d. Intracerebral Hematom
Pendarahan intracerebral adalah pendarahan yang terjadi pada
jaringan otak biasanya akibat robekan pembuluh darah yang
ada dalam jaringan otak. Indikasi dilakukan operasi adanya
daerah hiperdens, diameter > 3cm, perifer, adanya pergeseran
garis tengah.
1. Patofisiologi
Cedera kepala dapat terjadi karena kecelakaan, jatuh karena membawa
sepeda motor , kecelekaan saat olahraga misalnya anak yang
ketergantungan, ataupun cedera karena kekerasan. Cedera kepala itu
sendiri dapat disebabkan karena benda tajam ataupun tumpul, dimana
trauma dengan benda tajam menyebabkan trauma setempat dan
menimbulkan cedera lokal seperti kontosio serebri, kerusakan otak
sekunder yang disebabkan karena perluasan masa lesi serta pergeseran
masa otak atau hernia. trauma oleh benda tumpul menyebabkan cedera
menyeluruh( difusi). Kerusakan menyebar secara luas dan terjadi dalam
30
2. WOC :
Cedera Kepala
Tulang kranial
Ekstra kranial Intra kranial
Resiko
CK terbuka Infeksi Terputusnya kontinuitas
jaringan tulang Jaringan otak rusak
(kontosio laserasi)
Sekresi prostaglandin,histamine,
Ringan Berat brandikinin,leukotrien, Perubahan autoregulasi
Ketidakefektifan
Peningkatan TIK
perfusi jaringan
serebral
Herniasi unkus
Medulla oblongata
Nafas cepat dan Pola Nafas tidak
tertekan dangkal efektif
3. Pemeriksaan penunjang
a. CT scan (dengan atau tanpa kontras) mengidentifikasi luasnya lesi,
pendarahan, determinan, ventricular, dan perubahan jaringan otak.
b. Serial EEG dapat melihat perkembangan gelombang yang patologis.
c. Kadar elektrolit untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai
akibat peningkatan tekanan intracranial.
d. PET dapat mendeteksi perubahan aktivitas metabolisme otak.
e. BAER untuk mengoreksi batas fusngi korteks dan otak kecil.
f. Sinar X mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis (pendarahan atau edema), fragmen tulang. (Amid
Huda,2014)
4. Penatalaksanaan Medis
a. Observasi 24 jam
b. Jika pasien masih muntah sementara dipuasakan terebih dahulu.
Makanan atau cairan, pada trauma ringan bila muntah-muntah, hanya
cairan infus dextrosa 5% . Amnifusin, Aminofel (18 jam pertama dari
terjadinya kecelakaan ), 2-3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
c. Berikan terapi intravena bila ada indikasi.
d. Pada anak diistirahatkan atau tirah baring.
e. Terapi obat-obatan:
Dexametasone atau kalmetahosen sebagai pengobatan anti
edema serebral, dosis sesuai dengan berat ringannya trauma.
Terapi hiperventilasi (trauma kepala berat), untuk mengurangi
vasodilatasi.
Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol
20% atau glukosa 40% atau gliserol 10%
Antibiotika yang mengandung barrier darah otak (penisilin)
atau infeksi anaerob diberikan metronindasol.
33
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat di timbulkan dari cedera kepala:
a. Epilepsi pasca trauma
Epilepsi pasca trauma adalah suatu kelainan kejang yang terjadi
beberapa waktu setelah otak mengalami cedera akibat benturan kepala.
b. Afasia
Afasia adalah hialngnya kemampuan untuk menggunakan bahasa
karena terjadinya cedera pada area bahasa di otak.
c. Apraksia
Apraksia adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang
memerlukan ingatan atau serangkaian gerakan.
d. Agnosia
Agnosia adalah suatu kelaian penderita dapat melihat dan merasakan
sebuah benda tetapi tidak dapat emnghubungkannya dengan peran atau
fungsi normal dari benda tersebut.
e. Amnesia
Amnesia adalah hilang hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan
untuk mengingat peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang
sudah lama terjadi.
34
CEDERA KEPALA
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway : Kepatenan jalan napas, apakah ada sekret, hambatan jalan
napas.
2) Breathing : Pola napas, frekuensi pernapasan, kedalaman pernapasan,
irama pernapasan, tarikan dinding dada, penggunaan otot bantu
pernapasan, pernapasan cuping hidung.
3) Circulation : Frekuensi nadi, tekanan darah, adanya perdarahan,
kapiler refill.
4) Disability : Tingkat kesadaran, GCS, adanya nyeri.
5) Exposure : Suhu, lokasi luka.
b. Pengkajian Sekunder
1) Data pasien : nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat
rumah,tanggal masuk rumah sakit.
2) Data penanggung jawab: , umur, jenis kelamin, pekerjaan, alamat
rumah dan hubungan dengan pasien.
3) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pengkajian “SAMPLE” :
S(sign and Symptomps) : tanda dan gejala yang diobservasi
dan dirasakan klien
A(allergies) : alergi yang dipunyai klien
M (medications) : obat yang diminum oleh klien untuk
mengatasi masalah.
P ( Past illness) : riwayat penyakit yang di derita klien
35
Tingkat kesadaran :
1) Compos mentis (sadar penuh) nailainya : 15-14
2) Apatis (acuh tak acuh) nilainya : 12-13
36
2) B2 (Blood)
Pengkajian pada sistem kardiovaskuler didapatkan renjatan
(syok) hipovolemik yang sering terjadi pada klien cedera kepala
sedang dan berat.Hasil pemeriksaan kardiovaskuler klien cedera
kepala pada beberapa keadaan dapat ditemukan tekanan darah
normal atau berubah, nadi bradikardi, takikardia dan aritmia.
Frekuensi nadi cepat dan lemah berhubungan dengan
homeostatis tubuh dalam upaya menyeimbangkan kebutuhan
oksigen perifer. Nadi bradikardia merupakan tanda dari
perubahan perfusi jaringan otak. Kulit kelihatan pucat
menandakan adanya penurunan kadar hemaglobin dalam darah.
Hipotensi menandakan adanya perubahan perfusi jaringan dan
tanda -tanda awal dari suatu syok. Pada beberapa keadaan lain
akibat dari trauma kepala akan merangsang pelepasan
antidiuretik hormon (ADH) yang berdampak pada kompensasi
tubuh untuk mengeluarkan retensi atau pengeluaran garam dan
air oleh tubulus. Mekanisme ini akan meningkatkan konsentrasi
elektolit meningkat sehingga memberikan resiko terjadinya
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit pada sistem
kardiovaskuler.
3) B3(Brain)
Cedera kepala menyebabkan berbagai defisit neurologis
terutama disebabkan pengaruh peningkatan tekanan intrakranial
akibat adanya perdarahan baik bersifat intraserebral hematoma,
subdural hematoma dan epidural hematoma. Pengkajian
B3 (Brain) merupakan pemeriksaan fokus dan lebih lengkap
dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
Tingkat kesadaran : Tingkat kesadaran klien dan respon
terhadap lingkungan adalah indikator paling sensitif untuk
menilai disfungsi sistem persarafan. Pada keadaan lanjut
38
.Sistem motorik
Inspeksi umum : Didapatkan hemiplegia (paralisis
pada salah satu sisi) karena lesi pada sisi otak yang
berlawanan. Hemiparesis (kelemahan salah satu sisi tubuh)
adalah tanda yang lain. Tonus otot : Didapatkan menurun
sampai hilang.Kekuatan otot : Pada penilaian dengan
menggunakan grade kekuatan otot didapatkan grade O.
Keseimbangan dan koordinasi : Didapatkan mengalami
gangguan karena hemiparase dan hemiplegia.
Pemeriksaan reflek
Pemeriksaan reflek dalam : Pengetukan pAda tendon,
ligamentum atau periosteum derajat refleks pada
respon normal.
Pemeriksaan refleks patologis : Pada fase akut refleks
fisiologis sisi yag lumpuh akan menghilang. Setelah
41
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipoksia
jaringan otak
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kerusakan neurovaskular
(cedera pada pusat pernapasan di otak)
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis .
d. Resikoa infeksi berhubungan dengan
3. Rencana Keperawatan
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan hipoksia
jaringan otak
No NOC NIC
1 Tujuan/ Kriteria hasil: 1) Promosi perfusi
Menunjukkan Status sirkulasi : yang serebral :
dibuktikan oleh indikator berikut meningkatkan
(sebutkan 1-5: gangguan ekstrem, berat, keadekuatan perfusi dan
sedang, ringan, atau tidak ada gangguan) meminimalkan
: tekanan darah sistolik dan diastolic. komplikasi untuk pasien
Menunjukkan Status sirkulasi yang yang mengalami atau
dibuktikan oleh indikator berikut berisiko mengalami
(sebutkan 1-5: gangguan ekstrem,berat, ketidakadekuatan
sedang, ringan atau tidak ada gangguan): perfusi serebral.
bruit pembluh darah besar, hipotensi 2) Pemantauan Tekanan
ortostatik. Intrakranial :
Menunjukkan Kognisi yang dibuktikan mengukur dan
oleh indiaktor berikut (sebutkan 1-5: menginterpretasi data
ekstrem,berat,sedang, ringan atau tidak pasien untuk mengatur
ada gangguan ): tekanan intrakranial.
44
No NOC NIC
1 Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai 3) Pemantauan
dengan usia serta kemampuan. Neurologis :
Menunjukkan memori jangka panjang mengumpulan dan
dan saat ini. menganalisis data
Mengelola informasi. pasien untuk mencegah
Membuat keputusan yang tepat. atau meminimalkan
Hasil NOC: komplikasi neurologis.
Status sirkulasi : aliran darah yang 4) Manajemen sensasi
tidak obtruksi dan satu arah, pada Perifer : mencegah
tekanan yang tepat melalui pembuluh atau meminimalkan
darah besar sirkulasi sitemik dan cedera atau
pulmonal. ketidaknyamanan pada
Kognisi: kemampuan untuk menjalankan pasien yang mengalami
proses mental yang kompleks. perubahan sensasi.
Status Neurologis : kemampuan system
saraf perifer dan sisem saraf pusat uhtuk
emnerima, merespon dan berespons
terhadap stimulasi internal dan ekstrenal.
Status Neurologis : serebral:
keadekuatan aliran darah melewati
susunan pembuluh darah serebral.
No NOC NIC
2 buktikan oleh indikator gangguan menganalisis data
sebagai berikut (sebutkan 1-5: kardiovaskuler,
gangguan ekstrem,berat, sedang, pernapasan, dan suhu
ringan, tidak ada gangguan): tubuh pasien untuk
- kedalaman inspirasi dan kemudahan menentukan dan
bernapas mencegah komplikasi.
- ekspansi dada simetris 1) Pemantauan
- suara napas tambhan pernapasan :
- pendek napas mengumpulan dan
- penggunaan otot aksesorius menganalisis data
menunjukkan pola pernapasan efektif pasien untuk
yang dibuktikan oleh status pernapasan: memastikan kepatenan
status ventilasi dan pernapasan tidak jalan nafas dan
terganggu, menunjukkan kepatenan pertukaran gas yang
jalan napas , dan tidak ada adekua.
penyimpangan tanda-tanda vital. 2) Ventilasi mekanis :
Hasil NOC : menggunakan alat
Status resiprasi : Ventilasi: pergerakan buatan untuk membantu
udara ke dalam dan ke luar paru. pasien bernapas.
Status tanda tanda vital : tingkat sushu,
nadi, pernapasan, tekanan darah dalam
rentang normal.
No NOC NIC
3 (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, untuk mengurangi atau
kadang-kadang, sering atau selalu) menghilangkan nyeri.
Menunjukkan tingkat nyeri yang 2) Manajemen nyeri :
dibuktikan oleh indikator sebagai berikut meringankan atau
(sebutkan 1-5: sangat berat, berat, mengurangi nyeri
sedang, ringan atau ridak ada) sampai pada tingkat
- Ekspresi nyeri pada wajah kenyamanan yang dapat
- Gelisah atau ketegangan otot di terima pasien
- Durasi episode nyeri 3) Manajemen medikasi :
- Merintih dan menangis memfasilitasi
- Gelisah penggunaan obat rsep
Hasil NOC atau obat bebas secara
Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi aman dan efektif.
positif terhadap kemudhan fisik dan
psikologis.
Pengendalian nyeri : tindakan individu
untuk mengendalikan nyeri
Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang
dapat di amati atau di laporkan.
No NOC NIC
4 Risiko : Status imun : keparahan infeksi memfasilitasi proses
dan penyembuhan luka primer dan penyembuhan luka yang
sekunder ditutup dengan
Pasien akan melaporkan tanda dan gejala jahitan,klip atau staples.
infeksi serta mengikuti prosedur skrining 2) Pengendalian infeksi :
dan pemantauan. meminimalkan
Hasil NOC : penyebaran dan
Keparahan infeksi : tingkat keparahan penularan agens
infeksi dan gejala terkait. infeksius.
Penyembuhan Luka : Primer : tingkat 3) Perawatan Luka :
regenerasi sel dan jaringan setelah Mencegah terjadinya
penutupan luka secara sengaja. komplikasi pada luka dan
Penyembuhan Luka : sekunder : tingkat memfasilitasi proses
regenerasi sel dan jaringan pada luka penyembuhan luka.
terbuka
e. Implementasi
Dalam tahap ini akan dilaksanakan tindakan yang disesuaikan dengan rencana
keperawatan.
f. Evaluasi
Dalam proses keperawatan berdasarkan permasalahan yang muncul maka hal-
hal yang diharapkan pada evaluasi adalah sebagain berikut:
48