SINDROM HEPATORENAL
Nanda Amelia, Ani Kartini, Fitriani Mangarengi
Program Studi Ilmu Patologi Klinik
Program Pendidikan Spesialis
FK-UNHAS / RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo Makassar
I. PENDAHULUAN
Beberapa ahli pada abad ke-19 membuat deskripsi sindrom
hepatorenal (Hepatorenal syndrome/ HRS) adalah gangguan fungsi ginjal
pada pasien penyakit hati. Pada saat itu dideskripsikan sebagai oliguria pada
pasien penyakit hati kronis tanpa proteinuria dan dihubungkan dengan
gangguan ginjal pada sirkulasi sistemik. Mulai tahun 1967, ditemukan
bahwa tanda khas HRS berupa vasokonstriksi ginjal berat.1,2
Istilah sindrom hepatorenal digunakan pertama kali pada tahun 1939
untuk mendeskripsikan gagal hati yang terjadi setelah operasi bilier ataupun
trauma pada hati, yang makin berkembang menjadi berbagai tipe gagal
ginjal akut pada penyakit hati. Pada tahun 1950, deskripsi klinis HRS makin
berkembang, Sherlock, dkk. menekankan perjalanan alami sindrom ini
dengan adanya gangguan sirkulasi dan prognosis yang buruk. Mereka
mendeskripsikan gagal ginjal pada pasien penyakit hati yang mempunyai
karakteristik oliguria progresif, ekskresi natrium urin sangat rendah,
hiponatremia, tetapi tanpa proteinuria. Setelah itu ditemukan bahwa kelainan
tersebut fungsional, karena fungsi ginjal kembali normal setelah
transplantasi hati. Studi lanjutan pada 20 tahun terakhir menunjukkan bahwa
gagal ginjal terjadi karena vasokonstriksi sirkulasi renal dan vasodilatasi
arteriol sistemik hebat yang menghasilkan penurunan sirkulasi vaskuler
sistemik dan arterial hypotension.2,3
II. ETIOLOGI
Watt dkk menemukan bahwa faktor predisposisi yang sangat sering
menyebabkan HRS ialah :
1. Infeksi bakteri (48%), terutama pada pasien dengan spontaneous
bacterial peritonitis (SBP), gangguan faal ginjal disebabkan
III. PATOFISIOLOGI
Tanda khas HRS adalah terjadinya vasokonstriksi ginjal, walaupun
berbagai mekanisme dianggap mungkin berperan dalam timbulnya HRS.
Karakteristik pola hemodinamik pasien HRS antara lain: peningkatan curah
jantung (cardiac output), penurunan resistensi vaskuler sistemik, dan
peningkatan resistensi vaskuler renal. Menurut studi Doppler pada arteri
brakhial, serebri media, dan femoralis menunjukkan bahwa resistensi
ekstrarenal meningkat pada pasien HRS, sementara sirkulasi splanik yang
bertanggung jawab untuk vasodilatasi arteri dan resistensi vaskuler sistemik
X. ALGORITMA
Gagal ginjal
(kreatinin serum >
133µmol/l atau 1,5
mg/dl)
Obat-obat
Kehilangan cairan
nefrotoksik
NTA
Glomerulopati
SHR
DAFTAR PUSTAKA