Anda di halaman 1dari 48

MAKALAH STUDI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. M DENGAN CKD


DI RUANG INTERNE AMBUN SURI LANTAI 4
RSUD DR ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI
TAHUN 2023

Oleh :

Elatipa 231000414901003
Leli Suriani 231000414901007
Mutiara Rahmah 23100041490100
Lina 231000414901008

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Vera Kurnia, M.Kep) (Ns. Rahmiyulia, M.Kep)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kelompok ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kelompok dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. M dengan CKD
diruangan Interne Lantai 4 Ambun Suri RSUD Dr. Achmad Mochtar Bukittinggi
Tahun 2023”.
Shalawat dan salam kelompok kirimkan untuk Nabi Muhammad SAW,
karena beliau adalah salah satu figur yang mampu memberikan syafa’at kelak di
hari kiamat.
Makalah studi kasus ini disusun dengan memanfaatkan berbagai literatur
serta mendapatkan banyak pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, kelompok
menyadari segala keterbatasan kemampuan dan pemanfaatan literatur sehingga
makalah ini dibuat dengan sangat sederhana baik dari segi sistematika maupun
dari segi isi yang masih jauh dari kata sempurna.
Kelompok mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada pembaca apabila
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Kelompok mengharapkan
saran dan kritik yang dapat membangun demi tercapainya kesempurnaan dalam
makalah yang selanjutnya.

Bukittinggi, 20 november 2023

Kelompok
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Chronic Kidney Disease (CKD) atau yang lebih dikenal dengan sebutan

Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan merupakan penyakit yang sudah

familiar di kalangan masyarakat Indonesia sebagai penyakit yang tidak dapat

disembuhkan (Wahyuningsih, 2020).

Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan sebagai penurunan

fungsi ginjal yang ditandai dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) < 60

ml/min/1,73 m2 yang terjadi selama lebih dari 3 bulan atau adanya penanda

kerusakan ginjal yang dapat dilihat melalui albuminuria, adanya abnormalitas

sedimen urin, ketidak normalan elektrolit, terdeteksinya abnormalitas ginjal

secara histologi maupun pencitraan (imaging), serta adanya riwayat

transplatasi ginjal (Mahesvara, 2020).

Penyakit gagal ginjal kronis berkontribusi pada beban penyakit dunia

dengan angka kematian sebesar 850.000 jiwa per tahun (World Health

Organization (2017) dalam Pongsibidang, 2016) . World Health Organization

(2017) melaporkan bahwa pasien yang menderita gagal ginjal kronis

meningkat 50% dari tahun sebelumnya, secara global kejadian gagal ginjal

kronis lebih dari 500 juta orang dan yang harus menjalani hidup dengan

bergantung pada cuci darah (hemodialisis) adalah 1,5 juta orang. Gagal ginjal

kronis termasuk 12 penyebab kematian umum di dunia, terhitung 1,1 juta


kematian akibat gagal ginjal kronis yang telah meningkat sebanyak 31,7%

sejak tahun 2010 hingga 2015 (Wahyuningsih, 2020).

Berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018

menunjukan bahwa penderita penyakit gagal ginjal di Indonesia sebesar 3,8

% naik dari 2.0% pada tahun 2013 (Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia, 2018).

Pada tahun 2014 di Sumatera Barat tercatat 368 pasien gagal ginjal dan

52% orang diantaranya menjalani hemodialisis. Menurut Laporan IRR,

Sumatera Barat merupakan salah satu korwil yang menempatkan diabetes

mellitus sebagai etiologi pasien gagal ginjal yang harus didialisis. Dengan

terus meningkatnya kejadian Chronic Kidney Disease (CKD) di Sumatera

Barat dari tahun ke tahun membuat penyakit ini mengkhawatirkan karena

hampir semua pasien gagal ginjal yang berobat ke fasilitas kesehatan sudah

dalam komplikasi dengan penyakit lain sehingga risiko Chronic Kidney

Disease (CKD) akan semakin meningkat.

Tabel 1.1

Data Bulanan RSAM Bukittinggi 2018

NO 2018 JUMLAH 2018 JUMLAH


PASIEN PASIEN
1 Juli 17 Orang Oktober 6 Orang
2 Agustus 4 Orang November 17 Orang
3 September 0 Orang Desember 21 Orang
JUMLAH 65 Orang
Data yang didapatkan di Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi pada

6 bulan terakhir sebanyak 65 orang pasien CKD (Data Laporan Bulanan

Ambun Suri Lantai IV, 2018). Pada tahun 2017 pravelensi penyakit CKD di

RSUD Achmad Mochtar Bukittinggi terdapat beberapa jumlah pasien CKD

yaitu sebanyak Laki-laki 102 pasien, Perempuan 121 pasien dan yang

meninggal sebanyak 62 orang dengan jumlah 285 pasien (Data Tahunan

Laporan RSUD Achmad Mochtar, 2017).

Gagal ginjal dapat disebabkan karena usia, jenis kelamin, dan riwayat

penyakit seperti diabetes, hipertensi maupun penyakit gangguan metabolik

lain yang dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal Glomerulonefritis,

hipertensi esensial, dan pielonefritis merupakan penyebab paling sering dari

gagal ginjal kronik, kira-kira 60%. Selain itu juga faktor-faktor yang diduga

berhubungan dengan meningkatnya kejadian gagal ginjal kronik antara lain

merokok, minuman suplemen berenergi dan penggunaan obat analgetik dan

Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) baik secara bebas maupun yang

diresepkan dokter selama bertahun-tahun dapat memicu risiko nekrosis

papiler (Pranandari & Supadmi, 2015).

Gagal Ginjal Kronik (GGK) juga mengakibatkan muculnya berbagai

macam masalah keperawatan, diantaranya adalah nyeri akut, gangguan

pertukaran gas, perfusi perifer tidak efektif, hipervolemia, gangguan eliminasi

urin, intoleransi aktivitas, defisit nutrisi, ansietas dan lain-lain. Masalah-

masalah tersebut harus segera ditangani agar tidak terjadi penurunan derajat

kesehatan dan komplikasi lebih lanjut. Komplikasi yang mucul akibat GGK

antara lain yaitu hiperkalemia atau kelebihan kalium didalam, edema paru
atau pembengkakan pada paru – paru, asidosis atau kelebihan asam dalam

tubuh, osteodistrofi ginjal, anemia, gagal jantung dan lainnya (Huda, 2016).

Dampak penyakit terhadap kualitas hidup Pada pasien CKD terjadi

penurunan kondisi fisik seperti berat badan dan kemampuan mobilitasnya.

Pasien CKD harus menjalani hemodialisa dengan penjadwalan teratur dari 1

(satu) sampai 3 (tiga) kali dalam seminggu, hal ini dapat mempengaruhi

hubungan sosial dan psikologisnya secara tidak langsung. Dan memberikan

efek kepada keluarga menjadi beban pikiran serta cukup memakan biaya

apabila tidak menggunakan jasa pelayanan pemerintah.

Penelitian sebelumnya tentang asuhan keperawatan pada pasien Chronic

Kidney Disease (CKD) di ruang ICU Melati 1 RSUD Dr. Moewardi

Surakarta dengan tindakan pembatasan kebutuhan cairan Kelebihan volume

cairan pada pasien gagal ginjal kronik dapat dilakukan penatalaksanaan non

farmakologi yang dapat diberikan adalah optimalisasi dan pertahankan

keseimbangan cairan salah satunya dengan pemantauan intake output cairan

untuk pembatasan asupan cairan pada pasien. Upaya nonfarmakologi adalah

dengan melakukan pemantauan dengan cara mencatat jumlah cairan yang

masuk dan jumlah urine yang dikeluarkan pasien setiap harinya menggunakan

chart atau tabel. Hasil studi kasus ini dengan masalah kelebihan volume

cairan yang dilakukan tindakan pemantauan intake output cairan selama tiga

hari menunjukan terjadinya penurunan dalam cairan balance yang signifikan

pada hari kedua serta pada hari ketiga juga mengalami penurunan namun

tidak sebanyak penurunan balance cairan pada hari kedua karena perawat
telah mempertimbangkan jumlah pembatasan cairan yang masuk pada pasien

dalam jumlah kebutuan cairan pasien (Ramadhani, 2020).

Upaya keperawatan yang dapat dilakukan yaitu dengan menjaga tekanan

darah, menjaga dan membatasi asupan cairan ke dalam tubuh, menjaga diet

asupan nutrisi seperti rendah protein, rendah kalium dan rendah natrium yang

bertujuan untuk meringankan beban kerja ginjal. Upaya lain yang dapat

dilakukan guna mempertahankan fungsi ginjal yaitu dengan upaya kolaboratif

yaitu melakukan terapi pengganti ginjal atau hemodialisa yang dapat

mencegah kematian namun tidak dapat menyembuhkan atau memulihkan

fungsi ginjal secara keseluruhan. Selain itu pengobatan yang diperlukan yaitu

transplantasi ginjal dan dialysis peritoneal (Prameswari, 2019).

Berdasarkan data dan uraian latar belakang diatas, maka kelompok

tertarik untuk mengangkat seminar kasus dengan judul asuhan keperawatan

pada Tn. M dengan CKD di Ruang Interne Ambun Suri Lantal 4 RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun 2023.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang diatas adalah

bagaimana asuhan keperawatan pada Tn. M dengan CKD?

C. Tujuan

1. Tujuan umum
Tujuan umum dari studi kasus ini adalah kelompok dapat mengetahui

konsep penyakit dan konsep asuhan keperawatan pasien dengan CKD

serta kelompok dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien

dengan CKD

2. Tujuan khusus

Berdasarkan tujuan umum diatas, maka tujuan khusus dari studi kasus

ini adalah sebagai berikut

 Kelompok mampu melakukan pengkajian data pada Tn. M dengan

CKD

 Kelompok mampu menganalisa data serta menegakan masalah dan

diagnosa keperawatan pada Tn. M dengan CKD

 Kelompok mampu menentukan dan menyusun intervensi

keperawatan secara menyeluruh pada Tn. M dengan CKD

 Kelompok mampu mengimplementasikan rencana tindakan

keperawatan yang nyata pada Tn. M dengan CKD

 Kelompok mampu mengevaluasikan tindakan keperawatan yang

telah dilakukan sebagai tolak ukur guna menetapkan asuhan

keperawatan pada Tn. M dengan CKD

 Kelompok mampu melakukan pendokumentasian terhadap asuhan

keperawatan yang telah diberikan kepada Tn. M dengan CKD


 Kelompok mampu menganalisa antara teori dan kasus yang

didapatkan tentang masalah pasien Asuhan Keperawatan Pada Tn. M

dengan CKD Diruang Interne Ambun Suri Lantai 4 RSUD Dr.

Achmad Mochtar Bukittinggi

D. Manfaat

1. Bagi kelompok

Laporan hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi informasi dan

penambah wacana keilmuan bagi kelompok dari asuhan keperawatan

yang diberikan khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan CKD

serta kelompok dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan ilmu

pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan

keperawatan pada pasien dengan penderita penyakit vertigo

2. Bagi Rumah Sakit

Laporan hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pikiran dan masukan bagi pihak RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi beserta petugas pelayanan keperawatan dalam meningkatkan

kualitas penerapan asuhan keperawatan pada pasien penderita penyakit

CKD.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Chronic Kidney Disease (CKD)

Chronic Kidney Disease (CKD) atau yang lebih dikenal dengan sebutan

Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan merupakan penyakit yang sudah

familiar di kalangan masyarakat Indonesia sebagai penyakit yang tidak dapat

disembuhkan (Wahyuningsih, 2020).

Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan sebagai penurunan

fungsi ginjal yang ditandai dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) < 60

ml/min/1,73 m2 yang terjadi selama lebih dari 3 bulan atau adanya penanda

kerusakan ginjal yang dapat dilihat melalui albuminuria, adanya abnormalitas

sedimen urin, ketidak normalan elektrolit, terdeteksinya abnormalitas ginjal

secara histologi maupun pencitraan (imaging), serta adanya riwayat

transplatasi ginjal (Mahesvara, 2020).

B. Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Gambar 1.2
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua

sisi kolumna vertebralis.Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan

ginjal kiri karena tertekan kebawah oleh hati.Kutub atasnya terletak setinggi

iga ke 12, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas.

Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang peritoneum,

di depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar transversus abdominis,

kuadratus lumborum, dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi

tersebut oleh bantalan lemak yang tebal.Ginjal terlindung dengan baik dari

trauma langsung, disebelah posterior (atas) dilindungi oleh iga dan otot- otot

yang meliputi iga, seangkan di anterior (bawah) dilindungi oleh bantalan usus

yang tebal.Ginjal kanan dikelilingi oleh hepar, kolon, dan duodenum,

sedangkan ginjal kiri dikelilingi oleh lien, lambung, pankreas, jejunum dan

kolon.

1. Struktur Ginjal terdiri atas:

a. Struktur Makroskopik Ginjal

Pada orang dewasa , panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm

(4,7 hingga 5,1 inci), lebarnya 6 cm (2,4 inci), tebalnya 2,5 cm (1

inci), dan beratnya sekitar 150 gram. Secara anatomik ginjal terbagi

dalam dua bagian, yaitu korteks dan medula ginjal.

b. Ginjal terdiri dari :

1) Bagian dalam (internal) medula.

Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis yang

jumlahnya antara 18-16 buah yang mempunyai basis sepanjang

ginjal, sedangkan apeksnya mengahadap ke sinus renalis.


Mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa henle, vasa rekta

dan diktus koligens terminal.

2) Bagian luar (eksternal) korteks.

Substansia kortekalis berwarna coklat merah.konsistensi

lunak dan bergranula.Substansia ini tepat dibawah tunika

fibrosa, melengkung sapanjang basis piramid yang berdekatan

dengan garis sinus renalis, dan bagian dalam diantara pyramid

dinamakan kolumna renalis.Mengandung glomerulus, tubulus

proksimal dan distal yang berkelok-kelok dan duktus koligens.

2. Struktur Mikroskopik Ginjal

a. Nefron

Tiap tubulus ginjal dan glomerolusnya membentuk satu kesatuan

(nefron).Ukuran ginjal terutama ditentukan oleh jumlah nefron yang

membentuknya.Tiap ginjal manusia memiliki kira-kira 1.3 juta

nefron Setiap nefron bisa membentuk urin sendiri.Karena itu fungsi

satu nefron dapat menerangkan fungsi ginjal.

b. Glomerulus

Setiap nefron pada ginjal berawal dari berkas kapiler yang disebut

glomerulus, yang terletak didalam korteks, bagian terluar dari

ginjal.Tekanan darah mendorong sekitar 120 ml plasma darah

melalui dinding kapiler glomerular setiap menit.Plasma yang

tersaring masuk ke dalam tubulus.Sel-sel darah dan protein yang

besar dalam plasma terlalu besar untuk dapat melewati dinding dan

tertinggal.
c. Tubulus kontortus proksimal

Berbentuk seperti koil longgar berfungsi menerima cairan yang telah

disaring oleh glomerulus melalui kapsula bowman.Sebagian besar

dari filtrat glomerulus diserap kembali ke dalam aliran darah melalui

kapiler-kapiler sekitar tubulus kotortus proksimal.Panjang 15 mm

dan diameter 55μm.

d. Ansa henle

Berbentuk seperti penjepit rambut yang merupakan bagian dari

nefron ginjal dimana, tubulus menurun kedalam medula, bagian

dalam ginjal, dan kemudian naik kembali kebagian korteks dan

membentuk ansa. Total panjang ansa henle 2-14 mm.

e. Tubulus kontortus distalis.

Merupakan tangkai yang naik dari ansa henle mengarah pada koil

longgar kedua.Penyesuaian yang sangat baik terhadap komposisi

urin dibuat pada tubulus kontortus. Hanya sekitar 15% dari filtrat

glomerulus (sekitar 20 ml/menit) mencapai tubulus distal, sisanya

telah diserap kembali dalam tubulus proksimal.

f. Duktus koligen medulla

Merupakan saluran yang secara metabolik tidak aktif.Pengaturan

secara halus dari ekskresi natrium urin terjadi disini.Duktus ini

memiliki kemampuan mereabsorbsi dan mensekresi kalsium.

3. Fungsi Ginjal

Beberapa fungis ginjal adalah :

a. Mengatur volume air (cairan) dalan tubuh


Kelebihan air dalam tubuh akan diekskresikan oleh ginjal sebagai

urine yang encer dalam jumlah besar. Kekurangan air (kelebihan

keringat) menyebabkan urin yang dieksresikan jumlahnya berkurang

dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan

tubuh dapat dipertahankan relatif normal.

b. Mengatur keseimbangan osmotic dan keseimbangan ion.

Fungsi ini terjadi dalam plasma bila terdapat pemasukan dan

pengeluaran yang abnormal dari ion-ion. Akibat pemasukan garam

yang berlebihan atau penyakit perdarahan, diare, dan muntah- muntah,

ginjal akan meningkatkan sekresi ion-ion yang penting seperti Na, K,

Cl, dan fosfat.

c. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh

Tergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan, (mixed diet)

akan menghasilkan urin yang bersifat asam, pH kurang dari 6. Hal ini

disebabkan oleh hasil metabolisme protein. Apabila banyak memakan

sayuran, urin akan bersifat basa, pH urine bervariasi antara 4,8-8,2.

Ginjal menyekresi urine sesuai dengan perubahan pH darah.

d. Ekskresi sisa-sisa metabolisme makanan (Ureum, asam urat, dan

kreatinin)

Bahan-bahan yang dieskresikan oleh ginjal antara lain zat toksik, obat-

obatan, hasil metabolisme hemoglobin, dan bahan kimia lain

(pestisida)

e. Fungsi hormonal dan metabolism


Ginjal menyekresi hormon renin yang mempunyai peranan penting

dalam mengatur takanan darah (sistem rennin-angiotensin- aldosteron)

yaitu untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis).

Ginjal juga membentuk hormon dihidroksi kolekalsifero (vitamin D

aktif) yang diperlukan untuk absorbsi ion kalsium di usus.

f. Pengaturan tekanan darah dan memproduksi enzim rennin,

angiotensin dan aldosteron yang bersungsi meningkatkan tekanan

darah

g. Pengeluaran zat beracun

Ginjal mengeluarkan polutan, zat tambahan makanan, obat-obatan

atau zat kimia asing lain dari tubuh (Muttaqin, 2011).

C. Klarifikasi

Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure

(CRF), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk

membatasi kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi

5 grade, dengan harapan klien datang/ merasa masih dalam stage – stage awal

yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage)

menggunakan terminology CCT (clearance creatinin test) dengan rumus stage

1 sampai stage 5. sedangkan CRF (cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara

umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan

terminal stage bila menggunakan istilah CRF.

1. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium :

a. Stadium I : Penurunan cadangan ginjal

 Kreatinin serum dan kadar BUN normal


 Asimptomatik

 Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR

2. Stadium II : Insufisiensi ginjal

a. Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)

 Kadar kreatinin serum meningkat

 Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan) Ada 3

derajat insufisiensi ginjal:

- Ringan :40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal

- Sedang :15% - 40% fungsi ginjal normal

- Kondisi berat :2% - 20% fungsi ginjal normal

3. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia

a. kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat

b. ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit

c. air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010

4. KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality

Initiative) merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium

dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) :

a. Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria

persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)

b. Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan

LFG antara 60 -89 mL/menit/1,73 m2)

c. Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59

mL/menit/1,73m2)
d. Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15

29mL/menit/1,73m2)

e. Stadium 5 : kelainan ginjal dengan LFG <15

mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.

D. Etiologi

Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak

nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkim ginjal difus dan

bilateral.

1. Infeksi, misalnya Pielonefritis kronik.

2. Penyakit peradangan, misalnya Glomerulonefritis.

3. Penyakit vaskuler hipertensif, misalnya Nefrosklerosis

benigna, nefrosklerosis maligna, stenosis arteri renalis.

4. Gangguan jaringan penyambung, seperti lupus eritematosus

sistemik (SLE), poli arteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif.

5. Gangguan kongenital dan herediter, misalnya penyakit ginjal

polikistik, asidosis tubuler ginjal.

6. Penyakit metabolik, seperti DM, gout, hiperparatiroidisme,

amiloidosis.

7. Nefropati toksik, misalnya Penyalahgunaan analgetik

nefropati timbale.

8. Nefropati obstruktif

 Saluran Kemih bagian atas: Kalkuli neoplasma, fibrosis, netro

peritoneal.
 Saluran Kemih bagian bawah: Hipertrofi prostate, striktur uretra,

anomali congenital pada leher kandung kemih dan uretra.

E. Patofisiologi

Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus

dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).

Nefron-nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang

meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR /

daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai

¾ dari nefron–nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih

besar daripada yang bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai

poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefron yang rusak bertambah

banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya

gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas

kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80% - 90%. Pada

tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin clearance turun sampai

15 ml/menit atau lebih rendah itu.

Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein (yang normalnya

diekskresikan ke dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan

mempengaruhi setiap sistem tubuh. Semakin banyak timbunan produk

sampah, akan semakin berat.

1. Gangguan Klirens Ginjal

Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari

penurunan jumlah glomeruli yang berfungsi, yang menyebabkan


penurunan klirens substansi darah yang sebenarnya dibersihkan oleh

ginjal

Penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR) dapat dideteksi dengan

mendapatkan urin 24-jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Menurut

filtrasi glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli) klirens kreatinin

akan menurunkan dan kadar kreatinin akan meningkat. Selain itu, kadar

nitrogen urea darah (BUN) biasanya meningkat. Kreatinin serum

merupakan indicator yang paling sensitif dari fungsi karena substansi ini

diproduksi secara konstan oleh tubuh. BUN tidak hanya dipengaruhi oleh

penyakit renal, tetapi juga oleh masukan protein dalam diet, katabolisme

(jaringan dan luka RBC), dan medikasi seperti steroid.

2. Retensi Cairan dan Ureum

Ginjal juga tidak mampu untuk mengkonsentrasi atau

mengencerkan urin secara normal pada penyakit ginjal tahap akhir,

respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan cairan dan

elektrolit sehari-hari, tidak terjadi. Pasien sering menahan natrium dan

cairan, meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif,

dan hipertensi. Hipertensi juga dapat terjadi akibat aktivasi aksis rennin

angiotensin dan kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron.

Pasien lain mempunyai kecenderungan untuk kwehilangan garam,

mencetuskan resiko hipotensi dan hipovolemia. Episode muntah dan

diare menyebabkan penipisan air dan natrium, yang semakin

memperburuk status uremik.

3. Asidosis
Dengan semakin berkembangnya penyakit renal, terjadi asidosis

metabolic seiring dengan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan

muatan asam (H+) yang berlebihan. Penurunan sekresi asam terutama

akibat ketidakmampuan tubulus gjnjal untuk menyekresi ammonia

(NH3‾) dan mengabsopsi natrium bikarbonat (HCO3) .penurunan

ekskresi fosfat dan asam organic lain juga terjadi.

4. Anemia

Sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adekuat,

memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi dan kecenderungan

untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari

saluran gastrointestinal. Pada gagal ginjal, produksi eritropoetin menurun

dan anemia berat terjadi, disertai keletihan, angina dan sesak napas.

5. Ketidakseimbangan Kalsium dan Fosfat

Abnormalitas yang utama pada gagal ginjal kronis adalah

gangguan metabolisme kalsium dan fosfat. Kadar serum kalsium dan

fosfat tubuh memiliki hubungan saling timbal balik, jika salah satunya

meningkat, maka yang satu menurun. Dengan menurunnya filtrasi

melalui glomerulus ginjal, terdapat peningkatan kadar serum fosfat dan

sebaliknya penurunan kadar serum kalsium. Penurunan kadar kalsium

serum menyebabkan sekresi parathormon dari kelenjar paratiroid.

Namun, pada gagal ginjal tubuh tak berespon secara normal terhadap

peningkatan sekresi parathormon dan mengakibatkan perubahan

padatulang dan pebyakit tulang. Selain itu juga metabolit aktif vitamin D
(1,25-dehidrokolekalsiferol) yang secara normal dibuat di ginjal

menurun.

6. Penyakit Tulang Uremik

Disebut Osteodistrofi renal, terjadi dari perubahan kompleks

kalsium, fosfat dan keseimbangan parat hormone

F. Manifestasi Klinis

1. Kelainan hemopoesis, dimanifestasikan dengan anemia

a. Retensi toksik uremia → hemolisis sel eritrosit, ulserasi mukosa

sal.cerna, gangguan pembekuan, masa hidup eritrosit memendek,

bilirubuin serum meningkat/normal, uji comb’s negative dan jumlah

retikulosit normal.

b. Defisiensi hormone eritropoetin

Ginjal sumber ESF (Eritropoetic Stimulating Factor) → def. H

eritropoetin → Depresi sumsum tulang → sumsum tulang tidak

mampu bereaksi terhadap proses hemolisis/perdarahan → anemia

normokrom normositer.

2. Kelainan Saluran cerna

a. Mual, muntah, hicthcup

dikompensasi oleh flora normal usus → ammonia (NH3) →

iritasi/rangsang mukosa lambung dan usus.

b. Stomatitis uremia

Mukosa kering, lesi ulserasi luas, karena sekresi cairan

saliva banyak mengandung urea dan kurang menjaga kebersihan

mulut.
c. Pankreatitis

Berhubungan dengan gangguan ekskresi enzim amylase.

 Kelainan mata

 Kardiovaskuler :

- Hipertensi

- Pitting edema

- Edema periorbital

- Pembesaran vena leher

- Friction Rub Pericardial

3. Kelainan kulit

a. Gatal

Terutama pada klien dgn dialisis rutin karena:

 Toksik uremia yang kurang terdialisis

 Peningkatan kadar kalium phosphor

 Alergi bahan-bahan dalam proses HD

b. Kering bersisik, Karena ureum meningkat menimbulkan

penimbunan kristal urea di bawah kulit.

 Kulit mudah memar

 Kulit kering dan bersisik

 rambut tipis dan kasar

4. Neuropsikiatri

5. Kelainan selaput serosa

6. Neurologi :

 Kelemahan dan keletihan


 Konfusi

 Disorientasi

 Kejang

 Kelemahan pada tungkai

 rasa panas pada telapak kaki

 Perubahan Perilaku

7. Kardiomegali.

Tanpa memandang penyebabnya terdapat rangkaian perubahan

fungsi ginjal yang serupa yang disebabkan oleh desstruksi nefron

progresif. Rangkaian perubahan tersebut biasanya menimbulkan

efek berikut pada pasien : bila GFR menurun 5-10% dari keadaan

normal dan terus mendekati nol, maka pasien menderita apa yang

disebut Sindrom Uremik

G. Komplikasi

1. Hiperkalemia akibat penurunana ekskresi, asidosis metabolic,

katabolisme dan masukan diet berlebih.

2. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi

produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat

3. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system

rennin-angiotensin aldosterone

4. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah

merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan

drah selama hemodialisa


5. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar

kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal.

6. Asidosis metabolic

7. Osteodistropi ginjal

8. Sepsis

9. Neuropati perifer

10. Hiperuremia

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Laboratorium

a. pemeriksaan penurunan fungsi ginjal

 Ureum kreatinin

 Asam urat serum.

2. Identifikasi etiologi gagal ginjal

 Analisis urin rutin

 Mikrobiologi urin

 Kimia darah

 Elektrolit

 Imunodiagnosis

3. Identifikasi perjalanan penyakit Nilai normal :

 Laki-laki: 97-137 mL/menit/1,73m3 atau0,93 - 1,32

mL/detik/m2

 Wanita : 88-128 mL/menit/1,73 m3 atau 0,85 - 1,23 mL/detik/m2

 Hemopoesis : Hb, trobosit, fibrinogen, factor pembekuan

 Elektrolit : Na+, K+, HCO3-, Ca2+, PO42-, Mg+


 Endokrin : PTH dan T3,T4

 Pemeriksaan lain: berdasarkan indikasi terutama faktor pemburuk

ginjal, misalnya: infark miokard.

4. Diagnostik

 Etiologi CKD dan terminal

 Foto polos abdomen.

 USG.

 Nefrotogram.

5. Pielografi retrograde.

 Pielografi antegrade.

 Mictuating Cysto Urography (MCU).

6. Diagnosis pemburuk fungsi ginjal

 RetRogram

 USG.

I. Penatalaksanaan

1) Terapi Konservatif

Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap klien Cronic

renal Desease (CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan

sampai tahun (Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin, Observasi

balance cairan, Observasi adanya odema dan Batasi cairan yang masuk).

2) Asidosis metabolic

Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan serum K+

(hiperkalemia ) :

 Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5 mg/hari.


 Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH < atau sama

dengan 7,35 atau serum bikarbonat < atau sama dengan 20 mEq/L.

 Anemia

Anemia Normokrom normositer

Berhubungan dengan retensi toksin polyamine dan defisiensi

hormoneritropoetin (ESF: Eritroportic Stimulating

Faktor).

Anemia ini diterapi dengan pemberian Recombinant Human

Erythropoetin ( r-HuEPO ) dengan pemberian 30-530 U per kg BB.

 Anemia hemolisis

Berhubungan dengan toksin asotemia. Terapi yang dibutuhkan

adalah membuang toksin asotemia dengan hemodialisis atau

peritoneal dialisis.

 Anemia Defisiensi Besi

Defisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan perdarahan saluran

cerna dan kehilangan besi pada dialiser ( terapi pengganti

hemodialisis ).

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Klinis

Nama Klien : Tn. M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 53 Tahun

No. Rek. Medis 587795

Ruangan : Interne lantai

4 Tekanan Darah : 160/90 MmHg

Suhu : 36,6 ◦C

Nadi : 78 X/i

Pernafasan : 24 X/i

BB : 65 Kg

TB : 160 Cm

Tanggal Kedatangan : 15 November 2023 Waktu/Jam : 13.00 Wib

Tanggal Pengkajian : 16 November 2023

Orang yang bisa dihubungi : Anak

Telepon 082283832830

Catatan Kedatangan : Pasien datang keruangan Interne lantai 4

dengan menggunakan Brankar

2. Keluhan Utama Klien Saat Ini

Klien mengatakan sesak nafas, badan lemah dan letih, klien mengatakan

menderita penyakit DM selama 16 tahun yang lalu.

Masalah Keperawatan :

 Pola Nafas Tidak Efektif,


 Intoleransi Aktivitas,

 Ketidakstabilan Glukosa Darah

3. Alasan Diarawat Dirumah Sakit

klien mengatakan masuk diruangan interne lantai 4 kiriman dari IGD

dengan keluhan nafas sesak, badan lemah dan letih, batuk sesekali, mual

muntah sejak 2 hari yang lalu. Menderita penyakit DM selama 16 tahun

yang lalu.

Masalah Keperawatan :

 Pola Nafas Tidak Efektif

 Intoleransi Aktivitas,

 Ketidakstabilan Glukosa Darah

 Resiko Defisit Nutrisi

4. Perawatan Dirumah Sakit Terakhir

Tanggal : 12-November-2023

Alasan : klien mengatakan dirawat di rumah sakit madinah dengan sakit

yang sama (DM, CKD)

5. Riwayat Medis Yang Lalu

Klien mengatakan memiliki riwayat DM selama 16 tahun.

Masalah Keperawatan : Ketidakstabilan Glukosa Darah

6. Riwayat Kesehatan Keluarga


Keluarga klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita

penyakit yang sama dengan pasien.

7. Genogram dan penyakit yang dialami oleh anggota keluarga :

Keterangan :

: Pasien

: perempuan

: laki -laki

X : Meninggal

8. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan

a. Persepsi terhadap penyakit : pasien mengatakan penyakitnya

merupakan cobaan dari tuhan untuk mengangkat derajatnya.

9. Pengunaan

a. Tembakau : Klien mengatakan tidak ada mengkonsumsi tembakau

b. Alkohol : Klien mengatakan tidak ada mengkonsumsi alkohol


c. Obat lain : Klien mengatakan ada mengkonsumsi obat seperti obat

DM yaitu Insulin.

d. Alergi obat : Klien mengatakan tidak ada alergi obat

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

10. Pola Nutrisi / Metabolisme

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1 Selera Makan Pasien mengatakan Pasien mengatakan saat
sebelum sakit nafsu sakit nafsu makan baik
makan baik

2 Diet Khusus Pasien mengatakan Pasien mengatakan hanya


tidak ada diet khusus mengkomsumsi makanan
yang disediakan rumah
sakit
(ML RG RP DDL500)
3 Jenis  klien mengatakan  klien mengatakan saat
Makanan dan sebelum sakit sakit hanya
Minuman mengkomsumsi mengkonsumsi
makanan pokok makanan yang
yang terdiri dari disediakan rumah sakit
karbohidrat, seperti nasi, sayur, dan
protein, serat dan buah.
buah-buahan,  Klien mengatakan saat
 klien mengatakan sakit minum air putih
pagi hari selalu
minum kopi dan
air putih
4 Frekuensi Klien mengatakan Klien mengatakan saat
Makanan dan sebelum sakit sakit
Minuman  makan 3 kali  makan 3 kali sehari
sehari porsi habis
 minum 5 kali  minum 5 kali sehari
sehari
5 Cara Melalui Oral Melalui Oral
pemenuhan

a. Penurunan Sensasi Kecap : klien mengatakan tidak ada mual, muntah dan

stomatis

b. Perubahan Berat Badan 6 Bulan Terakhir : Klien mengatakan tidak ada

penurunan atau peningkatan berat badan

c. Kesulitan menelan : Klien mengatakan tiadak ada kesulitan menelan

d. Gambaran Diet Pasien Dalam Sehari

 Makan pagi : ML RG RP DDL500

 Makan Siang : ML RG RP DDL500

 Makan Malam : ML RG RP DDL500

e. Pantangan Alergi : Klien mengatakan todak ada pantangan

alergi Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah

keperawatan

11. Pola Eliminasi

No Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit


1 Frekuensi defekasi Klien mengatakan Klien mengatakan saat
dan elimiasi urine sebelum sakit sakit
a. Defekasi  BAB 1x sehari  BAB 3x seminggu
b. Eliminasi Urine  BAK 4x sehari  BAK 4x sehari

2 Konsistensi feses Klien mengatakan Klien mengatakan


ada masalah tidak masalah
3 Kesuliran defekasi
dan eliminasi urine
a. Defekasi KTidak ada Tidak ada
b. Eliminasi Urine Tidak ada Tidak ada

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah ekeprawatan

12. Pola aktivitas dan olahraga

a. Kemampuan Perawatan diri :

0 : Mandiri, 1 : Dengan Alat Bantu, 2 : Bantuan Orang lain, 3 :

Bantuan peralatan dan orang lain, 4 : Tergantung atau tidak mampu

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan/minum ⱱ
Mandi ⱱ
Berpakain/berdandan ⱱ
Toileting ⱱ
Mobilisasi ditempat ⱱ
tidur
Berpindah ⱱ
Berjalan ⱱ
b. Kemampuan pergerakan sendi : Klien mengatakan pergerakan

sendi terbatas

c. Alat Bantu : Klien mengatakan tidak ada menggunakan alat bantu

d. Keluhan Saat Beraktivitas : Klien mengatakan lemah dan letih saat

melakukan aktivitas ringan.

Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas

e. Pola Istirahat Tidur

 Kebiasaan : 5 Jam
 Merasa segar setelah tidur : Klien mengatakan merasa segar

setelah bangun tidur

 Masalah tidur : klien mengatakan tidak masalah

tidur

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

13. Pola Kognitif-Persepsi

Status mental : ⱱ Sadar Terorientasi Tidak


terorientasi

Tidak sadar

Bicara : √Normal Tidak Jelas

Gagap

Bahasa Sehari-hari : Indonesia ⱱ Daerah, Batak


Kemampuan memahami : Baik Tidak
ⱱ ⱱ Ya

Keterampilan : ⱱ Tepat Tidak tepat

Tingkat Ansietas : Ringan V Sedang

Berat Panik
Vertigo : Tidak Ya

Nyeri : Nyeri Akut v Nyeri Kronis

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

14. Pola Peran Hubungan

Status perkerjaan : Klien mengatakan tidak bekerja

Sistem Pendukung : Klien mengatakan sistem pendukung pasangan

dan keluarga.
Masalah keluarga berkenaan dengan Rumah Sakit : Klien mengatakan

tidak ada masalah yang berkenaan dengan rumah sakit

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

15. Pola Seksual/Reproduksi

Tidak ada klien laki-laki

16. Pola Koping-Toleransi Stres

 Perhatian utama tentang perawatan di rumah sakit atau penyakit

( finansial, perawatan diri : Klien mengatakan sangat memperhatikan

perawatan setiap tindakan yang didapatkan

 Kehilangan / perubahan di masa lalu : Klien mengatakan tidak ada

perubahan dimasa lalu

 Hal yang dilakukan jika ada masalah : Klien mengatakan jika ada

masalah akan menyelesaikan dengan bermusyawarah dengan kelurga

seperti istri dan anak

 Keadaan emosi dalam sehari-hari : klien mengatakan selalu santai

dalam menghadapi masalah

Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah kperawatan

17. Pola keyakinan-Nilai

 Agama : Katolik

 Pantangan keagamaan : Klien mengatakan tidak ada pantangan

keagaman

 Pengaruh agama dalam kehidupan sehari-hari : Klien mengatakan

agama sangat penting dalam kehidupan sehari-hari


 Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini : Klien mengatakan

tidak ada permintaan kunjungan rohanian

 Masalah keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

18. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum :

Sedang Tanda-tanda Vital

1) Tekanan Darah : 159/90MmHg

2) Suhu : 36,9 ◦C

3) Nadi : 109 X/i

4) Pernafasan : 24

X/i GCS : 15 (E=4 M=6 V=5)

1. Rambut dan wajah

Bentuk Kepala : √ Normal Abnormal

Keadaan Rambut :
Mudah Rontok
Bau
Berminyak
√ Tidak Ada Masalah
Distribusi Rambut

Merata Tidak Merata
:
√ Kotor Ada Lesi
Bersih
Kulit Kepala
Pedikulus
:

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan

2. Sistem sensori persepsi

Mata

Posisi Mata
√ Simetris Asimetris
: √
Normal/ Pink Anemis Perdarahan
Konjungtiva
:
Sklera
√ Anikterik Perdarahan
: Ikterik
√ Keruh Berkabut Perdarahan
Kornea Normal
:

Pupil
: √ Anisokor
Isokor
Midriasis
Miosis

Fungsi Penglihatan √ Kabur


Normal
:

Hidung
Sekret Hidung :
Ada √ Tidak Ada

Bila terdapat Sekret : Purulen


Jernih

Perdarahan Hidung :
Ya √ Tidak
Polip Hidung :
√ Tidak
Ya

Ya
Peradangan Mukosa Hidung : Tidak

Lain-lain : Tidak ada

Telinga

Kondisi Telinga:
√ Kemerahan
Normal
Terdapat Luka
Bengkak
Cairan dari Telinga :
Ada √ Tidak Ada
Rasa Penuh Ditelinga : Tidak
Ya

Fungsi Pendengaran
√ Kurang Tuli
Normal
√ Ada Gangguan
Normal
: Fungsi Keseimbangan

:
Lain-lain :

Masalah keperawatan : tidak ditemukan masalah keperawatan


3. Sistem Pernafasan

Jalan Nafas : Ada Sumbatan √ Bersih


Sputum Lendir
Karakteristik Sumbatan :
Ludah Darah

√ Dispnea
Pernafasan : Normal
Teratur √ Tidak Teratur
Irama Nafas :
√ Dangkal
Dalam
Kedalaman Nafas :
Pergerakan Dinding Dada : Simetris √ Asimetris

√ Ada Tidak Ada


Penggunaan Otot Bantu Nafas :

√ Ada Tidak Ada


Pernafasan Cuping Hidung
: Batuk √ Tidak
: Ya
Produktif
Tidak Produktif
Sputum : Putih
Kuning
Hijau
Konsistensi Sputum : Kental Encer

Palpasi Paru : taktil premitus simetris

Perkusi Paru : sonor

Suara Nafas : Normal Stridor Ronchi


Rales √ Wheezing

Alat Bantu Nafas Tidak Ada O2 Facema


sk O2 Kanul
: √
98 %
Saturasi O2 :
Klien mengatakan sesak saat melakukan aktivitas ringan, menggunakan
Lain-lain : nasal kanul 3L

Masalah Keperawatan : Pola napas tidak efektif


4. Sistem kardiovaskuler
Sirkulasi Perifer

Nadi
√ Reguler Irreguler
:
√ Lemah
Denyut Nadi Kuat

: √ Dingin
Hangat

Akral √
:

Pengisian Kapiler (CRT) : 3 detik > 3 detik


Normal

Sirkulasi Jantung

Irama Jantung :√ Teratur Tidak

Teratur Palpasi Jantung : Tidak teraba adanya massa

Perkusi Jantung : pekak.

Bunyi Jantung : √ Normal Abnormal


Kelainan Bunyi
Gallop
Murmur
:

√ Tidak Ada Kelainan

Nyeri Dada :
Ada √ Tidak Ada
Nyeri Dada Timbul : Tanpa Aktivitas
Saat Beraktivitas
Karakteristik Nyeri :
Seperti Ditusuk-tusuk

Seperti Terbakar/ Terasa Panas

Seperti Tertima Benda Berat

Menjalar Kebahu dan Lengan


Kiri

Lain-lain : Tidak ada

Masalah Keperawata : Tidak ditemukan masalah keperawatan

5. Sistem pernapasan
Mulut

Kebersihan Mulut : √ Bersih Kotor

Bau Mulut : Ya √ Tidak

Stomatitis :√ Ya Tidak

Mukosa Mulut :√ Lembab Kering

Karang Gigi : Ada √ Tidak Ada

Karies Gigi : Ada √ Tidak Ada

Jumlah dan Nama Gigi yg Karies :Tidak ada

Gigi Tanggal : Ada √ Tidak

Ada Jumlah dan Nama Gigi yg Tanggal : Tidak ada

Ginggivitis : Ya Tidak

Keadaan Lidah :
√ Kotor
Bersih
Tepi Lidah
√ Hiperemis
Pink
:

Peradangan Tonsil :
Ya Tidak
Peradangan Faring :
Tidak
Ya √

Tenggorokan : √ Tidak Sakit Saat Menelan


Sakit Saat Menelan

Abdomen

Inspeksi : Abdomen simetris

Auskultasi : Suara bising usus


Bising Usus : 8 x/ menit

Perkusi : Terdapat bunyi timpani

Palpasi : Herpar tidak teraba, lien tidak teraba

Nyeri Tekan : Ya √ Tidak

Nyeri Lepas : Ya √ Tidak

Hepar : Teraba √ Tidak Teraba

Lien/ Spleen : Teraba √ Tidak Teraba

Warna Feses :√ Kuning Coklat Hitam

Seperti Dempul Putih spt Air Cucian Beras

Konsistensi Feses :√ Setengah Padat Cair Berdarah

Terdapat Lendir Tidak Ada

Kelainan Penggunaan Alat :√ Tidak Ada Kolostomi NGT

Seperti Dempul Putih spt Air Cucian Beras

Lain-lain : Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperwatan

6. Sistem Urogenital

Kebersihan :√ Bersih Kotor

Pola BAK :√ Terkontrol Tidak Terkontrol Jumlah

Urine : 800 cc/ hari

Warna Urine :√ Kuning Coklat

Merah Putih
Distensi : Ya √ Tidak

Nyeri Tekan : Ya √ Tidak

Nyeri Lepas : Ya √ Tidak

Penggunaan Kateter : Ya √ Tidak

Lain-lain : Tidak ada

M a s a l a h k e p e r a w a t a n : Tidak ditemukan masalah keperawatan

f. Sistem Muskuloskeletal

Kemampuan melakukan ROM : Baik √ Lemah


Nyeri Sendi : Ya √
Tidak

Kekuatan Otot :
4 4

4 4

Lain-lain : K l i e n m e n g a t a k a n l e m a h d a n l e t i h s
aatmelakukan aktivitas

Masalah keperawatan : Intolerasi aktivitas

7. Sistem Integumen
Warna Kulit : Kuning √ Coklat Hitam

Kondisi Kulit :√ Baik/ Utuh Ada Ulkus Ada

Lesi

Kuning Coklat Petekie

Ada Bercak Merah Memar

Dekubitus Gatal-gatal Retensi Cairan

Turgor Kulit :√ Elastis Baik Buruk

Edema : Ada √ Tidak

Ada

Lokasi Edema : Tidak ada


Lain-lain : Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawata


Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

1) Hematologi

HGB : 9,8 g/dl (13.0-16.0)

RBC : 3,30 10π6uL (4.5-5.5)

HCT : 29,4 % (42.0-52.0)

WBC : 9,69 10π3uL (5.0-10.0)

PLT : 225 10π3uL ( 150-450)

2) Kimia Klinik

Kalium : 4,02 (3,5-5,5) Meq/l

Natrium : 137,7 (135-147) Meq/l

Klorida : 105,4 (100-106) Meq/l

b. Terapi yang diberikan

1) Obat Oral

Amlodipine 1X5 mg

CPG 1X1

Alorvastalin 1X40

Moformin 2x500 mg

Flunarizin 2X5 mg

Betahistine 3X2Tab

2) Obat injeksi

Pascon 2X2

Gram Lasix 2x20

mg
Ceftriaaxon 2x1

Omefrazole 2x1

Novorapid 3x8

3) Infus

Asering 20tts/i

Rencana tindak lanjut


ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


Keperawatan
1 Ds : Hambatan upaya Pola nafas tidak
Pasien megatakan sesak nafas nafas efektif
Do :
pasien tampak sesak, pasien
tampak letih
Nadi :90 x/i
RR : 24 X/i
Pasien tampak terpasang O2
nasal canul 3 liter Spo2 : 98 %,
2 DS : Klien mengeluh kelelahan Kelemahan Intoleransi Aktivitas
dan letih
DO : klien tampak kelelahan
dan letih , klien tampak lemas
3 DS : Menggunakan Ketidakstabilan
Klien mengatakan menderita insulin atau obat glukosa darah
penyakit DM selama 16 tahun glikemik oral
DO :
Klien tampak lelah
Gdr : 225
Tekanan Darah: 160/90 MmHg
Suhu : 36,5 ◦C
Nadi : 109 X/i
Pernafasan: 24 X/i
B. Diagnosis Keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan bersihan jalan nafas

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

3. Ketidakstabilan glukosa darah berhubungan dengan menggunakan insulin atau

obat glikemik oral

C. Intervensi Keperawatan

No Diagnosis SLKI SIKI


Keperawatan
(SDKI)
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan Manajemen Jalan Nafas
efektif intervensi selama 1
Observasi
berhubungan kali 6 jam diharapkan
dengan bersihan tingkat nyeri menurun
 Monitor pola nafas (
jalan nafas dengan kriteria hasil :
frekuensi,
kedalaman, usaha
 Frekuensi
nafas)
nafas membaik
 Motitor bunyi nafas
 Kedalaman
tambahan
nafas membaik
 Monitor sputum
 Frekuensi
nadi membaik
Terapeutik

 Pertahankan
kepatenan jalan
nafas
 Posisikan semi-
fowler atau fowler
 Berikan minum
hangat
 Berikan oksigen jika
perlu

Edukasi

 Ajarkan teknik batuk


efektif

Kolaborasi

 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator, jika
perlu

Anda mungkin juga menyukai