S
yang mengalami Sirosis Hepatis dengan Hipervolemia
Di Ruang Anturium RSD dr. Soebandi Jember
Disusun Oleh:
Nurfaiza Rahmadhany
(14.401.18.042)
A. Definsi
Sirosis hepatis adalah penyakit kronis pada hati dengan inflamasi dan fibrosis yang
mengakibatkan distorsi struktur dan hilangnya sebagian besar hepar. Perubahan besar
yang terjadi karena sirosis adalah kematian sel-sel hepar, terbentuknya sel-sel fibrotik (sel
mast), regenerasi sel dan jaringan parut yang menggantikan sel-sel normal (Sasmita,
2017).
Sirosis Hepatis merupakan penyakit hati menahun ditandai adanya pembentukan
jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan proses peradangan, nekrosis sel hati
yang luas, pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul, sehingga menimbulkan
perubahan sirkulasi mikro dan makro sel hepar tidak teratur (Kostodia, 2019).
B. Etiologi
Beberapa penyebab dari sirosis hepatis yang sering adalah :
1. Malnutrisi
2. Alkoholisme
3. Kegagalan jantung yang menyebabkan bendungan vena hepatika
4. Virus hepatitis
5. penyakit Wilson
6. Merupakan kelainan autosomal resesif yang diturunkan dimana tembaga tertimbun di
hepar dan ganglia basal otak.
7. Zat toksik (Sasmita, 2017).
Penyebab sirosis hepatis belum teridentifikasi dengan jelas, meskipun demikian,
Menurut Black & Hawks, 2009 ada beberapa faktor yang menyebabkan sirosis hepatis
yaitu:
1. Sirosis Pascanekrosis (Makronodular)
Merupakan bentuk paling umum di seluruh dunia.Kehilangan masif sel hati,
dengan pola regenerasi sel tidak teratur. Faktor yang menyebabkan sirosis ini pasca-
akut hepatitis virus (tipe B dan C).
2. Sirosis Billier
Merupakan turunnya aliran empedu bersamaan dengan kerusakan sel hepatosit
disekitar duktus empedu seperti dengan kolestasis atau obstruksi duktus empedu.
3. Sirosis Kardiak
Merupakan penyakit hati kronis terkait dengan gagal jantung sisi kanan jangka
panjang, seperti atrioventrikular perikarditis konstriktif lama.
4. Sirosis Alkoholik (mikronodular Laenec)
Merupakan bentuk nodul kecil akibat beberapa agen yang melukai terus-menerus,
terkait dengan penyalahgunaan alcohol.
E. Patofisiologi
Infeksi hepatitis viral tipe B/C menimbulkan peradangan sel hati. Peradangan ini
menyebabkan nekrosis meliputi daerah yang luas (hepatoseluler), terjadi kolaps lobulus
hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa fibrosa difus
dan nodul sel hati, walaupun etiologinya berbeda, gambaran histologi sirosis hati sama
atau hampir sama, septa bisa dibentuk dari sel retikulum penyangga yang kolaps dan
berubah jadi parut. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta dengan sentral.
Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai macam ukuran dan
ini menyebabkan distorsi percabangan pembuluh hepatik dan gangguan aliran darah
porta, dan menimbulkan hipertensi portal. Hal demikian dapat pula terjadi pada sirosis
alkoholik tapi prosesnya lebih lama.Tahap berikutnya terjadi peradangan pada nekrosis
pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrinogenesis dan septa aktif.
Jaringan kolagen berubah dari reversible menjadi ireversibel bila telah terbentuk septa
permanen yang aseluler pada daerah porta dan parenkim hati. Gambaran septa ini
bergantung pada etiologi sirosis. Pada sirosis dengan etiologi hemokromatosis, besi
mengakibatkan fibrosis daerah periportal, pada sirosis alkoholik timbul fibrosis daerah
sentral. Sel limposit T dan makrofag menghasilkan limfokin dan monokin, mungkin
sebagai mediator timbulnya fibrinogen. Mediator ini tidak memerlukan peradangan dan
nekrosis aktif. Septal aktif ini berasal dari daerah porta menyebar ke parenkim hati
(Kostodia, 2019).
F. Pathway
Infeksi Alkohol
hepatis B/C
Peradangan sel hati Nyeri
akut
Nekrosis hati
Pembentuk
an jaringan
Atropi hati
Gangguan
aliran darah
Tekanan
balik pada
Hipertensi
porta
Anemia Na dan
Garam dan
air tertahan
Hipervole
Perfusi perifer tidak efektif
mia Peningkatan sintesis dan
Hepatomeg aliran limfa di hati
ali
Menghancu
Gangguan
faktor
Kelemahan Intoleransi
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
Pada sirosis hepatis bisa di jumpai Hb rendah, anemia normokrom normositer,
hipokom mikositer. Anemia bisa akibat dari hiperplenisme (lien membesar) dengan
leukopenia dan trombositopenia (jumlah trombosit dan leukosit kurang dari nilai
normal).
2. Kenaikan kadar enzim transminase/ SGOT, SGPT
Kenaikan kadarnya dalam serum timbul akibat kebocoran dari sel yang
mengalami kerusakan. Peninggian kadar gamma GT sama dengan transaminase ini
lebih sensitif tetapi kurang spesifik.
3. Albumin
Kadar albumin yang menurun merupakan gambaran kemampuan sel hati yang
berkurang. Penurunan kadar albumin dan peningkatan kadar globulin merupakan
tanda, kurangnya daya tahan hati dalam menghadapi stress seperti tindakan operasi.
4. Pemeriksaan CHE (kolinesterase) penting dalam menilai kemampuan sel hati. Bila
terjadi kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun. Pada perbaikan sel hepar, terjadi
kenaikan CHE menuju nilai normal. Nilai CHE yang bertahan di bawah nilai normal,
mempunyai prognosis yang buruk.
5. Pemeriksaan kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretik dan pembatasan
garam dalam diet. Pada ensefalopati, kadar natrium (Na) kurang dari 4 meq/l
menunjukan kemungkinan terjadi syndrome hepatorenal.
6. USG (Ultrasonografi).
7. Pemeriksaan radiologi.
8. Tomografi komputerisasi.
9. Magnetic resonance imaging.
10. Biopsi hati untuk mengkonfirmasikan diagnosis (Awaludin, 2017).
H. Penatalaksanaan
1. Simptomatis.
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup.
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang; Misalnya : cukup kalori, protein
1gr/kgBB/hari dan vitamin.
3. Prinsip diit
a. Jumlah sesuai kebutuhan.
b. Jadwal diit ketat.
c. Jenis : boleh/tidak dimakan.
4. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita sirosis hepatis,
adalah : mencegah kekakuan pada otot dan sendi, mengurangi tingkat edema maupun
asites, mencegah terjadinya dekubitus.
5. Penyuluhan
Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada
penderita sirosis hepatis, melalui bermacam-macam cara atau media misalnya :
leaflet, poster, lembar balik, tv, kaset, video, dan sebagainya (Firnando, 2017).
6. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan di berikan jika telah terjadi komplikasi
seperti :
a. Asites.
1) Istirahat
2) Diit rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet
rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka
penderita harus di rawat.
3) Diuretik : pemberian diuretik hanya bagi penderita yang telah menjalani diit
rendah garam dan pembatasan cairan, namun penurunan berat badannya
kurang dari 1 kg setelah 4 hari (Awaludin, 2017).
Terapi lain :
A. Pengkajian
1. Identitas klien dan keluarga (penanggung jawab)
Sirosis hepatis biasanya kerap menyerang orang yang sudah berumur dan sering
terjadi pada laki-laki.
2. Keluhan Utama
Pada awal sirosis hepatis biasaya orang dengan sirosis sering terungkap
kondisinya secara tidak sengaja ketika mencari pelayanan kesehatan untuk masalah
lain. Beberapa kondisi menjadi alasan masuk pasien yaitu dengan keluhan Nyeri
abdomen bagian atas sebelah kanan, mual, muntah, dan demam. Sedangkan pada
tahap lanjut dengan keluhan adanya ikterus, melena, muntah berdarah.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada saat perawat melakukan pengkajian biasanya akan diperoleh komplikasi
berat dengan dasar fisiologis; asites disebabkan malnutrisi, GI muncul dari varises
esofagus (pembesaran vena), sehingga pasien mengeluhkan bengkak pada tungkai,
keletihan, anoreksia.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya adanya riwayat Hepatitis, pascaintoksikasi dengan kimia industri, sirosis
bilier dan yang paling sering ditemukan dengan riwayat mengonsumsi alkohol.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Sirosis Hepatis merupakan penyakit yang menular, jadi jika ada keluarga yang
menderita hepatitis maka akan menjadi faktor resiko.
6. Pola aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
Biasanya nafsu makan pasien akan berkurang, karena adanya mual, muntah.
b. Eliminasi
BAB : biasanya berwarna hitam (melena)
BAK : biasanya urine berwarna gelap
c. Personal Hygiene
Biasanya pasien mengalami defisit perawatan diri karena kelelahan
d. Pola Istirahat dan tidur
Biasanya pada ensefalopati pola tidur terbalik, malam hari terbangun dan siang
hari tertidur
e. Pola aktivitas
Biasanya aktivitas dibantu keluarga dan perawat karena adanya kelelahan
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda-tanda vital
Biasanya pada diperiksa tingkat kesadaran, bila pada ensefalopati hepatikum akan
terjadi penururnan kesadaran, Tanda- tanda vital juga diperiksa untuk mengetahui
keadaan umum pasien
b. Kepala
Inspeksi : Biasanya akan tampak kotor karena pase mengalami defisit perawatan
diri
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c. Wajah
Inspeksi : Wajah biasanya tampak pucat
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d. Mata
Inspeksi : Biasanya sklera ampak ikterik dan konjungtiva tampak anemis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
e. Hidung
Inspeksi : Biasanya tampak kotor
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
f. Mulut
Inspeksi : Adanya bau karateristik pernapasan yaitu fetor hepaticus
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
g. Telinga
Inspeksi : Biasanya tampak kotor kaena defisit perawatan diri
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
h. Paru-paru
1) Inspeksi : Pasien terlihat sesak
2) Palpasi : Fremitus seimbang bila tidak ada komplikasi
3) Perkusi : Bila terdapat efusi pleura maka bunyinya hipersonor
4) Auskultasi : Secara umum normal, akan ada stridor bila ada akumulasi sekret.
i. Jantung
1) Inspeksi : Anemis, terdapat tanda gejala perdarahan.
2) Palpasi : Peningkatan denyut nadi
3) Perkusi : Batas ICS I mid sternalis, batas bawah ICS V, batas kiri ICS V, mid
clavikula sinistra, batas kanan ICS V sternalis dextra
4) Auskultasi : Biasanya normal
j. Abdomen
1) Inspeksi : Perut terlihat membuncit karena terdapat asites.
2) Auskultasi : Penurunan bising usus
3) Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada perut kuadran kanan atas, hepar teraba
membesar, terdapat shifting dullnes atau gelombang cairan
4) Perkusi : Redup
k. Ekstremitas
Inspeksi : Biasanya Terdapat udem tungkai, penurunan kekuatan otot, Eritema
Palmaris pada tangan, Jaundis dan CRT >2 detik
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
l. Genitalia
Inspeksi : Biasanya pada wanita menstruasi tidak teratur
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Hemoglobin biasanya rendah
b. Leukosit biasnya meningkat
c. Trombosit biasanya meningkat
d. Kolesterol biasanya rendah
e. SGOT dan SGPT biasanya meningkat
f. Albumin biasanya rendah
g. Pemerikaan CHE (koloneterase): penting dalam menilai sel hati. Bila terjadi
kerusakan sel hati, kadar CHE akan turun, pada perbaikan terjadi kenaikan CHE
menuju nilai normal.
h. Pemeriksaan kadar elektrolit dalam penggunaan diuretik dan pembatasan garam
dalam diet (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013)
i. Uji fungsi hati (misalnya fosatase alkali serum, aspartat aminotransferase [AST],
[tranaminase glutamate oksaloasetat serum (SGOT)], alanin aminotransferase
[ALT], [transaminasenglutamat piruvat serum (SGPT)], GGT, kolinesterase
serum dan bilirubin), masa protrombin, gas darah arteri, biopsy.
j. Pemidaian ultrasonografi
k. Pemindaian CT
l. MRI
m. Pemindaian hati radioisotope (Brunner & Suddart, 2013)
Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia Indonesia Indonesia
1. Perfusi perifer tidak efektif 1. Perfusi perifer 1. Manajemen sensasi perifer
a. Definisi: Penurunan a. Definisi: keadekuatan a. Definisi: mengidentifikasi
sirkulasi darah pada level aliran darah pembuluh dan mengelola
kapiler yang dapat darah distal untuk ketidaknyamanan pada
mengganggu metabolism menunjang fungsi jaringan perubahan sensasi perifer
tubuh. b. Kriteria hasil b. Tindakan
b. Penyebab: 1) Denyut nadi perifer Observasi
1) Hiperglikemia menurun - Identifikasi penyebab
2) Penurunan kosentrasi 2) Penyembuhan luka perubahan sensasi
hemoglobin 3) Meningkat - Identifikasi penggunaan
3) Peningkatan tekanan 4) Sensasi meningkat alat pengikat, prostesis,
darah 5) Warna kulit pucat sepatu, dan pakaian
4) Kekurangan volume menurun - Periksa perbedaan
cairan 6) Edema perifer menurun sensasi tajam atau
5) Penurunan aliran arteri 7) Nyeri ekstremitas tumpul
dan vena menurun - Periksa sensasi panas
6) Kurang terpapar 8) Parastesia menurun atau dingin
informasi tentang faktor 9) Kelemahan otot - Periksa kemampuan
pemberat (mis. menurun mengidentifikasi lokasi
Merokok, gaya hidup 10) Kram otot menurun dan tekstur benda
monoton, trauma, 11) Bruit fernoralis - Monitor terjadinya
obesitas, asupan garam, menurun parestesia jika perlu
imobilitas) 12) Nekrosis menurun - Monitor perubahan kulit
7) Kurang terpapar 13) Pengisian kapiler
- Monitor adanya
informasi tentang proses cukup membaik
tromboflebitis vena
penyakit (mis. Diabetes 14) Akral membaik
Terapeutik
melitus, hiperlipidemia) 15) Turgor kulit membaik
- Hindari pemakaian
8) Kurang aktivitas fisik 16) Tekanan darah sistolik
benda-benda yang
membaik
berlebihan suhunya
c. Gejala dan Tanda Mayor: 17) Tekanan darah distolik (terlalu panas atau
Subjektif membaik dingin)
- 18) Tekanan arteri rata-rata Edukasi
Objektif membaik - Anjurkan penggunaan
- Pengisian >3 detik 19) Indeks ankle-brachial termometer untuk
- Nadi perifer menurun membaik menguji suhu air
atau tidak teraba - Anjurkan penggunaan
- Akral teraba dingin, sarung tangan termal
warna kulit pucat saat memasak
- Turgor kulit menurun. - Anjurkan memakai
d. Gejala dan Tanda Manor: sepatu lembut dan
Subjektif bertumit rendah
- Parastesia Kolaborasi
- Penyembuhan luka
terlambat
- Indeks ankle-brachial
<0,90
- Bruit femoral
e. Kondisi Klinis Terkait:
1) Tromboflebitis
2) Diabetes melitus,
3) Anemia
4) Gagal jantung kongetif
5) Kelainan jantung
kongenital
6) Trombosis arteri
7) Varises
8) Trombosis vena dalam
9) Sindrom kompartemen