Dunia Keperawatan
Sabtu, 07 Mei 2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK (CKD
)
DI RUANGGAN HCU PENYAKIT DALAM RSUP DR. M.DJAMIL PADANG
TAHUN 2016
DISUSUN OLEH :
DANIZ FIKHRI
15123509
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan studi kasus Keperawatan Medikal Bedah
dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gagal Ginjal Kronik (CKD)
Di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang”.
Penyusunan Studi Kasus ini tidak banyak mendapatkan kesulitan, maka dari itu penulis dapat
meyelesaikannya dalam waktu yang tepat walaupun tidak sesuai dengan yang direncanakan.
Studi Kasus ini tersusun berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak.Untuk itu dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ns. Fitria Alisa, M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah membantu penulis
dalam proses penyusunan studi kasus ini.
2. Ibu Ns. Hj. Syuryani, S.Kep selaku pembimbing klinik yang telah membantu penulis
dalam proses penyusunan studi kasus ini.
3. Bapak Ns.Wawan Wahyudi, M.Kep, selaku pembimbing klinik yang telah membantu penulis
dalam proses penyusunan studi kasus ini.
4. Ibu Ns. Guslinda, M.Kep, Sp.J selaku Ketua Program Studi Profesi Ners STIKes
MERCUBAKTIJAYA Padang.
5. Ibu Hj. Elmiyasna, S.Kp MM selaku Ketua STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang
6. Staf Dosen Program SI Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang yang telah
memberikan bekal ilmu pada penulis dalam pembuatan studi kasus ini.
7. Rekan-rekan kelompok A1 yang senasib dan seperjuangan, tempat menumpahkan keluh
kesah selama pembuatan studi kasus dan perkuliahan serta memberikan semangat dan bantuan
bagi penulis.
Mudah-mudahan semua bimbingan, petunjuk dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis
dapat diterima sebagai suatu amal baik dan mendapatkan balasan dari ALLAH SWT.Penulis me
nyadari bahwa studi kasus ini masih belum sempurna dan bayak kekurangannya.
Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat menghasilkan
studi kasus yang lebih baik. Permohonan maaf penulis ucapkan jika ada kesalahan dalam
penulisan studi kasus ini. Semoga studi kasus ini dapat berguna bagi mahasiswa, para
dosen dan pembaca lainnya.
Padang, April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Penetapan Masalah 3
C.Tujuan Studi Kasus 3
1. Tujuan Umum 3
2. Tujuan Khusus 3
D. Manfaat Studi Kasus 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian 6
2. Anatomi Fisiologi 6
3. Eiologi 11
4. Klasifikasi 13
5. Tanda dan Gejala 14
6. Komplikasi 16
7. Patofisiologi 16
8. Woc 18
9. Pemeriksaan Diagnostik 19
10. Penatalasanaan 21
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian 24
2. Diagnosa Keperawatan 33
3. Intervensi 34
4. Implementasi Keperawatan 39
5. Evaluasi Keperawatan 39
BAB III TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian 40
2. Analisa data 54
3. Diagnosa Keperawatan 59
4. Intervensi 60
5. Catatan perkembangan 64
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit Ginjal Kronik telah menjadi masalah kesehatan serius didunia. Diperkirakan
hingga tahun 2015 data WHO dengan kenaikan dan tingkat persentase dari tahun 2009
sampai tahun 2011 sebanyak 36 juta orang warga dunia meninggal dunia akibat penyakit
ginjal kronik. Hal ini menunjukkan bahwa penyakit gagal ginjal kronik menduduki peringkat
ke-12 tertinggi angka kematian (Smeltzer dan Bare, 2011).
Berdasarkan survey yang dilakukan Di negara maju, angka penderita gangguan ginjal
cukup tinggi. Di Amerika Serikat misalnya angka kejadian penyakit gagal ginjal meningkat
tajam dalam 10 tahun. Tahun 2011 terjadi 166.000 kasus. GGT (gagal ginjal tahap akhir) dan
pada tahun 2012 menjadi 372.000 kasus. angka ini diperkirakan, masih akan terus naik.
Pada tahun 2015 jumlahnya diperkirakan lebih dari 650.000 kasus.Selain diatas, sekitar 6 juta
hingga 20 juta individu di Amerika diperkirakan mengalami GGK (gagl ginjal kronis) tahap
awal. (Santoso Djoko, 2008).
Penyakit ginjal kronik merupakan penyakit yang saat ini jumlahnya sangat meningkat, dari
survey yang dilakukan oleh Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PNEFRI) Pada tahun 2011,
Prevalensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 12,5% yang berarti terdapat 18 juta orang
dewasa di Indonesia menderita penyakit gagal ginjal kronik (Siallagan,2012). Berdasarkan
Pusat data dan informasi Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI) menyatakan
jumlah penderita gagal ginjal kronik diperkirakan sekitar 50 orang per satu juta penduduk
(Soeparman, 2003).
Penyakit Ginjal Kronik adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan
irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit yang menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah
nitrogen lain dalam darah(Smeltzer dan Bare, 2011).
Masalah lain yang timbul yaitu ginjal tidak mampu untuk mengkonsentrasikan atau
mengencerkan urine secara normal, respon ginjal yang sesuai terhadap perubahan masukan
cairan dan elektrolit sehari-hari tidak terjadi(Smeltzer dan Bare, 2011).
Masalah yang kompleks bisa timbul pada gagal ginjal kronik jika tidak tertangani dengan
baik dan tepat yaitu masalah berbagai sistem tubuh diantaranya adalah kelainan system
kardiovaskuler, imunologis, pulmoner, muskuloskeletal, integumen, persyarafan dan masih
banyak lagi yang lain. Selain timbul berbagai masalah pada system tubuh, juga dapat
timbul berbagai komplikasi yang sering berakhir pada kematian (Barbara, 1996).
Adanya perubahan fungsi struktur sistem perkemihan yang bersifat kronis dan adanya
dialisis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada gambaran diri.
Lamanya perawatan, biaya perawatan dan pengobatan menyebabkan klien mengalami
kecemasan, gangguan konsep diri dan gangguan peran pada keluarga(Muttaqin, 2011).
B. Penetapan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan permasalahannya yaitu, Bagaimana
menerapkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gagal Ginjal Kronik di Instal
asi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan Umum
Untuk menerapkan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Ra
wat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada klien
dengan Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Pa
dang.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik di Instalasi R
awat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.
c. Mampu menerapkan rencana asuhan keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik di Insta
lasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.
d. Mampu melaksanakan rencana keperawatan pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik di Instalasi
Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.
e. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang dilaksanakan rencana keperawat
an pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
f. Mampu melakukan dokumentasi keperawatan terhadap asuhan keperawatan yang sudah dievalua
si pada klien dengan Gagal Ginjal Kronik di Instalasi Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi penulis
Untuk menambah wawasan dan pemahaman penulis dalam menerapkan asuhan keperawatan pad
a klien, khususnya pada klien dengan gagal ginjal kronik.
2. Bagi Pasien
Dengan adanya studi kasus tentang asuhan keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronik in
i, diharapkan pasien mendapatkan asuhan keperawatan yang baik dari tenaga perawat.
3. Bagi Rumah Sakit
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi para peraw
at yang berada di RSUP DR.M.Djamil Padang, agar dapat menerapkan dan memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan gagal ginjal kronik.
4. Bagi Institusi
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau referensi akademi untuk pe
ngembangan pembelajaran studi kasus selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan volume dan
komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya
dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif & Kusuma, 2013).
Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah gangguan fungsi ginjal
yang menahun bersifat progresif dan irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal
untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah
(Smeltzer dan Bare, 2011).
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal
yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini terjadi bila laju
filtrasi glomerator kurang dari 50ml/menit. (Suyono RF, 2001).
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi Ginjal
Sistem perkemihan merupakan suatu rangkaian organ yang terdiri dari ginjal, urete
r,
vesika urinaria, dan uretra. Ginjal yang terus menerus menghasilkan urine, dan
berbagai saluran dan reservoir yang dibutuhkan untuk membawa urine keluar
tubuh. ( Wilson,2006)
Gambar 1 Struktur Ginjal ( Syaifuddin, 2010)
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di kedua sisi kolumna vertebr
alis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hat
i. Kutub atasnya terletak setinggi iga kesebelas. Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas,
di belakang peritoneum, didepan dua iga terakhir, dan tiga otot besar-transversus abdominis, kua
dratus lumborum, dan psoas mayor (Wilson,2006).
Secara umum, ginjal terdiri dari beberapa bagian :
a. Bagian dalam (interna) medula. Substansia medularis terdiri dari pyramid renalis yang jumlahnya
antara 8-16 buah yang mempunyai basis sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke si
nus renalis.
b. Bagian luar (eksternal) korteks. Substansia kortekalis berwarna coklat merah, konsistensi lunak d
an bergranula. Substansia ini tepat dibawah tunika fibrosa, melengkung sepanjang basis piramid
yang berdekatan dengan sinus renalis, dan bagian dalam diantara piramid dinamakan kolumna re
nalis.
c. Columna renalis, yaitu bagian korteks di antara pyramid ginjal
d. Procesus renalis, yaitu bagian pyramid/yang menonjol kea rah korteks
e.Hilus renalis, yaitu suatu bagian atau area di mana pembuluh darah, serabut saraf atau duktus me
masuki atau meninggalkan ginjal
f. Papilla renalis, yaitu bagian yang menghubungkan antara duktus pengumpul dan calix minor
g. Calix minor, yaitu percabangan dari calix major
h. Calix major, yaitu percabangan dari pelvis renalis
i.Pelvis renalis, disebut juga piala ginjal, yaitu bagian yang menghubungkan antara calix major dan
ureter
j. Ureter, yaitu saluran yang membawa urine menuju vesica urinaria.
Ginjal dibungkus oleh suatu massa jaringan lemak yang disebut kapsula adipose atau perito
neal feet. Bagian yang paling tebal terdapat pada tepi ginjal memanjang melalui hilus renalis.
Satuan fungsional ginjal dinamakan nefron, mempunyai lebih kurang 1.3 juta nefron, sela
ma 24 jam dapat menyaring 170 liter darah, Nefron terdiri dari bagian :
a. Glomerulus
Bagian ini merupakan gulungan atau anyaman kapiler yang terletak di dalam kapsula bowman da
n menerima darah dari arteriol aferen dan meneruskan darah ke sistem vena melalui arteriol efere
n.
Filtrasi glomerulus adalah proses dimana sekitar 20% plasma yang masuk ke kapiler glomerulus
menembus kapiler untuk masuk ke ruang interstisium, kemudian ke dalam kapsula bowman. Pad
a ginjal yang sehat, sel darah merahatau protein plasma hamper tidak ada yang mengalami filtras
i.
filtrasi menembus glomerulus serupa dengan yang terjadi pada proses filtrasi diseluruh kapiler lain. Hal yang b
erbeda pada ginjal adalah bahwa kapiler glomerulus sangat permeable terhadap air dan zat-zat ter
larut yang berukuran kecil ( Muttaqin & Sari, 2011).
b. Tubulus proksimal konvulta
Tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan kapsula bowman dengan panjang 15mm dan
diameter 55um. Bentuknya berkelok-kelok menjalar dari korteks ke bagian medula dan kembali
ke kortkes sekitar 2/3 dari natrium yang terfiltrasi diabsorpsi secara isotonis bersama klorida.
c. Gelung henle
Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis selanjutnya ke segmen tebal penjangnya 12
mm, total panjang ansa henle 2-14 mm. klorida secara aktif diserap kembali pada cabang asende
ns mempertahankan kenetralan listrik.
d. Tubulus distal konvulta
Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan letaknya jauh dari kapsula bow
man, panjagnya 55mm. tubulus distal dari masing-masing nefron bermuara ke duktus koligens ya
ng oanjangnya 20mm.
e. Duktus koligen medula ini saluran yang secara metabolic tidak aktif. Pengaturan secara halus dari
eksresi natrium urine terjadi disini dengan aldosteron yang paling berperan terhadap reabsorpsi n
atrium (Syaifuddin,2002)
b. Fisiologi Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah untuk regulasi volume, osmolalitas, elektrolit, dan konsentrasi a
sam basa cairan tubuh dengan mengeksresikan air dan elektrolit dalam jumlah yang cukup untuk
mencapai keseimbangan elektrolit dan cairan tubuh total dan untuk mempertahankan konsentrasi
normalnya dalam cairan ekstraselular (ECF). (Wilson&Price,2006)
Menurut Sylvia A Price, ginjal terdiri dari dua fungsi utama, yaitu:
1. Fungsi Eksresi
a. Mempertahankan osmolalitas plasma dengan mengubah-ubah eksresi air.
b. Mempertahankan volume dan tekanan darah dengan mengubah-ubah eksresi Na+
c. Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit individu dalam rentang normal.
d. Mempertahankan PH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+ dan membentuk kem
bal HCO2.
2. Fungsi Noneksresi
Mensintesis dan mengaktifkan hormone :
a. Renin : Penting dalam pengaturan tekanan darah
b. Eritropetin : Merangsang produksi sel-sel darah merah oleh sumsum tulang belakang.
c. Prostaglandin : Sebagian besar adalah vasodilatasi bekerja
secara local.
3. Etiologi
Pada dasarnya, penyebab gagal ginjal kronik adalah penurunan laju filtrasi glomerulus atau
yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate (GFR).
Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013 :
a. Gangguan pembuluh darah : berbagai jenis lesi vaskuler dapat menyebabkan iskemik ginjal dan ke
matian jaringan ginjal. Lesi yang paling sering adalah aterosklerosis pada arteri renalis yang besa
r, dengan konstriksi skleratik progresif pada pembuluh darah. Hiperplasia fibromuskular pada sat
u atau lebih arteri besar yang juga menimbulkan sumbtan pembuluh darah. Nefrosklerosis yaitu s
uatu kondisi yang disebabkan oleh hipertensi lama yang tidak di obati, dikarakteristikkan oleh pe
nebalan, hilangnya elastisitas system, perubahan darah ginjal mengakibatkan penurunan aliran da
rah dan akhirnya gagal ginjal.
b. Gangguan imunologis : Seperti glomerulonefritis
c. Infeksi : Dapat disebabkan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang berasal dari kontamin
asi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang
lebih sering secara ascenden dari traktus urinarius bagi. Bawah lewat ureter ke ginjal sehingga da
pat menimbulkan kerusakan irreversibel ginjal yang disebut pielonefritis.
d. Gangguan metabolik : Seperti DM yang menyebabkan mobilisasi lemak meningkat sehingga terja
di penebalan membrane kapiler dan di ginjal dan berlanjut dengan disfungsi endotel sehingga terj
adi nefropati amiloidosis yang disebabkan oleh endapan zat-zat proteinemia abnormal pada dindi
ng pembuluh darah secara serius merusak membrane glomerulus.
e. Gangguan tubulus primer : terjadinya nefrotoksis akibat analgesic atau logam berat.
f. Obstruksi traktus urinarius: oleh batu ginjal, hipertrofi prostat, dan konstriksi uretra.
g. Kelainan kongenital dan herediter : penyakit polikistik = kondisi keturunan yang dikarakteristik ol
eh terjadinya kista/kantong berisi cairan di dalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jar.gin
jal yang bersifat kongenital ( hipoplasia renalis) serta adanya asidosis.
4. Klasifikasi
menurut Corwin, 2009, penyakit ginjal kronik dibagi menjadi empat stadium berdasarkan Laju Fi
ltrasi Glomerulus (LFG), yaitu
1. Stage 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih no
rmal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
2. Stage 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89 mL/menit/1,73 m2
3. Stage 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/menit/1,73m2
4. Stage 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29mL/menit/1,73m2
5. Stage 5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal.
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test ) dapat digun
akan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = (( 140-umur ) x berat badan ( kg ))
( 72 x creatini serum )
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85.
Menentukan keseimbangan cairan tubuh
Rumus : Intake - Output
Intake : air minum, air dalam makanan, air metabolisme,
cairan intravena/injeksi
Output : urine, IWL, feses dan muntah
Rumus Insesible Water Loss (IWL) : 15/Kg BB/Hari
Jika ada kenaikan suhu badan : IWL + 200 (suhu badan sekarang - 36,8)
Air metabolisme dewasa : 5 ml/Kg BB/Hari
5. Tanda dan Gejala
Menurut Suyono (200l) Tanda dan gejala Gagal ginjal kronik adalah :
a. Gangguan pada sistem gastrointestinal.
1) Anoreksia, mual, dan muntah yang berhubungan dengan gangguan metabolisme protein dalam us
us dan terbentuknya zat-zat toksik.
2) Fetor uremik : disebabkan ureum yang berlebihan pada air liur yang diubah menjadi amonia oleh
bakteri sehingga nafas berbau ammonia.
b. Gangguan sistem Hematologi dan kulit.
1) Anemia, karena berkurangnya produksi eritropoetin.
2) Kulit pucat karena anemia dan kekuningan karena penimbunan urokrom.
3) Gatal-gatal akibat toksin uremik.
4) Trombositopenia (penurunan kadar trombosit dalam darah).
5) Gangguan fungsi kulit (Fagositosis dan kemotaksis berkurang).
c. Sistem Syaraf dan otak.
1) Miopati, kelelahan dan hipertropi otot.
2) Ensepalopati metabolik : Lemah, Tidak bisa tidur, gangguan konsentrasi.
d. Sistem Kardiovaskuler
1) Hipertensi
2) Nyeri dada, sesak nafas
3) Gangguan irama jantung akibat sklerosis dini
4) Edema
e. Sistem endokrin
1) Gangguan seksual : libido, fertilitas dan penurunan seksual pada laki-laki, pada wanita muncul ga
ngguan menstruasi.
2) Gangguan metabolisme glukosa, retensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
f. Gangguan pada sistem lain.
1) Tulang : osteodistrofi renal.
2) Asidosis metabolik akibat penimbunan asam organik.
6. Komplikasi
Menurut (Smeltzer dan Bare, 2011), komplikasi potensial gagal ginjal kronik yang memerlu
kan pendekatan kolaboratif dalam perawatan, mencakup :
a. Hiperkalemia
Akibat penurunan eksresi,asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diet berlebih
b. Pericarditis
Efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialysis yang
tidak adekuat
c. Hipertensi
Akibat retensi cairan dan natrium serta mal fungsi system rennin, angiotensin, aldosteron
d. Anemia
Akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, peradangan gastro intest
inal
e. Penyakit tulang serta klasifikasi metastatic akibat retensi fosfat
7. Patofisiologi
Gagal ginjal kronik disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti gangguan metabolic (DM), I
nfeksi (Pielonefritis), Obstruksi Traktus Urinarius, Gangguan Imunologis, Hipertensi, Gangguan
tubulus primer (nefrotoksin) dan Gangguan kongenital yang menyebabkan GFR menurun.
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan tubulus ) di
duga utuh sedangkan yang lain rusak ( hipotesa nefron utuh ). Nefron-nefron yang utuh hipertrofi
dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan p
enurunan GFR/daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ d
ari nefron –nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar dari pada yang bisa
direabsorpsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus. Selanjutnya karena jumlah nefro
n yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulny
a gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal b
ila kira-kira fungsi ginjal telah hilang 80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nila
i kreatinin clearance turun sampai 15ml/menit atau lebih rendah itu. (Barbara C Long)
Fungsi renal menurun, produk akhir metabolisme protein ( yang normalnya dieksresikan k
e dalam urin) tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap system tubuh. Se
makin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat (Smeltzer dan Bare, 20
11).
8. WOC Terlampir
9. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik Spesifik :
Ureum dan kreatinin : meninggi, biasanya perbandingan antara ureum dan kreatinin kurang lebih
20:1. Ingat perbandingan bisa meninggi oleh karena perdarahan saluran cerna, demam, luka baka
r luas, pengobatan steroid, dan obstruksi saluran kemih. Perbandigan ini berkurang : ureum lebih
kecil dari kreatinin, pada diet rendah protein, dan tes Klirens Kreatinin yang menurun
Laboratorium :
a.
Laju endap darah : meninggi yang diperberat oleh adanya anemia dan hipoalbuminemia. Anemia
normositer normokrom, dan jumlah retikulosit yang rendah.
b. Hiponatremi : umumnya karena kelebihan cairan.
c.Hiperkalemia : biasanya terjadi pada gagal ginjal lanjut bersama dengan menurunnya diuresis.
d.
Hipoklasemia dan hiperfosfatemia : terjadi karena berkurangnya sintesis vitamin D.3 pada pasien
Gagal Ginjal Kronik.
e.
Phospate alkaline meninggi akibat gangguan metabolisme tulang, terutama isoenzim fosfatase lin
din tulang.
f.Hipoalbuminemia dan hipokolesterolemia, umumnya disebabkan gangguan metabolisme dan diet
rendah protein.
g.Peninggian gula darah, akibat gangguan metabolisme karbohidrat pada gagal ginjal ( resistensi te
rhadap pengaruh insulin pada jaringan perifer).
h.Hipertrigleserida, akibat gangguan metabolisme lema, disebabkan peninggian hormone insulin da
n menurunnya lipoprotein lipase.
i.Asidosis metabolic dengan kompensasi respirasi menunjukkan Ph yang menurun, HCO3 yang men
urun, PCO2 yang menurun, semua disebabkan retensi asam –asam organic pada gagal ginjal.
Pemeriksaan Diagnostik Lain :
a.Foto polos abdomen untuk menilai bentuk dan besar ginjal (adanya batu atau adanya suatu obstruk
si). Dehidrasi akan memperburuk keadaan ginjal, oleh sebab itu penderita diharapkan tidak puasa
.
b.Intra Vena Pielografi ( IVP) untuk menilai system pelviokalises dan ureter. Pemeriksaan ini mempu
nyai resiko penurunan faal ginjal pada keadaan tertentu, misalnya usia lanjut, diabetes mellitus, d
an nefropati asam urat.
c.
Ultrasonografi (USG) untuk menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, kepadatan pa
renkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih dan prostat.
d.
Renogram untuk menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi dari gangguan (vaskuler, parenkim,
eksresi) serta sisa fungsi ginjal.
e. Elektrokardiografi (EKG) untuk melihat kemungkinan : hipertropi ventrikel kiri, tanda-
tanda pericarditis, aritmia, gangguan elektrolit (hiperkalemia) (Muttaqin, 2011).
10. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan elektrolit dan mencegah komplika
si, yaitu sebagai berikut (Muttaqin, 2011) :
a. Dialisis
Dialysis dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal ginjal yang serius, seperti hiperkale
mia, pericarditis, dan kejang. Dialysis memperbaiki abnormalitas biokimia, menyebabkan cairan
, protein, dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas, menghilangkan kecendrungan peradrahan,
dan membantu penyenbuhan luka.
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode terapi yang bertujuan untuk m
enggantikan fungsi/kerja ginjal yaitu membuang zat-zat sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Ter
api ini dilakukan apabila fungsi kerja ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga tida
k lagi mampu untuk menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama
ini dikenal ada 2 jenis dialisis :
1) Hemodialisis (cuci darah dengan mesin dialiser)
Hemodialisis atau HD adalah dialisis dengan menggunakan mesin dialiser yang berfungsi sebaga
i ginjal buatan. Pada prose ini, darah dipompa keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser.
Di dalam mesin dialiser, darah dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltra
si oleh dialisat (suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai dibersihkan, darah d
ialirkan kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu di rumah sakit dan setia
p kalinya membutuhkan waktu sekitar 2-4 jam.
2) Dialisis Peritoneal (cuci darah melalui perut)
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan bantuan membran perito
neum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan da
n disaring oleh mesin dialisis.
b. Koreksi hiperkalemi
Mengendalikan kalium darah sangat penting karena hiperkalemi dapat menimbulkan kematian
mendadak. Hal yang pertama harus diingat adalah jangan menimbulkan hiperkalemia. Selain den
gan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi
hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan mengurangi intake kalium, pemberian Na Bik
arbonat, dan pemberian infuse glukosa.
c. Koreksi Anemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi, kemudian mencari apakah ada
perdarahan yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat
meninggikan Hb. Transfuse darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya a
da infusiensi koroner.
d. Koreksi Asidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat dib
erikan peroral atau parentera. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi intravena perla
han-lahan, jika diperlukan dapat diulang. Hemodialisi dan dialysis peritoneal dapat juga mengata
si asidosis.
e. Pengendalian Hipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator dilakukan. Mengurangi intake gara
m dalam mengendalikan hipertensi harus hati-hati karena tidak semua gagal ginjal disertai retens
i natrium.
f. Transplantasi Ginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik, maka seluruh faal ginjal di
ganti oleh ginjal yang baru.
B. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. PENGKAJIAN
1. Identitas
Identitas Pasien
Terdiri dari Nama, No.Rek.Medis, Umur (lebih banyak terjadi pada usia 30-60 tahun), Agama, Jeni
s Kelamin (pria lebih beresiko daripada wanita), Pekerjaan, Status perkawinan, Alamat, Tanggal
masuk, Yang mengirim, Cara masuk RS, dan Diagnosa medis dan nama Identitas Penanggung Ja
wab meliputi : Nama, Umur, Hub dengan pasien, Pekerjaan dan Alamat
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh klien sebelum masuk ke rumah sakit. Pad
a klien dengan gagal ginjal kronik biasanya didapatkan keluhan utama yang bervariasi, mulai da
ri urine keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera
makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, napas bau (ureum), dan gatal p
ada kulit (Muttaqin, 2011).
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengalami penurunan frekuensi urine, penurunan kesadaran, perubahan pola nafa
s, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyer
i panggul, penglihatan kabur, perasaan tak berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi(Muttaqin,
2011).
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran k
emih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infeksi sys
tem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus, dan hipertensi pada masa sebelumnya
yang menjadi predisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan(Mutta
qin, 2011).
d. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya klien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan
klien yaitu gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes mellitus dan hipertensi yang bisa menj
adi factor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal kronik.
3. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN
Persepsi terhadap penyakit :
Biasanya persepsi klien dengan penyakit ginjal kronik mengalami kecemasan yang tinggi.
Biasanya klien mempunyai kebiasaan merokok, alkohol dan obat-obatan dalam kesehari-
hariannya.
4. POLA NUTRISI/METABOLISME
a. Pola Makan
Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), ano
reksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
b. Pola Minum
Biasanya klien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak sedap pada mulut (pe
rnapasan ammonia).
5. POLA ELIMINASI
a. BAB
Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi.
b. BAK
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine <400ml/hari sampai anuria, warna urine keruh atau b
erwarna coklat, merah dan kuning pekat.
6. POLA AKTIVITAS /LATIHAN
Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu dan biasanya membutuhkan
pertolongan atau bantuan orang lain.
Biasanya klien kesulitan menentukan kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan mempertahan
kan fungsi peran dalam keluarga.
7. POLA ISTIRAHAT TIDUR
Biasanya klien mengalami gangguan tidur , gelisah karena adanya nyeri panggul, sakit kepala da
n kram otot/kaki ( memburuk pada malam hari).
8. POLA KOGNITIF –PERSEPSI
biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik ini pada tingkat asietas sedang
sampai berat.
9. POLA PERAN HUBUNGAN
Biasanya klien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya sehari-hari karena perawatan yang la
ma.
10. POLA SEKSUALITAS/REPRODUKSI
Biasanya terdapat masalah Seksual berhubungan dengan penyakit yang di derita.
11. POLA PERSEPSI DIRI/ KONSEP DIRI
a. Body image/gambaran diri
Biasanya mengalami perubahan ukuran fisik, fungsi alat tubuh terganggu, keluhan karena kondis
i tubuh, pernah operasi, kegagalan fungsi tubuh, prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat
tubuh
b. Role/peran
Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang diderita
c. Identity/identitas diri
Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu menerima perubahan,
merasa kurang memiliki potensi
d. Self esteem/harga diri
Biasanya mengalami rasa bersalah, menyangkal kepuasan diri, mengecilkan diri, keluhan fisik
e. Self ideal/ideal diri
Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak memiliki kemampuan,
tidak memiliki harapan, merasa tidak berdaya
12. POLA KOPING-TOLERANSI STRES
Biasanya klien mengalami factor stress contoh financial, hubungan dan sebabnya, perasaan tidak
berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut,marah, mudah tersinggu
ng, perubahan kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif.
13. POLA KEYAKINAN NILAI
Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan.
14. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum dan TTV
a) Keadaan umum klien lemah, letih dan terlihat sakit berat
b) Tingkat kesadaran klien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi sist
em saraf pusat.
c) TTV : RR meningkat, tekanan darah didapati adanya hipertensi.
2) Kepala
a) Rambut : Biasanya klien berambut tipis dan kasar, klien sering sakit kepala, kuku rapuh dan tipis
.
b) Wajah : Biasanya klien berwajah pucat
c) Mata : Biasanya mata klien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva anemis, dan sclera tidak ik
terik.
d) Hidung : Biasanya tidak ada pembengkakkan polip dan klien bernafas pendek dan kusmaul
e) Bibir : Biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi, dan napas ber
bau
f) Gigi : Biasanya tidak terdapat karies pada gigi.
3) Lidah : Biasanya tidak terjadi perdarahan
4) Leher : Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid atau kelenjar getah bening
5) Dada / Thorak
a) Inspeksi : Biasanya klien dengan napas pendek, pernapasan kussmaul (cepat/dalam)
b) Palpasi : Biasanya fremitus kiri dan kanan
c) Perkusi : Biasanya Sonor
d) Auskultasi : Biasanya vesicular
6) Jantung
a) Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat
b) Palpasi : Biasanya ictus Cordis teraba di ruang inter costal 2 linea deksta sinistra
c) Perkusi : Biasanya ada nyeri
d) Auskultasi : Biasanya terdapat irama jantung yang cepat
7) Perut / Abdomen
a) Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan cairan, klien tampak mu
al dan muntah
b) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara
5-35 kali/menit
c) Palpasi : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya pembesaran hepar pa
da stadium akhir.
d) Perkusi : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.
8) Genitourinaria
Biasanya terjadi penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria, distensi abdomen, diare atau konstip
asi, perubahan warna urine menjadi kuning pekat, merah, coklat dan berawan.
9) Ekstremitas
Biasanya didapatkan adanya nyeri panggul, odema pada ektremitas, kram otot, kelemahan pada t
ungkai, rasa panas pada telapak kaki,keterbatasan gerak sendi.
10) Sistem Integumen
Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area ekimosis pada kulit.
11) System Neurologi
Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan k
onsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral,seperti perubaha
n proses fikir dan disorientasi. Klien sering didapati kejang, dan adanya neuropati perifer.
(Sumber : Muttaqin, 2011)
15. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Urine
a) Volume : kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau urine tidak ada (anuria)
b) Warna : biasanya didapati urine keruh disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, partikel koloid, fosfat
atau urat.
c) Berat jenis : kurang dari 1,015 (menetap pada 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat).
d) Osmolalitas : kurang dari 350 m0sm/kg (menunjukkan kerusakan tubular)
e) Klirens Kreatinin : agak sedikit menurun.
f) Natrium : lebih dari 40 mEq/L, karena ginjal tidak mampu mereabsorpsi natrium.
g) Proteinuri : terjadi peningkatan protein dalam urine (3-4+)
2) Darah
a) Kadar ureum dalam darah (BUN) : meningkat dari normal.
b) Kreatinin : meningkat sampai 10 mg/dl (Normal : 0,5-1,5 mg/dl).
c) Hitung darah lengkap
(1) Ht : menurun akibat anemia
(2) Hb : biasanya kurang dari 7-8 g/dl
3) Ultrasono Ginjal : menetukan ukuran ginjal dan adanya massa,
kista,obstruksi pada saluran kemih bagian atas.
4) Pielogram retrograde : menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5) Endoskopi ginjal : untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumo
r selektif
6) Elektrokardiogram (EKG): mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asa
m/basa.
7) Menghitung laju filtrasi glomerulus : normalnya lebih kurang 125ml/menit, 1 jam dibentuk 7,5 lite
r, 1 hari dibentuk 180 liter
2. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian, data-data yang didapatkan dalam pengkajian tersebut dianalisa da
n dapat ditegakkan diagnose keperawatannya sesuai dengan masalah yang sedang dihadapi klien,
maka, Kemungkinan diagnosa yang mungkin muncul pada klien dengan gagal ginjal kronik yaitu
:
a) Penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan cairan dan elketrolit, ganggua
n frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi/penumpukkan urea toksin,klasifikasi jaringan lu
nak
b) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
c) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan udem sekunder, gangguan filtrasi glomerulus
d) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan konsentrasi Hb dalam darah
e) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah/a
noreksia
f) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan status metabolic, sirkulasi (anemia,iske
mia jaringan) dan sensas I (neuropati ferifer), penurunan turgor kulit, penurunan aktivitas, akumu
lasi ureum dalam kulit
g) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan keletihan, anemia retensi, produk sampah
(Sumber : NANDA, 2013)
3. Intervensi Keperawatan
Indikator 2) Kaji faktor penyebab asidosis m
- Tidak sesak napas lagi 3) Memonitor tanda – tanda vital
- Pernafasan kembali normal 16- 4) Ciptakan lingkungan yang tena
24 x/menit
njung
- menunjukkan jalan nafas yang f
aten 5) Monitor frekuensi dan irama pe
- tanda vital dalam rentang norma 6) Pantau laboratorium analisa ga
l
an
7) Berikan terapi O2 tambahan den
masker sesuai indikasi
2 Ketidakefektifan perfusi jaringan
Circulation status Peripheral Sensation Managem
perifer
Tissue perfusion : cerebral 1). Kaji secara konprehensif sirku
Indikator : erifer, edema, kapilary refil)
- Tekanan systole dan diastole 2). Monitor suhu, warna dan kelem
dalam rentang nomal 3)Evaluasi nadi perifer dan edema
- CRT < dari 2 detik 4). Ubah posisi klien minimal seti
- Suhu kulit hangat 5). Monitor status cairan masuk d
- warna kulit normal 6). Dorong latihan ROM selama b
- tidak ada edema perifer 7). Diskusikan mengenai penyeba
3 Kelebihan volume cairan
Electrolit and acid base balanc Fluid Management
e 1) Kaji adanya edema ekstremitas
Fluid balance n edema
hydration 2) Istirahatkan / anjurkan klien un
Indikator : a saat edema masih terjadi
a.Edema berkurang 3) Monitor vital sign
b.Keseimbangan antara input d 4) Ukur intake dan output secara a
an output 5) pasang kateter urine jika diperl
c.Pitting edema tidak ada lagi 6) Berikan oksigen tambahan den
d. Produksi urine >600 ml/hari
sker sesuai indikasi
7) Kolaborasi :
- Berikan diet tanpa garam
- Berikan diet rendah protein tingg
- Berikan diuretik, Contoh : Furose
spironolakton.
4 Ketidakseimbangan nutrisi kuran
Nutritional status Nutritional Management
g dari kebutuhan tubuh tubuh Nutritional status : food and fl
uid intake 1). Kaji adanya alergi makanan
Weight Control 2). Kolaborasi dengan ahli gizi un
Indikator : mlah kalori dan nutrisi yang dibut
- adanya peningkatan berat badan
3) anjurkan pasien untuk meningk
- tidak ada tanda-tanda mal nutris
i tamin c
- menunjukkan peningkatan fun 4) yakinkan diet yang dimakan m
gsi pengecapan dari menelan
rat untuk mencegah konstipasi
5) berikan makanan terpilih (suda
an ahli gizi)
Nutrition monitoring
6) monitoring adanya penurunan b
7) monitoring lingkungan selama
8) monitoring turgor kulit
9) monitoring makanan kesukaan
4. Implemetasi Keperawatan
Implementasi merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan dengan melaksanaka
n berbagai strategi kesehatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikas
i sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2011. Asuhan keperawatan gangguan sistem perkemihan. Jakarta: Sal
emba Medika.
M.Clevo Rendi dan Margareth TH. 2012. Asuhan keperawatan medikal bedah dan penyakit dalam. Y
ogyakarta: Nuha Medika.
Nettina, Sandra M. 2002. Pedoman praktik keperawatan. Jakarta: EGC.
Nurarif & Kususma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa dan NANDA NIC NO
C. Jilid 2. MedAction
Smeltzer,s.c dan Bare,b.g. 2011. Buku ajar keperawatan medical bedah. Brunner & Suddarth. Edisi. J
akarta: EGC.
Syaifuddin. 2002. Struktur dan komponen tubuh manusia. Jakarta: Widya Medika.
Sylvia,a.p dan Lorraine,m.w 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta:
EGC.
Jurnal Ners Indonesia. 2012.
2 komentar:
1.
lengkap sekali nih gann Askep CKD sangat membantu untuk tugas perawat saya,
terimakasih
Balas
2.
Rista Anisa5 September 2017 21.22
This is the most interesting information and fit into our topic. bahaya penyakit
amandel I want to share it with my friends Obat Amandel Herbal
Balas
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
De ghj v