Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dina Safitri

NPM : 19810055
Kelas : 6 A Reguler Malam Bjm
Mata Kuliah : Hukum Perdata Internasional

Pertanyaan: Jelaskan apa yang menjadi masalah pokok dalam Hukum Perdata Internasional.
Jawaban:
“Persoalan Pendahuluan” (incidental question) dalam HPI adalah suatu persoalan / masalah
HPI dalam sebuah perkara yang harus dipecahkan terlebih dahulu sebelum putusan terhadap masalah
HPI yang menjadi pokok perkara dapat ditetapkan oleh Hakim.
Prof. Cheshire dlm bukunya Private International. Law: “Adakalanya dalam suatu perkara
HPI, pengadilan tidak saja dihadapkan pada masalah utama, tetapi juga suatu masalah subsider.
Setelah hukum yang harus diberlakukan terhadap masalah utama ditetapkan melalui penerapan
kaedah HPI yang relevan, maka kemungkinan ada kebutuhan untuk menentukan kaedah HPI lain
untuk menjawab masalah subsider yang berpengaruh terhadap penyelesaian masalah utama.”
Dalam system Conflict of laws Amerika Serikat, pada dasarnya menaggap tugas HPI
menetapkan aturan hukum local yang mana dalam sebuah penyelesaian sebuah hubungan/peristiwa
hukum (rule selecting approach), menganggap DEPECAGE sebagai sesuatu yang alamiah.
Penyelesaian conflict of laws harus dilakukan atas dasar analisis kasus perkasus (case-by case
analysis), sehingga adalah wajar bila salah satu kasus harus tunduk pada system hukum yang berbeda
dari system hukum yang diberlakukan untuk kasus lain yang timbul dari hubungan/peristiwa hukum
yang sama.
Masalah yang sering terjadi adanya Pergaulan internasional menyebabkan bertemunya
sistem-sistem hukum dalam hubungan-hubungan hukum antara warga dari 2 negara atau lebih.
Interaksi internasional sering kali menyebabkan terjadinya peristiwa dengan lebih dari satu sistem
hukum atau kaidah hukum negara yang berbeda. Persoalan-persoalan khas yang dapat dianggap
sebagai masalah-masalah pokok hukum perdata internasional, yaitu:
a) Pengadilan mana yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara hukum (Yurisdiksi
Pengadilan)
Asas-asas HPI berusaha mebentuk aturan-aturan yang dapat digunakan, antara lain untuk
menjustifikasi secara internasional mengenai kewenangan yurisdiksional suatu pengadilan
untuk mengadili perkara-perkara tertentu apapun (choice of jurisdiction). Masalah pokok
ini mewujudkan diri menjadi topik permasalahan khusus dalam HPI yang mungkin dapat
dianggap sebagai "hukum acara perdata internasional".
b) Hukum mana yang harus dipakai untuk menyelesaikan persoalan hukum (Pilihan Hukum)
Pemilihan hukum ini pada dasarnya adalah masalah utama HPI. Kaidah HPI tidak berusaha
menentukan aturan hukum intern yang mana dari suatu system hukum yang akan digunakan
untuk memutus perkara, tetapi hanya membantu pengadilan dalam menentukan sistem
hukum mana yang seharusnya diberlakukan.
c) Sejauh mana pengadilan harus memperhatikan dan mengakui putusan-putusan hukum asing
atau mengakui hak-hak yang terbit berdasarkan hukum atau putusan pengadilan asing
(Pengakuan Putusan-Putusan Hukum).
Persoalan pokok ketiga ini memasalahkan apakah pengadilan suatu negara mengakui
penetapan hak dan kewajiban yang telah dibuat di dalam putusan sebuah pengadilan asing,
dan/atau memastikan bahwa pihak yang dikalahkan dalam putusan pengadilan asing akan
mematuhi dan melaksanakan perintah yang dijatuhkan di dalam putusan pengadilan asing
itu.
Friedrich K. Juenger yang merumuskan permasalahan pokok HPI ini secara padat
menyimpulkan: "Hukum perdata internasional terdiri atas tiga masalah yang berbeda-beda,
namun terkait satu sama lain: yurisdiksi, pilihan hukum, dan pengakuan putusan-putusan
hukum. Pembedaan ke dalam tiga bagian ini mencerminkan persoalan-persoalan yang
dihadapi seorang penasihat hukum yang menghadapi transaksi-transaksi yang melampaui
batas-batas yurisdiksi pengadilan: dalam hal terjadinya sengketa, di manakah gugatan
hukum harus diajukan, hukum apa yang akan diberlakukan oleh pengadilan di tempat
perkara diajukan, dan apakah putusan perkara yang dijatuhkan oleh pengadilan tersebut
akan dihormati di forum-forum pengadilan lain".

Anda mungkin juga menyukai