Anda di halaman 1dari 3

LEMBAR JAWABAN

ULANGAN TENGAH SEMESTER - FAKULTAS HUKUM


UNISKA BANJARMASIN

Mata : HUKUM ACARA PERADILAN Nama Mahasiswa : DWI WAFI MULYO


Kuliah AGAMA
Hari/Tangg : rabu/03/11/2021 NPM : 19810229
al
Dosen : DADIN E. SAPUTRA SH, M. HUM Kelas : REGULER MALAM A
SEMESTER 5

1.A.Pengadilan Agama berugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara-
perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama Islam, dibidang : Perkawinan, Waris,
Wasiat, Hibah Wakaf, Zakat, Infaq, Shadaqah, Ekonomi Syariah; memberikan keterangan, pertimbangan
dan nasehat hukum Islam kepada instansi pemerintah di daerah hukumnya apabila diminta dan
memberikan itsbat kesaksian rukyat hilal serta penentuan arah kiblat dan waktu sholat serta tugas dan
kewenangan lain yang diberikan oleh atau berdasarkan Undang-undang (Pasal 49 dan 52 UU No. 3
Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama).

B.perbedaan konseptual Peradilan dan Pengadilan

peradilan merupakan proses menerapkan dan menegakkan hukum demi keadilan, sedangkan
pengadilan adalah tempat mengadili dan membantu para pencari keadilan agar tercapai suatu peradilan

2. Asas asas hukum acara peradilan agama

1. asas personalitas keislaman; 2. asas ; 3. asas wajib mendamaikan; 4. asas sederhana, cepat, dan biaya
ringan; 5. asas persidangan terbuka untuk umum; 6. asas legalitas dan equality; 7. asas aktif memberi
bantuan.

3.pengertian gugatan dan syarat mengajukan gugatan

-Pengertian gugatan adalah permasalahan perdata yang mengandung sengketa antara 2 (dua) pihak
atau lebih yang diajukan kepada Ketua Pengadilan Negeri dimana salah satu pihak sebagai penggugat
untuk menggugat pihak lain sebagai tergugat.

-Syarat mengajukan gugatan


aSurat Permohonan. Minimal 4 (Empat ) Rangkap b. Foto Copy KTP c. Foto Copy Kartu Keluarga (KK) d.
Foto Copy Bukti Pendukung (Akte Kelahiran, Ijazah, Paspor, Sertifikat, dsb) CATATAN : 1. Untuk gugatan/
permohonan tersebut harus disertai softcopy baik dalam bentuk CD.

4. pengertian Gugatan Voluntair dan Gugatan Kontentius

-Voluntair disebut juga dengan permohonan, yaitu permasalahan perdata yang diajukan dalam bentuk
permohonan yang ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya yang ditunjukan kepada ketua
pengadilan. Permohonan ini merupakan kepentingan sepihak dari pemohon yang tidak mengandung
sengketa dengan pihak lain.

-gugatan contentiosa (gugatan) ialah gugatan perdata yang mengandung sengketa diantara pihak yang
berperkara yang pemeriksaan penyelesaiannya diberikan dan diajukan kepada pengadilan dimana pihak
yang mengajukan gugatan disebut dan bertindak sebagai penggugat dan pihak yang ditarik dalam
gugatan disebut dan bertindak sebagai tergugat, gugatan mana berdasarkan dalil/alasan hukum yang
mengandung sengketa.

5.macam-macam kumulasi

Para ahli hukum membagi kumulasi gugatan ke dalam dua jenis yaitu :

1.Kumulasi subyektif,yaitu apabila ada lebih dari seorang penggugat berhadapan dengan seorang
tergugat,atau seorang penggugat melawan lebih dari seorang tergugat, atau beberapa penggugat
berhadapan dengan beberapa tergugat, dengan syarat antara subjek hukum yang digabungkan itu ada
koneksitas. Dalam pasal 127 HIR dan pasal 151 R.Bg serta pasal lain dalam Rv dan BW terdapat aturan
yang membolehkan adanya kumulasi subyektif dimana penggugat dapat mengajukan gugatan terhadap
beberapa tergugat. atas gugatan kumulasi subyektif tersebut tergugat dapat mengajukan keberatan
agar diajukan secara sendiri-sendiri atau sebaliknya justru tergugat menghendaki agar pihak lain diikut
sertakan dalam gugatan karena ada koneksitas. Keinginan tergugat untuk mengikutsertakan pihak lain
tersebut dituangkan dalam eksepsi yaitu masih adanya pihak lain yang harus ditarik sebagai pihak yang
berkepentingan. tangkisan tersebut disebut exceptio plurium litis consurtium.misalnya : seorang
kreditur menggugat beberapa orang debitur atau beberapa ahli waris menggugat ahli waris lainnya atas
harta warisan, maka dalam kumulasi subyektif tersebut terdapat dua kemungkinan yaitu :

Tergugat dapat mengajukan keberatan,tidak menghendaki dirinya digabungkan dengan tergugat lain.

Tergugat justru menghendaki adanya kumulasi subyektif dengan mengikut sertakan tergugat lainnya
dalam gugatan (exceptio plurium litis consurtium).

2.Kumulasi obyektif, yaitu penggabungan yang dapat terjadi apabila penggugat mengajukan lebih dari
satu tuntutan dalam suatu proses sekaligus. Penggugat dalam mengajukan gugatan ke pengadilan tidak
hanya mengajukan satu tuntutan saja,tetapi disertai dengan tuntutan lain yang sebenarnya dapat
diajukan tersendiri dan terpisah dari gugatan yang diajukan. Kumulasi gugatan obyektif tidak dibenarkan
dalam hal :

Kalau untuk suatu gugatan tertentu diperlukan suatu acara khusus (gugat cerai), sedangkan tuntutan
lain harus diperiksa menurut acara biasa (gugatan untuk memenuhi perjanjian), maka kedua gugatan
tersebut tidak boleh digabungkan.

Apabila hakim tidak berwenang (secara relatif) untuk memeriksa dalam satu gugatan dengan tuntutan
lain,maka kedua tuntutan itu tidak boleh diajukan bersama-sama dalam satu gugatan.

Tuntutan tentang “bezit” tidak boleh diajukan bersama-sama dengan tuntutan tentang “eigendom”
dalam satu gugatan (Pasal 103 Rv).

Anda mungkin juga menyukai