Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN

Pada Bab ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang tujuan penulis, ruang

lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.Pada asuhan keperawatan pada

Tn.A dengan Chronic Kidney Desease On Hemodialisa di lantai VI Pavilliun

Darmawan RSPAD Gatot Soebroto Jakarta .

A. Latar Belakang

Dengan terus berkembangnya zaman, masyarakat dengan mudah menemukan

makanan atau minuman yang cepat saji yang tidak diketahu bagaimana cara

pembuatannya dan komposisi yang ada di dalam makanan atau minuman

tersebut, kemudian hal itulah yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan

pada masyarakat Indonesia contohnya masalah kesehatan yang berhubungan

dengan ginjal dari tahun ke tahun semakin meningkat.

Ginjal adalah salah satu organ yang memegang kunci peran dalam tubuh, tidak

hanya dengan menyaring darah dan mengeluarkan produk-produk sisa, ginjal

merupakan organ penting yang berfungsi menjaga komposisi darah yaitu dengan

mencegah menumpuknya limbah dan mengendalikan keseimbangan cairan

dalam tubuh, menjaga level elektrolit seperti sodium, potasium dan fosfat tetap

stabil, serta memproduksi hormon dan enzim yang membantu dalam

mengendalikan tekanan darah, membuat sel darah merah dan menjaga tulang

tetap kuat. (Infodatin,2017)

Salah satu masalah ginjal yang dihadapi oleh masyarakat di Negara maju

maupun Negara berkembang adalah penyakit ginjal kronik (Chronic Kidney


2

Disease). Gagal Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan suatu

penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara perlahan dalam waktu yang menahun

bersifat progesif dan irreversible, umumnya tidak dapat pulih, dimana tubuh

tidak mampu memelihara metabolisme dan gagal memelihara keseimbangan

cairan dan elektrolit yang menjadikan menurunnya volume vaskuler dan

gangguan reabsornsi. (Muttaqin, 2011)

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa penyakit gagal ginjal konik telah

menyebabkan kematian sebesar 1,5 juta jiwa setiap tahunnya (WHO 2016). Badan

kesehatan (WHO) menyebutkan pertumbuhan jumlah penderita gagal ginjal

kronik pada tahun 2015 telah meningkat 50 % dari tahun sebelumnya. Prevalensi

gagal ginjal di Amerika Serikat meningkat 50 % di tahun 2016 dan jumlah orang

yang gagal ginjal yang dirawat dengan dialisis dan transplantasi diproyeksikan

meningkat dari 390.000 di tahun 2010, dan 651.000 dalam tahun 2015. Data

menunjukkan bahwa setiap tahun, 200.000 orang Amerika menjalani hemodialisa

karena gangguan ginjal kronis artinya 1140 dalam 1 juta orang Amerika adalah

pasien dialysis. (Neliya, 2014)

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dan 2018 menunjukan bahwa

prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia ≥ 15 tahun berdasarkan

diagnosis dokter pada tahun 2013 adalah 0,2% dan terjadi peningkatan pada tahun

2018 sebesar 0,38%. Untuk (Kemenkes RI, 2017). Hasil Riset Kesehatan Dasar

tahun2018 menunjukan bahwa prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia pada

pasien usia lima belas tahun keatas di Indonesia yang didata berdasarkan jumlah

kasus yang didiagnosis dokter adalah sebesar 0,2%. Prevalensi gagal ginjal kronik

meningkat seiring dengan bertambahnya usia, didapatkan meningkat tajam pada


3

kelompok umur 25-34 tahun (2,28%), umur 35-44 (3,31%) diikuti umur 45-54

tahun (5,64%) , umur 55-64 tahun (7,21%), umur 65-74 (8,23%), umur 75+

(7,48%). Prevalensi pada laki-laki (4,17%) lebih tinggi dari perempuan (3,52%).

(Kemenkes RI, 2018)

Berdasarkan data yang diperoleh dari medical record di Lantai VI Pavilliun

Darmawan RSPAD Gatot Soebroto dam 3 bulan terakhir, terhitung dari bulan

Juni 2019 sampai dengan bulan Agustus 2019 tercatat jumlah pasien yang dirawat

dengan penyakit Chronik Kidney Disease sebanyak 28 orang dari jumlah pasien

yang dirawat sebanyak 459 orang atau sekitar 6,1%. Banyak masalah yang dapat

muncul pada pasien Chronik Kidney Disease diantaranya : gangguan

keseimbangan cairan yang dapat mengakibatkan berbagai macam komplikasi.

Tanda dan gejalanya yang muncul pada pasien Chronik Kidney Disease : edema,

lemah gatal-gatal pada kulit, letargi, anoreksia : mual dan mutah, kulit berwarna

pucat karena anemia. Bila ginjal sudah tidak dapat dipertahankan keseimbangan

cairan dan elektrolit, maka diperlukan dialisis / hemodialisa atau dialisis

peritonial. (NANDA NIC NOC, 2015:15)

Untuk mengatasi masalah diatas peran perawat sangat penting dalam

memberikan asuhan keperawatan yang tepat sesuai dengan standar-standar praktik

keperawatan diantaranya sebagai provider yang melaksanakan rencana asuhan

keperawatan yang telah dibuat oleh Katim. Selain itu dari segi promotif dimana

perawat memberikan penyuluhan kesehatan. Segi preventif dimana perawat

sangat penting untuk mempertahankan kesehatan pasien. Kuratif dimana perawat

berperan dalam memberikan pengobatan pada pasien dan rehabilitatif yaitu


4

pemulihan, melakukan kontrol dan latihan rehabilitasi untuk mencegah

komplikasi yang mungkin terjadi.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin mengetahui bagaimana

Asuhan Keperawatan pada Tn.A dengan Chronik Kidney Disease di Pavilliun

Darmawan lantai VI RSPAD Gatot Soberoto dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus :

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menggambarkan

Asuhan Keperawatan pada klien Chronic Kidney Disease On Hemodialisa di

Ruang Pavilliun Darmawan Lantai VI RSPAD Gatot Soebroto dengan

menggunakan proses keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Sedangkan tujuan khusus penulisan makalah ini adalah agar penulis mampu:

a. Melakukan pengkajian pada klien dengan CKD on HD.

b. Menganalisa data yang ditemukan pada klien dengan CKD on

HD untuk merumuskan diagnosa keperawatan

c. Membuat rencana keperawatan pada klien CKD on HD.

d. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun pada

klien CKD on HD.

e. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah disusun pada klien

CKD on HD.
5

f. Membuat pendokumentasian pada klien CKD on HD.

g. Mengidentifikasi adanya kesenjangan asuhan keperawatan antara

teori dan kasus serta alternatif pemecahannya.

h. Mengidentifikasi faktor penunjang dan penghambat serta

alternatif penyelesaiannya dalam memberikan asuhan keperawatan pada

setiap langkah proses keperawatan.

C. Ruang Lingkup

Penulisan makalah ini merupakan pembahasan asuhan keperawatan pada klien

Tn.A dengan CKD On HD di Lantai VI Pavilliun Darmawan RSPAD Gatot

Soebroto Jakarta yang dilaksanakan selama tiga hari dari tanggal 3 sampai 5

Agustus 2019.

D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ilmiah ini adalah :

1. Metode deskriptif, tipe studi kasus dengan mengambil salah satu kasus dengan

CKD on HD teknik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan

wawancara, angket, observasi dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang

digunakan adalah data primer diperoleh langsung dari klien sedangkan data

skunder diperoleh dari keluarga, tenaga kesehatan, dokumentasi hasil

pemeriksaan penunjang lainnya.

2. Studi kepustakaan, yaitu : mempelajari buku sumber dan internet yang

berhubungan dengan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien.

E. Sistematika Penulisan

Bab satu : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang

lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab Dua : konsep asuhan
6

keperawatan pada pasien CKD yang terdiri dari pengertian patofisiologi,

Penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan

dan evaluasi. Bab Tiga : tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan pelaksanaan dan evaluasi. Bab Empat : pembahasan

yang dimulai dari pengkajian diagnosa keperawatan, pelaksanaan evaluasi.Bab

Lima : penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.


7

BAB II

TINJAUAN TEORI

Pada bab ini penulis akan menguraikan tinjauan teori asuhan keperawatan pada klien

dengan Chronik Kidney Desease meliputi pengertian patofisiologi penatalaksanaan,

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengertian

Chronik Kidney Desease merupakan kerusakan ginjal progresif yang

menyebabkan kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme dan

keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan kelebihannya urea dan limbah

nitrogen dalam darah. (Harmilah, 2020)

Chronik Kidney Desease adalah suatu gangguan pada ginjal ditandai dengan

abnormalitas struktur ataupun fungsi ginjal yang berlangsung lebih dari 3 bulan.

(Sitifa dkk, 2018)

Chronik Kidney Desease adalah CKD adalah kerusakan pada fungsi ginjal

yang progresif dan irreversible, yang menyebabkan tubuh tidak mampu

mengekskresikan sisa-sisa sampah metabolisme dan mempertahankan keseimbangan

cairan dan elektrolit dalam tubuh, yang berakibat fatal pada uremis yaitu kelebihan

urea dan sampah nitrogen di dalam darah. (Priyanti & Farhana,2016)

Dari ketiga pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Cronic Kidney

Disease adalah suatu gangguan pada fungsi ginjal,abnormalitas struktur yang

progresif dan ireversible yang berlangsung lebih dari 3 bulan, yang menyebabkan

tubuh tidak mampu mengekskresikan sisa-sisa sampah metabolisme dan


8

mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, sehingga

berakibat fatal pada uremis yaitu kelebihan urea dan sampah nitrogen di dalam

darah.

1. Anatomi dan fisiologi ginjal (Harmilah, 2020)

a. Anatomi

Ginjal adalah organ utama pada sistem perkemihan. Pada umumnya, setiap

manusia memiliki 2 buah ginjal yang terletak di kanan dan kiri. Ginjal

berbentuk seperti kacang polong, dengan panjang sekitar 7-12 cm (5 inci) dan

tebal 1,5-2,5 cm. Berat ginjal normal sekitar 120-170 gram.

Secara anatomis, ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang

peritoneum, pada kedua sisi vertebra thorakalis ke-12 sampai vertebra

lumbalis ke-3, ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri dikarenakan

adanya lobus hepatis dextra yang besar.Ginjal dibedakan atas 2 struktur yaitu

struktur makroskopis dan struktur mikrokopis:

1) Struktur makroskopis

Struktur makroskopis ginjal merupakann struktur secara makro dari

lapisan sel dan ginjal yang terdiri dari, yaitu :

a)Kapsula Renalis

Adalah bagian anatomis terluar dari ginjal dan merupakan lapisan halus

yang menutupi permukaan ginjal.

b)Kapsula Renalis

Adalah jaringan luar dari unit fungsional ginjal


9

c)Hilus

Adalah cekungan yang berada di tengah ginjal, dan merupakan bagian

area masuk dan keluarnya, vaskuler saraf dan ureter.

d)Medula

Adalah gabungan dari jaringan dalam struktur fungsional ginjal

e)Pelvis Renalis

Adalah bagian akhir atau penampung urine yang masuk melalui papilla

renalis yang berasal dari calix mayor dan calix minor.

2) Struktur Mikroskopis

Secara mikroskopis ginjal mempunyai susunan rumit yang disebut dengan

nefron. Nefron adalah unit fungsional atau bagian yang menjalankan

fungsi dari ginjal

Setiap satu ginjal tersusun dari ±1.000.000 nefron, sehingga jumlah kedua

ginjal adalah ± 2.000.000 nefron. Setiap satu nefron tersusun atas bagian-

bagian fungsional yang lebih kecil, yaitu sebagai berikut :

a)Glomerulus yang berfungsi sebagai filtrasi atau penyaringan darah

b)Kapsula Bowman yaitu tempat penampungan sementara hasil filtrasi

glomerulus

c)Tubulus Proksimal yaitu area reabsorpsi cairan dan elektrolit yang

masih diperlukan

d)Tubulus Distal yaitu area reabsorpsi cairan atas kendali Anti Deuretik

Hormon (ADH), jika cairan masih kurang


10

b. Fisiologi

Ginjal merupakan salah satu organ yang mempunyai fungsi vital bagi

manusia. Fungsi utama pada ginjal yaitu mrempertahankan keseimbangan

cairan, tetapi selain itu ginjal memiliki fungsi yang lain, yaitu sebagai berikut :

1) Mengatur volume cairan dalam tubuh

Ginjal akan meningkatkan laju filtrasi glomerulus sehingga cairan yang

masuk ke dalam tubuhlus proksimal lebih banyak, hal dilakukan ginjal

pada saat tubuh kelebihan cairan.

Ginjal akan merangsang kelenjar hipotalamus untuk meningkatkan

produksi ADH dari kelenkar hipofise, hal ini dilakukan gijal pada saat

tubuh kekurang cairan.

2) Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan keseimbangan ion

plasma

Ginjal akan berusaha mengeluarkan elektrolit lebih banyak dan menahan

di dalam cairan bila jumlahnya sedikit, jadi hal ini yang menjadikan

tekanan osmotik mempengaruhi perpindahan cairan dan elektrolit

3) Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh.

Urine yang bersifat agak asam disebabkan oleh campuran makanan. Urine

yang bersifat basa disebabkan oleh banyak makan sayur-sayuran, pH yang

kurang dari 6 disebabkan oleh akhir metabolism protein. Ginjal

mengekskresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.


11

4) Eksresi sisa-sisa hasil metabolisme

Ginjal mengeluarkan urine bersama dengan ureum, asam urat, kreatinin,

zat- zat toksik, obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan

kimia asing (pestisida).

B. Patofisiologi

Menurut NANDA NIC NOC Jilid 2 adalah sebagai berikut : Gagal ginjal merupakan

suatu keadaan klinis kerusakan ginjal yang progresif dan irreversibel dari berbagai

penyebab diantaranya penyakit infeksi tubulointerstitial (Pielonefritis kronik atau

refluks nefroti), penyakit peradangan (Glomerulonefritis), penyakit vaskular

hipertensif (Nefrodklerosis benigna, Nefrosklerosis maligna), gangguan jaringan ikat

(Lupus eritematosus sistemik), gangguan kongenital dan herediter (Asidosis tubulus

ginjal), penyakit metabolik (DM, Hiperparatiroidisme), Nefropati toksik

(penyalahgunaan analgesik), nefropati obstruktif (saluran kemih bagian atas dan

saluran kemih bagian bawah).

Pada saat fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein yang normalnya

diekskresikan kedalam urine menjadi tertimbun di dalam darah, sehingga terjadinya

uremia dan mempengaruhi sistem sistem tubuh, akibat semakin banyaknya

tertimbun produk sampah metabolik, sehingga kerja ginjal akan semakin berat.

Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dan penurunan jumlah

glomeruli yang dapat menyebabkan penurunan klirens. Substansi darah yang

seharusnya dibersihkan, tetapi ginjal tidak mampu untuk memfiltrasinya. Sehingga

mengakibatkan kadar kreatinin serum, nitrogen, urea darah (BUN) meningkat. Ginjal

juga tidak mampu mengencerkan urine secara normal. Sehingga tidak terjadi respon

ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan elektrolit sehingga terjadi
12

tahanan natrium dan cairan. (Brunner & Suddarth, 2013). Asidosis metabolik dapat

terjadi karena ketidakmampuan ginjal mengeksresikan muatan asam yang berlebihan

terutama amoniak (NH3) dan mengabsorpsi bikarbonat. (Harmilah, 2020)

Anemia, terjadi akibat berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga rangsangan

eritropoisis pada sumsum tulang menurun, hemolisis akibat berkurangnya masa

hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, defisiensi besi, asam folat dan lain-lain

akibat nafsu makan yang berkurang, perdarahan paling sering pada saluran cerna dan

kulit. (Harmilah, 2020)

Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat terjadi karena gangguan dalam

metabolismenya. Dengan menurunya filtrasi glomerulus dapat mengakibatkan

peningkatan kadar fosfat serum dan penurunan kadar serum kalsium. Sehingga

menyebabkan perubahan bentuk tulang. Penyakit tulang dan penurunan metabolisme

aktif vitamin D karena terjadi perubahan kompleks kalsium, fosfat dan

keseimbangan parathormon sehingga menyebabkan osteodistrofi (penyakit tulang

uremik). (Harmilah, 2020)

Manifestasi klinis, manifestasi kardiovaskuler, hipertensi, gagal jantung

kongestif, edema pulmoner, dan perikarditis. Gejala dematologis : gatal-gatal

(pruritis), butiran uremik, suatu penumpukkan kristal urea di kulit. Serangan uremik

tidak umum karena pengobatan dini dan agresif. Gejala gastrointestinal, anoreksia,

mual, muntah dan cegukan. Perubahan neuromuskuler : perubahan tingkat

kesadaran, ketidakmampuan berkonsentrasi, kedutan otot, dan kejang. Perubahan

hematologis : kecenderungan perdarahan, keletihan, letargi, sakit kepala, kelemahan

umum secara bertahap akan lebih mengantuk. Neurologi : kelemahan dan keletihan,

disorientasi, kelemahan pada tungkai, perubahan perilaku, rasa panas pada kaki.
13

Muskuloskeletal : Kram otot, kekuatan otot hilang, fraktur tulang, reproduktif :

Amenore, Atrofi Testikuler. (Brunner & Suddarth. 2013).

Klasifikasi chronic kidney disease menurut KDOQI (Masriadi, 2019), sebagai

berikut:

Tahap 1 yaitu kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat (>90 ml/ min /

1,73 m² ).

Tahap 2 yaitu penurunan ringan pada GFR ( 60-89 ml/min/1,73 m²)

Tahap 3 yaitu penurunan moderat pada GFR (30-59 ML/MIN/1,73 m²)

Tahap 4 yaitu penurunan berat pada GFR (15-29 ml/min/1,73 m²)

Tahap 5 yaitu gagal ginjal (GFR < 15 ml/min/1,73 m² atau dialisis)

Komplikasi dari chronic kidney desease yaitu : hiperkalemia , perikarditis,

efusi perikardial, hipertensi, anemia dan penyakit tulang.

C. Penatalaksanaan

Menurut Brunner & Suddarth (2013) adalah sebagai berikut :

1. Penatalaksanaan Medis

a. Obat anti hipertensi yang sering dipakai adalah Metildopa (Aldomet),

propanolol dan klonidin. Obat diuretik yang dipakai adalah furosemid (lasix).

b. Hiperkalemia akut dapat diobati dengan pemberian glukosa dan insulin

intravena yang memasukan K+ ke dalam sel, atau dengan pemberian kalsium

glukonat 10% intravena dengan hati-hati sementara EKG terus diawasi. Bila

kadar K+ tidak dapat diturunkan dengan dialisis, maka dapat digunakan resin

penukar kation natrium polistiren sulfonat (Kayexalate).

c. Pengobatan untuk anemia yaitu : rekombinasi eritropoetin (r-EPO) secara

meluas, saat ini pengobatan untuk anemia uremik : dengan memperkecil


14

kehilangan darah, pemberian vitamin, androgen untuk wanita, depotestoteron

untuk pria dan transfusi darah.

d. Pada asidosis metabolic pemberian suplemen natrium karbonat atau dialysis

mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis jika kondisi ini menimbulkan

gejal

e. Pemberian heparin untuk mencegah pembekuan pada tempat dialysis selama

penanganan hemodialisis.

f. Dialisis : suatu proses dimana solut dan air mengalir difusi secara pasif

melalui suatu membran berpori dari suatu kompartemen cair menuju

kompartemen lainnya.

g. Dialisis peritoneal : merupakan alternatif dari hemodialisis pada penanganan

gagal ginjal akut dan kronik.

h. Pada orang dewasa, 2 L cairan dialisis steril dibiarkan mengalir ke dalam

rongga peritoneal melalui kateter selama 10-20 menit. Biasanya

keseimbangan cairan dialisis dan membran semipermeabel peritoneal yang

banyak vaskularisasinya akan tercapai setelah dibiarkan selama 30 menit.

i. Transplantasi ginjal : prosedur standarnya adalah memutar ginjal donor dan

menempatkannya pada fosa iliaka pasien sisi kontralateral. Dengan demikian

ureter terletak di sebelah anterior dari pembuluh darah ginjal, dan lebih

mudah dianastomosis atau ditanamkan ke dalam kandung kemih resipien.

2. Penatalaksanaan Keperawatan

Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit, biasanya cairan yang

diperbolehkan adalah 500-600 ml untuk 24 jam, penimbangan berat badan setiap

hari, batasi masukan kalium sampai 40-60 mEq/hr, mengkaji daerah edema.
15

3. Penatalaksanaan diit

Tinggi karbohidrat untuk mencegah kelemahan, rendah protein, rendah natrium,

batasi protein untuk meminimalkan pemecahan protein dan untuk mencegah

penumpukan hasil akhir toksik. Tetapi apabila ingin mengkonsumsi protein harus

memilih protein yang memiliki nilai biologis tinggi (produk susu, telur, daging).

Batasi makanan dan cairan yang mengandung kalium dan fosfor (pisang, buah

dan jus-jusan serta kopi). Biasanya cairan yang diperbolehkan adalah 500-600 ml

untuk 24 jam. Pemberian vitamin juga penting karena diet rendah protein tidak

cukup memberikan komplemen vitamin yang diperlukan. Selain itu, pada pasien

dialisis kemungkinakan kehilangan vitamin dengan larut dalam air melalui darah

selama penanganan dialisis.

Pemeriksaan diagnostik / laboratorium

Menurut Marilynn E .Doenges (2018) adalah sebagai berikut :

1. Urine

Volume : Biasanya kurang dari 400 ml / 24 jam (oliguria) atau urine tidak ada

(anuria)

Warna : Secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus bakteri,

lemah, partikel koloid, fosfat atau urat.

Berat jenis : Kurang dari 1,05 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan

ginjal berat).

Osmolalitas : Kurang dari 350 mОsm/kg menunjukkan kerusakan tubulus dan

rasio urine/serum sering 1 : 1.

Klirens Kreatinin :Mungkin agak menurun.stadium satu CCT(40-70ml/menit),

stadium
16

kedua, CCT (20-40ml/menit) dan stadium ketiga, CCT(5 ml/menit)

Natrium : Lebih besar dari 40 g/dl, karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi

natrium. (135-145 g/dL)

Protein : Derajat tinggi proteinuria (3 – 4 + ) secara kuat menunjukkan

kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada. Derajat rendah

proteinuria (1 – 2 +).

2. Darah

BUN/ Kreatinin : Meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi, kadar

kreatinin 10 mg/dl. Diduga batas akhir mungkin rendah yaitu 5

Hitung darah lengkap : Ht namun pula adanya anemia Hb : kurang dari 7 – 8

9/dl, Hb untuk perempuan (13-15 g/dL), laki-laki (13-16 g/dL)

SDM : Waktu hidup menurun pada defesiensi eriropoetin seperti pada

azotemia.

GDA : PH : penurunan asidosis (kurang dari 7,2) terjadi karena kehilangan

kemampuan ginjal untuk mengekskresi hidrogen dan amonia atau hasil akhir

katabolisme protein. Bikarbonat menurun PCo2 menurun natrium serum

mungkin rendah (bila ginjal ”kehabisan” natrium atau normal (menunjukkan

status difusi hipematremia)

Kalium : Peningkatan normal (3,5- 5,5 g/dL) sehubungan dengan rotasi sesuai

dengan perpindahan selular (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis

SDM) pada tahap akhir pembahan EKG mungkin tidak terjadi sampai umum

gas mengolah lebih besar.

Magnesium / fosfat meningkat di intraseluler : (27 g/dL), plasma (3 g/dL),

cairan intersisial (1,5 g/dL).


17

Kalsium : menurun. Intra seluler (2 g/dL), plasma darah (5 g/dL), cairan

intersisial (2,5 g/dL)

Protein (khususnya albumin3,5-5,0 g/dL) : kadar semua menurun dapat

menunjukkan kehilangan protein melalui urine pemindahan cairan penurunan

pemasukan atau penurunan sintesis karena asam amino esensial.

3. Osmolalitas serum : lebih besar dari 285 mos m/kg. Sering kali sama dengan urine.

4. Ultrasonografi ginjal : Mengkaji ukuran ginjal yang dapat berhubungan dengan

kondisi tertentu, dan juga berfungsi untuk mengetahui adanya tumor, penyakit polikistik

atau obstruksi lain pada sistem perkemihan atas.

5. Computed tomographic : Menunjukkan gangguan pembuluh darah dan massa

ginjal.

6. Sinar x ginjal, ureter, kandung kemih: Menunjukkan ukuran dan struktur ginjal,

ureter dan kandung kemih. Menunjukkan adanya abnormalitas seperti kista, tumor, atau

batu

7. Angiografi aortorenal : mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi

ekstravasukularitas dan massa.

8. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya massa. Kista obstruksi

pada saluran kemih bagian atas.

9. Biopsi ginjal : dilakukan ketika kerusakan ginjal atau proteinuria mencapai rentang

nefrotik dan juga diagnostik belum diketahui dengan jelas.

10. Volding cystourethrogram (VCUG) : menunjukkan ukuran kandung

kemih dan mengidentifikasi aliran balik ke dalam ureter atau retensi yang

disebabkaln oleh obstruksi pascarenal atau gagal pascarenal.

D. Pengkajian
18

Menurut Brunner & Suddarth (2013) adalah sebagai berikut:

1. Neurosensori

Sakit kepala, penglihatan kabur, kram, rasa terbakar, mati rasa, kesemutan dan

kelemahan terutama pada ekstremitas bawah (neuropati perifer).

2. Pernapasan

Napas pendek, dispnea terjadi mendadak pada malam hari tanpa diketahui

penyebabnya, batuk dengan atau tanpa sputum yang kental.

3. Aktivitas/Istirahat

Keletihan yang luar bias, kelemahan, malaise, gangguan tidur yaitu insomnia

atau sulit tidur, gelisah, dan somnolen.

4. Makanan/Cairan

Peningkatan berat badan (edema), penurunana berat badan (malnutrisi),

anoreksia, nyeri ulu hati, mual, muntah, distensi abdomen, napas berbau amonia

5. Eliminasi

Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, kembung diare atau konstipasi.

6. Higiene

Kurus, kering, kuku dan rambut mudah patah.

7. Nyeri/Ketidaknyamanan

Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot atau nyeri pada tungkai yang memburuk

terjadi pada malam hari.

8. Seksualitas

Penurunan libido, amenorea, infertilitas, dan juga disfungsi ereksi.

9. Interaksi Sosial
19

Kesulitan yang disebabkan oleh kondisi, seperti tidak dapat bekerja,

mempertahankan hubungan sosial, atau fungsi peran yang biasa di keluarga.

10. Integritas Ego

Penyangkalan, ansietas, takut, marah, iritabilitas, perubahan kepribadian.

E. Diagnosa Keperawatan

Menurut NANDA NIC NOC Jilid 2, 2015 adalah sebagai berikut :

1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung, penurunan

perifer yang mengakibatkan asidosis laktat.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia

3. Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urine, diet berlebih dan retensi

cairan serta natrium.

4. Nyeri akut b.d agen pencederan fisiologis

5. Intoleransi aktivitas b.d keletihan

6. Kerusakan integritas kulit b.d pruiritas

E. Perencanaan dan Kriteria Hasil

Setelah diagnosa keperawatan ditemukan, dilanjutkan dengan menyusun

perencanaan untuk masing-masing diagnosa yang meliputi prioritas diagnosa

keperawatan, penetapan tujuan dan kriteria evaluasi. Menurut (NANDA NIC NOC

Jilid 2, 2015) sebagai berikut

1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung penurunan

perifer yang mengakibatkan asidosis laktat.

Tujuan : Tidak terjadi gangguan pertukaran gas

Kriteria Hasil : Menunjukkan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang

adekuat
20

Intervensi:

a) Buka jalan nafas klien

b) Posisikan pasien semifowler untuk memaksimalkan ventilasi

c) Auskultasi suara nafas

d) Monitor rata-rata kedalaman, irama dan usaha respirasi

e) Lakukan suction

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan

muntah, pembatasan diet, dan perubahan membrane mukosa mulut.

Tujuan : Masukan nutrisi yang adekuat

Kriteria hasil : Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan, berat

badan ideal sesuai dengan tinggi badan, mampu mengidentifikasi kebutuhan

nutrisi, menunjukkan tidak ada tanda-tanda malnutrisi, menunjukkan

peningkatan fungsi pengecapan dan menelan, tidak ada penurunan berat badan

yang berarti.

Intervensi :

a) Kaji status nutrisi : perubahan BB, pengukuran antropometrik, nilai

laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin, protein, transferin dan kadar

bersih)

b) Kaji pola diet nutrisi pasien : riwayat diet, makanan kesukaan, hitung kalori.

c) Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi : anoreksia, mual

atau muntah, diet yang tidak menyenangkan bagi pasien, depresi, kurang

memahami, pembatasan diet, stomatitis

d) Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis tinggi sel telur,

produk susu dan daging


21

e) Kolaborasi jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet

berlebihan dan retensi cairan dan natrium.

Tujuannya : Mempertahankan berat badan ideal tanpa kelebihan volume cairan

Kriteria Hasil : Menunjukkan turgor kulit normal tanpa ada edema, melaporkan

adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi nafas pendek, menunjukkan

tidak adanya distensi vena leher, mempertahankan pembatasan diet cairan,

melaporkan tidak adanya kecemasan dan kebingungan

Intervensi :

a) Kaji status cairan : timbang BB harian, keseimbangan masukan dan haluaran,

turgor kulit dan adanya edema, distensi vena leher, tekanan darah, denyut

nadi dan irama nadi.

b) Batasi masukan cairan

c) Identifikasi cairan potensial cairan : medikasi dan cairan yang digunakan

untuk pengobatan oral dan intravena, makanan.

d) Kaji lokasi dan luas edema

e) Jelaskan pada pasien dan keluarga rasional pembatasan cairan

f) Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan

g) Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan sering

4. Nyeri akut b.d agen pencederaan fisiologis

Tujuan : Nyeri berkurang atau tidak ada

Kriteria Hasil :
22

Menunjukkan mampu mengontrol nyeri dengan mengetahui penyebab nyeri,

mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, dan

dapat melaporkan nyeri berkurang.

Intervensi:

a) Lakukan pengkajian nyeri

b) Observasi reaksi non verbal dari ketidakyamanan klien

c) Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam

d) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri

e) Berikan analgetik

5. Kerusakan integritas kulit b.d pruiritas

Tujuannya : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

Kriteria Hasil : Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, tidak ada luka/lesi

pada kulit

Intervensi :

a) Anjurkan pasien untuk mneggunakan pakaian yang longgar

b) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

c) Mobilisasi pasien setiap dua jam sekali

d) Monitor kulit akan adanya kemerahan

e) Oleskan lotion pada daerah yang tertekan

f) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

6. Intoleransi aktivitas b.d keletihan

Tujuan : Dapat beraktivitas sendiri tanpa bantuan

Kriteria hasil : Menunjukkan mampu beraktivitas sehari-hari secara mandiri,

berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi
23

dan respirasi, tanda-tanda vital menunjukkan normal, mampu berpindah dengan

atau tanpa bantuan.

Intervensi :

a) Kaji adanya faktor yang menyebabkan kelelahan

b) Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik

c) Monitor pola tidur dan lamanya tidur / istirahat pasien.


24

BAB III

TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menbuat asuhan keperawatan pada Tn.A klien dengan Chronic

Kidney Desease mulai dari pengkajian, diagnosa, rencana, pelaksanan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 3-5 Agustus 2019 pada pukul 11.00 wib dilantai

VI Paviliun Darmawan RSPAD Gatot Soebroto. Tn. A masuk perawatan pada

tanggal 31 Juli 2019 pada pukul 07.00 wib. Nomor registrasi 915268 dengan

diagnosa Chronic Kidney Disease On Hemodialisa dan diperoleh data sebagai

berikut.

1. Identitas klien

Klien bernama Tn. A, laki-laki, usia 50 tahun, status menikah, beragama kristen

katolik, suku bangsa Jawa, pendidikan SMA, bahasa yang digunakan bahasa

Indonesia, pekerjaan Pegawai Swasta, alamat Jl. Menteng Dalam No.5 RT

010/011 Jakarta Pusat sumber biaya BPJS Mandiri, sumber informasi diperoleh

dari klien dan keluarga.

2. Resume

Pada tanggal 30 Juli 2019, Klien datang ke IGD pukul 02.00 WIB dengan

keluhan sulit buang air kecil, setiap buang air kecil hanya sedikit- sedikit dan

terasa sakit, tampak adanya edema pada ekstremitas bawah kanan dan kiri, dan

juga klien mengatakan nyeri pinggang. Klien memiliki riwayat hipertensi,

kesadaran composmentis, GCS 15, terpasang Haplock di tangan kiri, ADL


25

dibantu, nilai motorik 5555 5555 tekanan darah 150/90 mmHg, nadi
3333 3333
75x/menit, frekuensi nafas 19x/menit, suhu :37,5°c. Lalu masuk ke ruangan

paviliun darmawan lantai VI pada tanggga 31 Juli 2019 dengan diagnosa CKD

ON HD. Klien melakukan HD 2x/minggu pada hari selasa dan jumat. Dengan

hasil pemeriksaan laboratorium klinik tanggal yaitu hemoglobin: 10,9 g / dl,

hematokrit : 42 %, eritrosit : 5.0 juta / ul, leukosit: 9980 / ul, trombosit: 190.000 /

ul, bilirubin total : 2.00 mg/dl, albumin: 3.0 g/ dl, ureum : 110 mg/dl, kreatinin :

3,3 mg/dl, natrium : 135 mEq/l, kalium : 4,8 mEq/, klorida : 106 mEq/l. Hasil

USG : Ginjal , vesika urinaria, dan prostat, kedua ginjal ukuran membesar, ureter

proximal melebar, tidak ada batu. Masalah keperawatan yaitu Retensi urine,

gangguan volume cairan, dan gangguan mobilitas. Tindakan yang telah

dilakukan yaitu memasang kateter urine dan urine keluar 50 ml, mengukur TTV,

memberi terapi obat Cefotaxime 1gr 2x1 (injeksi intravena), dan Paracetamol

500mg (per oral), memberi posisi semi fowler pada klien dan memantau input

dan output, semua masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan.

3. Riwayat keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan utama sulit buang air kecil, pada saat buang air kecil hanya sedikit-

sedikit, dan setiap buang air kecil terasa sakit.

b. Riwayat kesehatan masa lalu

Klien mengatakan memiliki riwayat Hipertensi dan pemakaian obat

Amlodipin 1x10mg. Klien tidak ada alergi terhadap makanan, obat, binatang

dan lingkungan. Klien tidak pernah mengalami kecelakaan.


26

c. Riwayat kesehatan keluarga (Genogram)

sakit tua

th
th
sakit tua sakit tua sakit tua

sehat sehat

65 th 60 th 50
th 43
th

sehat sehat
50 th 45 th

CKD ON HD sehat

25 th 20 th 17 15
th th

sehat sehat sehat sehat

Keterangan gambar

: laki-laki : perempuan

: meninggal

: Klien

: tinggal dalam satu rumah

Riwayat yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor

risiko tidak ada.


27

d. Riwayat psikososial dan spiritual

Orang yang terdekat dengan klien adalah istrinya. Pola komunikasi dalam

keluarga dua arah, tidak mengikuti kegiatan kemasyarakatan, pembuat

keputusan anaknya, dampak penyakit terhadap keluarga : keluarga merasa

sedih karena klien sakit dan harus dirawat. Masalah yang mempengaruhi klien

saat ini adalah klien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya.

Mekanisme koping saat ini klien mempunyai masalah yaitu tidur dan

bermusyawarah bersama keluarga untuk memecahkan masalah. Hal yang

sangat dipikirkan saat ini klien tidak dapat beraktivitas seperti biasanya. klien

setelah mengalami perawatan klien ingin cepat sembuh dan berkumpul dengan

anaknya. Tidak ada nilai yang bertentangan dengan kesehatan dan aktivitas

agama/kepercayaan, yang dilakukan saat ini adalah berdoa sebelum dan sesuai

tidur serta selalu berzikir.

e. Kondisi lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini

Rumah klien jauh dari jalan raya dan pasar. Ventilasi rumah baik dan keadaan

rumah klien jauh dari keramaian. Tidak ada kondisi lingkungan rumah yang

mempengaruhi kesehatan klien saat ini.

f. Pola kebiasaan

1) Pola nutrisi

Sebelum sakit, frekuensi makan 3 x /hari. Klien makan habis 1 porsi,

makanan yang disukai klien makanan yang asin, tidak ada makanan yang

tidak disukai, tidak ada makanan yang membuat alergi, tidak ada makanan

pantangan, diet makan biasa. Tidak menggunakan alat bantu.


28

Saat ini, Frekuensi makan 3 x /hari nafsu makan klien menurun. Klien

makan habis ¾ porsi, tidak ada makanan yang tidak disukai. Tidak ada

makanan yang membuat alergi dan makanan yang di larang adalah tinggi

garam dan tinggi protein. Makanan sehat diet makan lunak, makanan diit

rendah garam dan diit rendah protein.

2) Pola eliminasi

Sebelum sakit klien bak dengan frekuensi 5 – 6 x /hr warna kuning jernih

ada keluhan saat bak yaitu sakit dan nyeri, tidak menggunakan alat bantu.

Saat ini klien bak frekuensi tidak tentu, warna kuning jernih, keluhan bak

keluar hanya sedikit-sedikit dan nyeri, sebelum sakit bab klien 1 x /hr.

Waktu pagi hari, warna kuning, konsistensi lunak, tidak ada keluhan dan

tidak menggunakan laxatif/pencahar. Saat ini frekuensi bab 1 x /hari.

Waktu tidak tentu, warna kecoklatan, konsistensi lunak tidak ada keluhan

bab, tidak menggunakan laxatif.

3) Pola personal hygiene

Sebelum saat, klien mandi 2 x /hari, waktu pagi dan sore. Saat ini mandi 1

x /hari. Waktu pagi hanya dilap saja. Sebelum sakit, klien oral hygiene 3

x/hari waktu pagi hari, saat ini klien hanya oral hygiene 1/hari pada pagi

hari. Sebelum sakit klien cuci rambut, frekuensi 2 x/ hati, saat ini klien

belum cuci rambut terhitung dari awal masuk.

4) Pola istirahat dan tidur


29

Sebelum sakit, klien tidur siang 2 - 3 jam/hari, lama tidur malam 5 – 6

jam/hari kebersihan sebelum tidur menonton TV. Saat ini, lama klien tidur

siang tidak tentu, sering terbangun. Saat ini klien lama tidur malam 2 – 3

jam dan sering terbangun, kebiasaan sebelum tidur ngobrol bersama

anaknya.

5) Pola aktivitas dan latihan

Sebelum sakit, waktu bekerja pagi, olahraga sering dilakukan jenis

olahraga jalan pagi, frekuensi 1 x /minggu, keluhan dalam beraktifitas

tidak ada. Saat ini klien tidak bekerja karena sedang dirawat di RS, klien

tidak pernah olah raga, merasa lemah pada saat beraktivitas/bergerak.

6) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan

Klien tidak pernah merokok dan tidak mengkonsumsi minuman keras atau

NAPZA

4. Pengkajian fisik

a. Pemeriksaan fisik umum

Berat badan sebelum sakit 60 kg, berat badan saat ini 50kg, tinggi badan

160cm, tekanan darah 150/90 mmHg. Nadi 88 x/menit, frekuensi napas 20

x /menit suhu tubuh 36oC, keadaan umum sedang, tidak ada pembesaran

kelenjar getah bening.

b. Sistem Penglihatan

Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal.

Konjungtiva anemis, kornea normal, sklera anikterik, pupil, isokor, otot-otot

mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan kabur. Tidak ada tanda-tanda
30

radang tidak memakai kaca mata baca , tidak menggunakan lensa kontak,

reaksi terhadap cahaya baik.

c. Sistem pendengaran

Daun telinga normal kondisi telinga tengah normal, tidak ada cairan dari

telinga tidak ada perasaan penuh ditelinga tidak ada biritus, fungsi

pendengaran normal tidak ada gangguan keseimbangan, tidak memakai alat

bantu dengar.

d. Sistem wicara

Normal, tidak ada aphasia, aphonia, dysatria, dysphasia, anorthia.

e. Sistem pernapasan

Jalan napas bersih tidak ada sumbatan, tidak sesak napas, tidak menggunakan

alat bantu pernapasan, frekuensi 20 x/ mt, irama teratur, jenis pernapasan

spontan, dalam, tidak batuk, tidak ada sputum, suara napas vesikuler, tidak

nyeri saat bernapas, tidak menggunakan alat bantu napas.

f. Sistem kardiovaskuler

Sirkulasi perifer, nadi 88 x/menit, irama teratur, tekanan darah 150/90 mmHg

tidak ada distensi Vena Jugularis, kanan dan kiri temperatur kulit hangat,

warna kulit pucat pengisian kapiler > dari 3 detik. Terdapat edema pada

daerah tungkai atas dan tungkai bawah. Sirkulasi jantung kecepatan denyut

apical 86 x /menit irama teratur tidak ada kelainan bunyi jantung, tidak ada

nyeri dada.

g. Sistem hematologi

Klien tampak pucat, tidak ada perdarahan, seperti petechie, purpura mimisan,

perdarahan gusi, echimosis.


31

h. Sistem saraf pusat

Tidak ada keluhan vertigo, migran, kesadaran compos mentis, GCS : E:4, M 6

: V:5 tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK. Tidak ada gangguan persarafan

refleks fisiologis normal dan reflek patologi normal.

i. Sistem pencernaan

Gigi klien bersih, tidak menggunakan gigi palsu, ada stomatitis, lidah bersih

saliva normal, klien kadang mual dan muntah tidak ada, ada nyeri pada

pinggang, bising usus 12 x /menit, tidak diare warna feses kecoklatan,

konsistensi setengah padat tidak ada konstipasi, abdomen lembek, dan hepar

tidak teraba.

j. Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak ada luka

gangren.

k. Sistem urogenital

Klien bak sedikit-sedikit, balance cairan, intake : 1200 cc/24 jam output:

urine: 100/ 24 jam, IWL 750/24 jam. Balance : +350 cc / 24 jam, terdapat

retensi pada pola kemih bak warna kuning jernih, tidak terdapat distensi

kandung kemih.

l. Sistem integumen

Turgor kulit kurang elastis, kering sedikit bersih, kulit hangat,warna kulit

pucat, kondisi kulit daerah pemasangan infus normal.

m.Sistem muskoleskeletal

Klien mengalami kesulitan dalam pergerakan karena cepat lelah dan nyeri saat

bergerak, tidak ada kelainan struktur tulang.


5555 5555
3333 3333
32

5. Pemeriksaan penunjang

Hasil laboratorium tanggal 2 Agustus 2019

Hematologi Saat Ini Nilai Rujukan

Haemoglobin : 10,9 g / dl (12 – 16g/ dl)

Hematokrit : 42 % (37 – 47%)

Eritrosit : 5.0 juta / ul (4,3 – 6,0 juta / ul)

Leukosit : 9980 / ul (4500 – 10500 / ul)

Trombosit : 190.000 / ul (150.000 – 400.000 / ul)

MCH : 31 pg (27 – 32 pg)

MCHC : 34g/ dl (32 – 36 g/dl)

Kimia Klinik

Bilirubin total : 2.00 mg/dl (<1.5 mg/dl)

Albumin : 3.0 g/ dl (3.5 – 5.0 g/ dl)

Ureum : 110 mg/dl (20-50 mg/dl)

Kreatinin : 3,3 mg/dl (0,5 – 1,5 mg/dl)

Natrium : 135 mEq/l (135 – 145 mEq/ l)

Kalium : 4,8 mEq/l (3,5 – 5,3 mEq/l)

Klorida : 106 mEq/l (100 – 106 mEq/ l)

Hasil USG tanggal 1 Agustus 2019 : Ginjal dan vesika urinaria, kedua ginjal

ukuran membesar, ureter proximal melebar, tidak ada batu.


33

6. Penatalaksanaan (therapi/ pengobatan termasuk diet)

Prorenal 3x/hari (Per Oral) Omeprazole 2x40 mg/12 jam Iv

Asam folat (Per Oral) Vitamin B12 (Per Oral)

Tramadol 2 x1 (50 mg) Per Cefotaxime 1gr 2x1 (Intra Vena)

oral

Terpasang infuse RL 500 cc

7. Data fokus

a. Data Subjektif

1) Klien mengatakan nyeri daerah pinggang skala nyeri 3

2) Klien mengatakan mual

3) Klien mengatakan nafsu makan menurun

4) Klien mengatakan BAK hanya sediki-sedikit dan terasa sakit

5) Klien mengatakan klien sulit bergerak dan ADL dibantu

6) Klie mengatakan menghabiskan makan hanya ¾ porsi

7) Klien mengatakan terasa lemas

8) Klien mengatakan tidak dapat istirahat dengan nyaman

b. Data Objektif

1) TTV,TD : 150 / 80 mmHg. S : 360C. N: 88x/menit RR :20x/menit

2) Kesadaran komposmentis

3) Klien tampak meringis kesakitan

4) Klien tampak lebih banyak berbaring ditempat tidur

5) Terdapat odem di ekstremitas bawah kanan dan kiri

6) Klien tampak lemah


34

7) Klien tampak mual

8) Klien tampak gelisah

9) Kulit tampak kering

10) Konjungtiva anemis

11) Turgor kulit tidak elastis

12) Klien terpasang infuse RL 500 cc

13) Klien terpasang kateter folley no.18

14) Intake : 1200 cc/24 jam output: urine: 100/ 24 jam, IWL 750/24 jam.

balance : +350 cc / 24 jam,

15) BB sebelum sakit 60 kg,BB saat ini 50 Kg

16) IMT = BB/TB²

50/( 1,6)² = 19,53

17) Urinalisa : Protein : ++ (positif 2)

18) Hasil laboratorium tanggal 2 Agustus 2020

Haemoglobin : 10,9 g / dl (12 – 16g/ dl)

Hematokrit : 42 % (37 – 47%)

Eritrosit : 5.0 juta / ul (4,3 – 6,0 juta / ul)

Leukosit : 9980 / ul (4500 – 10500 / ul)

Trombosit : 190.000 / ul (150.000 –

400.000 /ul)

MCH : 31 pg (27 – 32 pg)

MCHC : 34g/ dl (32 – 36 g/dl)

Kimia Klinik

Bilirubin total : 2.00 mg/dl (<1.5 mg/dl)


35

Albumin : 3.0 g/ dl (3.5 – 5.0 g/ dl)

Ureum : 110 mg/dl (20-50 mg/dl)

Kreatinin : 3,3 mg/dl (0,5 – 1,5 mg/dl)

Natrium : 135 mEq/l (135 – 145 mEq/ l)

Kalium : 4,8 mEq/l (3,5 – 5,3 mEq/l)

Klorida : 106 mEq/l (100 – 106 mEq/ l)

8. Analisa data

No. Data Masalah


Etiologi

1. DS : Ketidakseimbangan Intake yang

1. Klien mengatakan nafsu makan nutrisi kurang dari tidak adekuat

berkurang kebutuhan tubuh (mual dan

2. Klien mengatakan klien mual muntah)

3. Klien mengatakan Makan ¾ porsi

DO :

1. Kesadaran komposmentis

2. TTV : TD : 150 / 80 mmHg, s : 360C

N : 88 x /menit Rr : 20 x/menit

3. Klien tampak mual

4. Klien tampak lemah

5. BB sebelum sakit 60 kg,BB saat ini 50

Kg
36

6. IMT = BB/TB²

50/( 1,6)² = 19,53

7. Albumin : 3.0 g/ dl

8. Konjungtiva anemis

2. Kelebihan volume Disfungsi


DS :
cairan ginjal
1. Klien mengatakan BAK hanya sedikit-

sedikit dan terasa sakit

DO :

1. TTV : TD : 150 / 80 mmHg, s : 360C

N : 88 x /menit Rr : 20 x/menit

2. Terdapat edema pada bagian

ekstremitas bawah kanan dan kiri

3. Turgor kulit tampak tidak elastis

4. Klien terpasang kateter folley no.18

5. Intake : 1200 cc/24 jam output: urine:

100/ 24 jam, IWL 750/24 jam.

Balance : +350 cc / 24 jam,

6. Klien terpasang infus RL 500 cc

7. Hasil lab tanggal 2 Agustus 2019

Natrium : 135 mEq/l


37

Ureum : 110 mg/dl

Kreatinin : 3,3 mg/dl

Kalium : 4,8 mEq/l

Klorida : 106 mEq/l

: 3.0 g/ dl

(3.5 – 5.0 g/ dl)Ureum

: 110 mg/dl

(20-50 mg/dl)

: 3,3 mg/dl

(0,5 – 1,5 mg/dl)

: 135 mEq/l

(135 – 145 mE

8. Hasil USG tanggal 1 Agustus 2019 :

Ginjal dan vesika urinaria, kedua

ginjal ukuran membesar, ureter

proximal melebar, tidak ada batu.


38

3. DS : Nyeri akut Agen

1. Klien mengatakan nyeri di bagian pencedera

pinggang fisiologis

2. Klien mengatakan tidak dapat istirahat

dengan nyaman

DO:

1. TTV : TD : 150 / 80 mmHg, s : 360C

N : 88 x /menit Rr : 20 x/menit

2. Klien tampak meringis kesakitan

P: Apabila bergerak berlebihan

Q: Seperti di tusuk-tusuk

R: Di bagian pinggang

S : Skala 3

T : Sekitar 3 menit dan hilang timbul

3. Klien tampak gelisah


39

4. DS : Gangguan Gangguan

1. Klien mengatakan klien sulit bergerak mobilitas fisik neuromuskular

dan ADL dibantu

DO :

1. Kesadaran composmentis

2. TTV,TD : 150 / 80 mmHg. S : 360C. N:

88x/menit RR :20x/menit

3. Klien tampak lebih banyak berbaring

ditempat tidur

4. ADL klien tampak dibantu

5. Terdapat odem di ekstremitas bawah

kanan dan kiri

6. GCS 15

7. Kekuatan otot

DS:
5.
1. Klien mengatakan klien sulit Gangguan Kelebihan

bergerak dan ADL dibantu integritas kulit volume cairan

2. Klien mengatakan BAK hanya

sedikit-sedikit

DO:

1. Kesadaran composmentis
40

B. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak

adekuat (mual dan muntah)

2. Kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal

3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

4. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular

5. Gangguan integritas kulit b.d kelebihan volume cairan

C. Perencanann, pelaksanaan, dan evaluasi

Setelah diagnosa keperawatan ditetapkan selanjutnya penulis membuat perencanaan,

dilanjutkan dengan pelaksanaan dan evaluasi untuk setiap diagnosa sesuai dengan

prioritas masalah sebagai berikut :

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak

adekuat (mual dan muntah)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.

Kriteria Hasil :

a) Klien tidak mengeluh mual

b) Makan habis 1 porsi

c) Nafsu makan meningkat

d) Klien terlihat segar

e) Albumin normal : 3.5-5.0 g/d

f) Hb normal : 12.0 – 16.0 g/dl

g) BB meningkat
41

Perencanaan :

a) Kaji keadaan umum klien

b) Kaji adanya mual dan muntah

c) Anjurkan klien makan sedikit tapi sering

d) Monitor hasil lab

e) Berikan obat asam folat 5mg (1x1) PO, vit b12 50mg (3x1) PO dan

omeprazole 40 mg iv.

Pelaksanaan:

Pada tanggal 3 agutus 2019

Pukul 10.00 mengkaji keadaan umum klien, hasil keadaan klien komposmentis

dan tampak lemah. Pukul 11.00 mengkaji adanya mual dan muntah hasil klien

mengatakan mual tetapi tidak ada muntah. Pukul 11.30 memberikan obat

omeprazole 40 mg melalui intravena hasil obat masuk lancar tanpa hambatan

dan tidak ada tanda-tanda alergi. Pukul 12.00 menganjurkan klien makan sedikit

tapi sering hasil klien menghabiskan makan ¾ porsi. Pukul 12.30 memberikan

obat asam folat 5 mg dan vitamin b12 50 mg melalui oral hasil klien minum

obat dengan lancar tidak ada tanda- tanda alergi.

Pada tanggal 4 agustus 2019

Pukul 09.00 mengkaji keadaan umum klien, hasil keadaan klien komposmentis

dan masih tampak sedikit lemah. Pukul 09.10 mengkaji adanya mual dan

muntah hasil klien mengatakan mual berkurang dan tidak ada muntah. Pukul

11.30 memberikan obat omeprazole 40 mg melalui intravena hasil obat masuk


42

lancar tanpa hambatan dan tidak ada tanda-tdan alergi. Pukul 12.00

menganjurkan klien makan sedikit tapi sering hasil klien menghabiskan makan

½ porsi. Pukul 12.30 Memberikan obat asam folat 5 mg dan vitamin b12 50 mg

melalui oral hasil klien minum obat dengan lancar tidak ada tanda- tanda alergi.

Pada tanggal 5 Agustus 2020

Pukul 14.00 mengkaji keadaan umum klien, hasil keadaan klien komposmentis

dan tampak bersemangat. Pukul 14.10 mengkaji adanya mual dan muntah hasil

klien mengatakan mual dan muntah tidak ada. Pukul 16.00 menganjurkan klien

makan sedikit tapi sering hasil klien menghabiskan makan 1 porsi. Pukul 18.00

memberikan obat asam folat 5 mg dan vitamin b12 50 mg melalui oral hasil

klien minum obat dengan lancar tidak ada tanda- tanda alergi.

Evaluasi

Pada tanggal 5 agustus 2019, pukul 20.00 WIB

S : klien mengatakan mual dan muntah tidak ada

Klien mengatakan nafsu makan bertambah

O: Klien tampak lebih segar

BB tidak terkaji

Klien tampak menghabiskan 1 porsi makan

A: Tujuan tercapai masalah teratasi

P : Tindakan keperawatan di hentikan

2. Kelebihan volume cairan b.d penurunan fungsi ginjal


43

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan klien tidak mengalami kelebihan volume cairan

Kriteria Hasil :

a) Tekanan darah normal (100-120/80-90 mmHg)

b) Output dan input cairan seimbang (1-2cc/kg BB/jam)

c) Tidak ada edema ekstremitas

d) Berat badan stabil

Perencanaan :

a) Kaji TTV klien

b) Kaji intake output cairan

c) Kaji adanya edema

d) Timbang berat badan setiap hari

e) Berika prorenal 3x/hari (Per Oral)

Pelaksanaan:

Pada tanggal 3 Agustus 2019

Pukul 08.00 mengkaji TTV klien, hasil TD :160/80 mmHg N: 100x/Menit S:

36,5°C RR : 21x/menit. Pada pukul 12.30 mengkaji intake output, hasil cairan

intake : 1200 cc/24 jam output: urine: 100/ 24 jam, IWL 750/24 jam. Balance

+350 cc / 24 jam. Pukul 12.50 mengkaji adanya edema, hasil tampak ada edema

di ekstremitas bawah kanan dan kiri. Pukul 13.00 memberikan prorenal melalui

oral, hasil obat masuk dengan lancar dan tidak ada tanda- tanda alergi.

Pada tanggal 4 Agustus 2019


44

Pukul 09.00 mengkaji TTV klien, hasil TD :150/90 mmHg N: 80x/Menit S:

36,6°C RR : 20x/menit. Pada pukul 13.00 mengkaji intake output, hasil cairan

intake : 1100 cc/24 jam output: urine: 100/ 24 jam, IWL 750/24 jam. Balance :

+250 cc / 24 jam,. Pukul 13.00 mengkaji adanya edema, hasil tampak ada edema

di ekstremitas bawah kanan dan kiri. Pukul 13.10 memberikan prorenal melalui

oral, hasil obat masuk dengan lancar dan tidak ada tanda- tanda alergi.

Pada tanggal 5 Agustus 2019

Pukul 14..40 mengkaji TTV klien, hasil TD :160/90 mmHg N: 70x/Menit S:

36,2°C RR : 19x/menit. Pada pukul 17.00 mengkaji intake output, hasil cairan

intake : 1300 cc/24 jam output: urine: 200/ 24 jam, IWL 750/24 jam. Balance :

+350 cc / 24 jam. Pukul 17.20 mengkaji adanya edema, hasil tampak ada edema

di ekstremitas bawah kanan dan kiri. Pukul 17.30 memberikan prorenal melalui

oral, hasil obat masuk dengan lancar dan tidak ada tanda- tanda alergi.

Evaluasi

Pada tanggal 5 Agustus 2019, pukul 20.00 WIB

S: Klien mengatakan BAK masih sedikit-sedikit

O: Hasil cairan intake : 1300 cc/24 jam output: urine: 200/ 24 jam, IWL 750/24

jam. Balance : +350 cc / 24 jam.

Ekstremitas bawah kanan dan kiri tampak edema

A : Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi

P: Lanjutkan tindakan keperawatan


45

3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan nyeri hilang atau berkurang.

Kriteria Hasil :

a) Klien tampak rileks

b) TTV normal

c) Klien tampak tidak meringis kesakitan

Perencanaan :

a) kaji nyeri klien

b) kaji TTV klien

c) anjurkan teknik relaksasi napas dalam

d) berikan obat tramadol 2x1 (50 mg) peroral.

Pelaksanaan :

Pada tanggal 3 Agustus 2020

Pukul 08.00 mengkaji TTV klien, hasil TD :160/80 mmHg N: 100x/menit

S:36,5°c RR: 21x/menit. Pukul 08.15 mengkaji nyeri klien, hasil klien

mengatakan nyeri apabila bergerak berlebihan, nyeri tersebut seperti ditusuk-

tusuk, lokasinya di bagian pinggang, skala 3, wkatunya sekitar 3 menit lalu hilang

timbul. Pada pukul 08.30 menganjurkan teknik relaksasi napas dalam, hasilnya

klien mengikuti anjuran perawat. Pada pukul 12.30 memberikan obat tramadol 50

mg per oral, hasil obat diminum dengan lancar tanpa hambatan dan tanpa ada

tanda- tanda alergi


46

Pada tanggal 4 Agustus 2019

Pukul 08.20 mengkaji TTV klien, hasil TD :150/90 mmHg N: 80x/menit S:36,6°c

RR : 20x/menit. Pukul 08.30 mengkaji nyeri klien, hasil klien mengatakan nyeri

apabila bergerak berlebih, nyeri tersebut seperti dicubit-cubit, lokasinya di bagian

pinggang, skala 2, waktunya sekitar 3 menit lalu hilang timbul. Pada pukul 08.35

menganjurkan teknik relaksasi napas dalam, hasilnya klien mengikuti anjuran

perawat. Pada pukul 12.30 memberikan obat tramadol 50 mg per oral, hasil obat

diminum dengan lancar tanpa hambatan dan tanpa ada tanda- tanda alergi.

Pada tanggal 5 Agustus 2019

Pukul 14.10 Mengkaji TTV klien, hasil TD :160/90 mmHg N: 70x/menit S:36,2°c

RR : 19x/menit. Pukul 14.20 mengkaji nyeri klien, hasil klien mengatakan nyeri

berkurang. Pada pukul 14.30 menganjurkan teknik relaksasi napas dalam, hasilnya

klien mengikuti anjuran perawat. Pada pukul 18.00 memberikan obat tramadol 50

mg per oral, hasil obat diminum dengan lancar tanpa hambatan dan tanpa ada

tanda- tanda alergi.

Evaluasi

Pada tanggal 5 Agustus 2019, pukul 20.00 WIB

S: Klien mengatakan nyeri berkurang

O: Wajah klien tampak rileks dan tidak meringis


47

A: Tujuan tercapai masalah teratasi

P: Hentikan tindakan keperawatan

4. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan klien tidak terjadi gangguan mobilitas fisik.

Kriteria Hasil :

a) Klien menunjukkan peningkatan pada mobilisasi

b) Klien bisa beraktivitas secara mandiri tanpa dibantu.

Perencanaan :

a) Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

b) Latih untuk mobilitas fisik / ROM

c) Ajarkan pasien ubah posisi dan berikan bantuan jika perlu

Pelaksanaan

Pada tanggal 3 Agustus 2019

Pukul 08.50 mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, hasil kemampuan

pasien masih belum bisa mobilisasi secara mandiri. Pukul 09.00 melatih

mobilitas fisik klien, hasil pasien masih harus dibantu dalam latihan mobilitas

fisik. Pukul 09.15 mengajarkan pasien bagaimana mengubah posisi dan

memberikan bantuan kepada pasien dalam mengubah posisinya, hasil pasien

masih harus dibantu dalam melakukan mobilisasi.


48

Pada tanggal 4 Agustus 2019

Pukul 09.00 Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, hasil kemampuan

pasien masih belum bisa mobilisasi secara mandiri. Pukul 09.10 Melatih

mobilitas fisik klien, hasil pasien masih harus dibantu dalam latihan mobilitas

fisik. Pukul 09.15 mengajarkan pasien bagaimana mengubah posisi dan

memberikan bantuan kepada pasien dalam mengubah posisinya, hasil pasien

masih harus dibantu dalam melakukan mobilisasi.

Pada tanggal 5 Agustus 2019

Pukul 14.50 Mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, hasil kemampuan

pasien masih belum bisa mobilisasi secara mandiri. Pukul 15.00 Melatih

mobilitas fisik klien, hasil pasien masih harus dibantu dalam latihan mobilitas

fisik. Pukul 15.15 mengajarkan pasien bagaimana mengubah posisi dan

memberikan bantuan kepada pasien dalam mengubah posisinya, hasil pasien

masih harus dibantu dalam melakukan mobilisasi.

Evaluasi

Pada tanggal 5 Agustus 2019, pukul 20.00 WIB

S: Pasien mengatakan pasien masih belum bisa bergerak atau mobilisasi secara

mandiri

O: Pasien tampak masih dibantu dalam mobilisasi

A: Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi

P: Lanjutkan tindakan keperawatan yaitu melatih mobilitas fisik pasien


49

5. Gangguan integritas kulit b.d kelebihan volume cairan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

tidak terjadi gangguan integritas kulit

Kriteria Hasil :

a) Tidak ada lesi pada kulit

b) Integritas kulit baik bisa dipertankan

Perencanaan :

a) Anjurkan pada klien menggunakan pakaian yang longgar

b) Jaga kebersihan kulit agar tetap kering dan bersih

c) Monitor kulit adanya kemerahan

d) Anjurkan klien mobilisasi

e) Kaji adanya edema

Pelaksanaan

Pada tanggal 3 Agustus 2019

Pukul 08.00 menganjurkan klien menggunakan pakaian yang longgar, hasil klien

mengikuti anjuran dari perawat. Pukul 08.30 menjaga kebersihan kulit, hasil kulit

klien bersih dan tetap kering. Pukul 09.00 memonitor adanya kemerahan, hasil

tidak ada kemerahan di kulit. Pukul 13.15 menganjurkan klien mobilisasi hasil

klien mengikuti anjuran perawat. Pukul 13.20 mengkaji adanya edema , hasil

adanya edema di ekstremitas bawah kanan dan kiri.

Pada tanggal 4 Agustus 2019


50

Pukul 08.20 menganjurkan klien menggunakan pakaian yang longgar, hasil klien

mengikuti anjuran dari perawat. Pukul 08.25 menjaga kebersihan kulit, hasil kulit

klien bersih dan tetap kering. Pukul 12.00 memonitor adanya kemerahan, hasil

tidak ada kemerahan di kulit. Pukul 13.0 menganjurkan klien mobilisasi hasil

klien mengikuti anjuran perawat. Pukul 13.10 mengkaji adanya edema , hasil

adanya edema di ekstremitas bawah kanan dan kiri.

Pada tanggal 5 Agustus 2019

Pukul 14.10 menganjurkan klien menggunakan pakaian yang longgar, hasil klien

mengikuti anjuran dari perawat. Pukul 14.15 menjaga kebersihan kulit, hasil kulit

klien bersih dan tetap kering. Pukul 18.00 memonitor adanya kemerahan, hasil

tidak ada kemerahan di kulit. Pukul 18.15 menganjurkan klien mobilisasi hasil

klien mengikuti anjuran perawat. Pukul 18.20 mengkaji adanya edema , hasil

adanya edema di ekstremitas bawah kanan dan kiri.

Evaluasi

S: -

O: Tampak esktremitas bawah kanan dan kiri terdapat edema

A: Tujuan tercapai sebagian, masalah belum teratasi

P: Lanjutkan tindakan keperawatan


51

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan yang ada pada teori dengan

kesenjangan yang ada pada kasus, mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pada pengkajian terdapat kesenjangan antara teori dan kasus. Pada teori pengkajian

pernapasan ditemukan adanya napas pendek, dispnea terjadi mendadak pada malam
52

hari tanpa diketahui penyebabnya, batuk dengan atau tanpa sputum yang kental,

sedangkan pada kasus tidak ditemukan, hal ini karena tidak adanya kelainan pada

napas dimana pernapasan klien : 22x/mnt. Pada teori pengkajian eliminasi ditemukan

adanya diare atau konstipasi, sedangkan pada kasus tidak ditemukan.

Pada pemeriksaan diagnostik atau laboratorium dilakukan pemeriksaan darah

lengkap, ultrasono ginjal, osmolalitas serum, computed tomographic , sinar x ginjal,

ureter, kandung kemih, angiografi aortorenal, biopsi ginjal, volding cystourethrogram

(VCUG). Sedangkan pada kasus hanya dilakukan pemeriksaan USG abdomen, dan

darah lengkap. Didapatkan pada pemeriksaan USG abdomen hasilnya yaitu ginjal ,

vesika urinaria, dan prostat, kedua ginjal ukuran membesar, ureter proximal melebar,

tidak ada batu. Analisa gas darah tidak dilakukan pada kasus karena tidak ada tanda-

tanda dari asidosis metabolik yaitu pernapasan cepat, pH menurun dan terjadi

penurunan kasadaran.

Pada saat pengkajian penulis menemukan adanya faktor pendukung yaitu pada saat

melakukan pengkajian untuk mengumpulkan klien dan keluarga klien sangat

kooperatif dalam meberikan informasi yang dibutuhkan penulis dan adanya kerjasama

yang baik antara perawat ruangan sehingga tidak ditemukan faktor penghambat.

B. Diagnosa Keperawatan

Pada teori ditemukan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang ada pada

teori, tetapi tidak ada pada kasus antara lain :

1. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti paru, penurunan curah jantung, penurunan

perifer yang mengakibatkan asidosis laktat

2. Intoleransi aktivitas b.d keletihan


53

Sedangkan diagnosa yang ada pada kasus tetapi tidak ada pada teori adalah :

1. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskular

Dalam menentukan diagnosa keperawatan penulis menemukan adanya faktor

pendukung yaitu data-data yang menunjang untuk mengangkat diagnosa tersebut

sedangkan faktor penghambat tidak ada.

C. Perencanaan

Dalam perencanaan meliputi prioritas masalah, tujuan dan kriteria hasil serta rencana

tindakan. Pada teori dan kasus ditemukan kesenjangan. Dalam pencapaian tujuan

pada kasus, penulis menetapkan batasan waktu, sedangkan pada teori tidak ada

batasan waktu dalam pencapaian tujuan. Waktu yang ditentukan penulis pada kasus 3

x 24 jam, karena penulis diberikan kesempatan memberikan asuhan keperawatan

selama 3 hari. Hal ini berdampak pula pada penetapan kriteria disesuaikan dengan

waktu yang diberikan dalam memberikan asuhan keperawatan.

Setelah menetapkan tujuan, pada rencana asuhan keperawatan tujuan/ hasil yang

diharapkan harus berdasarkan respon klien dan yang diamati oleh perawat (Kozier

Barbara, dkk. 2011: hal. 408)

Dalam proses menyusun rencana asuhan keperawatan klien, perawat melakukan

aktivitas berikut terlebih dahulu: menetapkan prioritas, mentapkan tujuan/ hasil yang

diharapkan, memilih intervensi keperawatan dan menulis program keperawatan.

(Kozier Barbara, dkk. 2011: hal. 405).

Menurut Maslow prioritas yang pertama ialah masalah yang mengancam kehidupan

pasien itu sendiri yaitu kebutuhan fisologis. Contohnya: kebutuhan fisiologis masalah

pernafasan, sirkulasi, nutrisi, hidrasi dan kecukupan cairan, eliminasi, pengaturan


54

suhu dan kenyamanan fisik. Prioritas yang kedua ialah masalah yang mengganggu

keamanan dan kenyamanan, misalnya lingkungan, bahaya dan takut. Prioritas yang

ketiga menurut maslow ialah masalah berhubungan dengan cinta dan mencintai.

Contohnya: isolasi sosial dan kehilangan orang yang dicintai. Prioritas yang keempat

ialah masalah yang mempengaruhi harga diri. Misalnya: ketidakmampuan mencuci

rambut. Prioritas yang kelima ialah masalah yang mengganggu pencapaian tujuan

pribadi misalnya aktualisasi diri (Suara Mahyar. 2013: hal. 102).

Pada kasus masalah yang penulis prioritaskan pertama adalah masalah

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake output tidak adekuat (mual

dan muntah). Dikarenakan pada klien ditemukannya gejala penurunan berat badan

yang drastis yaitu 10 kg, nafsu makan klien yang tidak meningkat, merasa mual

ketika makan, untuk itu harus dilakukan pemberian makan sedikit tapi sering,

motivasi klien agar tidak terjadi penurunan berat badan kembali, menganjurkan klien

untuk menghindari makanan yang mengandung garam tinggi dan protein tinggi,

kolaborasi pemberian makanan diit rendah natrium, dan diit rendah protein dengan

ahli gizi, timbang berat badan untuk mengontrol status nutrisi klien dan berikan

makan sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Perencanaan pada diagnosa keperawatan

kelebihan volume cairan yang ada pada teori tidak semua ditulis pada kasus, yaitu :

identifikasi cairan, tingkatkan dan dorong hygiene oral dengan sering, rencana ini

tidak ditulis karena disesuaikan dengan keadaan pasien. Hal ini perlu diprioritaskan

yang pertama karena dari masalah nutrisi tersebut dapat mengancam keselamatan

klien

Prioritas kedua yaitu kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal.

Dikarenakan pada klien ditemukan edema pada ektremitas bawah kanan dan kiri,
55

intake output yang tidak seimbang, dan juga nilai kreatinin yang tinggi yaitu 3,3

mg/dl, untuk itu menurut teori harus dilakukan monitor intake dan outpun cairan pada

klien, timbang berat badan setiap hari, kaji adanya edema, kolaborasi pemberian

rendah garam, dan rendah protein, tetapi pada kasus tidak dilakukan timbang berat

badan setiap hari, dikarenakan menyesuaikan dengan kondisi klien. Hal ini

diprioritaskn kedua karena dari masalah cairan tersebut dapat mengancam

keselamatan klien.

Prioritas ketiga yaitu nyeri akut b.d agen pencederaan fisiologis. Dikarenakan

klien mengeluhkan nyeri dengan karakteristik nyeri pada bagian pinggang dengan

skala 3. Hal ini perlu diprioritaskan ketiga karena nyeri dapat menimbulkan

penurunan kondisi klien yang dapat mengganggu pola kebiasan baik klien, untuk itu

diharuskan lakukan relaksasi nafas dalam, atur posisi yang nyaman untuk klien dan

anjurkan klien untuk dapat mengontrol gangguan nyeri dengan minum obat secara

teratur sesuai program dokter.

Prioritas keempat yaitu gangguan mobilitas fisik b.d gatau apa dah. Dikarenakan

klien mengatakan ADL dibantu, dan sulit untuk bergerak dikarenakan merasa sakit

pada saat bergerak berlebihan. Hal ini perlu diprioritaskan keempat karena gangguan

mobilitas fisik dapat menimbulkan kondisi klien yang dapat mengganggu pola

kebiasan baik klien, untuk itu diharuskan latih mobilitas fisik, dan ajarkan klien ubah

posisi.

Prioritas kelima yaitu gangguan integritas kulit b.d kelebihan volume cairan.

Dikarenakan ekstremitas klien bawah kanan dan kiri tampak adanya edema, dan juga

turgor kulit tidak elastis. Hal ini perlu diprioritaskan kelima atau terakhir karena
56

gangguan integritas kulit tidak menimbulkan dampak yang serius daripada masalah-

masalah sebelumnya.

Pada perencanaan tindakan pada kasus disesuaikan dengan diagnosa keperawatan

yang ditemukan pada klien dalam menyusun rencana tindakan disusun secara

sistematis, operasional, agar rencana yang dibuat dapat ditindaklanjuti oleh perawat

dinas sore dan dinas malam. Dalam perencanaan penulis tidak mengalami hambatan

karena setiap rencana disusun sesuai dengan kondisi klien dan mengacu pada teori

serta mendapat dukungan dan kerjasama dari klien dan perawat ruangan.

D. Pelaksanaan

Pada pelaksanaan semua rencana tindakan dapat dilaksanakan sesuai rencana yang

telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi klien. Semua tindakan yang dilakukan

dan respon klien terhadap setiap tindakan didokumentasikan pada catatan

keperawatan. Selain itu juga setiap perawat yang melakukan tindakan mencatat

didokumentasikan yang direncanakan, waktu pelaksanaan tindakan dan

menandatangani catatan perawatan yang dilakukan. Setelah dilakukan tindakan

keperawatan diberi tanggal ketika program tertulis tersebut telah dilaksanakan secara

teratur (Kozier Barbara, dkk. 2011: hal. 415).

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien disesuaikan dengan rencana

tindakan keperawatan yang telah dibuat, namun pada diagnosa keperawatan

kelebihan volume cairan rencana tindakan untuk timbang berat badan tidak

dilakukan karena melihat kondisi klien yang tidak memungkinkan untuk ditimbang

berat karena masih terdapat edema yang membuat klien sulit untuk mobilisasi.
57

Faktor pendukung dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien ini adalah

klien sangat kooperatif dan mau menerima tindakan keperawatan yang diberikan

penulis.

E. Evaluasi

Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah yang terakhir adalah

evaluasi terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Dari 5 diagnosa

keperawatan yang ditemukan pada klien ada 3 diagnosa keperawatan yang belum

teratasi yaitu kelebihan volume cairan b.d disfungsi ginjal, gangguan mobilitas fisik

b.d gangguan neuromuskuler , dan integritas kulit b.d kelebihan volume. Sedangkan,

nyeri akut b.d agen pencederaan fisiologis, dan ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat (mual dan muntah) sudah

teratasi.

Dalam evaluasi penulis mengalami hambatan dalam melakukan evaluasi proses dan

evaluasi hasil. Dikarenakan pendokumentasian yang dilakukan terhadap respon

tindakan belum optimal dilakukan, misalnya bagaimana kondisi klien setelah

dilakukan tindakan keperawatan secara menyeluruh dengan keluarga, untuk

mengatasi hal tersebut perawat bekerjasama dengan penanggung jawab ruangan dan

klien serta keluarga, sehingga penulis dapat melakukan evaluasi terhadap setiap

diagnosa keperawatan yang ditemukan. Faktor penunjang klien dan keluarga serta

perawat diruangan dapat bekerjasama dengan penulis sehingga asuhan keperawatan

dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.


58

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan mengenai beberapa hal yang telah

diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan membuat saran yang mungkin dapat bermanfaat

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan Chronic Kidney Desease.
59

A. Kesimpulan

Setelah memberikan asuhan keperawatan dan melakukan pembahasan antara teori

dan kasus, maka penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada pengkajian, data yang ditemukan sesuai dengan respon klien terhadap

penyakitnya sehingga data yang ditemukan tidak sesuai dengan teori. Hal ini

memberikan pengalaman bagi penulis bahwa respon klien terhadap penyakit

berbeda tergantung tingkat keparahan dan penerimaan klien terhadap penyakitnya.

Selain itu kerjasama dengan klien sangat membantu .

2. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus disesuaikan dengan data yang

diperoleh pada pengkajian sebagai respon klien terhadap penyakitnya, sehingga

pada kasus hanya ditemukan empat diagnosa keperawatan yang perlu diatasi oleh

perawat. Hal ini memberikan pengalaman pada penulis bahwa diagnosa

keperawatan dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh sebagai respon klien

terhadap penyakitnya.

3. Perencanaan dibuat sesuai dengan kondisi klien, mulai dari penentuan prioritas,

penetapan tujuan dan kriteria evaluasi serta menyusun rencana tindakan. Pada

penetapan tujuan ditentukan waktu pencapaian tujuan sebagai dasar untuk

melakukan evaluasi hasil rencana tindakan dibuat sistematis dan operasional agar

dapat dilaksanakan oleh perawat dinas sore dan dinas malam atau perawat yang

akan menindak lanjuti asuhan yang diberikan.

4. Pelaksanaan pada kasus disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat dan semua

tindakan yang dilakukan didokumentasikan pada catatan keperawatan yang

meliputi nomor diagnosa yang dilakukan tindakan, waktu, tindakan dan respon

klien serta tanda tangan perawat yang melaksanakan tindakan. Pada pelaksanaan
60

hambatan yang ditemukan adalah pendokumentasian di ruangan belum optimal.

hambatan yang tejadi tidak adanya salah satu dari anggota keluarga yang

menemani klien. Dan masih terdapatnya pelakasaaan yang terputus seperti

pemberian obat sehingga asuhan keperawatan yang diberikan belum optimal.

5. Evaluasi asuhan keperawatan dari keempat diagnosa yang ditemukan, tiga

diagnosa yang sudah teratasi dan satu diagnosa belum teratasi, karena kondisi

klien yang masih berisiko untuk terjadi masalah tersebut.

B. Saran

Setelah penulis menguraikan dan menyimpulkan, penulis dapat mengidentifikasi

kelebihan dan kekurangan yang ada, maka selanjutnya penulis akan menyampaikan

saran yang ditujukkan pada perawat ruangan, klien dan keluarga sebagai berikut :

1. Kerjasama dengan klien dan keluarga tetap dipertahankan dan ditingkatkan agar

asuhan yang diberikan pada klien akan lebih optimal.

2. Untuk perawat agar setiap kali melakukan tindakan keperawatan

mendokumentasikan semua tindakan dan respon klien terhadap tindakan yang

dilakukan, agar dapat melakukan evaluasi secara akurat dan valid.

3. Untuk klien agar dapat mengurangi ataupun menghindari makanan yang

mengandung garam tinggi dan protein tinggi, lakukan pola hidup sehat dan

kontrol kesehatan secara rutin untuk mengontrol status kesehatan.

4. Untuk keluarga klien agar dapat membantu kebutuhan dasar klien ketika klien

tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri sehingga asuhan keperawatan

dapat diberikan secara optimal.


61

DAFTAR PUSTAKA

Aisarsa, Sitifa. Syaiful A., dan Mefri Y. (2018). “Gambaran Klinis Penderita Penyakit
Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis di RSUP Dr. M. Djamil Padang”
. Jurnal Kesehatan Andalas, (hlm. 43).

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI (2018). Laporan Hasil Riset Dasar
(RISKESDAS) Indonesia Tahun 2018. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf.
(Diakses 7 April 2020).
62

Brunner & Suddarth. (2013). Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 8 V. Jakarta: EGC

Doenges, Marilynn E, dkk. (2014). RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN Pedoman


untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3.
Jakarta: EGC.

Harmilah. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem


Perkemihan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Infodatin.(2017). Situasi Penyakit Ginjal Kronis. http://www.depkes.go.id (Diakses pada


tanggal 6 April 2020).

Kozier Barbara, dkk. (2011). Buku Ajar FUNDAMENTAL KEPERAWATAN Konsep,


Proses & Praktik. Jakarta: EGC.

Masriadi. (2019). Epidemiologi Penyakit Tidak menular. Jakarta: CV


Trans Info Media.

Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. (2011). Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika.

Neliya. (2014) dalam Huzella, Maharani T dan Dwi A.(2018). Asuhan Keperawatan
Pada Klien Gagal Ginjal Koronik Dengan Ketidakefektifan Perfusi Jaringan
Perifer Di Ruang Hemodelisa RSUD Bangul Pasuruan.

Nurarif & Kusuma (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC
NOC, Edisi 2. Jakarta: EGC

Priyanti D., Farhana N. (2016). Perbedaan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Yang
Bekerja Dan Tidak Bekerja Yang Menjalani Hemodialisis Di Yayasan Ginjal
Diatrans Indonesia. INQUIRY Jurnal IlmiahPsikologi,Vol.7 No.1, Juli 2016,
hlm.41-47
http://journal.paramadina.ac.id/index.php/inquiry/article/view/82/52

Suara Mahyar, dkk. (2010). KONSEP DASAR KEPERAWATAN. Jakarta: CV Trans Info
Media.
63
64

Anda mungkin juga menyukai