Anda di halaman 1dari 10

Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 39-48

https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667

Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Pasien Hemodialisa Dalam


Meningkatkan Kepatuhan Pembatasan Cairan

Ela Susilawati1*, Kamaluddin Latief1, Khomarudin1

1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banten, Serpong, Tangerang Selatan, Indonesia


*Corresponding Author: e.susilawati@yahoo.com

Abstrak

Peningkatan berat badan intradialitik akibat ketidakpatuhan asupan cairan pasien yang menjalani hemodialisa
berdampak pada terjadinya penumpukan cairan secara kronis dan berisiko terhadap gangguan pada kardiovaskuler
dan hipertensi, serta meningkatkan mortalitas dan morbiditas pada pasien dengan gagal ginjal kronik. Dukungan sosial
menjadi salah satu faktor yang mendukung kepatuhan pasien dalam menjalankan terapi. Penelitian ini menggunakan
rancangan mixed methods dengan desain sequential explanatory. Sampel kuantitatif dipilih menggunakan tehnik total
sampling sebanyak 76 orang dan jumlah sampel kualitatif diambil secara purposive sampling sebanyak 6 orang.
Pengumpulan data dilakukan dengan Chronic Kidney Disease Self-Efficacy Instrument dan Multidimentional Scale
Perceived Social Support, serta wawancara. Analisis data kuantitatif dengan analisis deskriptif dan korelasi pearson.
Analisis data kualitatif menggunakan teknik analisis model Miles dan Huberman. Hasil Uji korelasi Pearson, ada
hubungan antara efikasi dan dukungan sosial dengan kepatuhan pembatasan cairan (r=0.476 p= 0.001) dan (r=0.308
p= 0.007). Berdasarkan hasil wawancara mendalam didapatkan bahwa rasa haus menjadi penyebab ketidakpatuhan
menjalankan program pembatasan asupan cairan. Diharapkan rumah sakit memberikan ruang khusus kepada keluarga
pasien dan perawat memberi motivasi yang tinggi kepada pasien dalam menjalankan regimen terapinya.
Kata kunci: Efikasi diri, Dukungan sosial, Hemodialisa, Kepatuhan

Abstract

The increasing of intradialitic weight due to non-adherence to fluid intake of patients who undergoing hemodialysis is
resulting in chronic buildup of fluid and risks for cardiovascular disorders and hypertension, as well as increased
mortality and morbidity rate in patients with chronic renal failure. Social support is one of factors that support patient
compliance in the therapy. This research design was mixed methods with sequential explanatory. Quantitative sample
were selected by using total sampling technique of 76 patients, and the number of qualitative samples taken by using
purposive sampling technique of 6 patients. Data were collected with Chronic Kidney Disease Self-Efficacy Instrument
and Multidimentional Scale Perceived Social Support, as well as interviews. Quantitative data analized with pearson
correlation, but qualitative data analized by using Miles and Huberman model analysis techniques. Pearson correlation
showed that there was a relationship between efficacy and social support with fluid restriction compliance (r = 0.476 p
= 0.001) and (r = 0.308 p = 0.007). Based on the results of in-depth interviews found that the suffer from thirst cause
patients to be non-compliance of fluid intake program restriction. It is expected that the hospital provides a special
room to the patient's family, and the nurse gives high motivation to the patient while undergoing the therapy regimen.
Keywords: Self Efficacy, Social Support, Hemodialysis, Adherence

39
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 39-48
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667

Pendahuluan secara objektif dan subjektif (Clarke, 2014).


Penyakit Gagal Ginjal Kronik (GGK) atau Interdialytic weight gain merupakan pengukuran
chronic kidney disease adalah suatu proses objektif dengan melihat rata-rata berat badan
penurunan fungsi ginjal yang progresif dan kering pasien gagal ginjal kronik untuk
irreversibel sehingga tubuh gagal dalam mengetahui tingkat kepatuhan pasien gagal ginjal
mempertahankan proses metabolisme dan kronik terhadap pembatasan cairan (Tsay, 2003
keseimbangan cairan elektrolit sehingga dalam Sulistyaningsih, 2011) dan pengukuran
menyebabkan uremia (Smeltzer, 2008). Penyakit subjektif dilihat berdasarkan self report.
ginjal kronik merupakan penyakit yang terjadi Berdasarkan hasil studi pendahuluan di
saat kedua ginjal gagal dalam menjalankan rumah sakit di Jakarta yang dilakukan pada 9
fungsinya. Menurut Indonesian Renal Registry orang pasien hemodialisa didapatkan data sekitar
tahun 2011 melaporkan jumlah pasien hemodialis 33% pasien terjadi peningkatan Interdialytic
mencapai 4.977 dari 15.353 orang pada tahun weight gain rata–rata dan 33% pada katagori
2007. Kenaikan jumlah pasien tersebut diikuti bahaya. Rasa haus menjadi faktor penyebab tidak
dengan penambahan jumlah unit-unit hemodialisa patuhnya pasien ginjal kronik yang menjalani
di rumah sakit se-Indonesia (IRR, 2011). hemodialisa (Sulistyaningsih, 2011). Dalam studi
Penyakit ginjal kronis menurut hasil lain, penelitian dengan desain Retrospective
prevalensi di Indonesia pada tahun 2013 observasional dari 4.633 responden yang terdaftar
berdasarkan hasil diagnosis dokter terjadi dalam The Swedia Dialysis Database and Swedia
peningkatan, dimana peningkatan tertinggi terjadi Registry of Active treatment of Uremia tahun 2002
pada kelompok usia lebih dari 75 tahun sebesar - 2006, melaporkan sekitar 30% pasien tidak
0,6% dan pada usia 55-74 tahun 0,5%. Prevalensi patuh terhadap pembatasan asupan cairan.
pada laki-laki sebesar 0,3% lebih tinggi Ketidakpatuhan tersebut ditandai dengan
dibandingkan perempuan (0,2%). Prevalensi lebih banyaknya pasien yang mengalami kenaikan berat
tinggi terjadi pada masyarakat perdesaan sebesar badan interdialitik lebih dari 3,5% (Lindberg,
0,3% (Riskesdas, 2013). 2008).
Di Provinsi Banten penderita gagal ginjal Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan
berdasarkan diagnosis dokter yaitu sebesar 0,2 asupan cairan pada pasien gagal ginjal kronik
persen. Jadi dari 100 orang yang dilakukan dengan hemodialisa di RSUD Prof. Dr. Magrono
pemeriksaan diagnosis oleh dokter ditemukan 20 Soekardjo, menyebutkan berdasarkan hasil uji
orang yang menderita penyakit ginjal kronis. statistik bahwa ada hubungan antara pendidikan
Angka tersebut masih tergolong tinggi bila pasien, keterlibatan perawat, keterlibatan
dibandingkan dengan Provinsi DKI Jakarta yang keluarga, konsep diri, dan tingkat pengetahuan
hanya 0,1 persen (Riskesdas, 2013). pasien terhadap tingkat kepatuhan asupan cairan
Hemodialisa adalah tindakan terapi yang pasien gagal ginjal kronik (Kamaluddin, 2009).
paling banyak dipilih oleh pasien ginjal kronik. Masih tingginya angka ketidakpatuhan pasien
Proses terapi hemodialisa dilakukan minimal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
seminggu dua kali seumur hidup untuk membantu terhadap pembatasan asupan cairan memaksa
memperbaiki homeostasis tubuh penderita. perawat harus memperhatikan terkait faktor
Selama menjalani terapi hemodialisa, program psikologis dan sosial yang mempengaruhi
terapeutik tentang kepatuhan terhadap pembatasan kepatuhan pasien ginjal kronik salah satunya
asupan cairan untuk meningkatkan qualitas adalah efikasi diri. Efikasi diri merupakan
hidupnya juga harus dijalani oleh pasien. keyakinan akan kemampuan individu untuk dapat
Kepatuhan pasien tergambar dari seberapa jauh mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian
perilaku seseorang dalam melakukan pengobatan, tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai
mengikuti program diet, dan atau menjalankan suatu hasil yang diinginkan (Bandura, 1994).
perubahan pola hidup sesuai dengan yang Selain efikasi diri, dukungan sosial juga
disepakati atau rekomendasi dari petugas merupakan salah satu faktor yang dapat
kesehatan (WHO, 2003). mempengaruhi kepatuhan intake cairan pada
Pengukuran kepatuhan pada pasien gagal pasien gagal ginjal kronik. Menurut Sarafino
ginjal kronik yang menjalani hemodialisa yaitu (2006) dalam (Azahra, 2012) yang dimaksud

40
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 39-48
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | 2597-8667

dukungan sosial adalah bantuan yang diterima Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang. Metode
individu dari orang lain atau kelompok sampling pada penelitian kuantitatif menggunakan
disekitarnya yang membuat penerima merasa metode total sampling sebanyak 76 responden,
nyaman, diperhatikan, dicintai dan dihargai, yang dengan kriteria inklusi pasien yang berusia >18
dapat diperoleh dari teman, saudara, dan orang tua tahun, penderita penyakit gagal ginjal yang
serta orang-orang disekitar. merupakan pasien rawat jalan yang rutin
menjalani terapi hemodialisa 2 kali seminggu di
Hubungan antara dukungan sosial dengan unit hemodialisa Rumah Sakit Umum Tangerang,
kepatuhan pembatasan cairan pasien gagal ginjal sadar dan mampu berkomunikasi dengan baik,
kronik, yaitu semakin positif dukungan yang bisa baca dan tulis, bertempat tinggal bersama
diberikan akan meningkatkan kepatuhan keluarga atau kerabat karena berkaitan dengan
pembatasan cairan (Andriani, 2013). Pasien gagal tujuan untuk mengetahui dukungan sosial yang
ginjal akan lebih termotivasi untuk mengikuti diterima oleh subjek penelitian, dan bersedia
anjuran teraupetik jika mendapat dukungan sosial menjadi subjek penelitian.
yang positif dari orang sekitar (Cohen, 2007). Pemilihan sampel pada desain kualitatif
Pada penelitian ini kepatuhan hanya dilihat secara menggunakan purposive sampling sebanyak 6
kuantitatif saja sehingga tidak tampak secara responden dengan kriteria usia pasien 50-60
mendalam alasan yang menyebabkan tahun, tingkat pendidikan pasien berdasarkan
ketidakpatuhan pada pasien. tingkatan pendidikan dasar (SD, SMP),
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat pula pendidikan menengah (SMA), dan pendidikan
bahwa efikasi diri dan dukungan sosial tinggi (D3, S1), karakteristik demografi pasien
merupakan faktor-faktor penting yang dapat (desa dan kota), kriteria yang digunakan dalam
berperan terhadap kepatuhan intake cairan secara membedakan pasien kota/ desa yaitu berdasarkan
mendalam pada penderita gagal ginjal yang pekerjaan pasien. Salah satu ciri-ciri kota adalah
menjalani terapi hemodialisis. Oleh karena itu mata pencarian non-agraris, sehingga peneliti
peneliti tertarik untuk meneliti keterkaitan antara mengklasifikasikan berdasarkan pekerjaan yang
efikasi diri dan dukungan sosial terhadap tertera pada kartu tanda penduduk sebagai petani
kepatuhan pembatasan intake cairan pada pasien dan nelayan merupakan masyarakat desa, jaminan
gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di kesehatan (BPJS) dan umum/ non BPJS; kriteria
RSU Kabupaten Tangerang. yang digunakan dalam membedakan jaminan
kesehatan pasien dapat dilihat pada rekam medik/
Metode Penelitian status kesehatan pasien, lama menjalani
Penelitian ini dilaksanakan selama dua hemodialisa; diklasifikasikan kurang dari 6 bulan
minggu terhitung tanggal 27 Juli 2016 sampai dan lebih dari 6 bulan dan perbedaan selisih berat
dengan 6 Agustus 2016 di RSU Kabupaten badan antara awal pemeriksaan dan pemeriksaan
Tangerang. Pada proses penelitian, peneliti kedua ketika melakukan hemodialisa.
sebelumnya memberikan penjelasan kepada Instrumen pengukuran kepatuhan
pasien tentang maksud dan tujuan penelitian mengunakan IDWG (Intradialitic Weight Gain),
(informed consent). Selanjutnya pasien yang sedangkan efikasi diri menggunakan Chronic
bersedia menjadi responden penelitian mengisi Kidney Disease Self Efficacy yang dikembangkan
form dan menandatangani lembar persetujuan oleh Chiu Chu Lin, 2011 dan Multidimentional
menjadi responden penelitian. Pada penelitian ini, Perceived Social Support yang dikembangkan
peneliti melakukan pengambilan dengan oleh Gregory D. Zimet, 1998 untuk mengukur
kuesioner kepada sampel sejumlah 76 orang yang dukungan sosial. Pengumpulan data kualitatif
memenuhi kriteria. Kemudian peneliti melengkapi menggunkan teknik wawancara mendalam.
data hasil jawaban dari pertanyaan terbuka dari Analisis data kuantitatif menggunakan uji
kuesioner kepada 6 orang pasien hemodialisa parametrik yaitu uji pearson corelation test,
dengan wawancara langsung. sedangkan pada data kualitatif menggunakan
Metode penelitian menggunakan penelitian analisis Miles and Miles & Huberman yaitu
mixed methods dengan rancangan Sequential dengan menentukan tema-tema.
explanatori. Populasi penelitian ini seluruh pasien
gagal ginjal dengan hemodialisa di Unit

41
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 39-48
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667

Hasil Penelitian “….......kadang-kadang melanggar, ya


Berdasarkan hasil penelitian yang telah namanya haus gimana ya……karna haus ya
dilakukan terhadap 76 pasien hemodialisa di Unit kadang-kadang saya minum……….” (I.2)
Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang bulan “……..minum kali ya, banyak
Juli sampai dengan Agustus 2016, diperoleh data minum…….awalnya haus terus…….kayak ga
seperti yang tertuang pada tabel 1. bisa mikir takut kebanyakan kadang minum-
Pada tabel 1 menunjukkan karakteristik minum aja…..”(I.6)
pasien gagal ginjal di Unit Hemodialisa RSU “…….panas awalnya panas makanya minum
Kabupaten Tangerang yaitu pasien dengan jenis banyak,……iya haus……”(I.4)
kelamin laki-laki ada 41 (53.9%), pendidikan
pasien hemodialisis mayoritas yaitu
berpendidikan SMA berjumlah 30 (39.5%). Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik pasien
Pada tabel 2 menunjukan rata-rata umur hemodialisis (n= 76)
adalah 51.38 tahun (CI 95%; 48.58 – 54.25),
dengan SD 12.47 tahun. dengan rata-rata lama Karakteristik /
Jumlah Persentase
menjalani hemodialisis pasien gagal ginjal kronik Kategori
di unit Hemodialisa RSU Kabupaten Tangerang Jenis Kelamin
yaitu 3.18 tahun (CI 95%; 2.56-3.86). Laki-Laki 41 53.9
Pada tabel 3 terlihat bahwa rata-rata kenaikan 35 46.1
Perempuan
IDWG adalah 2.85 kg (CI 95%; 2.64 – 3.05),
dengan SD 0.94 kg. Kenaikan IDWG terendah Pendidikan 16 21.1
0.75 kg dan tertinggi 5.00 kg. SD
Sebagian informan mengatakan kenaikan SMP 13 17.1
berat badannya meningkat karena sulit mamatuhi SMA 30 39.5
program-program terapi yang direkomendasikan PT 17 22.4
ahli gizi dan petugas kesehatan seperti Total 76 100
pembatasan asupan cairan diakibatkan karena rasa
haus.

Tabel 2. Karakteristik responden berdasarkan umur pasien dan lama menjalani hemodialisis
(n=76)

Karakteristik Mean SD Min-Maks 95% CI


Umur Pasien (tahun) 51.38 12.47 19-77 48.58-54.25

Lama Menjalani hemodialisa (tahun) 3.18 2.87 0.17-13 2.56-3.86

Tabel 3. Rata-rata, standar deviasi, minimum dan maksimum kepatuhan pembatasan intake cairan
pasien hemodialisis berdasarkan kenaikan IDWG, efikasi diri dan dukungan sosial
(n=76)

Variabel Mean SD Min-Maks 95% CI


Kenaikan BB Interdialisis (Kg) 2.85 0.94 0.75-5.00 2.64-3.05
Efikasi diri Pasien 7.86 1.21 3.00-9.84 7.56-8.12

Dukungan Sosial 1.50 0.12 1.15-1.71 1.48-1.53

42
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 39-48
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | 2597-8667

Tabel 3 menunjukan rata-rata skor efikasi diri “……pola makan sih biasa sih normal aja
pasien adalah 7.86 (95%;7.56 – 8.12), dengan kalau menurut saya, makanya gak ada
hasil skor efikasi diri pasien sebagian besar yaitu artinya gak ada macem-macem lah…..” (I.2)
7.86 yang artinya pada kategori baik. Sedangkan “…..santan-santan ga makan…buah-buahan
pada hasil wawancara didapatkan bahwa sebagian nggak selain pepaya…kata dokter yang boleh
besar informan memiliki efikasi diri yang baik pepaya aja ya bapak nurut….” (I.4)
karena mereka bisa membatasi jumlah asupan “……nggak asin mah ga pernah….buahan
cairan yang telah direkomendasikan yaitu sekitar yang ga boleh pisang….yang boleh
600 ml/ hari. Selain itu, mereka dapat menerapkan pepaya…..nggak makan asin-asin takut
memanajemen rasa haus dengan menggerus es darah tinggi” (I.6)
batu, serta ada juga yang menggunakan gelas
kecil saat ingin minum, atau minumya hanya Pada tabel 3 menunjukan rata-rata skor
sedikit-sedikit. dukungan sosial yang diterima pasien adalah 1.50
(95%; 1.48 – 1.53). Berdasarkan hasil analisis
“………pertama minum dulu kita batasin, diperoleh bahwa skor dukungan sosial mayoritas
interuksi kan satu kali 24 jam itu kan 600 ml pasien 1,50 yang artinya dukungan sosial yang
itu saya jaga, kisaran satu botol aqua lah itu diterima pasien baik. Adapun, hasil wawancara
saya jaga..…..minum tetep saya semua informan mengatakan selalu memberi
jaga……..sehari semalam iya itu ga lebih dukungan kepada anggota keluarganya yang sakit
dari 600 ml….” (I.1) baik berupa motivasi, perhatian, dan semangat
“….yaaa paling sekitar 600…..600 ml…” (I.4) hidup.
“………iya itu ibu ngunyah batu es aja gtu, ga
minum sekali satu gelas gitu nggak……udah “……iyhh motivasi hidup, jadi jangan
tau soalnya kalau jadi batu es jadinya ngeluhlah karena ini cobaan……jadi kita
dikit…. biarpun setengah air kan jadinya ga harus optimis namanya umur mah kita ga
bakal setengah kalau jadi es batu……..” (I.5) tahu cuman kalau sehat mah tetep
“………iya itu peraturanya minum kan ga harus……” (I.1)
boleh banyak-banyak……iya dilakuin itu “……ohhh bagus terutama istri, anak-anak ya
minumya dikit-dikit aja… paling tiga gelas, kan……ya yang sabar ya…….kasih
kalau haus empat gelas, tapi gelasnya gelas support…..” (I.2)
kecil……” (I.3) “……..iyhh diantar nanti juga dijemput….iyh
dukung aja, jalanin aja, kayak ya nikmatin
Sebagian besar informan mengatakan mampu aja yang penting lancar….” (I.3)
untuk membatasi diri terhadap keinginan untuk “……iyh ngedukung semua….semua
mengkonsumsi makanan dan buah-buahan yang ngedukung harus cuci darah…..pernah kesini
tidak diperbolehkan oleh petugas kesehatan. kalau lagi prei kuliah……semangat anak
bapak nunggu bapak kalau lagi
“……kalau makanan itu kalau misalkan ga hemodialisa” (I.4)
boleh nggak, misalnya kayak pisang, “ ……ya ini sih mendukung aja udah diterima
belimbing, santan, semangka kan ga boleh, aja…..diterima aja itu udah kehendak Allah
pokoknya buah-buahan yang ngandung SWT……kalau dulu diantar..….kadang
air…..itu nggak nggak saya makan….” (I.5) pulang dijemput….ya ngedukung aja sih ya
“……cuman penyedap aja nggak mecin yang udah ma yang sabar aja….” (I.5)
nggak…..asin sih masih cuman dikurangi aja “……ya dianter gitu ikhlas aja……iyh
jumlahnya…..” (I.1) malahan dia suka ngingetin jangan dimakan
“……yang ga boleh kan banyak makan buah- yang dilarang…..semangat aja mereka
buahan seperti pisang…..pisang sama jeruk mahh…kadang dianter suami ….anak-
ya…..yang dimakan pepaya aja….nggak anak….” (I.6)
pernah makan yang asin-asin….santan-
santan juga jarang……” (I.3) Hasil wawancara Informan menyebutkan
bahwa teman-teman selalu memberikan dukungan

43
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 39-48
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667

selama sakit baik berupa motivasi, dan semangat menerangkan 22.5% variasi kepatuhan
hidup. pembatasan cairan pasien hemodialisis atau
persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk
“ …..temen juga ngasih motivasi….ngasih menjelaskan variabel kepatuhan pembatasan
saran…..” (I.1) cairan pasien. Hasil uji statistik didapatkan ada
“….Allhamdulillah ngedukung semua….iyh hubungan yang signifikan antara efikasi diri
motivasi, saran-saran aja….motivasi- dengan kepatuhan pembatasan intake cairan
motivasi aja….” (I.4) pasien hemodialisis (p value = 0.000).
“…….ngasih semangat aja gtu… saya disuruh Hubungan dukungan sosial dengan
semangat…” (I.6) kepatuhan pembatasan cairan pasien hemodialisis
menunjukan hubungan sedang (r = 0.328) dan
Berdasarkan wawancara peneliti terhadap berpola positif artinya semakin positif dukungan
responden poin penting terkait dukungan yang yang diterima pasien maka akan semakin tinggi
diberikan oleh perawat hemodialisa sangat positif, kepatuhan pasien dalam membatasi asupan cairan.
misalnya dengan memberikan motivasi, perhatian, Nilai koefisien dengan determinasi 0.107 artinya
dan sopan. persamaan garis regresi yang diperoleh dapat
menerangkan 10.7% variasi kepatuhan
“……bagus baik-baik……ngasih saran- pembatasan cairan pasien hemodialisis atau
saran cara merawat…… harus optimis persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk
….pola makan teratur, istirahat banyak…..” menjelaskan variable kepatuhan pembatasan
(I.1) cairan pasien. Hasil uji statistik didapatkan ada
“……ohh perawat sini bagus….dari pada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial
perawat RS X kasar-kasar……harus sabar dengan kepatuhan pembatasan intake cairan
ingat jangan minum banyak-banyak….baik- pasien hemodialisis (p value = 0.007).
baik disini baik-baik….” (I.2)
“……baik sih ramah-ramah ya…..ngak Pembahasan
cuek….jadi kalau kita perlu sesuatu langsung Berdasarkan hasil tersebut didapatkan sebagian
ditanggapi….” (I.3) besar kepatuhan pasien pada kategori baik yang
“……Allhamdulillah semua baik-baik……” ditandai dengan kenaikan berat badan waktu
(I.6) interdialisis pasien yaitu 2,85. Peneliti berasumsi
bahwa faktor yang pendidikan tinggi menjadi
Hubungan efikasi diri dengan kepatuhan salah satu penyebab kepatuhan terhadap
pembatasan cairan pasien hemodialisis pembatasan cairan. Selain itu faktor lamanya
menunjukan hubungan sedang (r = 0.476) dan menjalani hemodialisa pasien yang rata-rata
berpola positif artinya semakin baik efikasi diri tergolong lama juga dapat menjadi faktor
pasien maka akan semakin tinggi kepatuhan penyebab kepatuhan pasien gagal ginjal kronik,
pasien dalam membatasi asupan cairan. Nilai dimana semakin lama pasien menjalani
koefisien dengan determinasi 0.225 artinya hemodialisa maka akan semakin patuh.
persamaan garis regresi yang diperoleh dapat

Tabel 4. Analisis korelasi dan regresi efikasi diri dan dukungan sosial dengan kepatuhan
pembatasan intake cairan pasien hemodialisa (n=76)

Variabel R R2 Persamaan Garis P Value


Efikasi Diri dan Kepatuhan 0.476 0.225 IDWG = 5.75+ (-0.36) Efikasi diri 0.000
Dukungan Sosial dan Kepatuhan 0.328 0.107 IDWG = 6.52+ (-2.43) dukungan 0.007

44
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 39-48
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | 2597-8667

Pasien yang berjenis kelamin laki-laki dalam Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian
penelitian ini lebih banyak yang patuh dari pada Nadi (2014) yang menunjukkan ada hubungan
perempuan. Hal ini dijelaskan oleh penelitian antara dukungan sosial dan motivasi dengan
sebelumnya bahwa laki-laki cenderung memiliki kepatuhan pembatasan asupan cairan pada pasien
adaptasi terhadap panas yang baik dibandingkan penyakit ginjal kronik yang menjalani
dengan wanita, selain itu kebutuhan cairan laki- hemodialisa. Penelitian tersebut menunjukkan
laki yang lebih rendah dibandingkan perempuan tingkat signifikansi p=0,000 yang artinya terdapat
serta hal tersebut yang menjadi alasan jika pria hubungan antara kedua variabel. Hal ini dapat
akan lebih patuh dibandingkan wanita (Arnold, diartikan bahwa semakin tinggi dukungan sosial
2008). dan motivasi, semakin patuh pasien terhadap
Dari hasil wawancara penyebab beberapa pembatasan asupan cairan.
pasien tidak patuh yaitu sebagian besar karena Pasien dengan tingkat keyakinan yang baik,
rasa haus. Hasil tersebut sesuai dengan hasil studi akan berniat untuk membatasi intake cairan,
pendahuluan di salah satu rumah sakit di Jakarta sesuai dengan yang disarankan oleh petugas
yang melakukan terhadap 9 orang yang menjalani kesehatan. Salah satunya pembatasan intake
hemodialisa didapatkan 33% pasien mengalami cairan yang diperbolehkan adalah antara 500-600
peningakatan berat badan diantara waktu dialisis ml untuk 24 jam. Pembatasan intake cairan pada
pada kategori rata-rata dan 33% pasien pada pasien gagal ginjal kronik bertujuan untuk
kategori bahaya. Hal tersebut terjadi akibat pasien menghindari adanya retensi cairan berlebih dalam
belum mematuhi pembatasan cairan yang tubuh yang dapat berakibat pada peningkatan
diprogramkan, mereka sering melanggar jumlah resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif,
intake cairan yang sebenarnya dibatasi terutama hipertensi, dan efusi pleura, sehingga
karena rasa haus (Sulistyaningsih, 2011). menyebabkan pasien menjadi sesak napas
Rasa haus dapat diakibatkan karena adanya (Guyton & Hall, 2014).
penurunan volume cairan ekstra seluler melalui Selain itu, pasien harus mampu dan bisa
sistem renin, angiotensin, dan aldosteron. Sekresi membatasi jumlah asupan kalium dan natrium
renin meningkat karena hipovolemi yang karena mineral ini dapat menumpuk dalam tubuh
menyebabkan kenaikan angiotensin II yang sehingga menyebabkan hiperkalemia dan
beredar. Angiotensin II bekerja pada organ hipernatremia. Kadar kalium yang tinggi dalam
subforniks, yaitu daerah reseptor khusus dalam tubuh akan mengakibatkan irama jantung yang
diensefalon yang merangsang daerah neural yang tidak normal, bahkan dapat mengakibatkan
berhubungan dengan haus (Guyton & Hall, 2014). kematian. Tanda yang biasa muncul saat
Pada pasien gagal ginjal (GGK) dalam seseorang mengalami hiperkalemia biasanya
pembuluh darah beredar zat-zat sisa metabolisme adalah kelemahan otot, diare, dan kram abnormal.
tubuh, dimana yang seharusnya dibuang melalui Kadar natrium dalam tubuh melebihi batas normal
urin. Tetapi pasien GGK gagal membuang zat sisa yaitu 1 hingga 2,3 gram perhari akan berakibat
metabolism tersebut, sehingga hal tersebut terjadinya peningkatan jumlah cairan dalam
tentunya akan mempengaruhi viskositas plasma tubuh, dimana sifat dari natrium adalah dapat
yang dapat berakibat terjadinya peningkatan mengikat air sehingga hal tersebut akan berakibat
respon angiotensin II untuk memberi sinyal pada pada peningkatan tekanan darah (Smeltzer, 2008).
otak agar supaya meningkatkan asupan cairan Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh
melalui mekanisme rasa haus. bahwa skor dukungan sosial mayoritas pasien
Berdasarkan hasil skor efikasi diri responden adalah 1,50 yang artinya dukungan sosial yang
sebagian besar pada kategori baik. Hal ini karena diterima pasien adalah baik. Hal tersebut tentunya
salah satu faktor yaitu motivasi diri pasien yang tidak terlepas dari peran serta keluarga pasien
tinggi terhadap kesembuhan penyakit yang dalam perawatan yang selalu memberikan bantuan
diderita meskipun ada sebagian pasien yang sudah dan dukunganya. Dukungan sosial dapat
meyakini dan memahami jika penyakitnya tidak berpengaruh terhadap perubahan perilaku
akan bisa sembuh, tetapi pasien juga beranggapan kesehatan, mekanisme fisiologis, dan psikologis.
paling tidak penyakitnya tidak terjadi komplikasi Bentuk dukungan sosial yang dapat diberikan
lanjut. seperti bantuan emosional, usaha nyata, berbagi

45
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 39-48
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667

informasi atau memberikan nasihat (Thong, menunjukan hasil analisis ada hubungan positif
2007). Dukungan ini akan membuat individu yang antara efikasi diri dan pembatasan intake cairan
menerimanya merasa diperhatikan dan diterima, (r=0.56) p<0.001).
sehingga membawa kekuatan baru yang berguna Berdasarkan hasil penelitian diatas juga
untuk terus memotivasi pasien yang berdampak menyebutkan bahwa ada hubungan signifikan
pada kepatuhan program intake cairan. positif antara dukungan sosial dengan kepatuhan
Berdasarkan hasil analisis, efikasi diri pembatasan intake cairan pasien hemodialisis.
memiliki hubungan positif terhadap kepatuhan Peneliti berasumsi bahwa adanya dukungan sosial
membatasi intake cairan pada pasien gagal ginjal. yang baik sehingga akan memberikan perhatian
Hal tersebut sesuai dengan kondisi dilapangan yang lebih pada pasien selama sakit. Kemudian
yang menyebutkan bahwa pasien yang disiplin hal tersebut membuat sebagian besar pasien dapat
terhadap intake cairan memiliki keyakinan yang mematuhi terapi pembatasan cairan. Hal tersebut
kuat untuk bisa sembuh, walaupun mereka juga sesuai dengan penjelasan Hartanti (2002) dalam
mengerti bahwa penyakitnya saat ini tidak akan Azahra (2012) yang mengatakan bahwa dukungan
bisa sembuh. sosial dapat mencegah perasaan tertekan, yaitu
Selain itu juga berdasarkan hasil penelitian mencegah apa yang dipandang individu sebagai
diketahui bahwa lama menjalani hemodialisa stressor yang diterimanya.
pasien rata-rata 3,19 tahun. Hal tersebut yang Selain itu juga pasien yang mendapat
membuat pasien sudah menerima kondisi penyakit dukungan sosial yang positif dari orang sekitar
saat ini. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan dapat menghindarkan pasien dari stress dan
Novitasari yang menjelaskan ada 63,3% depresi. Stress dan depresi dapat membuat pasien
responden yang tergolong lama menjalani sulit mematuhi semua program terapi yang
hemodialysis (>24 bulan) tergolong pada fase diberikan. Stres yang tinggi dan berlangsung
acceptance atau penerimaan. Semakin lama dalam jangka waktu yang panjang atau lama dapat
pasien hemodialisis beradaptasi, maka semakin memperburuk kondisi kesehatan. Tetapi dengan
baik mekanisme koping karena pasien telah adanya dukungan sosial yang diterima oleh
mendapatkan pendidikan (Novitasari, 2015). individu yang sedang mengalami atau
Selain itu tingkat pendidikan sering menghadapi stres bahkan depresi akan dapat
dihubungkan dengan pengetahuan. Seseorang mempertahankan daya tahan tubuh dan
yang berpendidikan tinggi diasumsikan lebih meningkatkan kesehatan individu tersebut
mudah menyerap informasi, sehingga pemberian (Azahra, 2012).
asuhan keperawatan dapat disesuaikan dengan Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
tingkat pendidikan yang mencerminkan tingkat penelitian yang dilakukan oleh Ahrari (2014) pada
kemampuan pemahaman dan kemampuan 237 responden hemodialisa di Iran yang
menyerap edukasi self-care (Istanti, 2011). Hasil menjelaskan ada hubungan negatif antara
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian dukungan sosial terhadap ketidakpatuhan diet (r=
sebelumnya yang menyatakan bahwa efikasi diri -0,654, p= <0,001) dan ketidakpatuhan
memberikan kontribusi signifikan pada kepatuhan pembatasan cairan (r= -0,672, p= <0.001) pada
pasien dalam menjalani pengobatan, selain itu pasien gagal ginjal kronik. Artinya semakin
efikasi diri memiliki hubungan positif dengan rendah dukungan sosial maka tingkat
kepatuhan. Hal ini berarti efikasi diri dapat ketidakpauhan terhadap diet dan pembatasan
digunakan sebagai prediktor kepatuhan pasien cairan pasien akan semakin tinggi. Penelitian lain
dalam menjalani pengobatan (Pertiwi, 2015). yang menunjang pada 51 responden yang diambil
Penelitian Mahmoud (2015) dengan sampel menjelaskan berdasarkan uji analisis bahwa ada
berjumlah 120 pasien juga menunjukan adanya hubungan antara dukungan sosial (p= 0,046)
hubungan positif antara health locus of control dengan kepatuhan pembatasan cairan pasien gagal
dan efikasi diri (r=0,315; p=0,000), dan adanya ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di
hubungan positif antara efikasi diri dan RSUD Kota Semarang (Andriani, 2013).
kemampuan perawatan diri pasien gagal ginjal
kronik (r=0,146; P=0.000). Hasil penelitian ini Simpulan
juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dukungan sosial pada pasien hemodialisa
Jhon (2012) pada 100 orang pasien hemodialisa dapat berasal dari orang sekitar seperti keluarga

46
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 39-48
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | 2597-8667

dan teman. Efikasi yang kuat membuat penderita Hastono, S. P. (2007). Analisis Data Kesehatan.
gagal ginjal yang hemodialisa patuh terhadap Depok: FKM UI.
serangkain pengobatan dan terapi yang IRR, I. R. (2011). 4th Report of Indonesian Renal
dijalankan. Diharapakan perawat dapat terus Registry 2011. Jakarta: Persatuan Nefrologi
memberikan motivasi dalam meningkatkan efikasi Indonesia (PERNEFRI).
diri pasien dalam membatasi asupan intake cairan. Istanti, Y. P. (2011). Faktor-Faktor Yang
Berkontribusi Terhadap Interdialytic Weight
Referensi Gain Pasien Ginjal Kronik Yang Menjalani
Ahrari, S., Moshki, M., & Bahrami, M. (2014). Hemodialisa. Mutiara Medika. Mei 2011.
The Relationship Between Social Support Vol. 11 No.2: , 118-130.
and Adherence of Dietary and Fluid John, A. P. (2012). The Relationship between
Restrictions Among Hemodialysis Patients In Self-efficacy and Fluid, and Dietary
Iran. . Journal of Caring Science. , 3(1): 11- Compliance in Hemodialysis Patients
19. Diunduh 11 Maret 2016. Nefrology Journal
Andriani, Deni Arif. (2013). Hubungan Dukungan University of Nevada, Las Vegas .
Sosial Terhadap Kepatuhan Pembatasan Lindberg. (2008). Non-adherence to Fluid
Cairan Pasien Ginjal Kronik Yang Menjalani Restrictions: Prevalence and The of Self-
Hemodialisa Di RSUD Kota Semarang : Efficacy Among Haemodialysis Patients.
diunduh tanggal 12 Maret 2016. Nursing Doctoral Thesis Department of Public Health
journal . and Caring Sciences, Uppsala University.
Arnold, T. L. (2008). Predicting Fluid Adherence Diunduh tanggal 10 Maret 2016.
in Hemodialysis Patients Via The Illness Mahmoud, S. N. (2015). Association between
Perception Questionere-Revided. Health Locus of Control, Self-care and Self-
Dissertation Georgia State University . efficacy in Patients with End Stage Renal
Azahra, M. (2012). Peran Konsep Diri dan Disease Undergoing Hemodialysis. Life
Dukungan Sosial Terhadap Tingkat Depresi Science Journal , 2(11).
Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisa. Miles, M. B., & Huberman., M. (2009). Analisis
Diakses pada 28 Januari 2016. Data Kualitatif. hal 389-456. Jakarta: UI
Bandura, A. (1994). Self - efficacy. In V. S. Press.
Ramachaudran (Ed.), Encyclopedia of Nadi, H. I. (2014). Hubungan Dukungan Sosial
human behavior (Vol. 4, pp. 71 - 81). New dan Motivasi Dengan Kepatuhan Pembatasan
York: Academic Press. (Reprinted in H. Cairan Pasien Ginjal Kronik Yang Menjalani
Friedman [Ed.], Encyclopedia of mental Hemodialisa Di RSUD Dr.M.M. Dunda
health. . San Diego; New York: Academic Limboto Kabupaten Gorontalo. Diunduh
Press 1998. tanggal 12 Maret 2016.
Bandura, Albert. (1994). Teori efikasi. diri Novitasari, D. (2015). Hubungan Lama Menjalani
diperoleh melalui Hemodialisa Terhadap Tingkat Kepatuhan
http://www.des.emory.edu/mfp/BanEncy.html Pembatasan Asupan Cairan Pada Pasien
pada tanggal 12 November 2015. Gagal Ginjal Kronik Menjalani Hemodialisa
Clarke, S. F. (2014). Nonadherence in Dialysis Di RS PKU Muhammadiyah Unit 1
Patients: Prevalence, Measurement, Yugyakarta.
Outcome, and Psychological Determinants. Nurchayati, S. (2010). Analisis Faktor-faktor
In Seminars in dialysis Vol. 27, No. 1 , pp. Yang Berhubungan Dengan Kualitas Hidup
42-49. Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang
Cohen, S. D. (2007). Social Support and Chronic Menjalani Hemodialisa Di RSI Fatimah
Kidney Disease: An Update. . Advance in Cilacap dan RSUD Banyumas. diunduh
Chronic Kidney Disease. Vol. 14 No. 4 (Okt) tangga. Thesis from Faculty of Nursing
2007 , pp 335-344. Indonesian University .
Guyton, A. C., & Hall., J. E. (2014). Fisiologi Pertiwi, I. (2015). Hubungan Dukungan Pasangan
Kedokteran Edisi 12 . Singapore: Elsevier. dan Efikasi Diri Dengan Kepatuhan
Menjalani Pengobatan Pada penderita DM

47
Faletehan Health Journal, 5 (1) (2018) 39-48
https://journal.lppm-stikesfa.ac.id
ISSN 2088-673X | e-ISSN 2597-8667

Tipe II di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sulistyaningsih, D. R. (2011). Efektifitas Training


Diakses 10 Maret 2016. Efikasi Diri Pada Pasien Penyakit Ginjal
Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan Dasar Kronik Dalam Meningkatkan Kepatuhan
Litbangkes Kementerian Kesehatan RI Terhadap Intake Cairan. Diunduh 28 Januari
Jakarta Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI. 2016. Nursing Journal Indonesia University .
Riyanto, W. (2011). Hubungan Antara Thong, Melissa S.Y, K., & Adrian. (2007). Social
Penambahan Berat Badan Di Antara Dua Support Predicts Survaival In Dyalisis
Waktu Hemodialisis Terhadap Kualitas Patients. Nephrol Dial Transplant, 22: 845-
Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang 850.
Menjalani Hemodialisa Di Unit Hemodialisa WHO, W. H. (2003). Adherence to long-term
IP2K RSUP Fatmawati Jakarta. Thesis from therapies: evidence for action. WHO
Faculty of Nursing Indonesia . International.
Smeltzer, S. C. (2008). Keperawatan Medikal Zimet, G. D., Dahlem, N. W., Zimet, S. G., &
Bedah Edisi 8 Vol.2. . Jakarta: EGC. Farley, G. K. (1988). The multidimensional
scale of perceived social support. Journal of
personality assessment, 52(1), , 30-41

48

Anda mungkin juga menyukai