Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP

PASIEN HEMODIALISA DENGAN MENGGUNAKAN METODE STUDY


LITERATUR REVIEW
Titusman Hulu¹, Nanang Prasetyo Budi², Rina Puspita Sari3
¹ Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan, STIKes YATSI Tangerang
² Dosen Keperawatan STIKes YATSI Tangerang
3
Dosen Keperawatan STIKes YATSI Tangerang
Jl. Aria Santika No.40A Bugel, Margasari, Karawaci Kota Tangerang
*E-mail korespondesi : titusmanhulu101298@gmail.com

ABSTRAK

Latar Belakang : Hemodialisa adalah salah satu terapi pada pasien gagal ginjal kronik (GGK), proses ini
berlangsung secara berkelanjutan yang sangat erat hubungannya dengan kualitas hidup. Kualitas hidup
sangat di pengaruhui oleh dukungan keluarga. Salah satu bentuk dukungan keluarga adalah dukungan
emosional yang meliputi bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, pendampingan saat terapi
berlangsung. Dengan dukungan tersebut berpengaruh kepada kepatuhan pasien terhadap program terapi
dan program pengobatan medis sehingga akan meningkatkan kualitas hidup pasien. Tujuan : Untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien hemodialisa. Berdasarkan jurnal
yang sudah dianalisis oleh peneliti dengan menggunakan desain penelitian literature review atau tinjauan
pustaka studi literature review Metode : Penelusuran artikel penelitian ini melalui empat database yaitu
Google Scholar, ProQuest, EBSCO, dan PubMed dengan menggunakan kata kunci dan kriteria inklusi yaitu
jurnal sebanyak 21 dan artikel menggunakan bahasa indonesia dan bahasa inggris, jenis artikel publikasi
artikel full-text, original artikel penelitian, artikel yang sudah ISSN dan DOI, tema artikel hubungan
dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien hemodialisa, dalam jangka waktu 2016-2021 dan mengy
dengan metode literature review. Hasil: Hasil dari penelitian ini terdapat hubungan yang signifikan antara
dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien hemodialisa degan nilai p-value=0,001 <a=0.05 dengan
arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi rendah Kesimpulan : Semakin tinggi dukungan dari
keluarga maka akan semakin meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa.

Kata Kunci : Dukungan Keluarga, Kualitas hidup, Hemodialisa

ABSTRACT

Background : Hemodialysis is one of the therapies for Chronic Kidney Failure (CKD) patients. This process takes place
on an ongoing basis which is closely related to the quality of life. Quality of life is strongly influenced by family
support. One form of family support is emotional support which includes forms of affection, trust, attention, assistance
during therapy. With this support, it affects patient compliance with therapy programs and medical treatment
programs so that it will improve the patient's quality of life. Objective: To determine the relationship between family
support and quality of life of hemodialysis patients. Based on journals that have been analyzed by researchers using a
literature review research design or literature review study literature review Methods: search for this research article
through four databases, namely Google Scholar, ProQuest, EBSCO, and PubMed using keywords and inclusion
criteria, namely 21 journal using Indonesian and English, the type of article publication is full-text articles, original
research articles, articles that have ISSN and DOI, the theme of the article is the relationship of family support with the
quality of life of hemodialysis patients, in the 2016-2021 period with the literature review method. Results: The results
of this study showed a significant relationship between family support and quality of life of hemodialysis patients with
p-value=0,001 <a=0.05 with a positive correlation direction with low correlation strength. Conclusion: The higher the
support from the family, the better the quality of life for chronic kidney failure patients undergoing hemodialysis.
Keywords: Family Support, Quality of life, Hemodialysis

PENDAHULUAN

1
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan penyakit yang sangat berbahaya karena penyakit ini
berlangsung lama dan mematikan. GGK menjadi masalah Kesehatan dunia karena sulit
disembuhkan dengan peningkatan angka kejadian, prevalensi serta tingkat morbiditasnya yang
tinggi. Penyakit GGK tersebut terdapat kelainan struktur atau fungsi ginjal yang terjadi dalam
waktu 3 bulan atau lebih. Manifestasinya dengan kerusakan laju filtrasi glomerulus baik karena
kelainan patologis atau karena abnormalitas ginjal. (Masi & Kundre, 2018).
Menurut Word Health Organization (WHO), penyakit GGK adalah penyebab kematian dengan
angka sebesar 850.000 jiwa per tahun. Angka tersebut menunjukan bahwa penyakit gagal ginjal
kronis menduduki peringkat ke-12 tertinggi sebagai penyebab kematian. Menurut ESRD patients
(End- Stage Renal Disease) pada tahun 2011 sebanyak 2.786.000 orang, tahun 2012 sebanyak
3.018.860 orang dan tahun 2013 sebanyak 3.200.000 orang. Dari data tersebut dapat disimpulkan
prevalensi gagal ginjal setiap tahunnya menunjukkan peningkatan sekitar 6%. Sekitar 78.8% dari
pasien GGK tersebut membutuhkan terapi hemodialisa untuk bertahan hidup. Berdasarkan data
yang dihimpun dari 5th Annual Report of Indonesian Renal Registry, jumlah penderita Penyakit
Ginjal Kronik di Indonesia pada tahun 2011 tercatat sebesar 22.304 dengan 68,8% kasus baru dan
pada tahun 2012 meningkat menjadi 28.782 dengan 68,1% kasus baru (Arifa, 2017). Berdasarkan
data Global Burden Of Desiase tahun 2010 menunjukkan, bahwa penyakit ginjal kronis merupakan
penyebab kematian ke 27 pada tahun 1990 dan meningkat menjadi urutan ke 18 pada tahun 2010.
Lebih dari 2 juta penduduk di dunia mendapat perawatan dengan dialysis atau transplantasi
ginjal dan hanya sekitar 10% yang benar-benar mengalami perawatan tersebut. (States, 2017).
Di Indonesia Prevalensi penyakit gagal ginjal kronik berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
tahun 2013, menunjukkan prevalensi penduduk indonesia yang menderita gagal ginjal sebesar
0,2% atau 2 per 1000 penduduk. Prevalensi penyakit gagal ginjal tertinggi ada di provinsi Sulawesi
Tengah sebesar 0,5%, diikuti Aceh, Gorontalo, dan Sulawesi Utara masing-masing 0,4%.
Sementara Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Yogyakarta, dan Jawa Timur masing-masing 0,3% (Rikesdas, 2017). Di Provensi Banten angka
kejadian penderita gagal ginjal kronis berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar Provensi Banten
(2013) menunjukkan Prevalensi gagal ginjal kronis di Provensi Banten sebesar (0,2%). Prevalensi
tertinggi di Kabupaten Pandeglang sebesar (0,4%), diikuti oleh Kabupaten Serang (0,3%),
Kabupaten Lebak dan Kota Tangerang Selatan masing-masing (0,2%). Sementara Kabupaten
Tangerang, Kota Tangerang dan Kota Serang masing-masing (0,1%) (Kemenkes, 2013).
Berdasarkan data RSU Kabupaten Tangerang jumlah penderita gagal ginjal kronis yang di rawat
tahun 2017 sebanyak 528 orang dan di ruangan Seruni yang dirawat sebanyak 80 orang pada
tahun 2017 (Mailani & Andriani, 2017).
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan pada pasien dalam keadaan sakit akut
dan memerlukan terapi dialisis jangka pendek atau pasien dengan penyakit ginjal stadium
terminal atau end stage renal disease (ESRD) yang membutuhkan terapi jangka panjang atau
permanen. Hemodialisa merupakan proses pengambilan zat-zat nitrogen yang toksik dengan
pengambilan darah dari tubuh pasien ke dyalizer tempat darah tersebut dibersihkan kemudian
dikembalikan lagi ke tubuh pasien setelah dikeluarkan air, elektrolit dan zat sisa yang berlebihan
dari dalam tubuh. (Smeltzer dan Bare 2013 Rosaulina et al., 2020).
Hemodialisa adalah tindakan menyaring dan mengeliminasi sisa metabolisme dengan
bantuan alat. Fungsinya untuk mengganti fungsi ginjal dan merupakan terapi utama selain
transplantasi ginjal dan peritoneal dialysis pada orang-orang dengan penyakit ginjal kronik.
Tujuan utama dari tindakan hemodialisis ini adalah menggantikan fungsi ginjal sehingga mampu
mempertahankan homeostasis pada tubuh manusia. Proses hemodialisis memerlukan
pemasangan sebuah alat Arteri Vena Fistula untuk mendapatkan akses vaskuler yang akan
dihubungkan dengan mesin hemodialisa. ( Pranowo, 2018 dalam susilowati, 2020).

2
Hemodialisa masih merupakan terapi pengganti ginjal utama disamping peritoneal dialisis
dan transplantasi ginjal disebagian besar negara di dunia. Terdapat lebih dari dua juta pasien yang
saat ini menjalani hemodialisa diseluruh dunia. Hemodialisis terbanyak dilakukan di Amerika
Serikat yang mencapai sekitar 350.000 orang, Jepang 300.000 orang, sedangkan di Indonesia
mendekati 15.000 orang (Pinem, Tarigan, Sihombing, 2015 dalam Kusniawati, 2018). Berdasarkan
data Riskesdas pada tahun 2018 menunjukkan angka kejadian hemodialisa sebesar 19% pada
penduduk berumur lebih dari 15 tahun yang didiagnosis Gagal Ginjal Kronik di Indonesia.
Sedangkan profil kesehatan kota Padang menunjukkan angka 2% pada tahun 2013 dan pada tahun
2018 naik menjadi 3,9%. Di RSUP Dr M Djamil Padang jumlah pasien hemodialisa pada tahun
2017 yaitu 1.801 pasien dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 2.335 pasien.
Hemodialisa masih merupakan terapi pengganti ginjal utama disamping peritoneal dialisis
dan transplantasi ginjal disebagian besar negara di dunia. Terdapat lebih dari dua juta pasien yang
saat ini menjalani hemodialisa diseluruh dunia. Hemodialisis terbanyak dilakukan di Amerika
Serikat yang mencapai sekitar 350.000 orang, Jepang 300.000 orang, sedangkan di Indonesia
mendekati 15.000 orang (Pinem, Tarigan, Sihombing, 2015 dalam Kusniawati, 2018). Berdasarkan
data Riskesdas pada tahun 2018 menunjukkan angka kejadian hemodialisa sebesar 19% pada
penduduk berumur lebih dari 15 tahun yang didiagnosis Gagal Ginjal Kronik di Indonesia.
Sedangkan profil kesehatan kota Padang menunjukkan angka 2% pada tahun 2013 dan pada tahun
2018 naik menjadi 3,9%. Di RSUP Dr M Djamil Padang jumlah pasien hemodialisa pada tahun
2017 yaitu 1.801 pasien dan pada tahun 2018 meningkat menjadi 2.335 pasien.
Pasien yang menjalani hemodialisa sangat ketergantungan pada mesin dialisis selama
hidupnya dan kondisi sakit berakibat pada perubahan dalam hidupnya dan juga kualitas
hidupnya. Selama proses hemodialisa pasien dapat mengalami beberapa komplikasi. Akibat yang
dirasakan pasien saat menjalani hemodialisa seperti kram otot, hipertensi, sakit kepala, mual dan
muntah serta dampak psikologis yang dirasakan pasien berupa kecemasan. Pasien yang menjalani
hemodialisis dapat mempertahankan kelangsungan hidup sekaligus merubah pola hidup pasien.
Pasien diharuskan mendatangi unit hemodialisa secara rutin 2-3 kali seminggu, harus konsisten
terhadap obat-obatan yang dikonsumsi, memodifikasi diet, mengatur asupan cairan dan
mengukur balance cairan setiap harinya. Masalah lainnya berupa pengaturan-pengaturan sebagai
dampak penyakit ginjalnya seperti penurunan hemoglobin, pengaturan kalium, kalsium, serta
masalah psikososial dan ekonomi. Dampak perubahan tersebut hidupnya menjadi tidak sejahtera,
kebutuhan dan gairah hidup tidak terpenuhi, sulit memperoleh perasaan spesial dan berharga,
sehingga dapat memicu stressor yang berlebihan yang dapat menimbulkan depresi. Hal tersebut
dapat menjadi beban bagi pasien yang menjalani hemodialis yang mengakibatkan pasien tidak
patuh, mengalami kegagalan terapi dan memperburuk prognosis pasien. (Goh dan Griva, 2018
dalam Fitriani et al., 2020).
Dukungan keluarga yang dimaksud berupa dukungan informasional, emosional,
pengharapan dan dukungan harga diri. dukungan keluarga tidak didapatkan maka presentase
kondisi kesehatan pasien memburuk. Hasil studi di Amerika Serikat terhadap sejumlah pasien
dengan penyakit gagal ginjal kronis, didapat bahwa dukungan keluarga dapat meningkatkan
kesehatan pasien yang sedang menjalani terapi hemodialisa dipengaruhi oleh faktor geografis,
status sosial ekonomi dan kebudayaan pada pasien gagal ginjal kronis. ( Widyastuti, 2014 dalam
States, 2017). Dukungan keluarga berkaitan dengan kualitas hidup seseorang. Hal ini dikarenakan
kualitas hidup seseorang merupakan suatu persepsi yang hadir dalam kemampuan, keterbatasan,
gejala serta sifat psikososial hidup individu baik dalam lingkungan budaya dan nilai dalam
menjalankan peran serta fungsi seharusnya. Kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronik yang
optimal menjadi isu penting yang harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan keperawatan
yang komprehensif. (Inayati et al., 2021).

3
Menurut (Axelsson et al., 2020) mengatakan bahwa dukungan keluarga sangat berpengaruh
kepada kepatuhan pasien dalam menjalani terapi hemodialisa sehingga mempengaruhi kualitas
hidup mereka. Menurut (Alshraifeen et al., 2020) dukungan sosial dan umur sebagai faktor yang
mempengaruhi kualitas hidup pasien hemodialisa dan sebagai saran dari penelitian ini adalah
kepedulian dari unit hemodialisa terhadap dukungan sosial untuk kelompok penyakit ini. Dengan
demikian salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup adalah dukungan sosial.
Dukungan sosial dapat mempengaruhi kepuasan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-
hari termasuk kepuasan terhadap status kesehatannya. Menurut (Apriandini & Bahri, 2017 dalam
Sukriswati, 2016) terdapat hubungan yang kuat antara keluarga dengan status kesehatan anggota
keluarganya dimana peran keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan
anggota keluarganya.
Salah satu terapi pengganti ginjal adalah hemodialisa dimana ini adalah proses
menghilangkan cairan yang berlebih dan membuang sisa metabolisme tubuh yang tidak
diinginkan karena ketidakmampuan ginjal membuang produk dari tubuh. Gangguan fungsi atau
saat racun harus di keluarkan untuk mencegah kerusakan permanen atau kerusakan yang
mengancam kehidupan ( Smeltzer & Bare, 2013 dalam Kusniawati, 2018). Hemodialisa merupakan
prosedur dimana darah dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar
tubuh yang disebut dializer. Proses hemodialisa membutuhkan waktu selama 4-5 jam (Karyati et
al., 2019). Umumnya terapi hemodialisa akan menimbulkan dampak negatif seperti perubahan
fisik,bengkak ekstremitas, hipertensi, mengalami kecemasan, stress bahkan depresi semua kondisi
tersebut menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien. Dengan efek samping yang dialami
pasien hemodialisa sangat berpengaruh pada kualitas hidup mereka. Kualitas hidup diartikan
persepsi individu mengenai posisi mereka dalam kehidupan. Kualitas hidup pasien hemodialisa
harus diperhatikan dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Secara umum
kualitas hidup dapat dilihat dari beberapa domain kesehatan fisik, psikologi, hubungan sosial dan
lingkungan. (susilowati, 2020).
Dalam penelitian Kusniawati, 2018 di RSU Kabupaten Tangerang menunjukkan bahwa 33
orang (80,5%) responden yang memiliki dukungan keluarga yang baik mempunyai kualitas hidup
yang baik dan 7 orang (41,2%) responden yang memiliki dukungan keluarga yang kurang
mempunyai kualitas hidup yang baik pula. Sedangkan 8 orang (19,5%) responden yang memiliki
dukungan keluarga yang baik mempunyai kualitas hidup yang kurang dan 10 orang (58,8%)
responden yang memiliki dukungan keluarga yang kurang mempunyai kualitas hidup yang
kurang pula. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis (p-value=0,008, ɑ=0,05).
pasien yang menerima perhatian, kehangatan, penghiburan, dan pertolongan dari keluarganya
akan lebih bersemangat menjalani hidup dan meningkat kualitas hidupnya. (Kusniawati, 2018).
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Anik Inayati ddk, 2020 di RSUD Jend. Ahmad Yani
Metro pada 66 orang sampel pasien gagal ginjal kronik yang sedang menjalani terapi hemodialisa
dengan teknik yang dipakai total sampling dan dianalisis menggunakan uji Spearman’s rho. Dapat
diketahui bahwa pada hasil analisis dengan menggunakan korelasi Spearman’s rho diperoleh skor
median dukungan keluarga pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa adalah
85,00 skor minimum 78, maksimum 88 dengan rata-rata skor 72,17±2,521. Sedangkan hasil skor
median kualitas hidup adalah 83,00, skor minimum 70, maksimum 90 dengan rata-rata skor
85,56±8,986. Pada hasil uji statistik didapatkan nilai p-value=0,001<a 0,05 yang menunjukkan
makna ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik
yang menjalani hemodialisa. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,393 dengan arah korelasi positif
dengan kekuatan korelasi rendah, artinya semakin tinggi dukungan keluarga maka akan semakin
meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa. Hal ini juga

4
menjelaskan bahwa keluarga merupakan orang terdekat yang memiliki peranan penting dalam
memberikan dukungan baik secara psikososial dan spiritual. (Inayati et al., 2021).
METODELOGI PENELITIAN
Penelusuran artikel penelitian ini melalui empat database yaitu Google Scholar, ProQuest,
EBSCO, dan PubMed dengan menggunakan kata kunci dan kriteria inklusi yaitu jurnal sebanyak
21 dan artikel menggunakan bahasa indonesia dan bahasa inggris, jenis artikel publikasi artikel
full-text, original artikel penelitian, artikel yang sudah ISSN dan DOI, tema artikel hubungan
dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien hemodialisa, dalam jangka waktu 2016-2021 dan
mengy dengan metode literature review. Jurnal yang digunakan pada literature review diperoleh
dari berbagai jurnal penelitian diantaranya Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat, Jurnal
Wacana Kesehatan, Journal of Chemical Information and Modeling, Jurnal Medikes, Jurnal
Endurance.
HASIL
Berdasarkan hasil analisi yang telah dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan metode
literature review terdapat 21 jurnal yang memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan hasil yang
ditemukan peneliti terdapat berbagaimacam dukungan kelurag yaitu 10 jurnal yang membahas
tentang hubungan dukungan keluarga dan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang
menjalani terapi hemodialisa, 1 jurnal yang membahas kepatuhan pasien menjalani hemodialisa, 1
jurnal yang membahas kepatuhan pembatasan cairan pasien gagal ginjal kronik, 1 jurnal yang
membahas tentang hubungan dukungan keluarga dan kebutuhan spiritual dengan tingkat
kecemasan pasien hemodialisa, 1 jurnal yang membahas dukungan keluarga dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal terminal yang menjalani terapi hemodialisa, 1 jurnal yang membahas
tentang hubungan dukungan keluarga dengan Interdialytic Weight Gain (IDWG) pada pasien
gagal ginjal kronis, 1 jurnal yang membahas tentang hubungan tingkat kecemasan dan dukungan
keluarga dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik, 1 jurnal yang membahas tentang
hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan diet pada pasien gagal ginjal kronik, 1 jurnal
yang membahas tentang hubungan dukungan keluarga dan mekanisme koping dengan kualitas
hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi haemodialis dan 2 jurnal yang membahas
tentang gambaran kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani terapi
hemodialisa.

5
PEMBAHASAN
Kajian dari hasil literature review ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan dukungan
keluarga dengan kualitas hidup pasien hemodialisa. degan hasil p-value=0,001 <a=0.05 dengan
arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi rendah, dari 21 jurnal yang sudah dianalisis oleh
peneliti terdapat 10 artikel yang mengatakan bahwa semakin tinggi dukungan dari keluarga maka
akan semakin meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa. Berdasarkan dari 21 jurnal yang telah dibahas, maka peneliti menarik kesimpulan
bahwa terdapat hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien hemodialisa.
Sehingga kecenderungan yang ada adalah semakin baik dukungan keluarga yang diberikan
keluarga kepada pasien maka semakin tinggi kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis.
salah satunya dalam jurnal Anik Inayati tahun 2018, dengan hasil analisis korelasi Spearman’s rho
didapatkan nilai hasil p-value=0,001 <a=0.05 yang berarti semakin tinggi dukungan keluarga
maka akan semakin meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisa dan ini sesuai dengan beberapa teori yang menjelaskan bahwa gagal ginjal dan
terapinya akan mempengaruhi kualitas hidup karena banyaknya stressor dan perubahan hidup.
Stressor umum termasuk perasaan tidak bertenaga dan kurang kontrol atas penyakit dan
pengobatan, terapi yang mengganggu, pembatasan yang dilakukan selama menjalani tindakan
medis, perubahan bentuk tubuh serta perubahan seksualitas. Pasien umumnya mengalami
perubahan peran, kehilangan atau penurunan kinerja, kesulitan finansial serta banyak perubahan
gaya hidup. Penjadwalan dialisis dapat menciptakan kesulitan-kesulitan tersendiri. Konsep diri
dan citra tubuh pasien mungkin berubah mengakibatkan masalahmasalah lebih jauh. Pasien yang
menerima perawatan dialisis sering merasakan perasaan yang bertentangan. Mereka menyadari
bahwa terapi hemodialisa mengikat hidup mereka. Pasien sering melaporkan bahwa mereka
merasa berada di antara dunia kehidupan dan kematian. Kualitas hidup klien dengan gagal ginjal
kronik juga dapat dipengaruhi oleh transplantasi, terapi eritropoietin, dukungan sosial keluarga,
dan pandangan positif terhadap kehidupan serta kemampuan fungsional termasuk bekerja dan
aktivitas kehidupan sehari-hari. (Anik Inayati, 2020).
Hasil peneliti dalam penelitian yang dilakuakn oleh Novita Vera Yanti Manalu 2018,
mengatakan bahwa dukungan keluarga yang didapat oleh pasien masuk dalam kategori baik
dimana penyebabnya adalah dukungan yang didapatkan, diantaranya dukungan instrumental
dimana pasien masih didukung dalam biaya pengobatan, makanan, dan hal lainnya. Dukungan
selanjutnya yang mereka dapatkan yaitu dukungan informasional dimana pasien diberikan
informasi-informasi yang pasien butuhkan demi menjaga kesehatan pasien, bahkan ada keluarga
pasien yang sampai menyarankan pasien untuk memberikan informasi yang keluarga berikan
kepada temanteman yang menjalani terapi serupa. Dukungan yang lainnya yang banyak
didapatkan ialah dukungan emosional dimana pasien merasakan nyaman dan damai bila bersama
keluarga. Dukungan penghargaan dan dukungan harga diri juga didapatkan oleh pasien-pasien
sehingga mereka Hubungan kepatuhan menjalani hemodialisis dan dukungan keluarga dengan
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik, dalam penelitian yang dilakukan oleh kusniawati pada
tahun 2018, berdasarkan hasil analisa peneliti didapatkan rata-rata pasien yang menjalani
hemodialisa patuh dalam menjalani terapi hemodialisa dan mempunyai kualitas yang baik dan
ada juga beberapa pasien yang tidak patuh dalam menjalani terapi hemodialisa. Kepatuhan pasien
dalam menjalani hemodialisis baik restriksi cairan, nutrisi, konsumsi obat-obatan dan kunjungan
setiap sesi hemodialysis dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, khususnya kepatuhan dalam
jadwal hemodialisis yang biasanya dilakukan 4-5 jam pengobatan dalam 2 kali seminggu
sedangkan pasien yang tidak patuh berisiko 4,7 kali lebih besar untuk memiliki kualitas hidup
yang kurang. (Kusniawati, 2018).
KESIMPULAN
Kajian dari hasil literature review ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan dukungan
keluarga dengan kualitas hidup pasien hemodialisa. degan hasil p-value=0,001 <a=0.05 dengan

6
arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi rendah, dari 21 jurnal yang sudah dianalisis oleh
peneliti terdapat 9 jurnal mengatakan bahwa semakin tinggi dukungan dari keluarga maka akan
semakin meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa.
Berdasarkan dari 21 jurnal yang telah dibahas, maka peneliti menarik kesimpulan bahwa terdapat
hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup pasien hemodialisa. Sehingga
kecenderungan yang ada adalah semakin baik dukungan keluarga yang diberikan keluarga
kepada pasien maka semakin tinggi kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisis.
Dukungan keluarga dapat meningkatkan kesehatan pasien yang sedang menjalani terapi
hemodialisa dan dukungan keluarga erat kaitannya dalam menunjang kualitas hidup seseorang.
Hal ini di karenakan kualitas hidup merupakan suatu persepsi yang hadir dalam kemampuan,
keterbatasan, gejala serta sifat psikososial hidup individu baik dalam konteks lingkungan budaya
dan nilainya dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagaimana mestinya. dan ini menjadi
suatu perhatian khusus, karena penyakit gagal ginjal kronik akan menimbulkan berbagai macam
gangguan lainnya.
SARAN
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Diharapkan agar bisa menambahkan materi dan SOP pendidikan kesehatan kualitas hidup
pasien hemodialisa dan gagal ginjal kronik kedalam materi perkuliahan. Dan memberikan
informasi tambahan bagi pendidikan keperawatan khususnya keperawatan keluarga dalam hal
meningkatkan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa.
2. Bagi Praktik Keperawatan
Praktek keperawatan agar dapat meningkatkan pelayanan yang lebih maksimal dan hendaknya
perawat menyusun SOP tentang pendidikan kesehatan perawatan keluarga dan
mengaplikasikan family support pada pasien gagal ginjal kronik dalam meningkatkan kualitas
hidup.
3. Bagi Keluarga Pasien
Dukungan keluarga yang diberikan sudah baik, sehingga dukungan yang diberikan keluarga
diharapkan untuk terus diberikan baik berupa dukungan instrumental, informasional,
penilaian dan instrumental kepada pasien gagal ginjal kronis sehingga dapat memotivasi
pasien untuk mematuhi pembatasan masukan cairan yaitu dengan mengawasi dan mengontrol
asupan cairan pasien selama di rumah.
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dan mengendalikan faktor yang mempengaruhi
kualitas hidup pasien gagal ginjal kronis seperti faktor usia, jenis kelamin, nutrisi, dan faktor
lama menjalani hemodialisa.
DAFTAR PUSTAKA
Alshraifeen, A., Al-Rawashdeh, S., Alnuaimi, K., Alzoubi, F., Tanash, M., Ashour, A., Al-
Hawamdih, S., & Al-Ghabeesh, S. (2020). Social support predicted quality of life in people
receiving haemodialysis treatment: A cross-sectional survey. Nursing Open, 7(5), 1517–1525.
https://doi.org/10.1002/nop2.533
Apriandini, R., & Bahri, T. S. (2017). Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Stadium Akhir Yang
Menjalani Hemodialisis. 1–9.
Axelsson, L., Alvariza, A., Carlsson, N., Cohen, S. R., Sawatzky, R., & Årestedt, K. (2020).
Measuring quality of life in life-threatening illness-content validity and response processes of
MQOL-E and QOLLTI-F in Swedish patients and family carers. BMC Palliative Care, 19(1), 1–9.
https://doi.org/10.1186/s12904-020-00549-6
Fitriani, D., Pratiwi, R. D., Saputra, R., & Haningrum, K. S. (2020). Hubungan Lama Menjalani
Terapi Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik Di Ruang
Hemodialisa Rumah Sakit Dr Sitanala Tangerang. Edu Dharma Journal: Jurnal Penelitian Dan
Pengabdian Masyarakat, 4(1), 70. https://doi.org/10.52031/edj.v4i1.44

7
Inayati, A., Hasanah, U., & Maryuni, S. (2021). Dukungan Keluarga Dengan Kualitas Hidup Pasien
Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Rsud Ahmad Yani Metro. Jurnal Wacana
Kesehatan, 5(2), 588. https://doi.org/10.52822/jwk.v5i2.153
Karyati, S., Sukarmin, S., & Listyaninsih, S. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Pembatasan Cairan Pada Pasien Ckd Di Rsud Raa Soewondo Pati. Proceeding of
The URECOL, 633–638.
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/410
Kusniawati, K. (2018). Hubungan Kepatuhan Menjalani Hemodialisis Dan Dukungan Keluarga
Dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tangerang. Jurnal Medikes (Media Informasi Kesehatan), 5(2), 206–233.
https://doi.org/10.36743/medikes.v5i2.61
Mailani, F., & Andriani, R. F. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada
Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis. Jurnal Endurance, 2(3), 416.
https://doi.org/10.22216/jen.v2i3.2379
Masi, G. N. ., & Kundre, R. (2018). Perbandingan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik
dengan Comorbit Faktor Diabetes Melitus dan Hipertensi di RSUP Prof.Dr.R.D. Kanou
Manado. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 21–25.
http://www.elsevier.com/locate/scp
Rosaulina, M., Sembiring, H., & Ginting, D. S. (2020). Hubungan Tindakan Hemodialisis dengan
Kualitas Hidup di RSU Sembiring. 3(1), 15–21.
States, E. of K. D. in the U. (2017). US Renal Data System 2017. American Journal of Kidney Diseases.
susilowati, sagito. (2020). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup Pasien Gagal
Ginjal Terminal yang Menjalani Terapi Hemodialisis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
Universitas ’aisyiah Yogyakarta, Skripsi.

Anda mungkin juga menyukai