Z PASIEN GAGAL
GINJAL KRONIK DENGAN KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG
WIJAYA KUSUMA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOSARI
Disusun Oleh :
(P07120121051)
2023
LEMBAR PENGESAHAN
OLEH :
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam pembuatan asuhan keperawatan, penulis mendapatkan banyak tambahan
pengetahuan dan kontribusi berharga dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Dr. Iswanto, S.Pd., M.Kes. selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
2. Bondan Palestin, SKM., M.Kep., Sp.Kom. selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
3. Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Ketua Prodi D III Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta.
4. Ayunda Sekar Arum., S.Tr.Kep., Ns selaku Pembimbing Pendidikan yang telah
memberikan bimbingan demi terselesainya laporan ini.
5. Pinta Heksa Rivanda, Amd.Kep selaku Pembimbing Rumah Sakit yang selalu
mendampingi selama melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan Medikal Bedah di
Ruang Wijaya Kusuma.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk mengetahui " Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Kebutuhan
Oksigenasi Di Ruang Wijaya Kusuma Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari “
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ginjal merupakan organ tubuh yang berperan penting dalam mempertahankan
kestabilan lingkungan dalam tubuh dan kelangsungan hidup dan fungsi sel secara
normal bergantung pada pemeliharaan konsentrasi garam, asam dan elektrolit lain
dilingkungan cairan internal. Apabila kerusakan ginjal terjadi secara menahun dapat
menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronis (Rahayu, 2019). Gagal ginjal kronik
adalah kondisi dimana fungsi ginjal mengalami kegagalan dalam mempertahankan
metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit yang muncul akibat destruksi
struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa metabolit didalam
darah (Arif & Kumala, 2014).
Keluhan utama yang paling sering dirasakan oleh penderita gagal ginjal kronik
adalah sesak nafas, nafas tampak cepat dan dalam disebut pernafasan 4 kussmaul. Hal
tersebut dapat terjadi karena adanya penumpukan cairan di dalam jaringan paru atau
dalam rongga dada, ginjal yang terganggu mengakibatkan kadar albumin menurun.
Selain disebabkan karena pH darah menurun akibat perubahan elektrolit serta
hilangnya bikarbonat dalam darah. Selain itu rasa mual, cepat lelah serta mulut yang
kering, juga sering dialami oleh penderita gagal ginjal kronik. Hal tersebut disebabkan
oleh penurunan kadar natrium dalam darah, karena ginjal tidak dapat mengendalikan
ekskresi natrium, hal tersebut dapat pula mengakibatkan terjadinya pembengkakan.
Sesak nafas pada penderita gagal ginjal kronik jika tidak segera ditangani dapat
menyebabkan berbagai masalah yaitu asidosis metabolik, pernafasan kussmaul
dengan pola nafas cepat, kegagalan nafas, efusi pluera, letargi, kesadaran menurun,
odema sel otak meningkat, disfungsi serebral, dan neuropati perifer (Arif & Kumala,
2014).
Prevalensi penyakit ginjal kronis menurut WHO (2018) menjelaskan bahwa
gagal ginjal kronik adalah masalah kesehatan terdapat 1/10 penduduk dunia
diidentikkan dengan penyakit ginjal kronis dan diperkirakan 5 sampai 10 juta
kematian pasien setiap tahun, dan diperkirakan 1,7 juta kematian setiap tahun karena
kerusakan ginjal akut (Zulfan et al., 2021). Menurut data nasional berkisar 713.783
jiwa dan 2.850 yang melakukan pengobatan hemodialisa. Jumlah penyakit gagal
ginjal kronik di Jawa Barat mencapai 131.846 jiwa dan menjadi provinsi tertinggi di
Indonesia, jawa tengah menduduki urutan kedua dengan angka mencapai 113.045
jiwa, sedangkan jumlah pasien gagal ginjal kronik di Sumatera Utara adalah 45.792
jiwa. Dalam uraian tersebut jumlah pada laki-laki adalah 355.726 jiwa, sedangkan
pada perempuan adalah 358.057 jiwa (Kemenkes, 2019).
Menurut PENEFRI (2018) sejak tahun 2007 sampai 2018 jumlah pasien baru
yang menjalani hemodialisa di Indonesia dengan total 66.433 jiwa, serta 132.142 jiwa
pasien aktif dalam terapi hemodialisa di Indonesia. Pada tahun 2018 pasien baru yang
menjalani hemodialisa meningkat menjadi 35.602 jiwa dan setiap tahunnya selalu
meningkat. 42% kematian pada tahun 2018, dengan komplikasi kardiovaskular
tertinggi (Aminah, 2020). Umumnya, gagal ginjal kronis diobati dengan menerima
hemodialisis atau transplantasi.
Hemodialisis adalah pengganti ginjal dengan tujuan mengeluarkan racun, dan
zat sisa metabolisme dalam tubuh disaat ginjal tidak dapat lagi berfungsi dengan
normal. Dilakukan selama 2 sampai 3 kali dalam seminggu, tindakan hemodialisa
dilakukan selama 4 sampai 5 jam (Efendi Zulfan et al., 2020). Gagal ginjal kronik
dapat berkembang menjadi penyakit ginjal stadium akhir, di mana ginjal berhenti
bekerja dan dapat mengancam jiwa. Hampir semua pasien penyakit ginjal kronik
memerlukan hemodialisis, meskipun pasien menerima hemodialisis secara teratur,
hemodialisis tidak dapat sepenuhnya menggantikan fungsi ginjal. Ada banyak
masalah yang dihadapi pasien akibat gagal ginjal seperti anemia, tekanan darah tinggi
dan penurunan gairah seks (Rahayu et al., 2018).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mendapatkan pengalaman nyata dalam “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada
Tn.Z Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Kebutuhan Oksigenasi Di Ruang Wijaya
Kusuma Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari “
2. Tujuan Khusus
Penulis mendapat pengalaman nyata dalam:
a) Melaksanakan asuhan keperawatan medikal bedah pada Tn.Z pasien gagal
ginjal kronik dengan kebutuhan oksigenasi di Ruang Wijaya Kusuma RSUD
Wonosari dengan menerapkan proses keperawatan meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi.
b) Melaksanakan proses asuhan keperawatan medikal bedah pada Tn.Z pasien
gagal ginjal kronik dengan kebutuhan oksigenasi di Ruang Wijaya Kusuma
RSUD Wonosari
c) Menemukan faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan medikal bedah pada Tn.Z pasien gagal ginjal
kronik dengan kebutuhan oksigenasi di Ruang Wijaya Kusuma RSUD
Wonosari
C. METODE
Metode yang dilakukan untuk menyusun laporan ini adalah wawancara, Studi dokumen
dan Observasi serta asuhan keperawatan medikal bedah pada Tn.Z pasien gagal ginjal
kronik dengan kebutuhan oksigenasi di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Wonosari
D. MANFAAT
1. Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan pengembangan ilmu pengetahuan
dan ilmu kesehatan serta teori-teori kesehatan khususnya 6 dalam pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada pasien gagal ginjal kronik di Rumah Sakit.
2. Praktis
a. Bagi Instituti Pendidikan
Sebagai tambahan informasi dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi pasien
gagal ginjal kronik
b. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman baru tentang asuhan
keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik selama penelitian
c. Bagi Pasien dan Keluarga
Menambah pengetahuan tentang merawat pasien gagal ginjal kronik secara
mandiri.
d. Bagi Pembaca
Penulisan ini diharapkan menjadi bahan pengembangan ilmu, menambah
wawasan bagi pembacanya, dan penambah referensi bagi penulis selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Patofisiologi
Patofisiologis gagal ginjal kronik melibatkan kerusakan dan
menurunnya nefron dengan kehilangan fungsi ginjal yang progresif. Ketika laju
filtrasi glomerulus menurun dan bersihan menurun, nitrogen urea serum meningkat
dan kreatinin meningkat. Sisa nefron yang masih berfungsi mengalami hipertrofi
ketika menyaring zat terlarut yang besar. Akibatnya, ginjal kehilangan kemampuan
untuk mengonsentrasi urin secara adekuat. Untuk melanjutkan ekskresi zat terlarut,
maka volume urin yang keluar akan meningkat sehingga pasien rentan mengalami
kehilangan cairan. Selain itu, tubulus kehilangan kemampuan untuk mereabsorpsi
elektrolit secara bertahap. Terkadang hasilnya adalah pembuangan garam yang
menyebabkan urine mengandung banyak natrium dan memicu terjadinya poliuria
berat.
Pada saat kerusakan ginjal berlanjut dan jumlah nefron yang masih
berfungsi mengalami penurunan maka laju glomerulus total akan menurun lebih jauh
dan menyebabkan tubuh tidak mampu mengeluarkan kelebihan air, garam, dan
produk limbah lainnya melalui ginjal. Pada saat laju filtrasi glomerulus kurang dari
10-20ml/min, maka tubuh mengalami keracunan ureum. Apabila penyakit gagal
ginjal kronik tidak diatasi dengan dialisis atau transplantasi ginjal, maka terjadi
stadium akhir yang menyebabkan uremia dan kematian (Yasmara, 2016)
- Pathway
C. Etiologi
Menurut (Rendi & TH, 2019) penyebab gagal ginjal kronik adalah
a.Infeksi saluran kemih/pielonefritis kronis
b. Penyakit peradangan glumerulonefritis
c.Penyakit vaskuler hipertensif (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
d. Gangguan jaringan penyambung (SLE poliarterites nodusa skelrosi sistemik)
e.Penyakit kongenital dan herediter (Penyakit ginjal polikistik asidosis tubulus ginjal)
f. Penyakit metabolik (Diabetes Melitus, Gocit, Hiperparatiroirisme)
g. Netropati toksik h. Nefropati Obstruksi (Batu saluran kemih)
Selain itu, menurut (Arif & Kumala, 2014) Adapun kondisi klinis yang mungkin
dapat menyebabkan gagal ginjal kronik adalah dari organ ginjal itu sendiri dan luar
organ ginjal. Berikut penyebab gagal ginjal kronik :
a. Gagal ginjal kronik dari penyakit ginjal
1. Infeksi kuman
2. Kista dalam ginjal
3. Glomerulonefritis yaitu peradangan pada glomerulus
4. Batu ginjal
5. Keganasan pada organ ginjal
b. Gagal ginjal kronik dari luar ginjal
2) Diabetes melitus
3) Hipertensi
4) Tinggi kolestrol
5) Infeksi di badan antara lain : TBC Paru, Sifilis, Hepatitis, Malaria
6) Preeklamsi
7) SLE
8) Dyslipidemia
9) Tubuh banyak kehilangan cairan yang mendadak contohnya luka bakar
D. Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik
Menurut (IUs. Cut Husna, 2010) terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronik yaitu
a. Stadium 1 (Glomerulo filtrasi rate / GFR normal (>90ml/min)
Seseorang perlu waspada akan kondisi ginjalnya berada pada satidum
1 apabila kadar ureum atau kreatinin berada di atas normal, didapati darah atau
protein dalam urin, adanya bukti visual kerusakan ginjal melalui pemeriksaan
MRI, CT Scan, ultrasound atau contrast xray, dan salah satu keluarga
menderita penyakit ginjal polikistik. Cek serum kreatinin dan protein dalam
urin secara berkala dapat menunjukan sampai berapa jauh kerusakan ginjal
penderita.
b. Stadium 2 (Penurunan GFR Ringan atau 60 s/d 89 ml/min)
Seseorang perlu waspada akan kondisi ginjalnya berada pada stadium
2 apabila kadarureum atau kreatinin berada di atas normal, 10 didapati darah
atau protein dalam urin, adanya bukti visual kerusakan ginjal melalui
pemeriksaan MRI, CT Scan, ultrasound atau contrast xray, dan salah satu
keluarga menderita penyakit ginjal polikistik.
c. Stadium 3 (Penurunan GFR moderat atau 30 s/d 59 ml/min)
Seseorang yang menderita gagal ginjal kronik stadium 3 mengalami
penurunan GFR moderat yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min. Dengan penurunan
pada tingkat ini akumulasi sisa-sisa metabolisme akan menumpuk dalam darah
yang disebut uremia. Pada stadium ini muncul komplikasi seperti hipertensi,
anemia, atau keluhan pada tulang. Penderita stadium ini biasanya akan diminta
untuk menjaga kecukupan protein namun tetap mewaspadai kadar fosfor yang
ada dalam makanan tersebut, karena menjaga kadar fosfor dalam darah tetap
rendah penting bagi kelangsungan fungsi ginjal. Selain itu, penderita juga
harus membatasi asupan kalium apabila kandungan dalam darah terlalu tinggi.
Tidak ada pembatasan kalium kecuali didapati kadar dalam darah diatas
normal. Membatasi karbohidrat biasanya juga dianjurkan bagi penderita yang
mempunyai diabetes. Mengontrol minuman diperlukan selain pembatasan
sodium untuk penderita hipertensi.
d. Stadium 4 (Penurunan GFR Parah atau 15-29 ml/min)
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15-30% saja dan apabila
seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam waktu dekat
diharuskan menjalani terapi pengganti ginjal/dialisis atau melakukan
transplantasi ginjal. Kondisi dimana terjadi penumpukan 11 racun dalam darah
atau uremia biasanya muncul pada stadium ini. Selain itu, besar kemungkinan
muncul komplikasi seperti hipertensi, anemia, penyakit tulang, masalah pada
jantung dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Rekomendasi untuk memulai
terapi pengganti ginjal adalah apabila fungsi ginjal hanya tinggal 15% ke
bawah.
e. Stadium 5 (Penyakit ginjal stadium akhir/terminal atau 15 ml/min)
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk
bekerja secara optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal
(dialisis) atau transplantasi ginjal agar penderita dapat bertahan hidup.
E. Komplikasi Gagal ginjal Kronik
Menurut (Kowalak, 2012) komplikasi yang mungkin terjadi pada gagal ginjal kronik
yaitu
a. Anemia
b. Neuropati perifer
c. Komplikasi kardiopulmoner
d. Komplikasi GI
e. Disfungsi seksual
f. Defek skeletal
g. Parestesia
h. Disfungsi saraf motorik seperti foot drop dan paralisis flasid
i. Fraktur patologis
F. Penatalaksaan Gagal Ginjal Kronik
Menurut (Rendi & TH, 2019) penatalaksanaan pada pasien gagal ginjal kronis adalah
a. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan cairan dan garam.
Biasanya diusahakan hingga tekanan vena jugularis sedikit meningkat dan terdapat
edema betis ringan. Pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine dan pencatatan
keseimbangan cairan.
c. Kontrol hipertensi
Pada pasien hipertensi dengan penyakit gagal ginjal, keseimbangan garam dan cairan
diatur sendiri tanpa tergantung tekanan darah. Sering diperlukan diuretik loop, selain
obat antihipertensi.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau bisa disebut implementasi keperawatan merupakan tahap proses
keperawatan dimana perawat memberikan intervensi atau tindakan keperawatan
secara langsung dan tidak langsung terhadap klien (Potter & Perry 2016).
Pelaksanaan adalah perwujudan dari rencana keperawatan yang disusun pada tahap
perencanaan atau setelah penyusunan diagnosis keperawatan dengan tujuan
memenuhi kebutuhan klien untuk meningkatkan status kesehatan.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan proses keperawatan yang digunakan perawat
untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil dalam
meningkatkan kondisi klien (Potter & Perry 2016). Evaluasi keperawatan
dilakukan setelah tindakan keperawatan dilakukan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Pasien
1) Nama Pasien : Tn.Z
2) Tempat Tgl Lahir : Gunung Kidul, 21 Agustus 1975
3) Umur : 48 Th
4) Jenis Kelamin : Laki- Laki
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : S1 Teknik Industri
7) Pekerjaan : Pegawai Negeri
8) Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
9) Alamat : Sayangan, Gunung Kidul Yogyakarta
10) Diagnosa Medis : CKD dan DM
11) No. RM : RM0xxxx
12) Tanggal Masuk RS : Selasa, 25 Juli 2023
2. Riwayat Kesehatan
a. Kesehatan Pasien
1. Keluhan Utama saat Pengkajian
Keluarga pasien mengatakan, sesak nafas,menggigil, lemas serta pusing.
Keterangan :
Laki-laki Tinggal serumah Pasien
Perempuan
Meninggal
Pisah
2. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu pasien memliki riwayat penyakit Diabetes melitus
Keluarga pasien megatakan pasien makan tiga kali sehari, nasi dibatasi hanya satu
centong. Makanan yang dikonsumsi pasien nasi, sayur, lauk. Kemudian pasien
minum kurang lebih 3 – 4 gelas perhari.
b) Selama sakit
Keluarga pasien megatakan selama di rumah sakit pasien tidak mau makan sayur
dan lauk hanya mau makan bubur saja.
2. Eliminasi
a) Sebelum sakit
Selama di rumah sakit pasien belum BAB hanya BAK tetapi tidak sebanyak dulu.
3. Aktivitas /latihan
a) Keadaan aktivitas sehari – hari
Pasien bekerja sebagai perangkat desa . Dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
meliputi mandi, makan, minum, BAB, BAK pasien dapat melakukan sendiri.
b) Keadaan pernafasan
Pada saat ini pasien sesak nafas dan terpasang NRM 15Lpm. SpO2 : 98%
c) Keadaan Kardiovaskuler
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit jantung
d) Skala Ketergantungan
KETERANGAN
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Bathing
Toileting
Eating
Moving
Ambulasi
Walking
Keterangan :
4 = Tergantung total
4. Istirahat – tidur
1. Sebelum sakit
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1. Kesadaran : compos mentis
2. Status Gizi :TB = 159 cm
BB = 60 Kg
IMT = 37,7
(Gizi baik/Kurang/Lebih)
4. Skala Nyeri Numerik Pain Rating Scale ( NRS ) Usia > 8 tahun
2. Kepala
Rambut Rambut pendek, hitam, dan rapi
Mata Dilatasi pupil normal, reflek pupil baik
Hidung Normal dan simetris tidak terdapat lesi,
terpasang NRM 15 Lpm
Telinga Kedua telinga dalam keadaan baik tidak
terdapat lesi
Mulut Bibir terlihat kering
3. Leher
Normal tidak ada benjolan
4. Tengkuk
Pada tengkuk tidak ada benjolan yang abnormal
5. Dada
a) Inspeksi
Simetris, warna kulit normal, ekspansi dada simetris, tidak ada lesi.
b) Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan.
c) Perkusi
Suara sonor
d) Auskultasi
Terdengar suara ronchi
6. Payudara
-
7. Punggung
Bentuk punggung simetris, tidak terdapat luka, warna kulit normal.
8. Abdomen
a) Inspeksi
Warna kulit normal, tidak terdapat bekas luka
b) Auskultasi
-
c) Perkusi
Terdengar hasil ketukan timpani di semua kuadran abdomen
d) Palpasi
Tidak ada nyeri tekan.
10. Genetalia
Pasien mengatakan pada area genetalia normal tidak ada luka dan keluhan
11. Ekstremitas
a) Atas
Tidak ada kelainan, tangan kanan terpasang infus
b) Bawah
Seluruh anggota ekstremitas bawah normal, tidak ada keluhan
Pengkajian VIP score (Visual Infusion Phlebithis) Skor visual flebitis pada luka tusukan infus :
Laki-laki 2
Jenis
kelamin Perempuan 1
Kelainan neurologis 4
Perubahan 3
Diagnosis dalam
oksigenasi
Kelainan psikis/prilaku 2
Diagnosis lain 1
Tidak menyadari 3
keterbatasan dirinya
Ganggua Lupa adanya 2
n kognitif kterbatasan
Orientasi baik terhadap 1
diri sendiri
Riwayat jatuh dari 4
tempat tidur
Pasien gunakan alat 3
Faktor
bantu
lingkunga
Pasien berada 2
n
ditempat tidur
Diluar ruang perawat 1
Respon Dalam 24 jam 3
terhada Dalam 48 jam 2
p >48 jam 1
operasi/
obat
penena
ng/efek
anestesi
Bermacam- macam 3
obat digunakan:
obat sedatif fenozin,
Pengguna antidepresan,
an obat laksansia/ deuretika,
narkotik.
Salah satu dari 2
pengobatan diatas
Pengobatan lain 1
Total Skor
Intervensi pencegahan risiko jatuh (beri T
tanda v) gl
1. Pastikan bel/phpne mudah
terjangkau atau pastikan ada
kelaurga yang menunggu
Risiko 2. Roda tempat tidur pada posisi
rendah dikunci
(RR) 3. Naikan pagar pengaman tempat
tidur
4. Beri edukasi pasien
1. Lakukan semua pencegahan
risiko jatuh rendah
2. Pasang stiker penanda
berwarna kuning pada gelang
identifikasi
3. Kunjungi dan monitor setiap
shif
Risiko
4. Penggunaan
tinggi
kateter/pispot/tolet duduk
(RT)
5. Strategi mencegah jatuh dengan
penilaian jatuh yang lebih detail
6. Libatkan keluarga untuk
menunggu pasien
Nama/paraf
Fungsi Ginjal
Inayati, A., Hasanah, U., & Maryuni, S. (2021). Dukungan Keluarga Dengan
Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Rsud
Ahmad Yani Metro. Jurnal Wacana Kesehatan, 5(2), 588.
https://doi.org/10.52822/jwk.v5i2.153