasar mulai dilakukan
o Fungsi pos komando mulai dititikberatkan pada kegiatan fasilitasi atau
pendampingan.
6. Rekonstruksi
o Kegiatan rekonstruksi dilakukan dengan program jangka menengah dan
jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk
26
mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang lebih baik dari
sebelumnya
7. Melanjutkan pemantauan
o Wilayah yang pernah mengalami sebuah bencana memiliki kemungkinan
besar akan mengalami kejadian yang sama kembali. Oleh karena itu perlu
dilakukan pemantauan terus-menerus untuk meminimalisir dampak bencana
tersebut.
BAB IV
1. Kesimpulan
Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di Indonesia,
terutama akibat interaksi lempeng tektonik. Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terletak pada pertemuan 4 (empat) lempeng tektonik dunia, yaitu lempeng
Eurasia; lempeng Australia; lempeng Pasifik; dan lempeng Filipina.Sehingga
membuat Indonesia menjadi daerah rawan gempa bumi akibat aktivitas pertemuan
lempeng tektonik.
Kelompok yang paling berisiko dalam situasi darurat bencana gempa bumi adalah
antara lain: perempuan terutama remaja perempuan, perempuan hamil, perempuan
27
menyusui, anak, penyandang disabilitas, dan lanjut usia.Sehingga dapat menimbulkan
masalah kesehatan yang dirasakan langsung maupun setelah terjadinya
bencana.Pemerintah,tenaga kesehatan dan masyarakat adalah merupakan suatu sistem
yang sangat penting dalam penanggulangan bencana.
2. Saran
Untuk meminimalisir dampak akibat bencana gempa bumi .Maka dari itu
diperlukannya pengetahuan prabencana,saat bencana dan pasca bencana bagi
masyarakat,tenaga kesehatan serta pemerintah.
28
DAFTAR PUSTAKA
Widayatun & Fatoni, Zainal. (2013). Permasalahan Kesehatan Dalam Kondisi Bencana:
Peran Petugas Kesehatan Dan Partisipasi Masyarakat. Jurnal Kependuduk Indonesia, 8(1),
43-48.
29