Definisi (1)
Alkoholisme kronis
Virus hepatitis B, C, infeksi,
intoksitifikasi zat kimia Statis cairan empedu pada
duktus intrahepatikum,
autoimun & obstruksi
Akumulasi lemak & efek toksik -> duktus empedu di ulu hati
aktivasi dehidrogenase -> asetaldehid - Hati mengkerut, bentuk tidak teratur,
> fibrosis hepatis , jaringan ikat tebal, nodulus sel hati dipisahkan jaringan
regenerasi nodul parut & diselingi jaringan hati
obstruksi aliran darah portal ke dalam hepar karena darah sukar masuk ke dalam sel hati
meningkatkan aliran darah balik vena portal dan tahanan pada aliran darah portal yang akan
menimbulkan hipertensi portal dan terbentuk pembuluh darah kolateral portal (esofagus, lambung,
rektum, umbilikus)
Hipertensi portal meningkatkan tekanan hidrostatik di sirkulasi portal yang akan mengakibatkan cairan
berpindah dari sirkulasi portal ke ruang peritoneum (asites)
Penurunan volume darah ke hati menurunkan inaktivasi aldosteron dan ADH sehingga aldosteron dan ADH
meningkat di dalam serum yang akan meningkatkan retensi natrium dan air, dapat menyebabkan edema.
Patofisiologis Sirosis Hati (3) (Price & Wilson, 2005)
(Kusumobroto, 2015)
Komplikasi
1. Hipertensi portal
2. Varises esophagus
3. Asites
4. Ensefalopati hepatitis
5. SBP
1. Asites
› penumpukan cairan dalam rongga peritonial karena ada gangguan struktur hepar dan aliran
darah. Peningkatan tekanan dalam sinusoid menyebabkan peningkatan volume aliran ke
pembuluh limfatik melebihi batas dehingga terjadi overflow cairan ke rongga peritonial.
2. Varises Esofagus
› Kondisi pembuluh darah abnormal dimana terjadi pembesaran pada bagian bawah
kerongkongan
› Dapat menyebabkan muntah darah
› Disebabkan oleh aliran darah ke hati yang lambat karena hati mengalami kerusakan, sehingga
terjadi peningkatan tekanan pada vena porta yang membawa darah ke hati, dan memaksa
darah mengalir ke pembuluh darah yang kecil seperti pada esofagus yang memiliki dinding
pembuluh yang tipis dan mudah pecah
3. HT Portal
› Disebabkan peningkatan resistensi aliran darah portal. Darah dari vena portal tidak dapat
masuk ke dalam hepar karena terjadi pengerasan sehingga aliran darah tidak terpenetrasi dan
menyebabkan tekanan portal meningkat
4. Hepatik Ensefalopati
› Disebabkan oleh metabolisme produk nitrogen pada saluran pencernaan menjadi produk
yang toksik terhadap SSP. Degradasi protein dan urea akan menjadi amonia yang melewati
pembuluh darah dan akan menembus sawar darah otak dan mengakibatkan gangguan pada
SSP
5. Spontaneous Bacterial Periotonitis (SBP)
Pada keadaan normal, rongga perut juga memiliki sedikit cairan yang
berfungsi untuk melawan bakteri dan infeksi. Namun Cairan asites yang
berkumpul pada rongga perut merupakan media yang tepat bagi bakteri
berkembang biak dan tubuh tidak bisa melawan infeksi. Kelebihan cairan
akan masuk ke dalam usus dan menyebabkan Spontaneous Bacterial
Periotonitis (SBP).
PENATALAKSANAAN TERAPI (1)
■ Menurut Tarigan (2001), penatalaksanaan Sirosis adalah :
1. Pasien dengan keadaan kompensasi hati yang baik cukup dilakukan kontrol teratur, istirahat cukup,
dan menyusun diet tinggi kalori dan protein serta lemak secukupnya.
Gastric/ Mudah
Hematemesis
duodenal pecah/
– melena
ulcer rupture
Kogulopati
KASUS
■ Inisial Pasien: Ny. M Berat Badan: 44 kg
■ Umur : 68 thn Tinggi Badan: 150 cm
■ Keluhan utama : Sering pusing
■ Diagnosis : Anorexia, Dizziness, Sirosis hepatis, ec hepatitis B,
Varices esophagus non ligase post hematemesis.
Riwayat Penyakit :
■ Muntah darah, pusing, lemes, mual sejak 25 januari 2018
■ BAB 3 kali sehari dan keras
■ BAB terakhir kemarin (1/4 18) sedikit dan keras
■ BAK lancar karena minum lasix
Pasien masuk IGD pada tanggal 2 april 2018 dengan data klinik dan
laboratorium sebagi berikut:
TD: 135/62 mmHg, Nadi: 78/menit, Skala nyeri: 5 ( parameter nyeri: 1-10)
HB : 9,8 g/dl, Leukosit: 4,1 x 103 / µL, Eritrosit: 3,1 x 106 / µL, Hematokrit: 27,1
%, Trombosit: 58 x 103 / µL, Na: 135 mmol/ L, K: 3 mmol/ L
2/ 4/18
Pasien mendapat terapi : Triofusin dan aminofusinhepar
Salofalk, Sotatic, Lasix, Propanolol, spironolacton
Data Klinis Pasien
RR 20 x/ menit - 21
Data Laboraturium
Data Laboraturium Nilai Normal 2/4
Hematokrit 37 - 47 % 27,1 %
Infus iv 2:1
Triofusin Memenuhi
kebutuhan
(glukosa, 2/4 energi total
fruktosa, dan parsial,
serta elektrolit
xylol)
Propanolol PO 20 1x1
2/4 Antihipertensi Monitoring TD, RR
mg
Indikasi tanpa terapi Ada indikasi tanpa terapi. Kadar kalium pasien 3 mmol/L (nilai normal
3.5-5 mmol/L) . Sebaiknya diberikan terapi untuk mengatasi
hipokalemia (infus KN-2)
Kepatuhan Pasien Pasien patuh dalam mengkonsumsi obat karena obat diberikan
dalam pengawasan perawat di bangsal.
Ketepatan Pemilihan Obat Obat yang diberikan kepada pasien sudah tepat.
PLAN
■ Memonitor efek samping obat
■ Memonitor tanda vital pasien,
■ Melanjutkan terapi sesuai intruksi dokter
Daftar pustaka
Baradero, M., Dayrit, W., Siswadi, Y., 2008. Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta : EGC
Nurdjanah S. Sirosis Hati. Dalam: Alwi I, Setiati S, Setiyohadi B, Simadibrata M, Sudoyo AW (Ed). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2006.H.445-8.
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Tarigan, P. 2001. Buku Ajar Penyakit Dalam jilid 1 Ed. 3 Sirosis Hati. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Terima Kasih