Anda di halaman 1dari 6

http://jurnal.fk.unand.ac.

id 134

Tinjauan Pustaka
Sindrom Hepatorenal pada Anak
Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, Julinar

Abstrak
Latar belakang:Sindrom hepatorenal (SHR) merupakan suatu keadaan dimana terjadinya gangguan fungsi
ginjal pada pasien sirosis hepatis tahap lanjut. Sindrom ini mempunyai karakteristik terjadinya penurunan GFR
tanpa adanya kelainan yang lain pada ginjal. Hal yang mendasar penyebab SHR ini adalah terjadinya
vasokonstriksii ginjal dan vasodilatasi perifer, tidak disertai protein uria dan kelainan histologi ginjal. Diagnosis SHR
ditegakkan pada pasien sirosis hepatis dengan gangguan fungsi ginjal dengan menyingkirkan penyebab lain
kelainan ginjal. Tatalaksana dengan menggunakan vasokonstriktor perifer yang dikombinasi dan albumin intravena
dapat memperbaiki fungsi ginjal, akan tetapi transplantasi hati tetap merupakan terapi definitif untuk
memperpanjang harapan hidup. Prognosis pasien dengan SHR ini buruk, harapan hidup pada bulan pertama
hanya 50% dan 6 bulan kemudian hanya 20%.
Kata kunci: Sindrom hepatorenal, sirosis hepatis, gangguan fungsi ginjal.

Abstract
Background: Hepatorenal syndrome (HRS) is functional renal impairment that occurs in patient with
advanced liver cirrhosis. It is characteristized by marked reduction in GFR (glomerulous filtration rate) in the
absence of other cause of renal failure. The hallmark of HRS is intense renal vasoconstriction with predominant
peripheral arterial vasodilation, absence of proteinuria or histological change in kidney. HRS is diagnosis by
exclusion and all other cause of acute renal injury in patient advanced liver disease. Management requires
combined use of splanchnic and peripheral vasoconstrictor in combination with intravenous albumin may improve
renal function in HRS. How ever liver transplantation is the only definitive way of improving long term outcome.
The prognosis for patient with cirrhosis and renal failure is poor. The overall survival is approximately 50% at 1
month and 20% at 6 month.
Keywords:Hepatorenal syndrome, liver cirrhosis, renal impairment.

Affiliasi penulis : THT-KL dilakukan untuk untuk memperbaiki prognosis penyakit


2
Korespondensi :[Company Address][Company E- ini.
mail] Telp: [Company Phone]
Definisi
Sindrom hepatorenal merupakan suatu
Pendahuluan keadaan dimana terjadinya gangguan fungsi ginjal
Sindrom hepatorenal (SHR) merupakan pada pasien dengan sirosis hepatis lanjut atau gagal
komplikasi yang serius dari sirosis hepatis dimana hati fulminan, yang ditandai dengan menurunnya laju
2,4
terjadinya kegagalan fungsi ginjal dan mempunyai filtrasi ginjal tanpa adanya penyebab yang lain.
1,2
prognosis yang buruk. Sindrom hepatorenal
dilaporkan pertama sekali oleh Flint dan Frerichs Insiden
(1877), masing-masing melaporkan timbulnya oliguria Sirosis hepatis merupakan penyabab utama
pada pasien sirosis, mereka tidak menemukan adanya SHR yang terjadi pada stadium dekompensata, tetapi
perubahan histologi ginjal yang nyata pada juga pernah dilaporkan pada gagal hati akut. Insiden
5
pemeriksaan autopsy. Gagal ginjal pada SHR tidak SHR pada penyakit gagal hati akut 20%-30%. Angka
berhubungan dengan kerusakan struktur ginjal dan kematian sekitar 70% tanpa transplantasi hati. Hanya
berkembangnya sindrom ini merupakan suatu keadaan sedikit penelitian yang dipublikasi mengenai prevalensi
2
terminal yang irreversible pada sirosis dengan asites. SHR pada anak, meskipun hal ini masih merupakan
Sindrom hepatorenal bersifat fungsional dan progresif. kematian yang signifikan pada periode paska
2,4
Sindrom hepatorenal meskipun lebih umum terdapat transplantasi hati.
pada penderita dengan sirosis lanjut, hal ini dapat juga
timbul pada penderita penyakit hati kronik atau Patofisiologi
2
penyakit hati akut lain. SHR merupakan stadium lanjut dari dari
Publikasi mengenai prevalensi SHR pada sirosis hati. Patofisiologi SHR sangat kompleks akan
anak tidak banyak. Sekitar 8% pasien dewasa dengan tetapi mekanisme yang mendasarinya belum jelas
2,4
penyakit hati kronis akan berkembang menjadi HRS, dipahami. Penyakit ini diduga terjadinya akibat
tidak ada perbadaan ras dan jenis kelamin untuk risiko vasokonstriksi ginjal yang berlangsung bersamaan
3 2,4,5
penyakit ini. Dua puluh persen terjadi pada tahun dengan memburuknya penyakit hati.
pertama setelah diagnosis sirosis ditegakkan dan 40% Ada 4 jalur kemungkinan yang terlibat dalam
3 4
terjadi dalam 5 tahun pertama. SHR mempunyai patofisiologi SHR (gambar 1):
prognosis yang tidak baik, dimana transplantasi hati 1. Vasodilatasi arteri perifer dengan sirkulasi
merupakan tindakan definitif pada pasien dengan hiperdinamik yang disertai dengan vasokonsriksi ginjal.
2,3
SHR. Patofisiologi mengenai penyakit ini belum Terjadinya gangguan fungsi hati dan hipertensi portal
sepenuhnya dimengerti. Beberapa penelitian telah (gambar 1) akibat dari meningkatnya tahanan aliran
darah pada sirosis sehingga aliran darah ke limpa

Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 135

bertambah, vasodilatasi limpa dimediasi oleh produksi berkolerasi terbalik dengan aliran darah ginjal dan laju
vasodilator yang poten yaitu nitrit oksida (NO). filtrasi glomerulus. Hal ini telah diperlihatkan oleh
Peningkatan produksi NO ini akan meningkatkan beberapa peneliti yang menemukan peningkatan
regangan pembuluh darah porta (endothelial shear sekresi katekolamin di pembuluh darah ginjal dan
4 6,5
stress) . limpa.
Bertambahnya sirkulasi limpa mengakibatkan Kostreva dkk (1988) mengamati bahwa peningkatan
meningkatnya produksi vasodilator ( sitokin dan tekanan intrahepatik pada hewan coba dengan cara
mediator vasoaktif) yang menyebabkan terjadinya ligasi vena intrahepatik dapat menyebabkan
vasodilatasi sistemik. Vasodilatasi sistemik rangsangan saraf simpatis pada ginjal. Rangsangan ini
menyebabkan berkurangnya effective arterial volume menyebabkan vasokonstriksi arteriol aferen ginjal
(EAV) yang akan menimbulkan berbagai mekanisme sehingga menimbulkan penurunan aliran darah ginjal
kompensasi seperti meningkatnya pelepasan renin dan GFR serta meningkatkan penyerapan air dan
angiotensin-aldosteron sistem (RAAS), sistem saraf natrium di tubulus. Penelitian lain menunjukkan bahwa
simpatis serta meningkatnya anti diuretik hormon simpatektomi dapat meningkatkang lomerulous
dikutip 4
(ADH) yang akan menyebabkan terjadinya sirkulasi filtration rate (GFR) pada 5 pasien SHR.
hiperdinamik disertai dengan peningkatan cardiac 3. Gangguan fungsi jantung yang
output (CO), penurunan tahanan sistemik, hipotensi mempengaruhi perfusi ginjal
4
dan vasokonstriksi pada pembuluh darah ginjal. Meningkatnya heart rate dan cardiac output
Peningkatan sintesis vasodilator intrarenal seperti merupakan tanda yang khas pada sirkulasi
6
prostaglandin yang dapat menyebabkan vasokonstriksi hiperdinamik dan stadium lanjut dari penyakit hati.
ginjal. Keadaan ini akan menyebabkan menurunnya Pada tahap awal sirosis dan hipertensi portal ringan
aliran darah pada ginjal, selanjutnya akan terjadi kompensasi dengan peningkatan CO akibat
menyebabkan retensi garam dan air sehingga terjadi resistensi vaskuler. Pada tahap lanjut dari sirosis
4-6
asites dan udem. Infeksi bakteri merupakan faktor terjadi resistensi vaskular dimana jantung tidak
pencetus yang paling sering pada SHR.Infeksi ini akan sanggup mengkompensasi lagi sehingga aliran darah
menghasilkan produksi vasoaktif sitokin dan faktor lain sirkulasi berkurang. Berkurangnya CO bersamaan
yang akhirnya akan meningkatkan produksi NO dengan progresifitas sirosis inilah yang akan
4,5 4
sehingga menyebabkan vasodilatasi sistemik. menyebabkan berkurangnya aliran darah ginjal.
Krag dkk (2010) meneliti 25 orang pasien sirosis dan
asites yang diamati selama 12 bulan dengan menilai
CO dengan myocardial perfusion imaging (MPI) yang
dihubungkan dengan aliran darah ginjal dan GFR.
Kesimpulan yang diperoleh adalah terjadinya gagal
ginjal pada pasien sirosis berhubungan dengan
7
rendahnya fungsi sistolik jantung.

4. Peranan berbagai sitokin dan madiator


vasoaktif pada sirkulasi ginjal.
Beberapa fakor yang berperan sebagai agen vasoaktif
pada sirkulasi sitemik dan sirkulasi renal adalah NO,
TNF-, endothelin, endotoksin, glukagon dan
prostaglandin sebagai vasodilatasi intra renal. Nitric
oxide sebagai agen sistemik saat ini telah menjadi
perhatian luas para peneliti, karena produksi NO
meningkat pada pasien sirosis disebabkan
meningkatnya aktifitas regulasi endothelial NO
synthase (eNOS) akibat regangan pada pembuluh
4
darah limpa dan sirkulasi sistemik.
Nitrit oksida akan menyebabkan dilatasi pembuluh
darah. Banyak penelitian yang telah dilakuakan
mengenai peran NO sebagai meditor vasodilatasi
pembuluh darah. Saracyn (2008) meneliti pada tikus
yang dibuat gagal ginjal dengan menyuntikkan
galactosamine (Ga1N), kemudian diberikan inhibitor
nitric oxide synthase (NOS) yaitu - N omega-nitro-L-
4 Arginine (L-NAME). Kesimpulan yang didapat dari
Gambar 1: Mekanisme sindrom hepatorenal.
penelitian ini adalah inhibitor NOS dapat mencegah
gangguan fungsi ginjal. Hal ini menunjukkan bahwa
2. Rangsangan sistem saraf simpatik di ginjal
NO memegang peranan penting pada patogenesis
Telah diketahui bahwa terjadi peningkatan sistem saraf 9
terjadinya SHR.
simpatis pada pasien dengan sirosis hepatis dapat
menyebabkan vasokonstriksi ginjal dan meningkatnya
Faktor pencetus sindrom hepatorenal
retensi natrium. Sistem renin angiotensin dan sistem
Banyak faktor pencetus SHR, tujuh puluh sampai
saraf simpatik adalah beberapa dari sistem utama
100% pasien SHR mempunyai lebih dari 1 faktor.
yang mempunyai efek vasokonstriksi pada sirkulasi
Faktor tersebut antara lain adalah: infeksi bakteri,
ginjal yang berperan sebagai mediator utama
large-volume paracentesis, perdarahan
vasokonstriksi ginjal pada sindrom hepatorenal.
gastrointestinal. Pasien sirosis dengan perdarahan
Aktifitas dari sistem vasokonstriksi ini meningkat pada 4
gastrointestinal lebih sering terjadi. Faktor-faktor
penderita dengan sirosis dan asites, terutama
pencetus pada SHR ini diperlihatkan pada (gambar
penderita dengan sindrom hepatorenal yang 5
2).

Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 136

Proteinuria < 0.5 gr/dl, pemeriksaan USG tidak


ditemukan kelainan ginjal

Gejala klinis
SHR melibatkan gangguan fungsi 3 komponen utama
4,10,12,12
yaitu:
a. Gangguan fungsi hati
b. Gangguan sirkulasi
c. Gagguan fungsi ginjal.
Sebagian besar pasien dengan SHR berada dalam
keadaan sirosis, dengan gejala ikterik, perubahan
status mental, clubing finger, palmar eriteme dan
spider naevi, asites yang resisten terhadap pemberian
diuretik, terjadinya peningkatan prothrombin time dan
trombositopenia. Terjadinya oliguria akibat kegagalan
fungsi ginjal, namun beberapa individu dengan SHR
dapat juga dengan jumlah urin yang normal. Gagal
ginjal dapat timbul secara perlahan atau progresif dan
biasanya diikuti dengan retensi natrium dan air yang
menimbulkan asites, edema dan dilusional
hiponatremia, yang ditandai oleh ekresi natrium urin
yang rendah dan pengurangan kemampuan buang air
(oliguri anuria ). Gangguan sirkulasi sistemik yang
berat ditandai dengan tekanan arteri yang rendah,
Gambar 2: Faktor pencetus sindrom hepatorenal. peningkatan cardiac output dan penurunan total
tahanan pembuluh darah sistemik, biasanya terjadi
Klasifikasi sindrom hepatorenal pada penderita dengan asites resisten diuretik.
Berdasarkan klinis SHR diklasifikasikan Harapan hidup penderita dengan SHR tipe II lebih
10,11
menjadi 2 tipe.
4,11,13 panjang dari pada SHR tipe I.
1. SHR tipe 1
Diagnosis
SHR tipe 1 ditandai oleh kegagalan ginjal yang
progresif cepat. Ditandai dengan peningkatan kreatinin Pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk
serum 2 kali lipat ( kadar kreatinin >2,5 mg /dl) dalam diagnostik SHR tidak ada. Menurut Internasional
waktukurang dari dua minggu. Pasien dengan SHR ascites Club (1996) SHR merupakan sindrom gagal
tipe 1 biasanya sakit, mungkin tekanan darah rendah, ginjal akibat penyakit hati lanjut serta tidak ada
atau memerlukan terapi dengan obat-obatan untuk penyebablain yang menyebabkan kerusakan ginjal
meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung seperti penggunaan diuretik yang berlebihan, obat -
(inotropic) atau obat lain untuk menjaga tekanan darah obatan yang nefrotoksik, dehidrasi, infeksi, atau
( vasopressors ). Terapi pilihan pada tipe ini adalah kelainan struktur ginjal ( glomerulonefritis, nekrosis
transplantasi hati. Prognosis pasien ini tidak baik, tubular). Update mengenai kriteria diagnostik hanya
dengan angka kematian hampir 100% tanpa sedikit mengalami perubahan yaitu peran infeksi dan
transplantasi hati. ekspansi plasma untuk diagnostik SHR. Perbedaan
keduanya hanya mengenai progresifitas SHR ( tipe 1
2. SHR tipe II dan II). Penting untuk membedakan antara pasien
SHR tipe II onset progresifitasnya lebih lambat. SHR dengan pasien gagal ginjal akibat penyebab lain.
Kejadian lebih banyak dibandingkan dengan tipe I Hal ini sangat penting dalam pengelolaan pasien SHR.
12
serta lebih berespon terhadap transjugular intrahepatik
11
portosystemic stent stunting (TIPSS). Peningkatan Langkah pertama dalam menegakkan
ureum kreatinin >133 mol/L (1.5 mg/dL), kreatinin diagnosis SHR ditandai dengan menurunnya GFR,
klearence<40 mL/min, sodium urin < 10 mol/L. akan tetapi hal ini tidaklah mudah pada sirosis lanjut
Terjadinya asites yang resisten terhadap pemberian karena urea yang dihasilkan di dalam sel hati
diuretik.
11
Kriteria SHR berdasarkan konsensus berkurang akibat adanya insuffisiensi sel hati sehingga
international acites club (tabel 1).
dikutip 11 sering terjadi false negative. Kriteria diagnosis SHR
pada anak sama seperti pada dewasa berdasarkan
Tabel 1: Kriteria SHR berdasarkan konsensus kriteria internasional asites club. Konsensus
international acites club
.dikutip11 Internasional ascites Club membuat diagnosis SHR
pada peningkatan kreatinin sekitar 1,5 mg/dl serta
SHRtipe 1 : Gagal ginjal progresif (<2 minggu), kreatinin kliren kurang dari 40 ml/menit. Kriteria untuk
peningkatan ureumkreatinin serum 2 kali lipat, (> diagnostik SHR yang dibuat oleh Internasional ascites
dikutip 13
221 mol/L0 atau penurunan clearance creatinin Club 1996 (tabel 2).
50% (< 20 mL/min)
Tabel 2: Kriteria Mayor diagnostik SHR berdasarkan
dikutip13
SHR tipe 2 : Tidak terjadi gagal ginjal progresif. International Acites Club
kreatinin serum > 132.6 mol/L atau Creatinine
clearance< 40 mL/min Kriteria mayor :
Tidak disertai: syok, infeksi bakteri, pengobatan Penyakit hati akut atau kronik dengan gagal
dengan obat nefrotoksik, kehilangan cairan melalui hati lanjut dan hipertensi portal.
gastrointestinal atau ginjal. GFR rendah, keratin serum >1,5 mg/dl atau
Tidak ada perbaikan penggunaan diuretic kreatinin klirens 24 jam < 40 ml/mnt.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 137

Tidak ada syok,infeksi bakteri sedang


berlangsung, kehilangan cairan dan
mendapat obat nefrotoksik.
Tidak ada perbaikan fungsi ginjal dengan
pemberian plasma ekspander 1,5 ltr dan
diuretic (penurunan kreatinin serum menjadi <
1,5 mg/dl atau peningkatan kreatinin klirens
menjadi > 40 ml/mnt)
Proteinuria < 0,5 g/hari dan tidak dijumpai
obstruktif uropati atau penyakitparenkim ginjal
secara ultrasonografi normal
Kriteria tambahan :

Volume urin < 500 ml / hari


Natrium urin < 10 mEq/liter
Osmolalitas urin > osmolalitas plasma
Eritrosit urin < 50 /lpb
Natrium serum <130 mEq / liter

Kriteria SHR yang menggunakan kliren kreatinin


dengan mengingat adanya false positive, serta untuk
membedakan gagal ginjal akibat SHR dengan
penyebab yang lain berdasarkan ( volume urin,
konsentrasi natrium dan asmalolitas urin plasma) ini
juga tidak khas untuk membedakan dengan gagal
ginjal akibat yang lainnya, maka dari itu berdasarkan
data tadi telah berubah kriteria diagnostik yang baru
13
(tabel 3).
dikutip 13
Tabel 3:Kriteria diagnostik terbaru SHR.
14
Gambar 3: Diagnostik flow chart pada SHR.
Sirosis dengan asites
Kreatinin serum > 133 mol/L (1.5 mg/dL) Tatalaksana
Tidak ada perbaikan serum kreatinin ( Pasien dengan SHR tipe 1 untuk
penurunan 133 mol/L) paling sedikit 2 penanganannya harus dirawat, kontrol tanda vital,
hari setelah pemberian diuretik atau albimin; output urin dan kimia darah, karena sebagian besar
dosis albumin direkomendasikan 1 gr/kg bb pasien akan mengalami dilusional hiponatermia
maksimum 100 gr/hari (serum < 130 mmol/L). Restriksi cairan untuk
Tidak ada syok mencegah balance positif yang akan mereduksi
Tidak menggunakan obat-obatan yang konsentrasi sodium. Beberapa pendekatan terapi pada
nefrotoksisk pasien SHR yaitu ;
15

Tidak ada penyakit parenkim ginjal yang


diindikasikan dengan proteinuria > 500 1. Antibiotik profilak
mg/hari, mikrohematuria (> 50 sel darah Sangatlah penting untuk mengidentifikasi awal
merah / lapang pandang ) dan atau tidak adanya infeksi serta penanganan dengan antibiotik
ada kelainan pada USG ginjal. spektrum luas, merupakan hal yang sangat
fundamental karena akan mempengaruhi kematian
Sehubungan dengan tidak adanya pemeriksaan yang 15
pasien. Progresifitas penyakit SHR tipe 1
spesifik untuk mendiagnosis SHR, maka diagnosis mengakibatkan prognosisnya sangat jelek dengan
SHR harus selalu menyingkirkan penyebab kelainan angka kematian dalam 3 bulan pertama mencapai
ginjal yang lain seperti; kehilangan cairan melalai 13,15
90%. Mengingat hal tersebut maka
gastrointestinal (muntah,diare) atau kehilangan cairan dipertimbangkan pentingnya antibiotik profilak dalam
melalui ginjal (overdiuresis karena overtreatment penanganan SHR. Spontaneus bakterial peritonotis
diuretik) yang dapat dinilai melalui pemeriksaan fisik. selalu diikuti dengan memburuknya fungsi ginjal yang
Penyebab lain yang harus disingkirkan adalah 15
akan berlanjut dengan SHR.
terjadinya syok sebelum gagal ginjal yang dapat Sebuah penelitian randomized prospective
menyebabkan renal tubular acidosis, penggunaan menyinpulkan bahwa pemberian albumin intravena
obat-obatan yang nefrotoksik, protein uria karena (1.5gr/kg/hr pada hari pertama diikuti dengan 1
kerusakan parenkim ginjal serta adanya abnormalitas gr/kgbb/hr pada hari ke-3 bersamaan dengan antibiotik
ginjal yang dapat dideteksi malalui pemeriksaan USG profilak cefotaxim akan menurunkan angka kematian
14 11,12
(gambar 3). secara signifikan pada pasien SHR. Fernandes
(2007) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa
antibiotik profilak primer norfloxacin dapat mengurangi
insiden spontaneus bacterial peritonitis yang akan
menghambat kejadian SHR dan dapat memperbaiki
17
harapan hidup.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 138

2. Vasokonstriktor trombosis dan stenosis. TIPS juga akan memperbaiki


22,23
Hipoperfusi ginjal pada SHR pada sirosis fungsi ginjal.
dipikirkan berhubungan dengan pengurangan
pengisian sirkulasi arteri, vasokonstriksi telah 5. Renal replacement therapy (haemodialisis)
digunakan dalam usaha memperbaiki perfusi ginjal Hemodialisis digunakan pada penanganan SHR tipe 1,
dengan menaikkan resistensi vaskuler sistemik dan sambil menunggu transplantasi hati dan dapat
menekan aktifitas vasokonstriktor sistemik memperbaiki fungsi ginjal sementara, akan tetapi
15,21
menggunakan vasopresin (splanik vasokonstriktor). keuntungannya masih belum banyak diteliti.
4,6,12,16
Dua jenis vassopresin yang telah digunakan
13
secara luas yaitu; Vasopresin analog ( Ornopresin 6. Transplantasi hati
dan terlipresin) dan -adrenergik agonis (norephinefrin, Penanganan definitif untuk meningkatkan harapan
mododrine). Pasien yang diberikan terlipresin dapat hidup pasien SHR adalah transplantasi hati.
memperbaiki fungsi ginjal lebih dari 40% sambil Transplantasi hati ini secara teori adalah terapi pilihan
menunggu tranplantasi hati dan dapat memperbaiki yang tepat untuk penderita SHR baik tipe 1 maupun
prognosis setelah transplantasi hati. Terlipresin tipe 2. Tindakan ini merupakan masalah utama
diberikan secara bolus (IV/intravena) setiap 4 jam mengingat prognosis buruk dari SHR dan daftar
15,16
selama 15 hari. Efek iskemik jarang terjadi. Dosis tunggu yang lama untuk tindakan tersebut di pusat
5,13
Terlipresin yang digunakan pada anak umumnya 520 transplantasi. Umur harapan hidup SHR paska
16
g/kgbb/dosis setiap 4 jam IV. transplantasi hati adalah 60%. Umur harapan hidup
Penanganan lini paska transplantasi hati pasien SHR lebih rendah
13
pertama SHR tipe 1 yaitu kombinasi vasokonstriktor dibandingkan tanpa SHR (70-80%).
dengan albumin. Beberapa penelitian retospektif
mengenai penggunaan vasopresin dengan albumin Prognosis
menunjukkan adanya perbaikan fungsi ginjal yang Dari semua komplikasi sirosis hepatis
berhubungan dengan meningkatnya umur harapan prognosis SHR yang paling buruk, dengan umur
hidup. Penelitian baru-baru ini yang dilakukukan dalam harapan hidup sangat rendah dan penyembuhan
jumlah sampel besar randomized, placebo-controlled spontan sangat jarang. Harapan hidup SHR tipe 1
trial yang menggunakan terlipresin dengan albumin kurang dari 2 minggu, keberhasilan rawatan kurang
menunjukkan bahwa penggunaan terlipresin dengan dari 10%. Keberhasilan hidup pada SHR tipe 2 lebih
14
albumin secara signifikan dapat memperbaiki SHR panjang dibandingkan dengan tipe1 sekitar 6 bulan.
12
dibanding kontrol. Tyree dkk (2005) menyimpulkan
bahwa vasopresin secara signifikan dapat Kesimpulan
meningkatkan angka kesembuhan dan memperbaiki Sindrom hepatorenal adalah komplikasi penyakit hati
umur harapan hidup dibandingkan dengan lanjut yang ditandai dengan gagal ginjal dan juga
18
octreotide. gangguan sistem hemodinamik serta aktifitas system
Terlipresin mempumyai aktifitas sebagai vasoaktif endogen. Angka kejadian SHR pada anak
vasokonstriktor dapat memperbaiki fungsi ginjal pasien dengan penyakit hati kronis sekitar 5% dan angka
14,15
SHR. Fabrizi dkk (2006) dalam sebuah penelitian kematian sekitar 85%-90%. Patogenesis SHR
meta analisis meneliti efek terapi terlipresin pada belum diketahui pasti, tapi diduga terjadi pengurangan
pasien SHR, menyimpulkan bahwa terlipresin aman pengisian sirkulasi arteriol sekunder terhadap sirkulasi
18
dan efektif pada pasien SHR. Penelitian yang vasodilasi arteriol di splanik, gangguan keseimbangan
dilakukan di Paris oleh Yousef N, dkk (2007) pada antara faktor vasokonstriktor dan vasodilator. Pilihan
anak dengan stadium akhir sirosis akibat atresia bilier pengobatan yang baik adalah transplantasi hati.
dengan memberikan terapi terlipresin dengan dosis 30 Pengobatan pendukung hanya diberikan jika fungsi
g/kgbb/hari dan albumin 1 gr/kgbb/hari ) segera hati dapat kembali normal atau sebagai jembatan
setelah diagnosis ditegakkan. Penelitain ini untuk menunggu tindakan transplantasi hati.
menyimpulkan bahwa terapi vasopresin analog dapat
memperbaiki dan menstabilisasi fungsi ginjal sambil Daftar Pustaka
20
menunggu transplantasi hati.
1. Suzanne V, Diarmid MC. Treatment of end
3. Vasodilator stage liver disease. Dalam: Walker, Goulet,
Vasodilator ginjal seperti dopamin dan prostaglandin Kleinman, Sherman, Shneider, Sanderson.
analog tidak direkombinasikan lagi karena efek Penyunting. Pediatric gastrointestinal
sampingnya dan tidak ada bukti yang mendukung disease. Edisi keempat. Ortario : BC Decker
penggnunaan terapi ini.
21 Company; 2007.h. 1508-26.
2. Charles, Chan M, Tai M, LamC. Hepatorenal
4. Transjugular intrahepatic portosystemic shunts Syndrome. Clin Biochem Rev 2007
(TIPS) February; 28:117.
TIPS merupakan shunts yangdibuat antara vena 3. Bhimma R. Pediatric hepatorenal syndrome.
jugular yang dihubungkan melalui hepar dengan vena Medscape. Didapat dari; URL;
porta dihati yang berguna untuk mengurangi tekanan HTTP://emedicine.medscape.com/article/907
vena porta sehingga dapat memperbaiki hipertensi 429-overview. Diunduh tanggal 27 november
portal.TIPS juga efektif terhadap penanganan asites 2011.
yang refrakter oleh karena mempunyai efek yang 4. Hani M, Wadei, Martin L, dkk. Hepatorenal
menuntungkan pada pasien SHR.
12,15
TIPS ini dapat Syndrome: Pathophysiology and
meningkatkan risiko encephalopati, akan tetapi pada Management.Clin J Am Soc Nephrol 2006 ;
kebanyakan kasus encephalopati berespon terhadap 1:1066-79
terapi standar, akan tetapi jika tidak berespon terhadap 5. Venkat D,. Venkat k. Hepatorenal Syndrome.
terapi standar (sekitar 5% kasus) maka shunt ini The Southern Medical Association. 2010;
harus ditutup. Komplikasi yang dapat terjadi berupa 11:654-8

Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(3)


http://jurnal.fk.unand.ac.id 139

6. Gines P, Robert W. Schrier. Renal failure in 17. Bhatia V, Lodha R. Intensive Care
cirrhosis.Th e new england journal Management of Children with Acute Liver
7. of medicine 2009; 361:1279-90. Failure. Indian J Pediatr 2010; 7:128895.
8. Kragl A, Bendtsen F, Henriksen HJ, Mller 18. Fernandez, dkk. Primary Prophylaxis Of
S. Low cardiac output predicts development Spontaneous Bacterial Peritonitis Delays
of hepatorenal syndrome and survival in Hepatorenal Syndrome And Improves
patients with cirrhosis and ascites.Gut 2010; Survival In Cirrhosis. Gastroenterology
59:105-10. 2007; 133:818-24.
9. Saracyn M, Wesoowski P, Nowak Z, Patera 19. Tyree. Kiser, Douglas N, Fish, Marilee D,
J, Kozowski W, Wakowicz Z. Role of nitric Obritsch, dkk. Vasopressin, not octreotide,
oxide system in pathogenesis of may be beneficial in the treatment of
experimental model of hepatorenal hepatorenal syndrome: a retrospective study.
syndrome. NCBI 2008; 24:293-7. Nephrol Dial Transplan 2005; 20:1830-20.
10. Mukherjee, S. Hepatorenal syndrome. 20. Fabrazi F, Dixit, Martin. Meta-analysis:
Didapat dari;URL; terlipressin therapy for the hepatorenal
http://emedicine.medscape.com/article/emedi syndrome. Alimentary Pharmacology &
cine.com. Diunduh tanggal 27 November Therapeutics 2006; 24,935-44.
2009. 21. Yoesef N, Habes D, Chevret, dkk.
11. Kalil JR, Cerqueira, Barbosa DS, dkk. Poor Hepatorenal syndrome in children: diagnosis
outcomes with treatment hepatorenal and effect of vasopressin analog therapy.
syndrome, type 1 with splancnic Journal of Pediatric Gastroenterology &
vasokonstriktor and albumin. Arq NutritioN 2007; 51:100-2.
Gastroenterol 2009; 46 : 214-18. 22. Turban S, Atta MG, Thuluvath. Hepatorenal
12. Gerbes A, Gulberg V. Progress in treatment syndrome. World J Gastroenterol 2007;
of massive ascites and hepatorenal 14:13(30): 4046-55
Syndrome. World J Gastroenterol. 2006: 23. Dib N, Oberti F, Cals PN. Current
28:12: 516-9. management of the complications of portal
13. Schepke M. Hepatorenal syndrome: current hypertension: variceal bleeding and ascites.
diagnostic and therapeutic concepts. Nephrol CMAJ review 2006;174:1433-43.
Dial Transplant 2007: 22: 8: 82-8. 24. Rssle M, Gerbes Al. TIPS for the treatment
14. Arroyo V, M.D, Fernandez J, M.D, Gines P. of refractory asciteshepatorenal syndrome
Pathogenesis and Treatment of Hepatorenal and hepatic hydrothorax: a critical update.
Syndrome. Seminars in liver diseases 2007; Gut 2010; 59: 988-1000.
28:81-95.
15. Gines P, Guevera M, Arroyo V, Rodes J.
Hepatorensl syndrome. Lancet 2003;
326:1819-27.
16. Bhimma R. Pedaitric hepatorenal syndrome.
Didapat dari URL;
http://emedicine.medscape.com/article/9074
29-overview. Diunduh tanggal 19 Februari
2012.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2012; 1(3)

Anda mungkin juga menyukai