yang berdampak pada semua sistem tubuh (Hadibroto, 2015). Laporan World
gagal ginjal kronik di dunia pada tahun 2015 meningkat sebesar 50% dari tahun
sebelumnya dan di Amerika angka kejadian gagal ginjal kronik meningkat sebesar
50% pada tahun 2015 dan setiap tahun 200.000 orang Amerika menjalani
hemodialisis. Angka kejadian gagal ginjal di dunia secara global lebih dari 500 juta
orang dan yang harus menjalani hemodialis sekitar 1,5 juta orang (WHO, 2016).
Berdasarkan data yang dihimpun dari 5th Annual Report of Indonesian Renal
Registry, jumlah penderita penyakit ginjal kronis (PGK) di Indonesia pada tahun
2015 tercatat sebesar 22.304 dengan 68,8% kasus baru dan pada tahun 2016
meningkat menjadi 28.782 dengan 68,1% kasus baru. Laporan Riset Kesehatan
sekitar 0,2%, meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Meningkat tajam pada
kelompok umur 35-44 tahun (0,3%), diikuti umur 45-54 tahun (0,4%), dan umur
55-74 tahun (0,5%), tertinggi pada kelompok umur ≥75 tahun (0,6%). Selain itu,
diketahui prevalensi pada jenis kelamin laki-laki (0,3%) lebih tinggi dari
perempuan (0,2%). Melansir data dari 7th Annual Report of Indonesian Renal
Prevalensi penyakit ginjal kronik di Provinsi Banten pada tahun 2017 sebesar
0,3% dari seluruh jumlah penduduk sebesar 33.270.000 jiwa di Provinsi Banten,
maka jumlah penderita penyakit ginjal kronik di Provinsi Banten adalah sekitar
Salah satu pilihan terapi untuk pasien PGK adalah hemodialisis (HD).
tertentu dari peredaran darah manusia, seperti kelebihan ureum, kreatinin, asam
urat, dan zat-zat lain melalui membran semipermeabel. Pasien PGK menjalani
proses hemodialisis sebanyak dua sampai tiga kali seminggu, dimana setiap kali
hemodialis rata-rata memerlukan waktu antara empat sampai lima jam (Rahman,
Kaunang, & Elim, 2016). Hemodialisis dipercaya dapat meningkatkan survival atau
seperti tingkat keparahan penyakit yang dialami, kondisi berbagai sistem tubuh
yang terganggu oleh racun akibat PGK, pengaturan intake cairan dan makanan,
hemodialisis ada yang tidak lama bertahan hidup, namun ada juga yang bertahan
(Istanti, 2014).
cairan yang dimanifestasikan dengan peningkatan berat badan sebagai dasar untuk
mengetahui jumlah cairan yang masuk selama periode interdialitik (Istanti, 2014).
Menurut Neuman (2013), IDWG yang dapat ditoleransi oleh tubuh tidak lebih dari
3% berat badan kering. Berat badan kering ialah berat badan dimana tidak ada
tanda-tanda klinis retensi cairan (Linberg, 2014). Semakin tinggi IDWG maka
semakin besar jumlah kelebihan cairan dalam tubuh pasien dan semakin tinggi
meningkat umur pasien, maka IDWG semakin menurun. Namun, masih banyak
pasien yang IDWGnya meningkat sejalan dengan peningkatan umur. Bagi pasien
mengalami peningkatan selama 5 tahun terakhir. Pada tahun 2014 jumlah tindakan
2015 sebanyak 12.009 tindakan, tahun 2016 sebanyak 14.289 tindakan, tahun 2017
sebanyak 12.344 tindakan, tahun 2018 sebanyak 13.188 tindakan. Jumlah tindakan
inap dengan diagnosa penyakit ginjal kronik. Pada tahun 2014 jumlah pasien rawat
inap sejumlah 321 pasien, tahun 2015 sejumlah 339 pasien, tahun 2016 sejumlah
362 pasien, tahun 2017 sejumlah 324 pasien, tahun 2018 sejumlah 368 pasien,
sedangkan pada tahun 2019 jumlah pasien rawat inap sejumlah 125 pasien yang
tercatat dari bulan Januari-Maret dan jumlah pasien yang menjalani hemodialisis
karekteristik pasien dan faktor komplikasi serta kepatuhan terhadap restriksi cairan
3 shift yang dimulai dari pukul 07.00 WIB hingga 22.00 WIB. Kepala Instalasi
Hemodialisis juga menjelaskan bahwa semakin lama orang menjalani HD, memberi
peluang bagi pasien untuk lebih adaptatif dengan program terapi dan semakin lama
menjalani HD juga semakin tinggi potensi munculnya komplikasi yang justru dapat
langsung dari dokter tentang penyebab terjadinya penyakit ginjal kronik yang
dialami, tetapi sebelum menderita penyakit ginjal kronik tidak menyadari akan
memicu terjadinya penyakit ginjal kronik dan dari ketiga penderita yang
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji
dalam penelitian ini yaitu “Apakah ada hubungan antara lama menjalani
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan
sebagai berikut:
5. Metodologi Penelitian
5.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik
dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan
observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).
Artinya, tiap objek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran
terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak
berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang sama.
5.2. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik
a. Masih tingginya prevalensi kasus penyakit gagal ginjal kronik yang menjalani
bebas dalam penelitian ini yaitu lama menjalani hemodialisis. Variabel terikat
tiap variabel yang diteliti. Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan
analisa ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel.
b. Analisis Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel
bebas dan variabel terikat dengan menggunakan chi square (X2). Apabila
didapatkan nilai p ≤ α (p ≤ 0,05) artinya, ada hubungan antara variabel bebas dan
variabel terikat, apabila nilai p > α ( p > 0,05) berarti tidak ada hubungan antara
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
(Milla Evelianti Saputri, S.Kep.,MKM) (Ns. Dwi Rohyani, M.Kep)