Mata Kuliah:
Manajemen Bencana
Dosen Pengampu:
Erwin Ernadi, SKM., M.Kes
Kelompok 3
Disusun Oleh:
1. Faizatul Jannah (19070234) 6. Misnawati (19070224)
2. Fatimah Rahmi (19070446) 7. Harianto (19070238)
3. Hernita Amalia Wardhani (19070459) 8. Syalamah (19070214)
4. Tananda Karunia Putri (19070450) 9. Ricko Walkerius (19070235)
5. M. Rusyandie Akbar (2007010217) 10. M. Azmi Fikri (19070408)
11. Wafiq Dese Ramadhyanti Anwary (19070435)
KELAS 5A
PEMINATAN K3KL
PRODI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD ARSYAD AL
BANJARI BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunia-
Nya kami dapat menyelesaiakan makalah yang bertema “KESIAPSIAGAAN
MENGHADAPI BENCANA GUNUNG MELETUS”. Meskipun banyak
hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam senantiasa
tercurah kepada Rasullah SAW. Yang telah membawa umatnya menuju jalan
yang lurus.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan hal itu
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengtahuan kami. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah
ini. Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penuliasan makalah ini
terdapat banyak kesalahan dan kekurangan.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
2.1 Definisi Bencana................................................................................................3
2.2 Jenis–Jenis Bencana...........................................................................................3
2.3 Bencana Letusan Gunung Berapi.......................................................................3
2.4 Dampak Bencana Letusan Gunung Berapi.........................................................4
2.5 Manajemen Penanggulangan Bencana...............................................................5
2.6 Definisi Kesiapsiagaan.......................................................................................7
2.7 Parameter Untuk Mengukur Kesiapsiagaan........................................................7
2.8 Stakeholder Utama Kesiapsiagaan...................................................................11
2.9 Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan.....................................................12
2.10 Tingkat kesiapsiagaan dan PRB.......................................................................12
BAB III...........................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Letusan atau erupsi gunung berapi dapat menimbulkan berbagai bencana,
tidak hanya di daerah dekat letusan. Bahaya dari debu vulkanik adalah terhadap
penerbangan khususnya pesawat jet di mana debu vulkanik dapat merusak turbin
dari mesin jet. Letusan besar dapat mempengaruhi suhu dikarenakan asap dan
butiran asam sulfat yang dimuntahkan letusan dapat menghalangi matahari dan
mendinginkan bagian bawah atmosfer bumi seperti troposfer, namun material
tersebut juga dapat menyerap panas yang dipancarkan dari bumi sehingga
memanaskan stratosfer. Dari sejarah, musim dingin vulkanik telah mengakibatkan
bencana kelaparan yang parah.
Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena
pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung
api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin
bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu,
Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu. Gunung berapi
terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah
gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of
Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua
lempengan tektonik.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya.
Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat,
sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi
mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali.
Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya dari suatu gunung berapi
itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.
Letusan gunung berapi terjadi apabila magma naik melintasi kerak bumi dan
muncul di atas permukaan. Apabila gunung berapi meletus, magma yang
terkandung di dalam kamar magma di bawah gunung berapi meletus keluar
sebagai lahar atau larva.
1.2 Rumusan Masalah
1. Definisi Bencana
2. Jenis – Jenis Bencana
3. Bencana Letusan Gunung Berapi
4. Dampak Bencana Letusan Gunung Berapi
5. Manajemen Penanggulangan Bencana
6. Definisi Kesiapsagaan
7. Parmenleter Untuk Mengukur Kesiapsiagaan
1
8. Sterkeholder Utama Kesiapsiagaan
9. Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan
10. Tingkat Kesiapsiagaan Dan PRB
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi Bencana
2. Untuk mengetahui Jenis – jenis Bencana
3. Untuk mengetahui Bencana Letusan Gunung Berapi
4. Untuk mengetahui Dampak Bencana Letusan Gunung Berapi
5. Untuk mengetahui Manajemen Penanggulangan Bencana
6. Untuk mengetahui Definisi Kesiapsagaan
7. Untuk mengetahui Parmenleter Untuk Mengukur Kesiapsiagaan
8. Untuk mengetahui Sterkeholder Utama Kesiapsiagaan
9. Untuk mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Kesiapsiagaan
10. Untuk mengetahui Tingkat Kesiapsiagaan Dan PRB
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Bencana
Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), bencana mempunyai arti sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan.
3
lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga
mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma).
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang
sangat tinggi, yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar
dari dalam bumi disebut lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-
1.200 °C. Letusan gunung berapi yang membawa batu dan abu dapat menyembur
sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan lavanya bisa membanjiri
sampai sejauh radius 90 km (Priambodo, 2009).
4
a. Pencemaran pada udara dengan abu gunung berapi yang mengandung gas
seperti Sulfur dioksida, gas Hidrogen sulfide, Nitrogen dioksida serta
beberapa partikel lain yang dapat meracuni makhluk hidup di sekitarnya.
b. Terganggunya kegiatan pada perekonomian masyarakat sekitar gunung
meletus.
c. Rusaknya infrastruktur dan pemukiman masyarakat sekitar karena material
berbahaya seperti lahar dan abu vulkanik panas.
d. Rusaknya lahan pertanian sementara yang dilalui lahar panas dan kebakaran
hutan yang mengakibatkan rusaknya ekosistem.
e. Selain dari gas beracun diatas material yang dikeluarkan oleh gunung berapi
pun dapat menyebabkan sejumlah penyakit misalnya saja ISPA.
f. Hilangnya wisatawan pencinta alam pada tempat-tempat yang dianggap salah
satu destinasi wisata bagi wisatawan pecinta alam.
a. Fase Prabencana
Fase prabencana pendekatannya adalah pengurangan risiko bencana
dengan tujuan untuk membangun masyarakat Indonesia yang tangguh dalam
menghadapi ancaman bencana. Tahapan manajemen bencana pada kondisi
sebelum kejadian yaitu kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi. Tindakan
yang harus dilakukan individu yaitu:
5
1) Mengikuti sosialisasi tentang peristiwa letusan gunung berapi pada
masyarakat awam terkait peristiwa alam seperti gempa karena gunung
berapi, dan terjadinya gunung meletus.
2) Mematuhi pengumuman dari instansi berwenang, misalnya dalam
penetapan status gunung berapi.
3) Mengenali tanda-tanda terjadinya bencana gunung berapi, misalnya
turunnya binatang dari puncak gunung atau terciumnya bau belerang.
4) Mengetahui tempat yang aman dan jalur evakuasi.
b. Fase Saat Terjadinya Bencana
Fase ini kegiatan yang dilakukan adalah tanggap darurat bencana di mana
sasarannya adalah “save more lifes”. Kegiatan utamanya adalah tanggap
darurat berupa pencarian, penyelamatan, dan evakuasi serta pemenuhan
kebutuhan dasar berupa air minum, makanan dan penampungan/shalter bagi
para korban bencana. Tindakan yang harus dilakukan individu yaitu:
1) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah dan daerah
aliran lahar.
2) Ditempat terbuka, lindungi diri dari abu letusan dan awan panas serta
persiapkan diri untuk kemungkinan bencana susulan.
3) Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti: baju lengan panjang
atau jaket, celana panjang, topi, masker dan lainnya.
4) Jangan memakai lensa kontak.
5) Lakukan evakuasi dan pengungsian pada masyarakat sekitar gunung
meletus ke tempat yang lebih aman.
6) Mematuhi pedoman dan perintah dari instansi berwenang tentang upaya
penanggulangan bencana.
c. Fase Pasca Bencana
Pada fase pasca bencana, aktivitas utama ditargetkan untuk memulihkan
kondisi (rehabilitasi) dan pembangunan kembali (rekonstruksi) tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat menjadi lebih baik (build back better). Tindakan
yang harus dilakukan individu yaitu:
6
1) Jauhi tempat aliran sungai, kemungkinan akan terjadi banjir lahar dingin
dan batu-batu besar.
2) Jauhi wilayah yang terkena hujan abu.
3) Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan.
4) Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab bisa
merusak mesin.
a) Mengurangi ancaman
b) Mengurangi kerentanan masyarakat
c) Mengurangi akibat
d) Menjalin kerjasama
7
bencana dapat dijabarkan sebagai berikut. Untuk mengukur tingkat kesiapsiagaan
masyarakat, maka lima parameter yang telah disepakati tersebut harus
diterjemahkan menjadi variabel-variabel yang dapat dihitung nilainya. Jumlah
variabel bervariasi antar parameter dan antar stakeholders, sesuai dengan
kebutuhan dan spesifikasi masing-masing:
8
a) Jenis-jenis kebijakan kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana alam,
seperti: organisasi, pengelola bencana, rencana aksi untuk tanggap darurat,
sistim peringatan bencana, pendidikan masyarakat dan alokasi dana
b) Peraturan-peraturan yang relevan, seperti: perda dan SK
c) Panduan-panduan yang relevan
3) Rencana untuk keadaan darurat bencana
Rencana menjadi bagian yang penting dalam kesiapsiagaan, terutama
berkaitan dengan evakuasi, pertolongan dan penyelamatan, agar korban
bencana dapat diminimalkan. Upaya ini sangat krusial, terutama pada saat
terjadi bencana dan hari-hari pertama setelah bencana sebelum bantuan dari
pemerintah dan dari pihak luar datang. Mitigasi dan evakuasi yang terstruktur
perlu direncanakan agar tidak terjadi dampak bencana yang parah utamanya
karena tidak adanya rute arah menuju zona aman bencana. Rencana untuk
keadaan darurat diterjemahkan menjadi delapan variabel, yaitu:
a) Organisasi pengelola bencana, termasuk kesiapsiagaan bencana
b) Rencana evakuasi, temasuk lokasi dan tempat evakuasi, peta, jalur dan
rambu-rambu evakuasi
c) Posko bencana dan prosedur tetap (protap) pelaksanaan
d) Rencana Pertolongan pertama, penyelamatan, keselamatan dan keamanan
ketika terjadi bencana
e) Rencana pemenuhan kebutuhan dasar, termasuk makanan dan minuman,
pakaian, tempat/tenda pengungsian, air bersih, MCK dan sanitasi
lingkungan, kesehatan dan informasi tentang bencana dan korban
f) Peralatan dan perlengkapan evakuasi
g) Fasilitas-fasilitas penting untuk keadaan darurat (Rumah sakit/posko
kesehatan, Pemadam Kebakaran, PDAM, Telkom, PLN, pelabuhan,
bandara)
h) Latihan dan simulasi evakuasi
4) Sistem peringatan bencana
Adanya sistem peringatan dini bencana, menjadikan masyarakat dapat
mengetahui bahwa akan ada suatu bencana yang muncul. Sistem ini meliputi
9
tanda peringatan dan distribusi informasi akan terjadinya bencana. Dengan
peringatan bencana ini, masyarakat dapat melakukan tindakan yang tepat untuk
mengurangi korban jiwa, harta benda dan kerusakan lingkungan. Untuk itu
diperlukan latihan dan simulasi, apa yang harus dilakukan apabila mendengar
peringatan, kemana dan bagaimana harus menyelamatkan diri dalam waktu
tertentu, sesuai dengan lokasi dimana masyarakat sedang berada saat terjadinya
peringatan. Sistem peringatan bencana dijabarkan kedalam tiga variabel, yaitu:
a) Sistem peringatan bencana secara tradisional yang telah
berkembang/berlaku secara turun temurun dan/atau kesepakatan lokal
b) Sistem peringatan bencana berbasis teknologi yang bersumber dari
pemerintah, termasuk instalasi peralatan, tanda peringatan, diseminasi
informasi peringatan dan mekanismenya
c) Latihan dan simulasi
5) Mobilisasi sumber daya
Sumber daya yang tersedia, baik sumber daya manusia (SDM), maupun
pendanaan dan sarana-prasarana penting untuk keadaan darurat, merupakan
potensi yang dapat mendukung atau sebaliknya menjadi kendala dalam
kesiapsiagaan bencana alam. Karena itu, mobilisasi sumber daya menjadi
faktor yang krusial. Kemampuan memobilisasi sumber daya tediri dari
variabel-variabel sebagai berikut:
a) Pengaturan kelembagaan dan sistim komando
b) Sumber Daya Manusia, termasuk ketersediaan personil dan relawan,
keterampilan dan keahlian
c) Bimbingan teknis dan penyediaan bahan dan materi kesiapsiagaan bencana
alam
d) Mobilisasi dana
e) Koordinasi dan komunikasi antar stakeholders yang terlibat dalam
kesiapsiagaan bencana
f) Pemantauan dan evaluasi kegiatan kesiapsiagaan bencana
10
masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Non-
Pemerintah (Ornop), kelompok profesi, dan pihak swasta.
11
masyarakat terhadap bencana melalui pendidikan pengurangan risiko bencana
pada komunitas sekolah (Astuti S. dan Sudaryono, 2010). Untuk meningkatkan
kesiapsiagaan di sekolah, Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia
juga memberikan edaran kepada gubernur, bupati dan walikota se-Indonesia
perihal pengarusutamaan pengurangan risiko bencana di sekolah yang tertuang
dalam surat edaran No. 70a/MPN/SE/2010. Untuk mendukung pelaksanaan
Sekolah/Madrasah Aman Bencana, secara khusus telah diterbitkan Peraturan
Kepala BNPB Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pembangunan Sekolah dan Madrasah
Aman Bencana. Atas dasar hukum tersebut, dibentuk Sekolah Siaga Bencana
(SSB) atau Sekolah/Madrasah Aman Bencana (SMAB) (Kementerian Pendidikan
Nasional Republik Indonesia, 2010).
12
Pengurangan risiko bencana (PRB), menurut BNPB (2016) “Pengurangan
risiko bencana merupakan upaya meminimalisasi potensi kerugian yang
ditimbulkan akibat bencana.” Pada anak-anak sekolah dasar program PRB yang
disusun sedemikian rupa bertujuan untuk:
2.11
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyak dampak yang ditimbulkan akibat terjadinya letusan gunung berapi
baik dampak terhadap kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan maupun
dampaknya terhadap keseimbangan lingkungan. Dengan mengetahui langkah-
langkah kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung meletus bagi masyarakat
sekitar oleh pemerintah maupun stekeholder lainnya bisa mengurangi dampak dan
meminimalisir kerugian yang timbul saat terjadinya bencana.
3.2 Saran
Perlu adanya penyuluhan secara langsung kepada masyarakat tentang
kesiapsiagaan menghadapi bencana gunung meletus oleh pemerintah, bidan desa,
dan kader-kader. Perlu ada koordinasi keuangan dengan baik agar pendanaan
dapat terinci. Perlu ada penambahan stakeholder agar pelaksanaan kegiatan
program kesiapsiagaan menghadapi bencana berjalan dengan lancar. Serta bagi
masyarakat setempat terus siap siaga dalam menghadapi bencana alam dan selalu
mengikuti informasi terbaru dari keadaan gunung meletus apabila menunjukkan
keadaan yang berbahaya.
14