Anda di halaman 1dari 7

Artikel Penelitian

Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana


Gunung Merapi: Studi Kasus di Desa Umbulharjo,
Sleman

Community Preparedness Facing Mount Merapi Disaster: Case Study in


Umbulharjo Village, Sleman

Happy Ade Permanasari, Sunarto

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Abstrak mentation of preparedness merapi mountain. Resource persons determined


Daerah Istimewa Yogyakarta adalah provinsi yang rawan bencana teruta- by the method of purposive and snowball effect if necessary. The collection
ma Gunung Merapi. Untuk meminimalkan korban bencana dikembangkan of data by way of nonparticipatory observation, indepth interviews, docu-
program kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana gunung merapi mentation, member check, and triangulation. Implementation of the activi-
melalui desa siaga. Tujuan penelitian ini mengetahui pelaksanaan kegiatan ties of disaster preparedness in the face of the mountain communities have
dan penerapan program kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana nice views of the trim is already sufficient financing, training, training has
gunung merapi di Desa Siaga Umbulharjo. Penelitian ini menggunakan ran- been good from the parties involved, socialization, existing facilities, the per-
cangan penelitian studi kasus dengan analisis kualitatif. Subjek yang diteliti formance of cadres, and the role of good health. The success of the imple-
adalah pelaku pelaksanaan kegiatan pada pelaksanaan desa siaga, sedan- mentation of disaster preparedness in the face of the mountain communi-
gkan objek penelitian adalah situasi sosial dalam pelaksanaan kegiatan. ties are not followed by smoothing the successful implementation of the de-
Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi nonpartisipatif, sa siaga, seen from many people who do not know what a desa siaga.
wawancara mendalam, dokumentasi, member check, dan triangulasi. Implementation of the activities of disaster preparedness in the face of the
Pelaksanaan kegiatan sudah baik, pembiayaan sudah cukup, pelatihan- mountain communities have a good trim but it is not followed by the imple-
pelatihan sudah baik, sosialisasi, sarana-sarana yang ada, kinerja kader, mentation of desa siaga in general.
dan peran Puskesmas baik. Namun, keberhasilan pelaksanaan kegiatan Key words: Preparedness, mount merapi disaster, desa siaga
kesiapsiagaan tersebut belum diikuti dengan keberhasilan pelaksanaan de-
sa siaga. Masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang desa
siaga. Pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan sudah baik, tetapi tidak diikuti Pendahuluan
dengan pelaksanaan desa siaga secara umum. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
Kata kunci: Kesiapsiagaan, bencana gunung merapi, desa siaga yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan oleh faktor
Abstract alam, faktor nonalam, dan faktor manusia yang
Yogyakarta Province is a disaster-prone province, especially the mountain mengakibatkan korban jiwa manusia, kerusakan
trim. Disaster preparedness is essential to minimize the disaster victims so lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
formed the community program on disaster preparedness through Desa psikologis.1 Secara umum, manajemen siklus penang-
Siaga of Mount Merapi alert. To determine the activity and how the imple- gulangan bencana meliputi: 1) kejadian bencana (im-
mentation of community disaster preparedness programs Mount Merapi on pact); 2) tanggap darurat (emergency response); 3)
the implementation of Desa Siaga in the Umbulharjo Village alert This study pemulihan (recovery); 4) pembangunan (development);
was a descriptive study using a case study research design with qualitative 5) pencegahan (prevention); 6) mitigasi (mitigation); 7)
analysis. Subjects in the study was the perpetrator of the community in
dealing with disaster preparedness merapi mountain on implementation of Alamat Korespondensi: Sunarto, Fakultas Kedokteran Universitas Islam
desa siaga with the object of research is the social situation in the imple- Indonesia Yogyakarta, Jl. Kaliurang Km. 14,5 Sleman Yogyakarta,
Hp. 08156898268, e-mail: narto_darsono@yahoo.com

42
Permanasari & Sunarto, Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Gunung Merapi

kesiapsiagaan (preparedness).2 terhadap sasaran pengembangan meliputi semua individu


Tahun 2008, program penanganan bencana meliputi dan keluarga di desa/kelurahan, tokoh masyarakat serta
2 bagian. Pertama, program penanganan bencana dengan pihak-pihak yang memberikan dukungan kebijakan,
mitigasi fisik dan mitigasi nonfisik. 3 Penanganan peraturan perundang-undangan, dana, tenaga, dan
bencana dengan mitigasi fisik dilakukan menggunakan sarana.8
alat komunikasi. Penanganan bencana sebagian besar
bergantung pada pesawat handy talky (HT) yang Metode
menggunakan gelombang radio very high frequency Desain penelitian adalah studi kasus (case study)
(VHF) yang dapat bertahan dalam bencana dibanding dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono, 9
sistem jaringan seluler. Early Warning System (EWS) penelitian kualitatif tersebut tidak menggunakan istilah
adalah sistem peringatan dini dengan prinsip berfungsi populasi tetapi “social situation” yang terdiri dari: tem-
secara efisien jika peringatan diterima oleh penduduk pat, pelaku, dan aktivitas. Penelitian dilakukan di desa
lebih cepat dari datangnya bahaya. EWS terdiri atas Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten
sistem pemantau, sistem kontrol, dan sistem penyampai. Sleman. Pelaku meliputi masyarakat setempat, tokoh
Jalan evakuasi adalah prasarana pengungsian yang sangat masyarakat, kader, bidan, Kepala Desa Umbulharjo, dan
penting untuk kelancaran proses evakuasi bagi perangkat desa. Aktivitas yang diteliti adalah
masyarakat yang terancam erupsi Merapi. Barak pelaksanaan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi
pengungsian dibangun untuk menampung penduduk di bencana gunung merapi terhadap pelaksanaan desa siaga.
kawasan rawan bencana yang mengungsi secara mandiri Peneliti mengumpulkan data dengan terlebih dahulu
dan yang diungsikan.4 melakukan observasi, dilanjutkan dengan indepth inter-
Penanganan bencana dengan mitigasi nonfisik berupa view untuk mengumpulkan data primer melalui daftar
geladi lapang dan kegiatan sosialisasi. Geladi lapang pertanyaan yang berisi pertanyaan terbuka terhadap ma-
adalah latihan yang melibatkan aparat, masyarakat, dan syarakat, tokoh masyarakat, kader, bidan, dan Kepala
sistem untuk melakukan simulasi bencana dengan Desa Umbulharjo. Semua wawancara direkam meng-
kejadian yang dibuat senyata mungkin sesuai yang sebe- gunakan tape recorder. Peneliti juga menggunakan ka-
narnya. Tujuan kegiatan sosialisasi menjelaskan ancaman mera untuk dokumentasi serta buku catatan. Informasi
bahaya akibat kejadian alam berupa erupsi Merapi yang dikumpulkan pada triangulasi dengan member
disertai awan panas yang dapat membahayakan jiwa check kepada seluruh responden. Data sekunder dipero-
masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di kawasan leh dengan melakukan penelusuran dokumen untuk
rawan bencana serta cara menghindar dari ancaman mengetahui gambaran pelaksanaan program pelatihan
bahaya tersebut. menghadapi bencana gunung merapi terhadap
Secara geologis, daerah Yogyakarta terletak pada pelaksanaan desa siaga. Dalam penelitian ini, aktivitas
cekungan yang sudah terisi oleh material vulkanik dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan terus-
gunung api. Sebelah utara Yogyakarta dibatasi oleh menerus hingga tuntas.
Gunung Merapi yang kadang kala menunjukkan aktivitas
sebagai akibat dari munculnya magma melalui lubang Hasil
kepundan. Bagian selatan Yogyakarta dibatasi dengan Desa Umbulharjo, salah satu desa di Kecamatan
aktivitas zona subduksi yang hingga saat ini Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi DIY
menunjukkan aktivitas yang ditandai dengan gempa- merupakan desa yang paling dekat dengan puncak
gempa mikro di sekitar zona tersebut.5 Gunung merapi Merapi di Kabupaten Sleman. Luas wilayah Desa
ini masih dianggap sebagai gunung berapi yang aktif dan Umbulharjo adalah 826 Ha. Wilayah Desa Umbulharjo
berbahaya di Indonesia.6 Untuk melindungi masyarakat sebelah utara berbatasan dengan kehutanan/Gunung
dari kerugian yang besar dalam bencana maka perlu ada Merapi, sebelah timur berbatasan dengan Desa Wakir
pengelolaan tanggap bencana serta rekonstruksi atau Sari dan sebelah selatan berbatasan dengan Desa
rehabilitasi pascabencana. Dalam hal ini, sebuah desa Kepuharjo.
sangat berperan penting dalam mewujudkan hal tersebut Terkait dengan pemahaman desa siaga ternyata
sehingga perlu adanya desa siaga. responden tidak mengetahui desa siaga, tetapi mereka
Desa siaga yang diterapkan di Provinsi Daerah dapat menyimpulkan arti dari desa siaga. Masyarakat
Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah desa atau kelurahan tidak tahu tentang desa siaga, tetapi masyarakat hanya
dengan penduduk yang mempunyai kesiapan sumber tahu tentang kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas
daya serta kemampuan dan kemauan mencegah dan dari bidan desa ataupun kader, seperti kegiatan
mengatasi masalah/ancaman kesehatan, bencana, dan posyandu yang diadakan tiap bulan, pengetahuan tentang
kedaruratan secara mandiri.7 Desa siaga dibedakan gizi serta kesehatan ibu dan anak.
menjadi 3 jenis untuk mempermudah strategi intervensi “...ya karena di sini belum ada koordinasi atau

43
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 1, Agustus 2011

mungkin sudah ada tapi saya ga. Jadi desa siaga itu “...melalui kecamatan, dari kecamatan itu nanti
suatu desa dimana yaitu udah dibuat oleh pemerintah alurnya ke kepala desa terus ke tokoh masyarakatnya,
untuk siaga, jadi pemerintah itu udah ngasih semacam terus ke masyarakat, ke puskesmas...terus dari desa
pendidikan, pelatihan, ketrampilan sama masyarakat di- mengadakan kerja sama, tokoh masyarakatnya nanti di-
dalamnya untuk cepat tanggap menghadapi berbagai undang, ini ada desa siaga...terus dari tokoh masyarakat
situasi.”(R7, 24-31) itu nanti yang nyebarin ke dusun-dusun, ke masyarakat-
“...di sini diadakan posyandu tiap bulannya mbak, nya...”(R4, 105-114)
tiap tanggal 13 pastinya tapi kalau tidak ada halangan Sosialisasi desa siaga telah dilakukan dengan
lho mbak, disitu itu kegiatannya kesehatan ibu dan diadakan pertemuan di tingkat desa yang mengundang
anak, timbangan, penyuluhan tentang gizi...terus anu, seluruh komponen masyarakat yang diteruskan dengan
tentang kebersihan juga diberikan gitu lah mbak...”(R5, sosialisasi di tingkat dusun oleh kader dan bidan desa.
dikutip dari cerita R5) Desa siaga ini dilaksanakan dengan dukungan dari
Pelaksanaan desa siaga membutuhkan dukungan masyarakat, kader, bidan, puskesmas, dan stakeholder.
sumber daya manusia dan biaya. Biaya yang digunakan “...saya sendiri mbak he...selaku bidan desa disini,
berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah melalui terus ada kader-kader yang ada di desa, perangkat desa,
dinas kesehatan (Lihat Tabel 1). dukuh-dukuhnya, tokoh masyarakat, pak lurah, ya
“...kita dapet dana dari pemerintah ya..kita lewatnya semuanya terlibat di situ, masyarakat juga terlibat.”(R4,
itu dari dinas kesehatan itu, kita dapat tiap puskesmas 88-93)
terus ketempat kita di desa...terus yang kedua itu dari
dinas langsung ke kita, jadi bidan desa atas nama desa Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Gunung
siaga itu kita punya nomor rekening sendiri.”(R4, 117- Merapi
123) Sebagian besar responden sudah mengetahui tentang
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut kesiapsiagaan menghadapi bencana, khususnya bencana
digunakan untuk berbagai kegiatan yang meliputi Gunung Merapi. Intinya adalah masyarakat tahu dan
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana Gunung sigap menghadapi bencana yang akan maupun sedang
Merapi dan kegiatan desa siaga lainnya seperti perilaku terjadi.
hidup bersih dan sehat (PHBS), Keluarga Sadar Gizi “...kita menyiagakan masyarakat dengan
(KADARZI), dan sebagainya. Dukungan dalam memberikan mereka pelatihan-pelatihan yang
pelaksanaan program desa siaga juga diperoleh dari berhubungan dengan mitigasi bencana, terus kita juga
masyarakat, baik dari instansi terkait seperti kepala desa, menyiagakan masyarakat dengan relawan-
puskesmas, tokoh masyarakat, serta masyarakat. Hal ini relawan.”(R2, 19-23)
sesuai dengan yang diungkapkan narasumber: Biaya yang digunakan tidak hanya berasal dari
“...dari pemerintah ya sudah mendukung, pemerintah tetapi juga dari sumber-sumber lain (Lihat
masyarakat juga sudah mendukung...masyarakat kalau Tabel 2).
diberi materi-materi itu seneng mba...kader-kadernya “...dana pelaksanaan ini biasanya dari dinkes terus
juga mendukung, dari puskesmas mendukung, semua tar dikasih ke puskesmanya mbak atau langsung
juga mendukung mbak.”(R3, 126-132) kekadernya...dari dana itu ya mbak diberikan ke kepala
Menurut responden, kegiatan desa siaga meliputi dusun gitu, kalau tidak ya dari arisan yang diadakan
pengamatan malaria, diare, ibu hamil, persalinan, tiap bulan mbak, nah dananya itu ya buat macem-
kesehatan ibu dan anak, penanggulangan kedaruratan macem, buat pelatihan-pelatihan...”(R4, dikutip dari
bencana, posyandu, pengamatan penyakit, cara hidup cerita R4)
bersih, dan kesehatan lingkungan. Dalam pelaksanaan Dukungan dalam pelaksanaan program kesiapsiagaan
desa siaga terlebih dahulu diedarkan check list tentang masyarakat menghadapi bencana Gunung Merapi juga
masalah kesehatan yang ada di desa. Check list tersebut didapatkan dari masyarakat, instansi terkait, puskesmas,
diberikan kepada masyarakat untuk diisi. Sebelumnya dari tokoh masyarakat serta masyarakat sendiri. Hal ini
diberikan pengarahan tentang cara mengisi check list sesuai dengan yang diungkapkan responden:
tersebut. Setelah diisi, check list diolah bersama bidan “...masyarakat, ada RT, dari RW juga, kepala dukuh,
desa dan kader-kader posyandu untuk melihat masalah- sampai yang tingkat tertingginya itu apa
masalah yang muncul. Selanjutnya dilakukan tindak sih...ehm...kepala desa, pemerintah ya untuk masalah
lanjut oleh bidan desa dan kader-kader posyandu. pembiayaan gitu, kalau masyarakat ya tenaganya,
Sosialisasi yang dilakukan untuk pelaksanaan desa siaga kerjaannya gitu mba.”(R7, 65-70)
tidak terlepas dari dukungan masyarakat, perangkat de- Pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan masyarakat
sa, kader, bidan desa, dan tokoh masyarakat. Responden menghadapi bencana alam tidak terlepas dari
mengatakan: pelaksanaan kegiatan desa siaga lainnya. Responden

44
Permanasari & Sunarto, Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Gunung Merapi

Tabel 1. Sumber Biaya

Jenis Sumber Biaya Alokasi Biaya

Pemerintah pusat Diberikan ke dinas kesehatan kemudian disalurkan ke puskesmas


Pemerintah melalui dinas kesehatan Diberikan langsung ke bidan desa

Tabel 2. Sumber Biaya

Jenis Sumber Biaya Alokasi Biaya

Pemerintah melalui dinas kesehatan Diberikan kepada puskesmas atau kader kemudian diteruskan ke dusun,
dana ini diberikan sekali dalam setahun
Bantuan pemerintah desa Diberikan jika ada acara yang berkaitan dengan program desa
Swadaya masyarakat Masyarakat turut memberikan iuran rutin seperti arisan

sudah mengetahui kegiatan yang ada. komunikasi pada saat bencana antara lain menggunakan
“...kegiatannya?ehm...kita kan sering ada pelatihan- HT, megaphone atau alat yang paling sederhana seperti
pelatihan baik dari organisasi sendiri kan tentunya kentungan.
sudah ada pelatihan-pelatihan, dari desa juga sering “...kalau ada bencana kita beri tahu dengan alat
bersama dengan bidan desa, kader-kader ada pelatihan- komunikasi seperti megaphone, kentungan, HT, terus
pelatihan dan simulasi-simulasi untuk masyarakatnya, diadakan ronda tiap malam untuk berjaga-jaga barang
kalau memang betul-betul terjadi bencana, dari kali ada apa-apa..”(R5, 28-33)
masyarakat itu sendiri tahu bagaimana dia menghadapi, Masyarakat sudah mengetahui dan siap siaga jika ada
bagaimana meminimalkan resiko...”(R2, 32-41) pemberitahuan melalui megaphone atau kentungan.
Koordinasi yang terjadi antara masyarakat, kader, Sebelum memberitahu masyarakat, dilakukan
bidan, puskesmas, dan stakeholder lainnya berjalan pengamatan terlebih dahulu jika ada awan panas atau
dengan baik, seperti yang diungkapkan oleh responden lahar dingin. Pengamatan atau pemantauan tersebut
sebagai berikut: menggunakan alat pengamatan EWS. Sistem penyampai
“...masyarakat, ada RT, dari RW juga, kepala dukuh, adalah sejumlah sirine di pemukiman masyarakat rawan
sampai yang tingkat tertingginya itu apa bencana.
sih...ehm...kepala desa, pemerintah ya untuk masalah “...di sini tuh ya mbak, kalau ada peringatan awan
pembiayaan gitu, kalau masyarakat ya tenaganya, panas atau abu-abu itu yang panas, sirinenya pasti
kerjaanya gitu mba.”(R7, 65-70) bunyi mbak...nanti kita langsung mengevakuasi warga
Sosialisasi yang dilakukan untuk program ke bawah, yang pertama itu ke pertigaan Kaliadem itu
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana Gunung lho mbak...nanti di atas ada yang ngamatin awan panas-
Merapi dalam desa siaga tidak terlepas dari dukungan nya, terus laharnya alirannya sampai mana, nah nanti
masyarakat, perangkat desa, kader, bidan desa, dan tokoh kalau laharnya udah mau ke Kaliadem, kita dikasih
masyarakat. Responden mengatakan: tahu pakai HT, nanti kita evakuasi lagi warganya ke de-
“...kalau yang bencana cenderung langsung, ketika sa oangukrejo yang lebih ke bawah, pokoknya gitu
ada program kita arahkan kesana, untuk jika ada mbak, kalau ada pemberitahuan lagi kita turun ke
informasi-informasi kita menyampaikan melalui bawah lagi...”(R6, dikutip dari cerita R6)
perangkat-perangkat yang ada disana, ada RT, ada RW, Jalan evakuasi telah diperbaiki pada masa
ada Dukuh, semuanya dilibatkan.”(R2, 97-102) praevakuasi.
Sosialisasi program kesiapsiagaan masyarakat dalam “...kalau barak tiap ada bencana langsung
menghadapi bencana gunung merapi dalam desa siaga terkoordinir dimana pusat bencana...”(R3, 227-229)
sudah dilakukan berbagai upaya sosialisasi, antara lain Dalam pelaksanaan program kesiapsiagaan
dengan diadakan pertemuan di tingkat desa yang masyarakat menghadapi bencana Gunung Merapi
mengundang seluruh komponen masyarakat yang akan membutuhkan masukan dan saran agar nantinya dapat
kembali ditindaklanjuti dengan melakukan sosialisasi di berjalan lebih baik. Beberapa saran yang diberikan
tingkat dusun oleh kader dan bidan desa. Sarana responden antara lain dukungan bidan desa siaga perlu
komunikasi yang digunakan di Desa Umbulharjo untuk meningkatkan koordinasi serta bidan desa yang perlu di-

45
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 1, Agustus 2011

disimpan untuk kegiatan selanjutnya tanpa ada


pelaporan anggaran yang baik.
Peneliti mengamati bahwa dukungan masyarakat
juga sangat baik dengan sering mengikuti kegiatan
posyandu, berperan aktif dalam kegiatan serta bekerja
sama dengan kader dalam memberikan informasi untuk
pendataan. Walaupun masyarakat mendukung,
masyarakat tidak tahu bahwa program-program
kesehatan yang pernah dijalani adalah program dari desa
siaga. Responden sudah mengetahui kegiatan desa siaga
yang ada.
Sosialisasi desa siaga tampaknya sudah baik, terlihat
dilakukan berbagai upaya sosialisasi antara lain dengan
diadakan pertemuan di tingkat desa yang mengundang
seluruh komponen masyarakat yang diteruskan dengan
sosialisasi di tingkat dusun oleh kader dan bidan desa.
Gambar 1. Barak Pengungsian Koordinasi desa siaga antara masyarakat, kader, bidan,
puskesmas, dan stakeholder lainnya berjalan dengan
baik.
tambah. Responden menyampaikan saran tentang Koordinasi di Desa Umbulharjo sudah cukup baik.
pelaksanaan program kesiapsiagaan masyarakat Pernyataan responden di atas sesuai dengan sasaran
menghadapi bencana Gunung Merapi dalam desa siaga. pengembangan desa siaga oleh Kementerian Kesehatan
“...itu lho mba, desa siaga ini kan kebanyakan saya Republik Indonesia (RI).8 Sasaran pengembangan desa
yang koordinir, jadi saya keteteran gitu mbak, pengen- siaga meliputi semua individu dan keluarga, tokoh
nya sih ada yang bantu saya ngurusin ini mbak, bidan masyarakat, pihak-pihak yang diharapkan memberikan
di desa ini cuma satu sih ya mbak jadi susah he...”(R4, dukungan kebijakan, peraturan perundang-undangan,
dikutip dari cerita R4) dana, tenaga, dan sarana.
“...insya Allah masyarakat di sini cepat tanggap Masyarakat sudah tahu dan sigap menghadapi
kalau ada tanda-tanda bahaya, di sini juga ada barak- bencana yang akan maupun sedang terjadi. Hal ini
barak dadakan, ya baguslah mbak selama saya di sini hampir sama dengan konsep kesiapsiagaan masyarakat
masyarakatnya cepat tanggap...”(R7, 146-147) menghadapi bencana oleh Kementerian Kesehatan RI,
yaitu masyarakat yang mampu mengenali, mengurangi,
Pembahasan mencegah, dan menanggulangi keadaan darurat sehari-
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki hari dan bencana serta faktor-faktor yang dapat
kesiapan sumber daya, kemampuan serta kemauan untuk menimbulkan keadaan tersebut.10
mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan Berdasarkan pengamatan peneliti, dukungan
secara mandiri dalam rangka mewujudkan desa sehat.2 masyarakat juga sangat baik. Hal ini terlihat dari
Setelah ditanyakan pemahaman responden mengenai masyarakat yang mau dididik dan dilatih, sering
arti desa siaga ternyata responden tidak mengetahui arti mengikuti kegiatan posyandu, berperan aktif dalam
desa siaga. Akan tetapi, pernyataan responden sesuai kegiatan serta bekerja sama dengan kader dalam
dengan tujuan yang ingin dicapai oleh desa siaga yaitu memberikan informasi. Pelaksanaan kegiatan kesiap-
terwujudnya masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap siagaan masyarakat menghadapi bencana Gunung
terhadap permasalahan kesehatan di wilayahnya.10 Merapi ini sudah baik karena responden sudah
Pelaksanaan desa siaga membutuhkan dukungan mengetahui kegiatan yang ada di desa Umbulharjo,
sumber daya manusia dan biaya. Biaya yang digunakan simulasi-simulasi bencana alam, pelatihan kegawatdaru-
berasal dari pemerintah saja karena biaya dari ratan, latihan gabungan dengan puskesmas, tim Search
pemerintah sudah mencukupi kegiatan atau pelatihan- and Rescue (SAR), Palang Merah Indonesia (PMI), dan
pelatihan yang dilakukan. Pembiayaan di Desa Tentara Nasional Indonesia (TNI). Pernyataan ini sama
Umbulharjo terbilang cukup baik, terlihat pada halnya dengan manajemen kesiapan bencana (pada tahap
kecukupan kebutuhan dana setiap tahun. Setiap tahun kesiapsiagaan) yang terdiri dari beberapa kegiatan pokok,
didapatkan hampir Rp. 5.000.000,- dan sampai bulan yaitu: 1) pengembangan Sistem Penanggulangan Gawat
Juli tahun 2010 belum habis terpakai. Namun, Darurat Terpadu (SPGDT); (2) pengembangan sumber
koordinasi masih kurang baik karena belum ada daya manusia; (3) pengembangan subsistem komunikasi;
perincian anggaran. Uang yang belum terpakai hanya (4) pengembangan subsistem transportasi; (5) latihan-

46
Permanasari & Sunarto, Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Gunung Merapi

latihan gabungan; dan (6) kerja sama lintas sektor.11 Pernyataan tersebut sama dengan fase kesiapsiagaan,
Koordinasi yang dilakukan di Desa Umbulharjo su- masyarakat dan aparat pemerintah disiapkan untuk sia-
dah cukup baik karena dalam pelaksanaan kegiatan ga apabila sewaktu-waktu terjadi bencana.12 Semua res-
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana Gunung ponden menyambut baik program kesiapsiagaan
Merapi ini bekerja sama dengan semua elemen yang ada masyarakat menghadapi bencana Gunung Merapi dalam
seperti bidan desa, kader, perangkat desa, dan tokoh desa siaga karena masyarakat dapat mengetahui penan-
masyarakat. Pernyataan tersebut sesuai dengan konsep ganan atau menanggulangi bencana, mengetahui cara
Kementerian Kesehatan RI yaitu sasaran dalam pertolongan pertama, dan meningkatkan kualitas kese-
pelaksanaan kesiapsiaagaan menghadapi bencana hatan mereka.
Gunung Merapi dalam desa siaga adalah semua individu
dan keluarga, pihak-pihak yang mempunyai pengaruh, Kesimpulan
seperti tokoh masyarakat dan pihak-pihak yang Pengetahuan tentang desa siaga belum terlalu baik
diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan, karena masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui
dana, tenaga, dan saran.8 desa siaga. Namun mereka mengikuti program-program
Sosialisasi program kesiapsiagaan masyarakat desa siaga yang diberikan oleh puskesmas, posyandu,
menghadapi bencana Gunung Merapi dalam desa siaga bidan desa, dan kader. Pengetahuan tentang kesiap-
sudah baik, terlihat dari sudah dilakukan berbagai upaya siagaan dalam menghadapi bencana Gunung Merapi su-
sosialisasi antara lain dengan diadakan pertemuan di dah baik. Dukungan pelaksanaan desa siaga belum ter-
tingkat desa yang mengundang seluruh komponen lalu baik. Pembiayaan sudah mencukupi namun belum
masyarakat yang akan kembali ditindaklanjuti dengan terkoordinasi dengan baik. Dukungan dalam pelaksanaan
melakukan sosialisasi di tingkat dusun oleh kader dan kesiapsiagaan menghadapi bencana khususnya Gunung
bidan desa. Sarana komunikasi yang digunakan di Desa Merapi sudah baik. Dilihat dari pembiayaan yang sudah
Umbulharjo untuk komunikasi pada saat bencana ada mencukupi, pelatihan-pelatihan sudah baik dan menda-
beberapa, misalnya dengan menggunakan HT, mega- pat dukungan dari semua stakeholder, pemerintah,
phone atau alat yang paling sederhana seperti kentungan. relawan, dan masyarakat. Masyarakat menyambut baik
Pemerintah Kabupaten Sleman pada tahun 2008 adanya kesiapsiagaan desa siaga dalam menghadapi ben-
menyatakan bahwa alat komunikasi selama penanganan cana, khususnya bencana Gunung Merapi. Masyarakat
bencana sebagian besar bergantung pada pesawat HT dapat mengetahui penanganan atau menanggulangi ben-
dengan menggunakan gelombang radio VHF.3 cana, mengetahui cara pertolongan pertama, dan
Pemberitahuan melalui megaphone atau kentungan meningkatkan kualitas kesehatan mereka.
merupakan simbol bagi masyarakat agar mereka siap sia-
ga. Sebelum memberitahu masyarakat, dilakukan Saran
pengamatan terlebih dahulu jika ada awan panas atau Perlu adanya penyuluhan secara langsung kepada
lahar dingin. Pengamatan atau pemantauan tersebut masyarakat tentang desa siaga oleh pemerintah, bidan
menggunakan alat pengamatan EWS. EWS ini desa, dan kader-kader. Perlu ada koordinasi keuangan
digunakan untuk memonitor gejala alam yang menuju dengan baik agar pendanaan dapat terinci. Perlu ada
kondisi kebencanaan dengan sistem kontrol yang penambahan bidan desa agar pelaksanaan kegiatan
mengolah data pantauan dan memutuskan tingkat program desa siaga berjalan dengan lancar.
bahaya.4
Jalan evakuasi adalah prasarana pengungsian yang Daftar Pustaka
sangat penting untuk kelancaran proses evakuasi bagi 1. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
masyarakat yang terancam erupsi Merapi. Kondisi jalan Undang-undang republik indonesia nomor 24 tahun 2007 tentang
evakuasi telah diperbaiki pada masa praevakuasi.3 Barak penanggulangan bencana. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi
pengungsian dibangun untuk menampung penduduk di Manusia Republik Indonesia; 2007 [diakses tanggal 19 Maret 2010].
kawasan rawan bencana yang mengungsi secara mandiri Diunduh dari: http://www.indonesia.go.id.
dan yang diungsikan.3 2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman puskesmas
Beberapa saran dari responden antara lain perlu dalam penanggulangan bencana. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
peningkatan dukungan bidan desa. Koordinasi dengan Kesehatan Masyarakat; 2006.
bidan desa perlu ditingkatkan agar pelaksanaan pro- 3. Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Kesiapsiagaan bencana. Sleman:
gram desa siaga dapat berjalan dengan baik. Tanggapan Bidang Pekerjaan Bawah Air Dinas Perkumpulan Petani Pemakai Air;
responden tentang pelaksanaan kesiapsiagaan 2008.
masyarakat menghadapi bencana Gunung Merapi su- 4. Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Manajemen Bencana. Sleman:
dah cukup baik karena masyarakat cepat tanggap dan Bidang Pekerjaan Bawah Air Dinas Perkumpulan Petani Pemakai Air;
siap siaga jika terjadi bencana Gunung Merapi. 2008.

47
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 1, Agustus 2011

5. Haifani A. Manajemen risiko bencana gempa bumi (studi kasus gempa kader kesehatan dan tokoh masyarakat dalam pengembangan desa sia-
bumi Yogyakarta 27 mei 2006). Yogyakarta: Pusat Pengkajian Sistem ga. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
dan Teknologi Keselamatan, Instalasi, dan Bahan Nuklir; 2008. 9. Sugiyono. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta; 2008.
6. Anonim. Sejarah geologis gunung merapi. 2006 [diakses tanggal 13 10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengemban-
Maret 2010]. Diunduh dari: http://elcom.umy.ac.id/content/view/ gan desa siaga. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
92/43. 2006.
7. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Buku I: 11. Zuhriyatin Y. Peran perawat puskesmas pada tahap kesiapsiagaan
petunjuk teknis desa siaga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. bencana di Kabupaten Sleman Yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta:
Yogyakarta: Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada; 2009.
2008. 12. Medical Emergency Rescue Committee. Basic on emergency. Jakarta:
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku paket pelatihan MER-C Training Center; 2007.

48

Anda mungkin juga menyukai