Anda di halaman 1dari 4

Buletin Dakwah.

HIZBUT TAHRIR INDONESIA


Cermin Wanita Shalihah edisi 17 | www.hizbut-tahrir.or.id
Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia | Membangun Kesadaran Perempuan | Edisi 17 |
https://n21imuth.wordpress.com/2013/02/26/tragedi-penjualan-bayi-potret-kemiskinan-buah-
kapitalisme/
Tragedi Penjualan Bayi: Potret kemiskinan Buah Kapitalisme
Kelahiran seorang bayi ke dunia ini sewajarnya selalu disambut dengan rasa haru bercampur
gembira bagi sang ibu. Kondisi bayi yang lemah dan membutuhkan kasih sayang, tentu membuat
sang ibu akan begitu erat mendekap, memberi kehangatan dan tak ingin berpisah dengan
makhluk mungil yang baru dilahirkannya. Namun tidak demikian yang tejadi di zaman edan ini!
Seorang ibu di Tanjungpinang, Provinsi Kepri, tega menjual bayinya yang baru berumur 10 hari.
Bayi berjenis kelamin perempuan tersebut dibandrol Rp7 juta! (inilah.com 12/2/13).
Tragedi penjualan bayi semacam ini ternyata bukan baru terjadi. Di awal bulan ini kita
dikejutkan dengan terungkapnya kejahatan penjualan bayi di kawasan Jakarta Barat. Polisi
meringkus komplotan penjualan bayi yang dilakukan oleh Sindikat terdiri dari tujuh wanita
dengan aneka profesi, dari dukun beranak, mantan bidan, hingga ibu rumah tangga. Komplotan
itu dipimpin oleh seorang mantan bidan, dan telah beroperasi sejak 1992.
Pelaku mengaku ia bisa menjual bayi 3 kali dalam setahun. Khusus Desember 2012 ia telah
menjual 12 bayi ke berbagai kalangan. Pihak kepolisian menyatakan bahwa kelompok yang telah
beroperasi sejak 1992 ini telah menjual 60 bayi. Astaghfirullah.
Para pelaku memang sengaja mengincar warga kurang mampu yang tidak sanggup membayar
biaya persalinan. Tidak menutup kemungkinan ada kerjasama antara para pelaku dan rumah
sakit. Orang tua bayi memang tidak mendapatkan keuntungan apapun selain dibayarkan biaya
persalinannya. Namun ada juga yang sengaja menjual bayinya kepada pelaku.
Bayi dijual kepada pembeli pertama dengan harga Rp 10-Rp 15 juta. Kemudian dijual lagi
kepada penjual kedua dengan harga Rp 20-Rp25 juta. Lalu bayi dijual lagi kepada pembeli
ketiga, dengan kisaran harga Rp40-80 juta. Harga bisa berubah tergantung kondisi bayi, bagus
atau tidak. “Bayi lelaki dijual dengan harga paling mahal” (vivanews.com 8/2/13).
Potret Kemiskinan
Kenapa sampai ada seorang ibu yang tega menjual anak kandung (yang baru saja ia lahirkan) ke
tangan orang lain? Ini tidak lain karena kondisi kemiskinan yang melingkupi kehidupannya.
Sudah jatuh tertimpa tangga, itulah kondisi yang terjadi. Sudah hidup miskin, menjadi incaran
para sindikat penjualan bayi untuk meraup keuntungan. Anggota sindikat biasanya berkeliling
kampung, puskesmas dan rumah bersalin mencari keluarga miskin yang akan memiliki anak.
Bahkan mereka berani memberi DP kepada bayi yang masih dalam kandungan bila ibunya
meyetujui. Masya Allah.
Kemiskinan memang bisa membuat orang jadi gelap mata. Membayangkan biaya persalinan
yang mahal, biaya pemulihan pasca melahirkan, perawatan bayi dengan segala kebutuhannya,
belum lagi jika sudah ada anak-anak lain dalam tanggungan, cukup membuat kaum miskin tidak
berfikir jernih lagi. Walhasil, tawaran menjual anak dalam kandungan atau yang baru dilahirkan
menjadi solusi praktis yang ditempuh. Motivasinya bisa karena ingin mendapatkan sejumput
rupiah (komersil) demi terbebas dari kemiskinan, atau sekedar harapan agar anaknya
mendapatkan orang tua yang lebih layak dalam mengurusnya.
Kapitalisme Biang Keladi Kemiskinan
Kemiskinan yang menjadi momok bagi manusia dewasa ini, tercipta karena dampak dari
penerapan sistem kapitalis yang kufur. Sistem yang kini mendominasi umat manusia ini, tidak
pernah memperhatikan terpenuhinya kebutuhan asasi setiap individu manusia. Penguasa dalam
sitem buatan manusia ini hanya mementingkan produksi barang dan jasa demi mencapai tingkat
pertumbuhan ekonomi negara, namun abai dalam memastikan sampainya barang dan jasa
tersebut kepada setiap individu rakyat. Semua individu, baik yang kuat atau lemah, yang sehat
atau cacat dibiarkan berjuang sendiri memenuhi kebutuhan pokoknya. Walhasil sistem ini
menjadikan yang kaya makin konglomerat, yang miskin makin melarat.
Karenanya akan selalu ada alasan bagi individu untuk melakukan usaha apa saja walaupun
tindakan terlarang demi menghindari diri dari kemiskinan. Kriminalitas perdagangan bayi adalah
bagian dari tindakan terlarang yang dilakukan akibat kemiskinan yang begitu mendera. Para ibu
yang menjual bayi-bayinya, bisa jadi hati kecil mereka meronta-ronta. Mereka bisa jadi sadar
bahwa apa yang dilakukan sangatlah tidak berperikemanusiaan dan melanggar fitrah. Namun apa
daya, kemiskinan telah memaksa para ibu ini memilih jalan pintas. Tentu saja didukung dengan
kelemahan iman yang ada pada diri mereka.
Kapitalis juga menganggap setiap ‘keinginan’ manusia harus dipenuhi ibarat ‘kebutuhan’. Selagi
ada keinginan/permintaan, maka disitulah ada peluang bisnis. Ketika ada pihak yang
menginginkan bayi untuk misi apa pun (untuk dirawat, diperjualbelikan, dll), maka hukum pasar
pun berlaku. Tak ada perhitungan halal-haram, norma susila, atau welas asih demi meraup
keuntungan. Inilah yang terjadi dalam perdagangan bayi. Seolah memperdagangkan barang yang
tak bernyawa. Semua ini hanya terjadi dalam sistem kapitalis.
Sistem kapitalis pun dengan leluasa telah menggiring para muslimah ke kancah kehidupan
materialistis dan individualis, menjadikan kehidupan perempuan jauh dari ideal. Di satu sisi
perempuan atau kaum ibu diarahkan untuk berperilaku konsumtif. Strategi penawaran-
penawaran produk kaum kapitalis membuat kaum perempuan merasa harus mengkonsumsinya.
Gaya hidup kansumtifpun terjajakan dengan sangat intensif. Mulai dari cara berpakaian,
berdandan dan bersikap yang jauh dari cara berperikalu seorang muslimah. Di sisi yang lain,
kemiskinan memaksa mereka rela berlelah-lelah mencari nafkah dengan segala resiko berat yang
harus dihadapi, termasuk mengorbankan nyawa dan harga diri. Merekapun harus rela
meninggalkan peran fitrah sebagai perempuan; kehilangan peluang membina keluarga ideal
berikut kesempatan emas menikmati keajaiban fase tumbuh kembang anak secara sempurna.
Lebih tragis lagi, sebelum tumbuh dan berkembang, buah hatinya pun menjadi sarana untuk
mendapatkan materi.
Islam Memuliakan Perempuan
Berbeda dengan sistem kapitalis, Islam telah menjamin perempuan berhak untuk memiliki,
menggunakan, dan mengembangkan harta kekayaan yang halal sebagaimana laki-laki. Hanya
saja Islam menghendaki perempuan lebih mengutamakan tugas utamanya sebagai ibu dan
pengatur rumah (ummun wa rabba baitin). Apabila tugas utama tersebut sudah ditunaikan, tidak
ada larangan kaum perempuan berkecimpung dalam dunia publik, termasuk bisnis. Tapi tentu
saja bisnis yang halal dan diridhoi Allah SWT. Bukankan salah satu pebisnis ternama pada
zaman Nabi SAW adalah ibunda Khadijah r.a.
Islam juga menjamin kebutuhan pokok setiap warga baik laki-laki maupun perempuan.
Pemenuhan kebutuhan pokok setiap perempuan di tempuh dengan banyak strategi, di antaranya:
Pertama, mewajibkan laki-laki menafkahi perempuan. Islam memerintahkan setiap laki-laki agar
bekerja untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarganya. “Dan kewajiban ayah memberi makan
dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma’ruf” (TQS. Al-Baqarah [2]: 233). Begitu
juga, firman Allah yang maknanya: “Tempatkanlah mereka (para isteri) dimana kamu bertempat
tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan
(hati) mereka” (TQS. Ath-Thalaq [65]: 6).
Kedua, jika individu itu tetap tidak mampu bekerja menanggung diri, istri dan anak
perempuannya maka beban tersebut dialihkan kepada ahli warisnya. Hal ini ditegaskan oleh
Allah SWT juga di dalam Al-Qur’an: “…dan ahli waris pun berkewajiban demikian”. (TQS. Al-
Baqarah [2]: 233).
Ketiga, jika ahli waris tidak ada atau ada tetapi tidak mampu memberi nafkah, maka beban itu
beralih kepada negara melalui lambaga Baitul Mal. Tegas sekali Nabi SAW bersabda: “Aku
lebih utama dibandingkan orang-orang beriman daripada diri mereka, siapa yang
meninggalkan harta maka bagi keluarganya, dan siapa yang meninggalkan hutang atau
tanggungan keluarga, maka datanglan kepadaku, dan menjadi kewajibanku” (HR. Ibnu Hibban).
Negara dalam system Islam, yakni Khilafah akan memaksimalkan pengumpulan zakat, infak dan
shadaqah hingga bisa diberikan kepada orang-orang miskin yang membutuhkannya baik laki-laki
maupun perempuan. Bagitu juga, pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat yaitu pendidikan,
kesehatan dan keamanan, khilafah memenuhinya secara langsung dengan menyediakannya
kepada rakyat secara gratis.
Dengan mekanisme tersebut tidak akan ada lagi perempuan atau para ibu yang rela menjual
bayinya karena alasan kamiskinan, tidak sanggup membiayai hidup dan masa depan anak-
anaknya.
Penutup
Sudah saatnya umat negeri ini sadar, bahwa jalan terbaik adalah kembali ke jalan Islam. Jalan
yang menjanjikan kemuliaan manusia sebagai individu maupun umat, melalui penerapan aturan
Islam secara kaffah dalam wadah Khilafah Islamiyah. Aturan-aturan Islam inilah yang akan
menyelesaikan berbagai persoalan manusia secara adil dan menyeluruh, termasuk masalah
kemiskinan berikut dampak turunannya. Dalam sistem ini, para penguasa dan rakyat akan saling
menjaga dan mengukuhkan dalam melaksanakan ketaatan demi meraih keridhaan Allah. Tak ada
pihak yang dirugikan, termasuk kaum perempuan. Jika kapitalisme telah nyata-nyata tidak
mampu menyejahterakan perempuan bahkan mambuat perempuan terhinakan, maka sudah
saatnya kapitalisme segera dicampakkan. Islam sebagai agama terakhir yang diturunkan oleh
Allah SWT untuk manusia, sudah saatnya dijadikan sistem pengganti. Hal ini karena kelayakan
system Islam yang tegak atas asas yang shohih karena ia merupakan aturan kehidupan yang
datang dari Allah SWT, Dzat yang menciptakan manusia, Yang Maha Tahu akan ciptaan-Nya.
Oleh karenanya aturan-aturan yang termaktub di dalamnya pasti sempurna dan pasti akan
mampu menjadi solusi bagi seluruh permasalahan manusia secara menyeluruh, tuntas dan
paripurna. Wallahu a’lam bishawwab.
Sumber online
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2013/02/130207_penjualan_bayi
viva.co.id/ragam/fokus/388282-terbongkarnya-sindikat-penjualan-bayi-di-jakarta
https://hizb-indonesia.online/2013/02/10/dalam-sistem-demokrasi-kapitalisme-keluarga-miskin-diincar-
sindikat-perdagangan-bayi/
https://issuu.com/wanda_andalas/docs/epaper_kpkpos_edisi_239_senin_18_februari_2013
https://www.bbc.com/indonesia/laporan_khusus/2013/02/130212_babysmugglingpoor
https://news.visimuslim.org/2018/04/tolak-korporatokrasi.html
http://oborislamnews.blogspot.com/2018/04/tolak-korporatokrasi.html

Anda mungkin juga menyukai