DESY SELFIANI
NIM: PO71202210049
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hati dengan inflamasi dan
fibrosis yang mengakibatkan distorsi struktur dan hilangnya sebagian
besar hepar. Perubahan besar yang terjadi karena sirosis adalah kematian
sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel mast), regenerasi sel dan
jaringan parut yang menggantikan sel-sel normal. (Baradero, 2008).
Sirosis Hepatis merupakan penyakit hati menahun ditandai adanya
pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan proses
peradangan, nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan ikat dan
usaha regenerasi nodul, sehingga menimbulkan perubahan sirkulasi mikro
dan makro sel hepar tidak teratur (Nugroho, 2011).
Menurut Black & Hawks tahun 2009, Sirosis hepatis adalah penyakit
kronis progresif dicirikan dengan fibrosis luas (jaringan parut) dan
pembentukan nodul. Sirosis terjadi ketika aliran normal darah, empedu dan
metabolism hepatic diubah oleh fibrosis dan perubahan di dalam hepatosit,
duktus empedu, jalur vaskuler dan sel retikuler.
Jadi dapat disimpulkan bahwa sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada
hepar yang ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat dan
pembentukan nodul.
B. Etiologi dan Faktor Risiko Sirosis Hepatis
Penyebab sirosis hepatis belum teridentifikasi dengan jelas, meskipun
demikian, Menurut Black & Hawks, 2009 ada beberapa faktor yang
menyebabkan sirosis hepatis yaitu:
a. Sirosis Pascanekrosis (Makronodular)
Merupakan bentuk paling umum di seluruh dunia.Kehilangan masif sel
hati, dengan pola regenerasi sel tidak teratur. Faktor yang
menyebabkan sirosis ini pasca- akut hepatitis virus (tipe B dan C).
b. Sirosis Billier
Merupakan turunnya aliran empedu bersamaan dengan kerusakan sel
hepatosit disekitar duktus empedu seperti dengan kolestasis atau
obstruksi duktus empedu.
c. Sirosis Kardiak
Merupakan penyakit hati kronis terkait dengan gagal jantung sisi
kanan jangka panjang, seperti atrioventrikular perikarditis konstriktif
lama.
d. Sirosis Alkoholik (mikronodular Laenec)
Merupakan bentuk nodul kecil akibat beberapa agen yang melukai
terus-menerus, terkait dengan penyalahgunaan alcohol.
Gagal Hati
Ggn. Metabolisme Penurunan absorpsi Ggn. Metabolisme Penururnan Penurunan metabolisme Perubahan aliran
karbohidrat dan lemak protein androgen & bilirubin dan/ kerusakan Ketidakmampuan metabolisme
Vit.K darah limfe
aldosteron bilier/ obstruksi amonia menjadi ureum
Sintesa albumin detoksifikasi Splenomegali
Penyimpanan glikogen MK:Resiko Perdarahan Hipertensi porta Ensefalopati
menurun Hiperbilirubinemia
hipoalbumin
Hepatikum
Penurunanan ADH Eritema palmaris, tak terkonjugasi Asites/ Asteriksis, perubahan
Anemia,
Hipoglikemia dan aldosteron atrofi testis, spider Edema Trombositopenia, pola tidur, nafas
detoksifikasi Penurunan Tek. buruk, Asidosis
angioma, Jaundis Leukopenia MK: Ketidakefektifan
Osmotik koloid Respiratorik
MK: Resiko Ketidakstabilan gula ginekomastia, perfusi jaringan
darah rambut rontokk, Gatal Varises Hemoroid Varises cerebral
Eksudat cairan Bingung
Esofagus Abdomen
MK: Kelebihan Volume perubahan Superfisialis sampai koma
Cairan Asites/edema menstruasi
Sel kekurangan energi Penurunan empedu, MK: Resiko
MK: Resiko
di dalam saluran GI Perdarahan Cidera
Penurunan MK: Resiko dan penigkatan
Peningkatan Penyembuhan luka
MK: Ketidakseimbangan kekuatan otot pada Kerusakan Kematian
tekanan pada urobilinogen lambat
nutrisi kurang dari kebutuhan tungkai Integritas Kulit
diagframa
tubuh MK:
MK: Resiko
Feses bewarna
Infeksi Ketidakefektifan
MK: Gangguan MK: Ketidakefektifan pola seperti pucat, urine Perfusi Jaringan
MK: Kelelahan mobilitas fisik nafas bewarna gelap
Perifer
Sumber: BlackPoltekkes
& Hawks (2009) yang telah diolah kembali
Kemenkes
Padang
13
E. Komplikasi
Menurut Black & Hawks tahun 2009, komplikasi dari serosis hepatis adalah
sebagai berikut:
1. Hipertensi Porta
Hipertensi porta terjadi ketika tekanan darah meningkat menetap pada
sistem vena porta hal tersebut sebagai akibat peningkatan resistansi dan
obstruksi aliran darah melalui sistem vena porta ke dalam hati.
a. Etiologi dan faktor risiko
Vena porta kemungkinan tersumbat oleh thrombus tumor adalah
penyebab paling sering berikutnya. Faktor yang mungkin
menyebabkan hipertensi porta peningkatan resistensi terhadap aliran,
sirosis, hepatitis alkoholik, dll.
b. Patofisiologi
Aliran darah normal untuk dan dari hati bergantung pada fungsi vena
porta yang baik (70 % aliran masuk), arteri hepatik (30 % aliran
masuk), dan vena hepatik (aliran keluar) proses penyakit yang
merusak hati atau pembuluh darah utamanya atau perubahan aliran
darah melalui struktur ini bertanggung jawab bagi perkembangan
hipertensi porta. Hipertensi porta akibat dari peningkatan aliran darah
pada vena porta maupun peningkatan resistansi terhadap aliran di
dalam sistem vena porta.
c. Manifestasi Klinis
Pada klien dengan hipertensi porta, ketika pengkajian di dapatkan
jaringan pembuluh darah epigastrik sedikit berliku-liku yang
bercabang akhir pada daerah umbilikus serta kearah kedepan sternum
dan tulang rusuk, pelebaran, dan asites yang tipikal tampak ketika
penyakit ahati bersamaan.
2. Asites
a. Etiologi dan Faktor Resiko
Asites adalah akumulasi cairan di dalam ruang peritoneum akibat
interaksi beberapa perubahan patofisiologi. Hipertensi porta,
penurunan tekanan plasma osmotik koloid dan retensi natrium semua
berkontribusi terhadap kondisi ini.
b. Patofisiologi
Sebuah proses yang mengeblok aliran darah melalui sinusoid hati ke
vena hepatik dan vena cava menyebabkan peningkatan tekanan
hidrostatik di dalam sistem vena porta. Sebagaimana tekanan porta
meningkat, plasma bocor langsung dari kapsul hati dan vena porta
kongesti ke dalam ruang peritoneum. Kongesti saluran limfa terjadi,
mengarah pada kebocoran lebih plasma ke dalam ruang peritoneum.
Kehilangan protein plasma ke dalam cairan asites dari sistem vena
porta mengurangi tekanan onkotik di dalam kompratemen pembuluh
darah. Penurunan tekanan onkotik membatasi kemampuan sistem
pembuluh darah menahan atau mengumpulkan air.
c. Manifestasi Klinis
Cairan asites secara tipikal menyebabkan distensi perut, panggul
menonjol, serta umbilikus yang menonjol keluar dan ke bawah.
Meskipun akumulasi cairan asites banyak dan nyata, namun jika
jumlah kecil atau sedang lebih sulit untuk mendeteksi.
3. Ensefalopati Hepatikum
Ensefalopati Hepatikum merupakan gangguan SSP. Gangguan mungkin
tampak bersamaan dengan cedera hati berat atau gagal hati atau setelah
pembedahan puntasan portosistemik. Penyebab gangguan ini adalah
ketidakmampuan untuk memetabolisme ammonia untuk membentuk
ureum sehingga ini dapat diekresikan.
a. Patofisiologi
Penyebabab spesifik ensefalopati hepatikum tidak diketahui, tapi hal
ini dirincikan oleh peningkatan kadar amonia dalam darah dan cairan
serebrospinal. Amonia dihasilkan dalam usus ketika protein dipecah
oleh bakteri, oleh hai dan dalam jumlah yang lebih kecil, oleh
getah lambung dan metabolisme jaringan perifer. Ginjal adalah
sumber amona lain di dalam adanya hipokalemia. Implikasi lebih
terkini penyebab ensefalopati adalah neurotransmiter palsu, naiknya
kadar mercaptan (kimia organik yang mengandung radikal sulfhidril,
terbentuk ketika molekul oksigen dan alkohol diganti oleh sulfur ),
fenol dan rantai pendek asam lemak.
Secara normal, hati amonia ke dalam glutamin, yang disimpan dalam
hati dan kemudian diubah menjadi ureum dan diekresikan melalui
ginjal. Kadar amonia darah meningkat ketika sel hati tidak mampu
membentuk fungsi ini mungkin dikarenakan sel hati rusak dan
nekrosis. Ini juga mungkin akibat dari pintasan darah dari sistem
vena porta secara langsung kedalam sirkulasi vena sistemik
(pintasan hati). Pada kasus lain, sebagaimana kadar amonia darah
naik, banyak bahan tidak biasanya mulai terbentuk. Beberapa bahan
ini (misal oktopamn) tampak bertindak sebagai neurotransmiter
palsu di dalam SSP. Amonia juga adalah toksin SSP, memengaruhi
sel glia dan saraf, ini mengarah kepada perubahan metabolisme dan
fungsi SSP. Sebuah proses yang meningkatkan protein di dalam
intestinal, seperti meningkatkan diet protein atau perdarahan GI,
menyebabkan peningkatan kadar amonia darah dan kemungkinan
gejala ensefalopati hepatikum pada klien dengan gagal hepatoseluler
atau yang telah menjalani pembedahan pintasan portosistemik.
b. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis ensefalopati hepatikum adalah secara primer
neurologis dan rentang dari kebingungan mental ringan sampai koma
dalam. Perubhan neurologis terjadi dengan akumulasi amonia serebral
atau perdarahan GI. Ensefalopati hepatikum mengganggu memori,
perhatian, konsentrasi, dan kecepatan respons.
Pola terbalik sering terjadi, klien terbangun malam hari dan
mengantuk pada siang hari. Menulis dan ucapan menunjukkan
perubahansignifikan seperti terjadi penyimpangan intelektual.
Asteriksis mungkin ada. Pada beberapa klien dengan ensefalopati
hepatikum, hiperventilasi dengan alkalosis respiratorik berkembang
karena kadar amnia tinggi merangsang pusat pernafasan. Adanya
methylmercaptan menyebabkan bau karakteristik pada pernafan yang
disebut fetorhepaticus.
Sebagaiman perkembangan sindrom, tingkat kesadaran klien perlahan
berkurang, dan kebingungan menjadi lebih berat, namun, tingkat
depresi SSP umunya fluktasi. Koma akhirnya terjadi, yang mendalam
sampai tidak ada respons nyeri dan refleks kornea, benar-benar tidak
ada.
Berikut stadium ensefalopati hepatikum:
1) Stadium 1
a) Letih
b) Gelisah
c) Iritabel
d) Penurunan tampilan intelektual
e) Penurunan rentang perhatian
f) Berkurangnya ingatan jangka pendek
g) Perubahan kepribadian
h) Pola tidur terbalik
2) Stadium 2
a) Penyimpangan dalam menulis
b) Asteriksis
c) Gngguan status mental
d) Bingung
e) Lemah
f) Fetor hepaticus
3) Stadium 3
a) Bingung berat
b) Ketidakmampuan mengikuti perintah
c) Samnolen dalam, tapi dapat bangun
4) Stadium 4
a) Koma
b) Tidak respons terhadap rangsangan nyeri
c) Kemungkinan sikap tubuh dekortikasi atau deserebasi
c. Prognosis
Meskipun intervensi biasanya mengurangi ensefalopati hepatikum,
klien mungkin meninggal karena komplikasi sirkulasi atau respirasi,
infeksi, atau delirium dan kejang. Kematian terjadi pada klien yang
berkembang kerah koma dengan gagal hati. Langkah-langkah dramatis
mungkin dibutuhkan untuk mengurangi kadar toksik amonia dalam
darah. Cara tersebut termasuk hemodialisis dan transfusi tukar, yang
melibatkan pembuangan pergantian sekitar 80% darah klien.
Transplatasi hati dilakukan pada kasus gagal hati fulminan.
F. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis pada sirosis hepatis yaitu:
a. Terapi mencakup antasid, Suplemen vitamin dan nutrisi, diet
seimbang; diuretik penghemat kalium (untuk asites) hindari alkohol
Brunner & Suddart, (2013).
b. Dokter biasanya meresepkan multivitamin untuk menjaga kesehtan.
Sering kali vitamin K diberikan untuk memperbaik faktor
pembekuan (Black & Hawks, 2009).
c. Dokter mungkin juga meresepkan pemberian albumin IV untuk
menjaga volume plasma (Black & Hawks, 2009).
1) Memberikan oksigen
2) Memberikan cairan infus
3) Memasang NGT (pada perdarahan)
4) Terapi transfusi: platelet, packed red cells, fresh frozen plasma
(FFP)
5) Diuretik: spironolakton (Aldactone), Furosemid (lasix)
6) Sedatif: fenobarbital (Luminal)
7) Pelunak feses : dekusat
8) Detoksikan Amonia: Laktulosa
9) Vitamin: zink
10) Analgetik: Oksikodon
11) Antihistamin: difenhidramin (Benadryl)
12) Endoskopik skleroterapi: entonolamin
13) Temponade balloon varises: pipa Sengstaken-Blakemore (pada
perdarah aktif)
14) Profilaksis trombosis vena provunda : stocking kompresi
sekuensial.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Black & Hawks (2009), penatalaksaan keperawatan sebagai
berikut:
a. Mencegah dan memantau perdarahan
Pantau klien untuk perdarahan gusu, purpura, melena, hematuria,
dan hematemesis.Periksa tanda vital sebagai pemeriksa tanda syok.
Selain itu untuk menceah perdarahan, lindungi klien dari cedera
fisik jatuh atau abrasi, dan diberikan suntikan hanya ketika benar-
benar diperlukan, menggunakan jarum sintik yang kecil.
Instruksikan klien untuk menghindari nafas hidung dengan kuat
dan mengejan saat BAB. Terkadang pelunak fases diresepkan
untuk mencegah mengejan dan pecahnya varises.
b. Meningkatkan status nutrisi
Modifikasi diet: diet tinggi proten untuk membangun kembali
jaringan dan juga cukup karbohidrat untuk menjaga BB dan
menghemat protein. Berikan suplemen vitamin biasanya pasien
diberikan multivitamin untuk menjaga kesehatan dan diberikan
injeksi Vit K untuk memperbaiki faktor bekuan.
G. Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan
secara ilmiah yang digunakan untuk mengidentifikasi masalah- masalah
pasien, merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya serta
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Nasrul
Effendy dalam Andra, dkk. 2013).
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab)
Biasanya identitas klien/ penanggung jawab dapat meliputi : nama,
umur, jenis kelamin, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit, diagnosa medis, nomor
registrasi, hubungan klien dengan penanggung jawab.
b. Keluhan Utama:
Pada awal sirosis hepatis biasaya orang dengan sirosis sering
terungkap kondisinya secara tidak sengaja ketika mencari pelayanan
kesehatan untuk masalah lain. Beberapa kondisi menjadi alasan
masuk pasien yaitu dengan keluhan Nyeri abdomen bagian atas
sebelah kanan, mual, muntah, dan demam. Sedangkan pada tahap
lanjut dengan keluhan adanya ikterus, melena, muntah berdarah.
(Black & Hawks, 2009)
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat perawat melakukan pengkajian biasanya akan diperoleh
komplikasi berat dengan dasar fisiologis; asites disebabkan malnutrisi,
GI muncul dari varises esofagus (pembesaran vena), sehingga pasien
mengeluhkan bengkak pada tungkai, keletihan, anoreksia. (Black &
Hawks, 2009)
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya adanya riwayat Hepatitis, pascaintoksikasi dengan kimia
industri, sirosis bilier dan yang paling sering ditemukan dengan
riwayat mengonsumsi alkohol.
9) Jantung
1) Inspeksi : anemis, terdapat tanda gejala perdarahan.
2) Palpasi : peningkatan denyut nadi.
3) Auskultasi : biasanya normal
10) Abdomen
1) Inspeksi : perut terlihat membuncit karena terdapat asites.
2) Palpasi : terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan
atas, hepar teraba membesar, terdapat shifting dullnes atau
gelombang cairan
3) Perkusi : Redup
4) Auskultasi : penurunan bising usus
11) Ekstremitas
Biasanya Terdapat udem tungkai, penurunan kekuatan otot,
Eritema Palmaris pada tangan, Jaundis dan CRT >2 detik
12) Genitalia
Biasanya pada wanita menstruasi tidak teratur
h. Pemeriksaan Diagnostik
1) Hemoglobin biasanya rendah
2) Leukosit biasanya meningkat
3) Trombosit biasanya meningkat
4) Kolesterol biasanya rendah
5) SGOT dan SGPT biasanya meningkat
6) Albumin biasanya rendah
7) Pemerikaan CHE (koloneterase): penting dalam menilai sel hati.
Bila terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun, pada
perbaikan terjadi kenaikan CHE menuju nilai normal.
8) Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan
pembatasan garam dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013)
9) Uji fungsi hati (misalnya fosatase alkali serum, aspartat
aminotransferase [AST], [tranaminase glutamate oksaloasetat
serum (SGOT)], alanin aminotransferase [ALT],
[transaminasenglutamat piruvat serum (SGPT)], GGT,
i. Resiko cidera
k. Resiko Infeksi
Monitor TTV
a. Monitor vital sign.
b. Identifikasi perubahan
status vital sign.
c. Monitor frekuensi
nafas dan irama
pernapasan.
Manajemen Cairan
a. Monitor indikasi dari
kelebihan volume
cairan (edema, asites).
b. Nilai luas dan lokasi
edema.
c. Monitor vital sign.
d. Monitor hasil labor
yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN,
Hb, Ht, osmolalitas).
Monitor Cairan
Tentukan kemungkinan
faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan
(terapi diuretik, disfungsi
hati, muntah).
2. Kelebihan volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan
cairan berhubungan Elektrolit dan a. Pertahankan catatan
dengan penurunan Asam Basa intake dan output yang
tekanan osmotik Indikator : akurat
koloid. 1) Serum albumin, b. Pasang urin kateter jika
kreatinin, diperlukan
hematokrit, c. Monitor hasil Hb yang
Blood Urea sesuai dengan retensi
Nitrogen cairan (BUN, Hmt,
(BUN), dalam osmolaritas urin)
rentang normal. d. Monitor vital sign
2) pH urine, urine e. Monitor indikasi
sodium, urine retensi / kelebihan
creatinin,urine cairan
osmolarity, f. Kaji luas dan lokasi
dalam rentang edema
normal. g. Monitor masukan
3) tidak terjadi makanan / cairan dan
kelemahan otot. hitung intake kalori
4) tidak terjadi h. Monitor status nutrisi
disritmia. i. Kolaborasi pemberian
diuretik sesuai
interuksi
b. Keseimbangan j. Kolaborasikan dokter
Cairan jika tanda cairan
Indikator : berlebih muncul
1) Tidak terjadi memburuk
asites
2) Ekstremitas Monitor Cairan
tidak edema a. Tentukan riwayat
3) Tidak terjadi jumlah dan tipe intake
distensi vena cairan dan eliminasi
jugularis b. Tentukan
kemungkinan faktor
resiko dari
ketidakseimbangan
cairan
c. Monitor berat badan
d. Monitor TD, HR dan
RR
e. Monitor perubahan
irama jantung
f. Catat secara akurat
intake dan output
g. Monitor tanda dan
gejala edema
h. Beri cairan sesuai
keperluan
i. Kolaborasi dalam
pemberian obat yang
dapat meningkatkan
output urin
3 Nyeri akut NOC : NIC :
berhubungan dengan a. Pain Level, Managemen nyeri
agen cedera biologis, b. Pain control, a. Lakukan pengkajian
c. Comfort level nyeri secara
agen cedera kimiawi, Kriteria Hasil :
agen cedera fisik komprehensif
a. Mampu mengontrol termasuk lokasi,
nyeri (tahu karakteristik, durasi,
penyebab nyeri, frekuensi, kualitas
mampu dan faktor presipitasi
menggunakan b. Observasi reaksi
tehnik nonverbal dari
nonfarmakologi ketidaknyamanan
untuk mengurangi c. Kontrol lingkungan
nyeri, mencari yang dapat
bantuan) mempengaruhi nyeri
b. Melaporkan bahwa seperti suhu ruangan,
nyeri berkurang pencahayaan dan
dengan
kebisingan
menggunakan
d. Kurangi faktor
manajemen nyer
pencetus atau
c. Mampu mengenali
nyeri (skala, meningkatkan nyeri
intensitas, frekuensi (misal : kecemasan,
dan tanda nyeri) ketakutan, dan
d. Menyatakan rasa kurang
nyaman setelah pengetahuan)
nyeri berkurang e. Ajarkan tentang
Tanda vital dalam teknik non
rentang normal farmakologi
f. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
g. Tingkatkan
istirahat/tidur
Pemberian Analgesik
a. Tentukan
lokasi, karakteristik,
kualitas, dan derajat
nyeri sebelum
mengobati klien
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
dan riwayat alergi
obat.
Managemen
Hipovolemia
a. Monitor adanya
hipotensi ortotastik dan
pusing saat berdiri
b. Monitor asupan dan
keluaran
c. Monitor adanya bukti
laboratorium terkait
dengan kehilangan
darah (misalnya
hemoglobin,
hematokrit).
d. Berikan cairan
hipotonik IV yang
diresepkan (misal
sodium klorida,
dektrose 5%)
e. Berikan coloid
suspensions yang
diresepkan (misalnya
albumin).
5. Resiko a. Status Sirkulasi Terapi Oksigen
ketidakefektifan Indikator: a. Periksa mulut, hidung,
perfusi jaringan 1) Tekanan sistole dan sekret trakea
serebral dan diastoleb. Pertahankan jalan
dalam rentang napas yang paten
yang diharapkan c. Atur peralatan
2) Tidak ada oksigenasi
tanda-tanda d. Monitor aliran oksigen
peningkatan e. Pertahankan posisi
tekanan pasien
intrakranial f. Observasi tanda-tanda
hipoventilasi
b. Perfusi jaringan: g. Monitor adanya
serebral kecemasan pasien
Indikator: terhadap oksigenasi
1) Mempertahanka
n tekanan Monitoring Peningkatan
intrakranial Intrakranial
2) Tekanan darah a. Monitor tekanan
dalam rentang perfusi serebral
normal b. Catat respon pasien
3) Tidak ada nyeri terhadap stimulasi
kepala c. Monitor tekanan
4) Tidak ada intrakranial pasien dan
muntah respon neurologi
5) Memonitor terhadap aktifitas
tingkat d. Monitor intake dan
kesadaran output cairan
e. Kolaborasi dalam
pemberian antibiotik
f. Posisikan pasien pada
posisi semi fowler
g. Minimalkan stimulasi
dari lingkungan
Nutrition monitoring
a. BB pasien dalam batas
normal
b. Monitor adanya
penurunan berat badan
c. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
d. Monitor lingkungan
selama makan.
e. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan
f. Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
g. Monitor turgor kulit
h. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
i. Monitor mual dan
muntah
j. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
k. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
l. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva.
m. Monitor kalori dan
intake nutrisi
n. Catat adanya edema
Konseling Nutrisi
a. Bina hubungan
terapeutik berdasarkan
kepercayaan dan
respek pada pasien
b. Tentukan intake
makanan dan
kebiasaan makan
pasien
c. Sediakan informasi
tentang kebutuhan
kesehatan untuk
modifikasi diit :
penurunan berat badan,
peningkatan berat
badan, kekurangan
cairan
d. Bantu pasien untuk
mencatat kebiasaan
makannya tiap 24 jam
7. Resiko perdarahan Blood coagulation Bleeding precaution
Indikator : a. Catat Hb/ Ht sebelum
a. Hemoglobin dan sesudah
dalam rentang perdarahan.
normal b. Monitor hasil
b. Hematocrit koagulasi, termasuk PT
dalam rentang (prothombin time),
normal PTT (pertial
c. Hematemesis thromboplastin time),
dalam rentang fibrinogen, jumlah
normal trombosit.
d. Blood in stool c. Pertahankan bedrest
dalam rentang selama perdarahan.
normal d. Gunakan sikat gigi
yang lembut untuk oral
hygiene.
e. Koordinasikan waktu
tindakan invasive
plasma darah/
trombosit, jika
diperlukan.
f. Instruksikan pasien
untuk meningkatkan
makanan kaya vitamin
K.
g. Instruksikan kepada
pasien dan atau
keluarga jika ada tanda
perdarahan, laporkan
segera ke perawat.
8. Resiko cidera a. Risk Kontrol Environment
Indikator: Management
a. Klien terbebas a. Sediakan lingkungan
dari cidera yang aman untuk
b. Klien mampu pasien
menjelaskan b. Identifikasi kebutuhan
cara atau keamanan pasien
metode untuk sesuai dengan kondisi
mencegah fisik
cidera c. Dan fungsi kognitif
c. Klien mampu pasien dan riwayat
menjelaskan penyakit dahulu
faktor resiko pasien
dari lingkungan d. Memasang side rail
d. Menggunakan tempat tidur
fasilitas e. Menyediakan tempat
kesehatan yang tidur yang aman dan
ada bersih
e. Mampu f. Membatasi
mengenali pengunjunng
perubahan status g. Memberikan
kesehatan penerangan yang
cukup
b. Kejadian jatuh h. Berikan penjelasan
Indikator: pada pasien dan
a. Klien tidak keluarga atau
terjatuh ketika pengunjung adanya
transfer perubahan status
kesehatan dan
penyebab penyakit.
b. Klien tidak
terjatuh dari
tempat tidur
Management
Hypoglikemi
a. Monitor kadar gukosa
gula darah sesuai
dengan indikasi
b. Monitor tanda dan
gejala hipoglikemia
(misalnya; gemetar,
sempoyongan,
berkeringat, jantung
berdebar-debar,
takikardi, menggigil,
pucat, mual, sakit
kepala, kelelahan,
kelemahan, dll)
c. Berikan sumber
karbohidrat sederhana,
sesuai indikasi
d. Berikan glukosa secara
intrvena sesuai indikasi
e. Instruksikan pasien
untuk selalu
menyediakan sumber
karbohidrat sederhana.
10. Resiko infeksi a. Immune status Infection Control
Indikator : (Kontrol Infeksi)
1) Suhu tubuh a. Bersihkan lingkungan
dalam batas setelah dipakai pasien
normal lain
2) Leukosit dalam b. Batasi pengunjung
batas normal bila perlu
c. Instruksikan kepada
b. Nutrition Status pengunjung untuk
Indikator mencuci tangan saat
1) Asupan berkunjung dan
makanan setelah berkunjung
meningkat meninggalkan pasien
d. Gunakan sabun
c. Risk control antimikroba untuk
Indikator: mencuci tangan
1) Klien bebas dari e. Cuci tangan setiap
tanda dan gejala sebelum dan setelah
infeksi melakukan tindakan
2) Mendeskripsika f. Gunakan baju, sarung
n proses tangan sebagai alat
penularan pelindung
penyakit g. Pertahankan
3) Menunjukkan lingkungan aseptik
kemampuan selama pemasangan
untuk mencegah alat
timbulnya h. Berikan terapi
infeksi antibiotik bila perlu
4) Menunjukkan i. Monitor tanda dan
perilaku hidup gejala infeksi sistemik
sehat dan lokal
j. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
k. Berikan perawatan
kulit pada daerah
epidema
l. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
m. Dorong masukan
nutrisi yang cukup
n. Dorong istirahat
o. Ajarkan cara
menghindari infeksi
p. Laporkan kecurigaan
infeksi
Monitor Nutrisi
c. Monitor diet dan
asupan kalori
d. Monitor tugor kulit
e. Monitor berat badan
11 Resiko kerusakan a. Tissue integrity : Pressure Management
integritas kulit Skin and Mucous a. Anjurkan pasien untuk
Membranes menggunakan pakaian
Indikator : yang longgar
1) Integritas kulit b. Hindari kerutan pada
yang baik bisa tempat tidur
dipertahankan c. Jaga kebersihan kulit
(sensasi, elastic agar tetap bersih dan
sitas, temperature, kering
hidrasi, pig d. Mobilisasi pasien
mentasi) (ubah posisi pasien
2) Tidak ada luka/ lesi setiap dua jam sekali)
pada kulit e. Monitor kulit akan
3) Perfusi jaringan danya kemerahan
baik f. Oleskan lotion atau
4) Menunjukkan minyak baby/baby oil
pemahaman dalam pada daerah yang
proses perbaikan tertekan
kulit dan mencegah g. Monitor aktivitas dan
terjadinyacedera mobilisasi pasien
berulang h. Monitor status nutrisi
5) Mampu melindungi pasien
kulit dan i. Memandikan pasien
mempertahankan dengan sabun dan air
kelembaban kulit hangat
dan perawatan
alami Perawatan Tirah Baring
a. Jelaskan alasan
diperlukannya tirah
baring.
b. Ajarkan latihan
ditempat tidur dengan
cara yang tepat.
c. Aplikasikan papan
unuk kaki di tempat
tidur.
Pengecekan kulit
a. Amati warna,
kehangatan, bengkak,
tekstur, edema.
b. Monitor warna dan
suhu kulit.
c. Monitor kulit adanya
ruam dan lecet.
d. Monitor sumber
tekanan dan gesekan
e. Monitor infeksi
terutama di daerah
edema
12 Intoleransi aktifitas a. Energy conservation Energy Management
. berhubungan Indikator : a. Tentukan keterbatasan
dengan kelelahan. 1) Menunjukkan pasien terhadap
keseimbangan aktivitas
antara aktivitas b. Tentukan penyebab
dengan istirahat lain dari kelelahan
2) Menggunakan c. Dorong pasien untuk
teknik mengungkapkan
3) Mengenali perasaan tentang
keterbatasan keterbatasannya
energi d. Observasi nutrisi
4) Menyesuaikan sebagai sumber energi
gaya hidup sesuai yang adekuat
tingkat energi e. Observasi respon
5) Mempertahankan jantung-paru terhadap
gizi yang cukup aktivitas (misalnya
6) Melaporkan takikardia, disritmia,
aktivitas yang dispnea, pucat, dan
sesuai dengan frekuensi pernafasan)
energi f. Batasi stimulus
lingkungan (misalnya
b. Activity tolerance
pencahayaan, dan
Indikator :
kegaduhan)
1) Saturasi oksigen
g. Dorong untuk lakukan
saat melakukan
periode aktivitas saat
aktivitas
pasien memiliki
membaik/dalam
banyak tenaga.
rentang normal
h. Rencanakan periode
2) nadi saat
aktivitas saat pasien
melakukan
memiliki banyak
aktivitas dalam
tenaga
rentang normal
i. Hindari aktivitas
3) tidak sesak napas
selama periode
saat melakukan
istirahat
aktivitas
j. Dorong pasien untuk
4) tekanan darah saat
melakukan aktivitas
melakukan
sesuai sumebr energi
aktivitas dalam
k. Instruksikan pasien
rentang normal
atau keluarga untuk
5) mudah melakukan
mengenal tanda dan
ADL
gejala kelelahan yang
c. Self Care : ADLs memerlukan
Indikator : pengurangan aktivitas.
1) Mampu melakukan l. Bantu pasien atau
ADL secara keluargauntuk
mandiri (seperti menentukan tujuan
makan, memakai akhir yang realistis
baju,toileting, m. Evaluasi program
mandi, berdandan, peningkatan tingkat
menjaga aktivitas
kebersihan, oral
hygiene, berjalan, Activity Therapy
berpindah tempat) a. Kolaborasikan dengan
Tenaga Rehabilitasi
Medik dalam
merencakan program
terapi yang tepat
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identifikasi Pasien
1) Nama : Tn. N
2) Tempat/Tgl Lahir : Jambi, 17- Mei-1978 (43 Tahun)
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Status Kawin : Menikah
5) Agama : Islam
6) Pendidikan : SD
7) Pekerjaan : Petani
8) Alamat : Danau Teluk RT. 01 Kel. Tanjung Raden
9) Diagnosa Medis : SirosisHepatis
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang :
a) Keluhan Utama : Perut membesar sejak 1 bulan yang lalu.
Perut perlahan-lahan membesar dan sekitar seminggu yang
lalu terasa keras. Pasien mengeluhkan mual muntah sejak 4
hari yang lalu. Pasien pernah muntah 5 kali sehari, sebanyak
setengah gelas belimbing dan berwarna putih. Keluhan nafas
sesak dirasakan hilang timbul selama aktifitas dan istirahat,
tanpa keluhan nyeri dada.
b) Riwayat Kesehatan Pada Saat Dikaji :, pasien mengatakan perut
membuncit, perut terasa penuh dan membuat nafasnya terasa
sesak. Pasien mengatakan mual dan muntah
2) Pola Eliminasi
Pasien belum BAB sejak 1 minggu yang lalu. Terakhir BAB sedikit,
sebanyak ±1 sdm, warna kuning kecoklatan, lendir (-), darah (-).
BAK lancar dengan frekuensi 3-4 kali/hari, warna kecoklatan seperti
teh pekat,
Perkusi : terdengar pekak pada batas hati, dan sfiting dulness saat
diperkusi
11) Pemeriksaan Genetalia
BAK lancar dengan frekuensi 3-4 kali/hari, warna kecoklatan seperti
teh pekat, nyeri (-).
12) Pemeriksaan Integumen
Pada pemeriksaan ekstremitas superior dan inferior didapatkan
adanya eritema palmaris dan pitting edema.
13) Pemeriksaan anggota gerak/ Ekstremitas
CRT < 2 detik, tidak ada edema pada ekstremitas, kekuatan otot
555 555
555 555
f. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Hematologi
Hasil Lab Hb 13,1 g/dL, LED 132mm/jam, Leukosit 12.210/uL, SGOT
69U/L, SGPT 47U/L, Bilirubin Total 3,4 mg/Dl, Bilirubin Direk 2,0,
Bilirubin indirek 1,4 mg/dL, HbsAg didapatkan hasil negatif.
DO :
- Pasien tampak sesak
- Frekuensi napas 24x/ menit
- Perut pasien tampak asites
- Klien tampak sulit bernafas
jika berbaring
2. Diagnosa Keperawatan
N Diagnosa Ditemukan masalah Masalah Teratasi
O Keperawatan Tgl Paraf Tgl Paraf
1. Ketidakefektifan pola
napas berhubungan
dengan penurunan
ekspansi paru.
2. Kelebihan volume
cairan berhubungan
dengan penurunan
tekanan osmotik
koloid
3. Resiko Infeksi
berhubungan dengan
Anemia, Leukopenia,
Malnutrisi
4. Intoleransi aktifitas
berhubungan dengan
kelelahan
1.Rencana Keperawatan
Monitor TTV
g. Monitor vital sign.
h. Identifikasi perubahan status vital sign.
i. Monitor frekuensi nafas dan irama
pernapasan.
Manajemen Cairan
i. Monitor indikasi dari kelebihan volume
cairan (edema, asites).
j. Nilai luas dan lokasi edema.
k. Monitor vital sign.
l. Monitor hasil labor yang sesuai dengan
retensi cairan (BUN, Hb, Ht, osmolalitas).
Monitor Cairan
Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan (terapi diuretik,
disfungsi hati, muntah).
Kelebihan volume cairan h. Keseimbangan Elektrolit dan Asam Manajemen Cairan
2.. berhubungan dengan penurunan Basa u. Pertahankan catatan intake dan output yang
tekanan osmotik koloid Indikator : akurat
9) Serum albumin, kreatinin, v. Pasang urin kateter jika diperlukan
hematokrit, Blood Urea Nitrogen w. Monitor hasil Hb yang sesuai dengan retensi
(BUN), dalam rentang normal. cairan (BUN, Hmt, osmolaritas urin)
10) pH urine, urine sodium, urine x. Monitor vital sign
creatinin,urine osmolarity, dalam y. Monitor indikasi retensi / kelebihan cairan
rentang normal. z. Kaji luas dan lokasi edema
11) tidak terjadi kelemahan otot. aa. Monitor masukan makanan / cairan dan
12) tidak terjadi disritmia. hitung intake kalori
bb. Monitor status nutrisi
cc. Kolaborasi pemberian diuretik sesuai
interuksi
dd. Kolaborasikan dokter jika tanda cairan
berlebih muncul memburuk
i. Keseimbangan Cairan
Indikator : Monitor Cairan
7) Tidak terjadi asites s. Tentukan riwayat jumlah dan tipe intake
8) Ekstremitas tidak edema cairan dan eliminasi
9) Tidak terjadi distensi vena jugularis t. Tentukan kemungkinan faktor resiko dari
ketidakseimbangan cairan
u. Monitor berat badan
v. Monitor TD, HR dan RR
w. Monitor perubahan irama jantung
x. Catat secara akurat intake dan output
y. Monitor tanda dan gejala edema
z. Beri cairan sesuai keperluan
aa. Kolaborasi dalam pemberian obat yang dapat
meningkatkan output urin
9) Asupan kalori, vitamin, mineral t. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10) Asupan protein, lemak, u. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
11) Asupan serat, kalsium, sodium nutrisi yang dibutuhkan
12) Asupan karbohidrat, asupan zat besi
Manajemen Mual
i. Kontrol BB o. Ajarkan pasien untuk memonitor pengalaman
Indikator : mualnya
13) Adanya peningkatan berat badan sesuai p. Ajarkan pasien untuk mempelajari strategi-
dengan tujuan strategi untuk mengatur mualnya
14) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi q. Lakukan pengkajian lengkap terkait mual,
badan meliputi frekuensi, durasi, dan faktor
15) Mampu mengidentifikasi kebutuhan presipitasi.
nutrisi r. Evaluasi pengalaman-pengalaman mual
16) Tidak ada tanda – tanda malnutrisi pasien sebelumnya
17) Menunjukkan peningkatan fungsi s. Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
pengecapan dari menelan mual pasien sebelumnya
18) Tidak terjadi penurunan berat badan t. Kolaborasi memberikan terapi anti emetik
yang berarti yang diberikan untuk menghindari terjadinya
mual
u. Ajarkan teknik-teknik nonfarmakologi,
seperti relaksasi, terpi musik, distraksi,
acupressure untuk mengatur mual yang
dirasakan oleh pasien
Nutrition monitoring
cc. BB pasien dalam batas normal
dd. Monitor adanya penurunan berat badan
ee. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
ff. Monitor lingkungan selama makan.
gg. Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
hh. Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
ii. Monitor turgor kulit
jj. Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
kk. Monitor mual dan muntah
ll. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
mm. Monitor pertumbuhan dan perkembangan
nn. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva.
oo. Monitor kalori dan intake nutrisi
pp. Catat adanya edema
Konseling Nutrisi
i. Bina hubungan terapeutik berdasarkan
kepercayaan dan respek pada pasien
j. Tentukan intake makanan dan kebiasaan
makan pasien
k. Sediakan informasi tentang kebutuhan
kesehatan untuk modifikasi diit : penurunan
berat badan, peningkatan berat badan,
kekurangan cairan
l. Bantu pasien untuk mencatat kebiasaan
makannya tiap 24 jam
3. Resiko Infeksi berhubungan g. Immune status Infection Control (Kontrol Infeksi)
dengan Anemia, Leukopenia, Indikator : gg. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien
5) Suhu tubuh dalam batas normal lain
6) Leukosit dalam batas normal hh. Batasi pengunjung bila perlu
ii. Instruksikan kepada pengunjung untuk
h. Nutrition Status mencuci tangan saat berkunjung dan setelah
Indikator berkunjung meninggalkan pasien
3) Asupan makanan meningkat jj. Gunakan sabun antimikroba untuk mencuci
tangan
i. Risk control kk. Cuci tangan setiap sebelum dan setelah
Indikator: melakukan tindakan
9) Klien bebas dari tanda dan gejala ll. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
infeksi pelindung
10) Mendeskripsikan proses penularan mm. Pertahankan lingkungan aseptik selama
penyakit pemasangan alat
11) Menunjukkan kemampuan untuk nn. Berikan terapi antibiotik bila perlu
mencegah timbulnya infeksi oo. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
12) Menunjukkan perilaku hidup sehat dan lokal
pp. Monitor kerentanan terhadap infeksi
qq. Berikan perawatan kulit pada daerah
epidema
rr. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
ss. Dorong masukan nutrisi yang cukup
tt. Dorong istirahat
uu. Ajarkan cara menghindari infeksi
i. Laporkan kecurigaan infeksi
Monitor Nutrisi
j. Monitor diet dan asupan kalori
k. Monitor tugor kulit
l. Monitor berat badan
4. Intoleransi aktifitas berhubungan g. Energy conservation Energy Management
dengan kelelahan Indikator : aa. Tentukan keterbatasan pasien terhadap
13) Menunjukkan keseimbangan antara aktivitas
aktivitas dengan istirahat bb. Tentukan penyebab lain dari kelelahan
14) Menggunakan teknik cc. Dorong pasien untuk mengungkapkan
15) Mengenali keterbatasan energi perasaan tentang keterbatasannya
16) Menyesuaikan gaya hidup sesuai dd. Observasi nutrisi sebagai sumber energi yang
tingkat energi adekuat
17) Mempertahankan gizi yang cukup ee. Observasi respon jantung-paru terhadap
18) Melaporkan aktivitas yang sesuai aktivitas (misalnya takikardia, disritmia,
dengan energi dispnea, pucat, dan frekuensi pernafasan)
ff. Batasi stimulus lingkungan (misalnya
h. Activity tolerance pencahayaan, dan kegaduhan)
Indikator : gg. Dorong untuk lakukan periode aktivitas saat
11) Saturasi oksigen saat melakukan pasien memiliki banyak tenaga.
aktivitas membaik/dalam rentang hh. Rencanakan periode aktivitas saat pasien
normal memiliki banyak tenaga
12) nadi saat melakukan aktivitas dalam ii. Hindari aktivitas selama periode istirahat
rentang normal jj. Dorong pasien untuk melakukan aktivitas
13) tidak sesak napas saat melakukan sesuai sumebr energi
aktivitas kk. Instruksikan pasien atau keluarga untuk
14) tekanan darah saat melakukan aktivitas mengenal tanda dan gejala kelelahan yang
dalam rentang normal memerlukan pengurangan aktivitas.
15) mudah melakukan ADL ll. Bantu pasien atau keluargauntuk menentukan
i. Self Care : ADLs tujuan akhir yang realistis
Indikator : mm. Evaluasi program peningkatan tingkat
2) Mampu melakukan ADL secara mandiri aktivitas
(seperti makan, memakai baju,toileting,
mandi, berdandan, menjaga kebersihan, Activity Therapy
oral hygiene, berjalan, berpindah w. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
tempat) Medik dalam merencakan program terapi
yang tepat
x. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
y. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten
yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan social
z. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
aa. Bantu untuk mendapatkan alat bantuan
aktivasi seperti kursi roda
bb. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang
disukai
cc. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan
diwaktu luang
dd. Bantu pasien atau keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
Monitor Nutrisi
a. Memonitor diet dan asupan
kalori
b. Memonitor tugor kulit