Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
42
Permanasari & Sunarto, Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Gunung Merapi
43
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 1, Agustus 2011
mungkin sudah ada tapi saya ga. Jadi desa siaga itu “...melalui kecamatan, dari kecamatan itu nanti
suatu desa dimana yaitu udah dibuat oleh pemerintah alurnya ke kepala desa terus ke tokoh masyarakatnya,
untuk siaga, jadi pemerintah itu udah ngasih semacam terus ke masyarakat, ke puskesmas...terus dari desa
pendidikan, pelatihan, ketrampilan sama masyarakat di- mengadakan kerja sama, tokoh masyarakatnya nanti di-
dalamnya untuk cepat tanggap menghadapi berbagai undang, ini ada desa siaga...terus dari tokoh masyarakat
situasi.”(R7, 24-31) itu nanti yang nyebarin ke dusun-dusun, ke masyarakat-
“...di sini diadakan posyandu tiap bulannya mbak, nya...”(R4, 105-114)
tiap tanggal 13 pastinya tapi kalau tidak ada halangan Sosialisasi desa siaga telah dilakukan dengan
lho mbak, disitu itu kegiatannya kesehatan ibu dan diadakan pertemuan di tingkat desa yang mengundang
anak, timbangan, penyuluhan tentang gizi...terus anu, seluruh komponen masyarakat yang diteruskan dengan
tentang kebersihan juga diberikan gitu lah mbak...”(R5, sosialisasi di tingkat dusun oleh kader dan bidan desa.
dikutip dari cerita R5) Desa siaga ini dilaksanakan dengan dukungan dari
Pelaksanaan desa siaga membutuhkan dukungan masyarakat, kader, bidan, puskesmas, dan stakeholder.
sumber daya manusia dan biaya. Biaya yang digunakan “...saya sendiri mbak he...selaku bidan desa disini,
berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah melalui terus ada kader-kader yang ada di desa, perangkat desa,
dinas kesehatan (Lihat Tabel 1). dukuh-dukuhnya, tokoh masyarakat, pak lurah, ya
“...kita dapet dana dari pemerintah ya..kita lewatnya semuanya terlibat di situ, masyarakat juga terlibat.”(R4,
itu dari dinas kesehatan itu, kita dapat tiap puskesmas 88-93)
terus ketempat kita di desa...terus yang kedua itu dari
dinas langsung ke kita, jadi bidan desa atas nama desa Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Gunung
siaga itu kita punya nomor rekening sendiri.”(R4, 117- Merapi
123) Sebagian besar responden sudah mengetahui tentang
Dana yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut kesiapsiagaan menghadapi bencana, khususnya bencana
digunakan untuk berbagai kegiatan yang meliputi Gunung Merapi. Intinya adalah masyarakat tahu dan
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana Gunung sigap menghadapi bencana yang akan maupun sedang
Merapi dan kegiatan desa siaga lainnya seperti perilaku terjadi.
hidup bersih dan sehat (PHBS), Keluarga Sadar Gizi “...kita menyiagakan masyarakat dengan
(KADARZI), dan sebagainya. Dukungan dalam memberikan mereka pelatihan-pelatihan yang
pelaksanaan program desa siaga juga diperoleh dari berhubungan dengan mitigasi bencana, terus kita juga
masyarakat, baik dari instansi terkait seperti kepala desa, menyiagakan masyarakat dengan relawan-
puskesmas, tokoh masyarakat, serta masyarakat. Hal ini relawan.”(R2, 19-23)
sesuai dengan yang diungkapkan narasumber: Biaya yang digunakan tidak hanya berasal dari
“...dari pemerintah ya sudah mendukung, pemerintah tetapi juga dari sumber-sumber lain (Lihat
masyarakat juga sudah mendukung...masyarakat kalau Tabel 2).
diberi materi-materi itu seneng mba...kader-kadernya “...dana pelaksanaan ini biasanya dari dinkes terus
juga mendukung, dari puskesmas mendukung, semua tar dikasih ke puskesmanya mbak atau langsung
juga mendukung mbak.”(R3, 126-132) kekadernya...dari dana itu ya mbak diberikan ke kepala
Menurut responden, kegiatan desa siaga meliputi dusun gitu, kalau tidak ya dari arisan yang diadakan
pengamatan malaria, diare, ibu hamil, persalinan, tiap bulan mbak, nah dananya itu ya buat macem-
kesehatan ibu dan anak, penanggulangan kedaruratan macem, buat pelatihan-pelatihan...”(R4, dikutip dari
bencana, posyandu, pengamatan penyakit, cara hidup cerita R4)
bersih, dan kesehatan lingkungan. Dalam pelaksanaan Dukungan dalam pelaksanaan program kesiapsiagaan
desa siaga terlebih dahulu diedarkan check list tentang masyarakat menghadapi bencana Gunung Merapi juga
masalah kesehatan yang ada di desa. Check list tersebut didapatkan dari masyarakat, instansi terkait, puskesmas,
diberikan kepada masyarakat untuk diisi. Sebelumnya dari tokoh masyarakat serta masyarakat sendiri. Hal ini
diberikan pengarahan tentang cara mengisi check list sesuai dengan yang diungkapkan responden:
tersebut. Setelah diisi, check list diolah bersama bidan “...masyarakat, ada RT, dari RW juga, kepala dukuh,
desa dan kader-kader posyandu untuk melihat masalah- sampai yang tingkat tertingginya itu apa
masalah yang muncul. Selanjutnya dilakukan tindak sih...ehm...kepala desa, pemerintah ya untuk masalah
lanjut oleh bidan desa dan kader-kader posyandu. pembiayaan gitu, kalau masyarakat ya tenaganya,
Sosialisasi yang dilakukan untuk pelaksanaan desa siaga kerjaannya gitu mba.”(R7, 65-70)
tidak terlepas dari dukungan masyarakat, perangkat de- Pelaksanaan kegiatan kesiapsiagaan masyarakat
sa, kader, bidan desa, dan tokoh masyarakat. Responden menghadapi bencana alam tidak terlepas dari
mengatakan: pelaksanaan kegiatan desa siaga lainnya. Responden
44
Permanasari & Sunarto, Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Gunung Merapi
Pemerintah melalui dinas kesehatan Diberikan kepada puskesmas atau kader kemudian diteruskan ke dusun,
dana ini diberikan sekali dalam setahun
Bantuan pemerintah desa Diberikan jika ada acara yang berkaitan dengan program desa
Swadaya masyarakat Masyarakat turut memberikan iuran rutin seperti arisan
sudah mengetahui kegiatan yang ada. komunikasi pada saat bencana antara lain menggunakan
“...kegiatannya?ehm...kita kan sering ada pelatihan- HT, megaphone atau alat yang paling sederhana seperti
pelatihan baik dari organisasi sendiri kan tentunya kentungan.
sudah ada pelatihan-pelatihan, dari desa juga sering “...kalau ada bencana kita beri tahu dengan alat
bersama dengan bidan desa, kader-kader ada pelatihan- komunikasi seperti megaphone, kentungan, HT, terus
pelatihan dan simulasi-simulasi untuk masyarakatnya, diadakan ronda tiap malam untuk berjaga-jaga barang
kalau memang betul-betul terjadi bencana, dari kali ada apa-apa..”(R5, 28-33)
masyarakat itu sendiri tahu bagaimana dia menghadapi, Masyarakat sudah mengetahui dan siap siaga jika ada
bagaimana meminimalkan resiko...”(R2, 32-41) pemberitahuan melalui megaphone atau kentungan.
Koordinasi yang terjadi antara masyarakat, kader, Sebelum memberitahu masyarakat, dilakukan
bidan, puskesmas, dan stakeholder lainnya berjalan pengamatan terlebih dahulu jika ada awan panas atau
dengan baik, seperti yang diungkapkan oleh responden lahar dingin. Pengamatan atau pemantauan tersebut
sebagai berikut: menggunakan alat pengamatan EWS. Sistem penyampai
“...masyarakat, ada RT, dari RW juga, kepala dukuh, adalah sejumlah sirine di pemukiman masyarakat rawan
sampai yang tingkat tertingginya itu apa bencana.
sih...ehm...kepala desa, pemerintah ya untuk masalah “...di sini tuh ya mbak, kalau ada peringatan awan
pembiayaan gitu, kalau masyarakat ya tenaganya, panas atau abu-abu itu yang panas, sirinenya pasti
kerjaanya gitu mba.”(R7, 65-70) bunyi mbak...nanti kita langsung mengevakuasi warga
Sosialisasi yang dilakukan untuk program ke bawah, yang pertama itu ke pertigaan Kaliadem itu
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana Gunung lho mbak...nanti di atas ada yang ngamatin awan panas-
Merapi dalam desa siaga tidak terlepas dari dukungan nya, terus laharnya alirannya sampai mana, nah nanti
masyarakat, perangkat desa, kader, bidan desa, dan tokoh kalau laharnya udah mau ke Kaliadem, kita dikasih
masyarakat. Responden mengatakan: tahu pakai HT, nanti kita evakuasi lagi warganya ke de-
“...kalau yang bencana cenderung langsung, ketika sa oangukrejo yang lebih ke bawah, pokoknya gitu
ada program kita arahkan kesana, untuk jika ada mbak, kalau ada pemberitahuan lagi kita turun ke
informasi-informasi kita menyampaikan melalui bawah lagi...”(R6, dikutip dari cerita R6)
perangkat-perangkat yang ada disana, ada RT, ada RW, Jalan evakuasi telah diperbaiki pada masa
ada Dukuh, semuanya dilibatkan.”(R2, 97-102) praevakuasi.
Sosialisasi program kesiapsiagaan masyarakat dalam “...kalau barak tiap ada bencana langsung
menghadapi bencana gunung merapi dalam desa siaga terkoordinir dimana pusat bencana...”(R3, 227-229)
sudah dilakukan berbagai upaya sosialisasi, antara lain Dalam pelaksanaan program kesiapsiagaan
dengan diadakan pertemuan di tingkat desa yang masyarakat menghadapi bencana Gunung Merapi
mengundang seluruh komponen masyarakat yang akan membutuhkan masukan dan saran agar nantinya dapat
kembali ditindaklanjuti dengan melakukan sosialisasi di berjalan lebih baik. Beberapa saran yang diberikan
tingkat dusun oleh kader dan bidan desa. Sarana responden antara lain dukungan bidan desa siaga perlu
komunikasi yang digunakan di Desa Umbulharjo untuk meningkatkan koordinasi serta bidan desa yang perlu di-
45
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 1, Agustus 2011
46
Permanasari & Sunarto, Kesiapsiagaan Masyarakat Menghadapi Bencana Gunung Merapi
latihan gabungan; dan (6) kerja sama lintas sektor.11 Pernyataan tersebut sama dengan fase kesiapsiagaan,
Koordinasi yang dilakukan di Desa Umbulharjo su- masyarakat dan aparat pemerintah disiapkan untuk sia-
dah cukup baik karena dalam pelaksanaan kegiatan ga apabila sewaktu-waktu terjadi bencana.12 Semua res-
kesiapsiagaan masyarakat menghadapi bencana Gunung ponden menyambut baik program kesiapsiagaan
Merapi ini bekerja sama dengan semua elemen yang ada masyarakat menghadapi bencana Gunung Merapi dalam
seperti bidan desa, kader, perangkat desa, dan tokoh desa siaga karena masyarakat dapat mengetahui penan-
masyarakat. Pernyataan tersebut sesuai dengan konsep ganan atau menanggulangi bencana, mengetahui cara
Kementerian Kesehatan RI yaitu sasaran dalam pertolongan pertama, dan meningkatkan kualitas kese-
pelaksanaan kesiapsiaagaan menghadapi bencana hatan mereka.
Gunung Merapi dalam desa siaga adalah semua individu
dan keluarga, pihak-pihak yang mempunyai pengaruh, Kesimpulan
seperti tokoh masyarakat dan pihak-pihak yang Pengetahuan tentang desa siaga belum terlalu baik
diharapkan memberikan dukungan kebijakan, peraturan, karena masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui
dana, tenaga, dan saran.8 desa siaga. Namun mereka mengikuti program-program
Sosialisasi program kesiapsiagaan masyarakat desa siaga yang diberikan oleh puskesmas, posyandu,
menghadapi bencana Gunung Merapi dalam desa siaga bidan desa, dan kader. Pengetahuan tentang kesiap-
sudah baik, terlihat dari sudah dilakukan berbagai upaya siagaan dalam menghadapi bencana Gunung Merapi su-
sosialisasi antara lain dengan diadakan pertemuan di dah baik. Dukungan pelaksanaan desa siaga belum ter-
tingkat desa yang mengundang seluruh komponen lalu baik. Pembiayaan sudah mencukupi namun belum
masyarakat yang akan kembali ditindaklanjuti dengan terkoordinasi dengan baik. Dukungan dalam pelaksanaan
melakukan sosialisasi di tingkat dusun oleh kader dan kesiapsiagaan menghadapi bencana khususnya Gunung
bidan desa. Sarana komunikasi yang digunakan di Desa Merapi sudah baik. Dilihat dari pembiayaan yang sudah
Umbulharjo untuk komunikasi pada saat bencana ada mencukupi, pelatihan-pelatihan sudah baik dan menda-
beberapa, misalnya dengan menggunakan HT, mega- pat dukungan dari semua stakeholder, pemerintah,
phone atau alat yang paling sederhana seperti kentungan. relawan, dan masyarakat. Masyarakat menyambut baik
Pemerintah Kabupaten Sleman pada tahun 2008 adanya kesiapsiagaan desa siaga dalam menghadapi ben-
menyatakan bahwa alat komunikasi selama penanganan cana, khususnya bencana Gunung Merapi. Masyarakat
bencana sebagian besar bergantung pada pesawat HT dapat mengetahui penanganan atau menanggulangi ben-
dengan menggunakan gelombang radio VHF.3 cana, mengetahui cara pertolongan pertama, dan
Pemberitahuan melalui megaphone atau kentungan meningkatkan kualitas kesehatan mereka.
merupakan simbol bagi masyarakat agar mereka siap sia-
ga. Sebelum memberitahu masyarakat, dilakukan Saran
pengamatan terlebih dahulu jika ada awan panas atau Perlu adanya penyuluhan secara langsung kepada
lahar dingin. Pengamatan atau pemantauan tersebut masyarakat tentang desa siaga oleh pemerintah, bidan
menggunakan alat pengamatan EWS. EWS ini desa, dan kader-kader. Perlu ada koordinasi keuangan
digunakan untuk memonitor gejala alam yang menuju dengan baik agar pendanaan dapat terinci. Perlu ada
kondisi kebencanaan dengan sistem kontrol yang penambahan bidan desa agar pelaksanaan kegiatan
mengolah data pantauan dan memutuskan tingkat program desa siaga berjalan dengan lancar.
bahaya.4
Jalan evakuasi adalah prasarana pengungsian yang Daftar Pustaka
sangat penting untuk kelancaran proses evakuasi bagi 1. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
masyarakat yang terancam erupsi Merapi. Kondisi jalan Undang-undang republik indonesia nomor 24 tahun 2007 tentang
evakuasi telah diperbaiki pada masa praevakuasi.3 Barak penanggulangan bencana. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi
pengungsian dibangun untuk menampung penduduk di Manusia Republik Indonesia; 2007 [diakses tanggal 19 Maret 2010].
kawasan rawan bencana yang mengungsi secara mandiri Diunduh dari: http://www.indonesia.go.id.
dan yang diungsikan.3 2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman puskesmas
Beberapa saran dari responden antara lain perlu dalam penanggulangan bencana. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina
peningkatan dukungan bidan desa. Koordinasi dengan Kesehatan Masyarakat; 2006.
bidan desa perlu ditingkatkan agar pelaksanaan pro- 3. Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Kesiapsiagaan bencana. Sleman:
gram desa siaga dapat berjalan dengan baik. Tanggapan Bidang Pekerjaan Bawah Air Dinas Perkumpulan Petani Pemakai Air;
responden tentang pelaksanaan kesiapsiagaan 2008.
masyarakat menghadapi bencana Gunung Merapi su- 4. Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Manajemen Bencana. Sleman:
dah cukup baik karena masyarakat cepat tanggap dan Bidang Pekerjaan Bawah Air Dinas Perkumpulan Petani Pemakai Air;
siap siaga jika terjadi bencana Gunung Merapi. 2008.
47
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 1, Agustus 2011
5. Haifani A. Manajemen risiko bencana gempa bumi (studi kasus gempa kader kesehatan dan tokoh masyarakat dalam pengembangan desa sia-
bumi Yogyakarta 27 mei 2006). Yogyakarta: Pusat Pengkajian Sistem ga. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2007.
dan Teknologi Keselamatan, Instalasi, dan Bahan Nuklir; 2008. 9. Sugiyono. Memahami penelitian kualitatif. Bandung: Alfabeta; 2008.
6. Anonim. Sejarah geologis gunung merapi. 2006 [diakses tanggal 13 10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman pengemban-
Maret 2010]. Diunduh dari: http://elcom.umy.ac.id/content/view/ gan desa siaga. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
92/43. 2006.
7. Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Buku I: 11. Zuhriyatin Y. Peran perawat puskesmas pada tahap kesiapsiagaan
petunjuk teknis desa siaga Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. bencana di Kabupaten Sleman Yogyakarta [skripsi]. Yogyakarta:
Yogyakarta: Dinas Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada; 2009.
2008. 12. Medical Emergency Rescue Committee. Basic on emergency. Jakarta:
8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Buku paket pelatihan MER-C Training Center; 2007.
48