Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberkulosis yang dapat menular melalui percikan dahak.
Tuberkulosis bukan penyakit keturunan atau kutukan dan dapat disembuhkan
dengan pengobatan teratur, diawasi oleh Pengawas Minum Obat (PMO).
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
tuberkulosis. Sebagian besar kuman tuberkulosis menyerang paru tetapi bisa
juga organ tubuh lainnya (Kementrian Kesehatan, 2017).
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan tuberkulosis paru
meminta pertolongan dari tim kesehatan yaitu batuk, batuk darah sesak napas,
nyeri dada, demam, dan keluhan-keluhan lain yang biasanya timbul , seperti
keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan, dan malaise. Keluhan
biasanya bersifat gradual muncul dalam beberapa minggu sampai bulan, akan
tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, dan sesak napas walaupun jarang
dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia (Mutaqqin, 2014).
Tuberkulosis menjadi penyakit yang sangat diperhitungkan dalam
meningkatkan morbiditas penduduk, terutama di negara berkembang.
Diperkirakan sepertiga populasi dunia terinfeksi mycobacterium tuberkulosis
(Somantri I, 2012).
Prevalensi Tuberkulosis dunia menurut laporan WHO tahun 2011 sekitar
12 juta orang atau 178 per 100.000, di mana setiap tahunnya ditemukan sekitar
8,8 juta dengan kematian sekitar 1,1 juta jiwa. Tingginya kasus tuberkulosis
karena sampai saat ini upaya penemuan masih rendah yaitu 62% dengan
kesuksesan sekitar 86%. Artinya fakta notifikasi tuberkulosis di masyarakat
dunia masih banyak belum terlacak dengan baik dan benar (Nizar Muhammad,
2017).
Epidemiologi tuberkulosis di Indonesia, walaupun prevalensinya
menunjukkan penurunan yang signifikan survey epidemiologi tahun 1980-2004
secara nasional telah mencapai target yang ditetapkan tahun 2015 yaitu 221 per

1
2

100.000 penduduk dan WHO memprediksikan sekitar 690.000 atau 289/1000


terdapat penderita tuberkulosis di Indonesia. Padahal Riskesdas 2007
melaporkan prevalensinya lebih rendah yaitu 0,99% (Nizar Muhammad, 2017).
Tuberkulosis merupakan penyebab kematian kedua setelah stroke pada
usia 15 tahun keatas. Ironisnya juga sebagai penyebab kematian pada bayi dan
anak-anak balita. Kondisi ini di dukung dengan adanya penemuan penderita
tuberkulosis BTA (Basil tahan asam) positif di bawah target meskipun angka
kesembuhan atau sukses rate telah berhasil di pertahankan di atas 85% sampai
tahun 2010. Berdasarkan data WHO, Indonesia menduduki peringkat ke empat
setelah India, China dan Afrika Selatan dalam 22 negara Beban TB tinggi (high
burden countres) (Nizar Muhammad, 2017).
Strategi yang dapat di lakukan untuk mencegah penularan tuberkulosis
paru yaitu dengan pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan yang dewasa ini
lebih di kenal dengan Promosi Kesehatan adalah suatu pendekatan untuk
meningkatkan kemauan dan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Mengingat tujuan akhir promosi kesehatan bukan
sekedar masyarakat mau hidup sehat (wil-lingness), tetapi juga mampu (ability)
untuk hidup sehat, maka promosi kesehatan bukan hanya menyampaikan pesan-
pesan atau informasi-informasi kesehatan agar masyarakat mengetahui dan
berprilaku hidup sehat, tetapi juga bagaimana masyarakat mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatannya (Notoatmodjo, 2010).
Penanggulangan tuberkulosis adalah segala upaya kesehatan yang
mengupayakan aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan aspek kuratif
dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat,
menurunkan angka kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan penularan,
mencegah resistensi obat dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan
akibat tuberkulosis (Permenkes, 2016). Untuk itu upaya peningkatan
pemahaman keluarga tentang tuberkulosis perlu ditingkatkan melalui pendidikan
kesehatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimanakah Penerapan
3

Pendidikan Kesehatan pada klien dengan TB Paru dalam mencegah penularan


TB Paru di Ruang Paru Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi.

C. Tujuan Studi Kasus


Menerapkan Pendidikan Kesehatan pada klien Tuberkulosis Paru untuk
mencegah penularan Tuberkulosis Paru.

D. Manfaat Studi kasus


Penulisan, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Bagi Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi:
Sebagai bahan informasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dalam
pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif bagi klien tuberkulosis.
2. Bagi Institusi Pendidikan :
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi mahasiswa dalam penerapan
pendidikan kesehatan pada klien tuberkulosis.
3. Bagi Perawat lainnya :
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang penerapan pendidikan
kesehatan pada klien Tuberkulosis Paru.

Anda mungkin juga menyukai