OLEH:
NITA SYAMSIAH
NIDN 0031017501
Misi
1. Introduction (2 mins)
Assalamualaikum Wr. Wb/ Selamat pagi/siang semuanya, semoga dalam keadaan sehat.
Pada sesi ini kita akan mempelajari bersama topik mengenai Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
CKD
Penyakit ginjal kronis (PGK) adalah masalah kesehatan masyarakat global yang mempengaruhi lebih
dari 750 juta orang di seluruh dunia (Bikbov et al., 2018; Kassebaum et al., 2016). Menurut statistik WHO,
hampir 10% dari populasi didiagnosis dengan penyakit ginjal kronis di seluruh dunia, dan hanya 10%
dari populasi pasien ini yang menerima perawatan dialisis atau transplantasi untuk tetap hidup (Jain et
al., 2019). Sementara tingkat keparahan dan efek penyakit ginjal lebih kecil didapatkan di negara-negara
maju, bukti yang muncul menunjukkan bahwa negara-negara berkembang memiliki beban penyakit ginjal
yang sebanding atau bahkan lebih signifikan/ lebih berat (Luyckx et al., 2018). Di negara-negara
berkembang, prevalensi penyakit ginjal kronis (PGK ) adalah 14,3% pada populasi umum dan 36,1%
pada populasi berisiko tinggi (Ene-Iordache et al., 2016). Perkiraan data menunjukkan bahwa setidaknya
2,9 juta orang di Asia membutuhkan dialisis, dan terdapat kesenjangan alat sebesar (−66 %) dalam
ketersediaan dialisis (Bikbov et al., 2020).
Di Indonesia, prevalensi CKD pada penduduk berusia ≥15 tahun pada tahun 2013 adalah 2,0% dan
meningkat pada tahun 2018 menjadi 3,8% dari total populasi di Indonesia (Kementerian Kesehatan RI
Badan Penelitian dan Pengembangan, 2018). Sedangkan untuk pasien yang menjalani hemodialisa di
Indonesia, terjadi peningkatan dari tahun ke tahun, tercatat pada 2017, ada 77.892 orang dan meningkat
pada 2018 menjadi 132.142 orang. Selain itu, provinsi Jawa Barat memiliki jumlah pasien hemodialisis
tertinggi dengan 33.828 orang (Kementerian Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan,
2018).
MAIN LESSON
Learning Outcome’s
A. Konsep dasar CKD
B. Asuhan Keperawatan klien dengan CKD
Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi beragam,
mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif, dan pada umumnya berakhir dengan gagal
ginjal. Selanjutnya, gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal yang irreversible, pada suatu derajat memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa
dialisis atau transplantasi ginjal. (Suwitra, 2014)
Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi
renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah) . (Nuari dan Widayati, 2017)
2. Etiologi
Chronic Kidney Deases (CKD) seringkali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya sehingga
merupakan penyakit sekunder (secondary illness). Penyebab yang sering adalah diabetes mellitus dan
hipertensi. Selain itu ada beberapa penyebab lainnya, yaitu:
1. Glomerulonefritis
2. Pyelonefritis kronis, tuberkulosis
3. Polikistik ginjal
4. Renal nephrosclerosis
5. Neprolithisis
6. Sysctemic lupus erythematosus
7. Aminoglikosida
Menurut IRR (Indonesian Renal Registry) pada tahun 2017 ini proporsi etiologi CKD, urutan pertama
ditempati oleh hipertensi sebanyak 36% dan nefropati diabetic atau diabetic kidney deases menempati
urutan kedua.
Penyebab Jumlah
Hipertensi 10482
DM 4394
Peny. Kardiovaskuler 1424
Peny. Serebrovaskuler 365
Peny. Saluran Pencernaan 374
Peny. Sakuran kencing lain 617
Tuberkulosis 184
Hepatitis B 366
Hepatitis C 679
Keganasan 123
Lain-lain 1240
Klasifikasi Chronic Kidney Disease (CKD) didasarkan atas dua hal yaitu, atas dasar derajat (stage)
penyakit dan atas dasar diagnosis etiologi. Klasifikasi atas dasar derajat penyakit dibuat atas dasar LFG
yang dihitung dengan mempergunakanrumus Kockcroft-Gault sebagai berikut:
Tabel 2. Klasifikasi Penyakit Chronic Kidney Deases (CKD) atas Dasar Derajat
Penyakit (Guyton dan Hall, 2010).
Derajat Penjelasan LFG
(ml/mn/1,73m²)
1 Kerusakan ginjal dengan LFG normal atau ↑
≥ 90
2 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ ringan
60-89
3 Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ sedang
30-59
4
Kerusakan ginjal dengan LFG ↑ berat 15-29
5
Gagal ginjal <15 atau dialisi
4. Patofisiologi
a. Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens
kreatini. Akibat dari penurunan GFR, maka klirens kreatinin akan menurun, kreatinin akan
meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat.
b. Gangguan klirens renal
Banyak masalah muncul pada ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi,
menyebabkan penurunan klirens (subtansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal).
c. Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsetrasi atau mengencerkan urin secara normal.
Terjadi penahan cairan dan natrium, sehingga meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung
kongestif dan hipertensi.
d. Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritroprotein yang tidak adekuat, memendeknya usia sel
darah merah, defiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi pendarahan akibat status uremik
pasien, terutama dari saluran GI.
e. Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya
meningkat yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR maka tejadi peningkatan kadar fosfat
serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi
paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi
parathormon, akibatnya kalsium di dalam tulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan
penyakit tulang.
f. Penyakit tulang uremik (osteodiostrofi)
Terjadi perubahan kompleks kalsium fosfat dan keseimbangan parathormon.
Bagan .1 Pathway Chronic Kidney Disease (CKD) dan masalah keperawatan CKD.
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
5. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan gangguan yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai
organ koordinasi dalam peran sirkulasi memiliki fungsi yang banyak. Sehingga kerusakan kronis secara
fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor. Berikut ini adalah
tanda dan gejala yang ditunjukan oleh gagal ginjal kronis:
a. Ginjal dan gastrointestinal
Sebagai akibat dari hiponatremi maka timbul hipotensi, mulut kering, penurunan tugor kulit,
kelemahan, fatique, dan mual. Kemudian terjadi penurunan kesadaran dan nyeri kepala yang hebat.
Dampak dari peningkatan kalium adalah peningkatan iritabilitas otot dan akhirnya otot mengalami
kelemahan. Kelebihan cairan yang tidak terkompensasi akan mengakibatkan asidosis metabolik.
Tanda paling khas adalah penurunan urine output dengan sedimentasi yang tinggi .
b. Kardiovaskuler
Biasanya terjadi hipertensi, aritmia, kardiomyopati, uremic pericarditis, effusi perikardial (kemungkinan
bisa terjadi tamponade jantung), gagal jantung, edema periorbital dan edema perifer.
c. Respiratori sistem
Biasanya terjadi edema pulmonal, nyeri pleura, friction rub dan efusi pleura, crackles, sputum yang
kental, uremic pleuritis dan uremic lung dan sesak nafas.
d. Gastrointestinal
Biasanya menunjukkan adanya inflamasi dan ulserasi pada mukosa gastrointestinal karena stomatitis,
ulserasi dan perdarahan gusi, dan kemungkinan juga disertai parotitis, esofagitis, gastritis, ulseratif
duodenal, lesi pada usus halus/usus besar, colitis, dan pankreatitis. Kejadian sekunder biasanya
mengikuti seperti anoreksi, nause, dan vomitting.
e. Integumen
Kulit pucat, kekuning-kuningan, kecokelatan, kering dan ada scalp. Selain itu, biasanya juga
menunjukkan adanya purpura, ekimosis, petechiae, dan timbunan urea pada kulit.
f. Neurologis
Biasanya ditunjukkan dengan adanya neuropathy perifer, nyeri, gatal pada lengan dan kaki. Selain itu,
juga adanya kram pada otot dan refleks kedutan, daya memori menurun, apatis, rasa kantuk
meningkat, iritabilitas, pusing, koma, dan kejang. Dari hasil EEG menunjukkan adanya perubahan
metabolik encephalopathy.
g. Endokrin
Bisa terjadi infertilitas dan penurunan libido, amenorrhea dan gangguan siklus menstruasi pada
wanita, impoten, penurunan seksresi sperma, peningkatan sekresi aldosteron, dan kerusakan
metabolisme karbohidrat.
h. Hepatopoiteic
Terjadi anemia, penurunan waktu hidup sel darah merah, trombositopenia (dampak dari dialisis), dan
kerusakan platelet. Biasanya masalah yang serius pada sistem hematologi ditunjukkan dengan
adanya pendarahan ( purpura, ekimosis, dan petechiae).
i. Muskuloskeletal
Nyeri pada sendi tulang, demineralisasi tulang, fraktur pathologis, dan klasifikasi (otak, mata, gusi,
sendi, miokard). (Prabowo dan Pranata, 2014)
6. Penatalaksanaan
2. Dialisis
a. Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus-kasus emergensi. Sedangkan dialysis yang bisa
dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CPAD (Continues Ambulatiry
Peritonial Dialysis).
b. Hemodialisis
Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan invasif vena dengan menggunakan mesin.
Pada awalnya hemodilis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan : AV fistule (menggabungkan vena dan arteri) dan
double lumen (langsungpada daerah jantung atau vaskularisasi ke jantung).
3. Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal
(Muttaqin, 2011)
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Urin
a. Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tidak ada (anuria)
b. Warna: secara abnnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri,
lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb,
mioglobin, porifin.
c. Berat jenis: kurang dari 1.105 (menetap pada 1.010 menunjukkan kerusakan ginjal
berat).
d. Osmolalitas: kurang dari 350mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular, dan rasio
urine/serum sering 1:1.
e. Klirens kreatinin: mungkin agak menurun.
f. Natrium: lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi natrium.
g. Protein: derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada.
2. Darah
a. BUN/kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahapakhir.
b. Ht: menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7 – 8 gr/dl.
c. SDMmenurun, defisiensi eritropoitin dan GDA: asidosis metabolik, pHkurang dari 7, 2.
d. Natrium serum: rendah, kalium meningkat, magnesium meningkat,Kalsium
menurun dan Protein (albumin) menurun.
3. Osmolaritas serum lebih dari 285 mOsm/kg.
4. Pelogram retrogad: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
5. Ultrasono ginjal: menentukan ukuran ginjal dan adanya masa, kista,obstruksi pada
saluran perkemihan bagian atas.
6. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menetukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan
peningkatan tumor selektif.
7. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasiekstravaskuler, masa.
8. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
(Haryono, 2013)
Kelebihan volume cairan mengacu pada perluasan isotonik dari CES yang disebarkan oleh retensi air dan
natrium yang abnormal dalam proporsi yang kurang lebih sama dimana mereka secara normal berada dalam
CES. Hal ini selalu terjadi sesudah ada peningkatan kandungan natrium tubuh total, yang pada akhirnya
menyebabkan peningkatan air tubuh total. Kelebihan volume cairan ini dapat terjadi jika terdapat (Brunner &
Suddarth, 2013):
a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
b. Fungsi ginjal abnormal dengan penurunan eksresi natrium dan air.
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
d. Perpindahan cairan interstitial ke plasma.
Edema merupakan tanda dan gejala yang umum pada kelebihan volume cairan. Edema merujuk
kepada penimbunan cairan di jaringan subkutis dan menandakan ketidak seimbangan gaya-gaya
starling (kenaikan tekanan intravaskuler atau penurunan tekanan intravaskuler) yang menyebabkan
cairan merembes ke dalam ruang interstisial. Tindakan keperawatan dalam mengatasi overload
meliputi pemantauan tanda-tanda vital, status mental, CVP, distensi vena leher, suara nafas, berat
badan, status hidrasi, pemantauan adanya edema, asites, kolaborasi pembatasan cairandan pantau
intake output. (Anggraini dan Putri, 2016).
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) lebih menekankan pada support system untuk
mempertahankan kondisi keseimbangan dalam tubuh (hemodynamically process). Dengan tidak optimalnya/
gagalnya fungsi ginjal, makatubuh akan melakukan upaya kompensasi selagi dalam batas ambang kewajaran.
Tetapi, jika kondisi ini berlanjut (kronis), maka akan menimbulkan berbagai manifestasi klinis yang
menandakan gangguan sistem tersebut. Berikut ini adalah pengkajian keperawatan pada klien dengan CKD:
Riwayat Kesehatan
a. Biodata
Tidak ada spesisfikasi khusus untuk kejadian CKD, namun laki-laki sering mengalami resiko
lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola hidup sehat.
b. Keluhan utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang menyertai.
Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria) sampaipada anuria, penurunan
kesadaran karena komplikasi pada sistem sirkulasi- ventilasi, anoreksia, mual dan muntah,
diaforesis, fatigue, napas berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena
penumpukan (akumulasi) zat sisametabolisme/toksin dalam tubuh karena ginjal mengalami
kegagalan filtrasi.
f. Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping adaptif yangbaik. Pada klien
gagal ginjal kronis, biasanya perubahan psikososial terjadi pada waktu klien mengalami
perubahan struktur fungsi tubuh dan menjalani proses dialisa. Klien akan mengurung diri
dan lebih banyak berdiam diri (murung). Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang
dikeluarkan selama proses pengobatan, sehingga klien mengalami kecemasan.
urine. Apakah ada masalah yang berhubungan dengan pola eleminasi atau tidak, akan
ditemukan pola eleminasi penurunan urin, anuria, oliguria, abdomen kembung, diare atau
konstipasi.
5). Aktifitas
Kaji kebiasaan klien sehari-hari di lingkungan keluarga dan masyarakat. Apakah klien
mandiri atau masih tergantung dengan orang lain. Pada pasien gagal ginjal kronik
biasanya akan terjadi kelemahan otot, kehilangantonus, penurunan rentang gerak.
(Prabowo dan Pranata, 2014)
h. Data Psikososial
1). Body image
Persepsi atau perasaan tentang penampilan diri dari segi ukuran dan
bentuk.
2). Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana dia harus berperilaku berdasarkan
standar, tujuan, keinginan, atau nilai pribadi.
3). Identitas diri
Kesadaran akan diri sendiri yang sumber dari observasi dan penilaian diri
sendiri.
4). Peran diri
Perilaku yang diharapkan secara social yang berhubungan dengan fungsi
individu pada berbagai kelompok.
j. Data spiritual
Mengenai keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, penerimaan terhadap
penyakitnya, keyakinan akan kesembuhan dan pelaksanaan sebelum atau selama
dirawat.
Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Kondisi klien gagal ginjal kronis biasanya lemah (fatigue), tingkat kesadaran menurun
sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi system saraf pusat. Pada
pemeriksaan TTV sering dipakaiRR meningkat (tachypneu), hipertensi/hipotensi sesuai
dengan kondisi fluktuatif.
2) Pemeriksaan fisik
(1) Sistem pernafasan
Adanya bau urea pada bau napas. Jika terjadi komplikasi asidosis/alkalosis
respiratorik maka kondisi pernapasan akan mengalami patologis gangguan. Pola
napas akan semakin cepat dan dalam sebagai bentuk kompensasi tubuh
mempertahankan ventilasi (Kussmaull).
Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium atau radiologi perlu dilakukan untuk memvalidasi dalam menegakkan
diagnose sebagai pemeriksaan penunjang. Menurut Padila, 2012 data penunjang pada pasien CKD
adalah sebagai berikut:
1. Laboratorium
Ureum kreatinin biasanya meninggi biasanya perabandingan antara ureum dan kreatinin kurang
20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, pengobatan
steroid, dan obstruksi saluraan kemih. Perbandingan ini berkurang, ureum lebih kecil dari kreatinin,
padadiet rendah protein dan tes klirens kreatinin yang menurun. Terjadi asidosis metabolic dengan
kompensasi respirasi menunjukan pH menurun, BE yang menurun, HCO3 yang menurun,
semuanya disebabkanretensi asam-asam organik pada gagal ginjal.
2. Radiologi
Foto polos abdomen untuk melihat bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau adanya suatu
obstuksi). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal,oleh sebab itu penderita diharapkan tidak
puasa.
3. Ultrasonografi (USG)
Gambaran dari ultrasonografi akan memberikan informasi yang mendukung untuk menegakkan
diagnosis gagal ginjal. Pada klien gagal ginjal biasanya menunjukkan adanya obstruksi atau
jaringan parut pada ginjal. Selain itu, ukuran dari ginjal pun akan terlihat.
4. Renogram
Untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vascular,parenkim, ekskresi) serta
sisa fungsi ginjal.
5. EKG
Untuk melihat kemungkinan : hipertropi ventrikel kiri, tanda-tanda perikarditis, aritmia, gangguan
elektrolit (hiperkalemia).
Analisa data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengambilan daya pikir dan penalaran yang
dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian tentang
substansi ilmukeperawatan dan proses penyakit. (Muttaqin, 2011).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada klien dengan Chronic KidneyDeases (CKD) adalah:
(Nurarif dan Kusuma, 2015)
1. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, penurunancurah jantung,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat. (Nanda-I Diagnosis Keperawatan: Definisi
dan Klasifikasi, 2018) (Nurarif dan Kusuma, 2015).
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urin, retensi cairan dan
natrium, dan diet berlebih. (Nanda-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, 2018) (Nurarif
dan Kusuma, 2015).
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuthan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan
muntah, pembatasan diet, dan perubahan membran mukosa mulut. (Nanda-I Diagnosis
Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, 2018) (Nurarif dan Kusuma, 2015).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi produk sampah. (Nanda-I
Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, 2018) (Nurarif dan Kusuma, 2015).
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritas, gangguan status metabolik sekunder.
(Nanda-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, 2018) (Nurarif dan Kusuma, 2015).
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perlemahan aliran darah keseluruh
tubuh. (Nanda-I Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, 2018) (Nurarif dan Kusuma,
2015).
2. Tuliskan edukasi apa saja yang penting disampaikan pada klien terkait konsumsi cairan?
_________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
3. Tuliskan edukasi apa saja yang penting disampaikan pada klien terkait konsumsi makanan?
_________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
LESSON WRAP-UP
You are done with this session! Let’s track your progress. Shade the session number you just completed.
Teori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Praktikum
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tuliskan 2 hal (materi/ dll) yang ingin anda pelajari terkait materi saat ini:
1. _________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
2. _________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________
_________________________________________________________________________________