Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Gagal ginjal kronik atau penyakit gagal ginjal stadium akhir merupakan suatu kondisi
dimana fungsi ginjal mengalami gangguan yang bersifat progresif dan irreversible, dimana
keadaan tubuh tidak mampu untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
serta elektrolit yang mengakibatkan uremia (Siregar, 2020).
Akibat yang ditimbulkan dari gagal ginjal kronik yaitu terjadinya penurunan fungsi tubuh
melakukan aktivitas sehari-hari, aktivitas seksual, kualitas tidur, bahkan kualitas dari sisi
psikologis karena harus dirawat selama melalukan hemodialisis. Gagal ginjal kronik merupakan
penyakit menahun dengan pengobatan rutin dan jangka panjang. Efek lain yang ditimbulkan
dari gagal ginjal kronik ada gejala seperti kelelahan, mual, hilang nafsu makan, penurunan berat
badan dan pasien yang mulai mengalami tanda gejala uremia yang signifikan ketika laju filtrasi
glomerulus kurang dari 30% (Liawati & Nurhimawan, 2021).
Menurut Smeltzer (2014) akibat gagal ginjal kronik antara lain kelemahan, kelelahan,
tremor, kejang otot, gatal, sulit konsentrasi, kebingungan, perubahan perilaku, kecemasan,
kehilancgan hasrat seksual dan masalah social (Kusyati & Nofiyanto, 2018).
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh kehilangan fungsi normal ginjal untuk menjaga
keseimbangan cairan dalam tubuh. Gagal ginjal kronik merupakan salah satu golongan penyakit
tidak menular, dimana perjalanan penyakit berlangsung dalam waktu yang lama sehingga
menyebabkan ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal seperti keadaan semula.
Kerusakan ginjal terjadi pada nefron termasuk pada glomerulus dan tublus ginjal, nefron yang
telah rusak tidak akan dapat berfungsi kembali. Fungsi ginjal adalah menyaring dan
mengeliminasi hasil metabolisme tubuh (Siregar, 2020).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2017 melaporkan terdapat 697,5 juta kasus
gagal ginjal kronik di seluruh dunia. Hampir sepertiga pasien CKD di kedua negara tersebut
berasal dari China (132,3 juta kasus) dan India (115,1 juta kasus). Unites States Renal Data
System (USRDS) (2018) Persentase pasien CKD yang diakui di Medicare, jumlah pasien CKD
pada tahun 2016 adalah 13,8% (Bikbov et al., 2020).
Indonesia Renal Registry (IRR) pada tahun 2018 melaporkan berdasarkan kelompok usia
angka kejadian gagal ginjal kronik tertinggi pada kelompok usia ≥ 45 tahun yaitu 73,96% dan
pada kelompok usia ≤ 44 tahun sebanyak 26,04%. Berdasarkan jenis kelamin pasien gagal
ginjal kronik pada laki-laki lebih banyak 57% (n=36.976) dari pada perempuan 43% (n=
27.608). (Nasution et al., 2020).
Riset Kesehatan Dasar (2018) melaporkan data prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia
berdasarkan diagnosis dokter pada usia >15 tahun sebesar 0,38%. Angka ini mengalami
peningkatan dibandingkan data Rikesdas tahun 2013 yaitu sebesar 0,18%. Sedangkan menurut
kelompok usia angka kejadian gagal ginjal kronik tertinggi mencapai (0,82%) pada rentang
usia 65-74 tahun dan yang terendah pada kelompok usia 15-24 tahun yaitu (0,13%). Menurut
perbedaan jenis kelamin, rasio laki-laki lebih besar (0,42%) dari pada perempuan (0,35%)
(Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Salah satu tindakan yang dilakukan oleh pasien gagal ginjal untuk mempertahankan
kondisinya dengan melakukan hemodialisis. Hemodialisis merupakan salah satu penatalaksaan
gagal ginjal kronik yang bermanfaaat terhadap perbaikan fungsi ginjal sehingga bisa
memperbaiki kualitas hidup pada pasien yang menderita gagal ginjal kronik. Hemodialisis
adalah suatu bentuk terapi pengganti untuk mengeliminasi sisa-sisa metabolisme tubuh atau
racun yang berasal dari peredaran darah manusia. Penderita gagal ginjal kronik mengikuti
proses hemodialisis secara terus menerus semasa hidupnya. Terapi ini berlangsung selama 2-5
jam yang dilakukan 1-3 kali seminggu (Putri et al., 2020).
Terapi hemodialisis pada dasarnya dapat meningkatkan kualitas hidup namun terapi ini
tidak dapat mengubah proses alami penyakit ginjal dan tidak akan pernah bisa mengembalikan
fungsi normal ginjal. Terapi hemodialisis dapat menimbulkan berbagai masalah seperti rasa
tidak nyaman, penurunan kualitas hidup meliputi penurunan kesehatan fisik, fisiologis,
psikologis, status psikososial (Dame et al., 2022).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2018) proporsi hemodialisis di Indonesia berdasarkan
diagnosis dokter pada usia > 15 tahun sebesar (19,33%). Sedangkan menurut kelompok usia
proporsi hemodialisis tertinggi mencapai (24,06%) pada rentang usia 15-24 tahun dan yang
terendah mencapai (12,68%) pada usia 75 tahun keatas. Di Sumatera Barat sendiri proporsi
hemodialisis berdasarkan diagnosis dokter pada usia > 15 tahun sebesar (15,00%). Sedangkan
menurut kelompok usia proporsi hemodialisis tertinggi di Sumatera Barat mencapai (61,42%)
pada usia 75 tahun keatas dan yang terendah mencapai (3,27%) pada rentang usia 15-24 tahun
(Kementrian Kesehatan RI, 2019).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat dan membahas laporan kasus
dengan judul “ Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Ny. E dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) Di Ruangan HCU Interne Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2024”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu melakukan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Ny. E dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) Di Ruangan HCU Interne Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2024.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. E dengan Chronic Kidney Disease (CKD) Di
Ruangan HCU Interne Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2024.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. E dengan Chronic Kidney Disease
(CKD) Di Ruangan HCU Interne Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun
2024.
c. Mampu menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada Ny. E dengan Chronic
Kidney Disease (CKD) Di Ruangan HCU Interne Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil
Padang Tahun 2024.
d. Mampu mengimplementasikan rencana keperawatan pada Ny. E dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) Di Ruangan HCU Interne Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2024.
e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan pada Ny. E dengan Chronic Kidney
Disease (CKD) Di Ruangan HCU Interne Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang
Tahun 2024.
C. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan dengan seoptimal mungkin,
mampu menyediakan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai dalam pemberian asuhan
keperawatan pada pasien, khususnya pada pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD).
2. Bagi Perawat
Perawat mampu memberikan dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien khususnya pada pasien dengan Chronic Kidney Disease
(CKD). Serta mampu melakukan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan Standar
Operasional Prosedur (SOP).
3. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang,Seminar Kasus ini dapat
memperkaya bahan pustaka kampus dan dapat dijadikan acuan atau bahan penyusunan bagi
mahasiswa yang melakukan atau menyusun laporan kasus tentang asuhan keperawatan pada
pasien Chronic Kidney Disease (CKD).
4. Bagi Pasien dan Keluarga :
a. Bagi pasien diharapkan dapat melakukan pengobatan secara rutin, dan diharapkan dapat
mengontrol asupan makanan yang dikonsumsi.
b. Bagi keluarga pasien diharapkan dapat memberi motivasi, mampu mengontrol asupan
makanan yang dikonsumsi pasien ketika pulang kerumah.
5. Bagi Mahasiswa khususnya Program Studi Profesi Ners:
a. Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu, pengetahuan dan wawasan yang luas dalam
kepedulian penanggulangan Chronic Kidney Disease (CKD).
b. Dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan penelitian lebih lanjut tentang studi
kasus yang berhubungan dengan penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) maupun
penyakit-penyakit yang lain yang lebih mendalam.

Anda mungkin juga menyukai