Anda di halaman 1dari 20

Kepada Yth : dr.

Rencana Baca : Rabu, 11 Desember 2019, pkl: WITA


Tempat : Ruang Residen lt.4 RSP Gedung A
Refarat Infeksi Tropis

CANDIDIASIS
Ummul Khair, Irda Handayani, Benny Rusli

Program Pendidikan Dokter Spesialis-1 Ilmu Patologi Klinik


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar

I. PENDAHULUAN
Candidiasis merupakan sekelompok infeksi yang disebabkan oleh Candida
albicans ataupun spesies lain dari genus kandida. Candida albicans paling sering
menginfeksi manusia terutama menginfeksi kulit, kuku, membran mukosa, dan
traktus gastrointestinal, tetapi organisme ini juga dapat menyebabkan infeksi
sistemik. 1-3
Candida pertama kali ditemukan dan diklasifikasikan oleh Christine Marie
Berkhout tahun 1923 sebagai berikut: 3
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Subfilum : Ascomycotina
Kelas : Ascomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Candida

II.EPIDEMIOLOGI
Penyakit Candidiasis ini ditemukan di seluruh dunia dapat menyerang
semua jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan. Insidensi penyakit ini
dengan ras tidak ada hubungan yang jelas diduga lebih tinggi di negara yang
berkembang dan terjadi di daerah tropis dengan kelembaban udara yang tinggi.
Infeksi superfisial pada umumnya disebabkan oleh Candida albicans sedangkan
infeksi sistemik lebih bervariasi ditemukan kurang dari 30 % disebabkan oleh
Candida non albicans. Faktor terbanyak berkontribusi meningkatkan infeksi
jamur adalah: gangguan barrier mukosa dan kutaneus, disfungsi neutrofil,

Refarat Candidiasis/2019 1
gangguan imunitas yang dimediasi oleh sel, gangguan metabolik dan umur yang
terlalu muda atau tua.4,5

III. FAKTOR RISIKO


Faktor risiko untuk candidiasis, adalah sebagai berikut:6

 Memiliki sistem imun yang lemah (bayi, wanita hamil, lansia).


 Menjalani kemoterapi atau terapi radiasi untuk kanker
 Mengalami kondisi yang menyebabkan mulut kering
 Peningkatan kadar estrogen
 Diabetes melitus tidak terkontrol
 Aktif secara seksual dapat meningkatkan risiko (candidiasis bukan salah
satu penyakit menular seksual)
 Sanitasi buruk
 Menggunakan gigi palsu

IV. ETIOLOGI
Penyebab tersering adalah Candida albicans yang dapat diisolasi dari
kulit, mulut, selaput mukosa vagina. Genus Candida merupakan sel ragi
uniseluler yang termasuk ke dalam fungi imperfecti atau deuteromycota, kelas
blastomycetes yang memperbanyak diri dengan cara bertunas, famili
cryptococcaceae. Genus ini terdiri lebih dari 80 spesies, yang paling patogen
adalah C.albicans selain itu adalah C.Glabrata, C.tropicalis, C.parapsilosis,
C.guillermondii dan C.krusei. C.albicans dan C.glabrata penyebab terbanyak
(70-80%) kandidemia invasif.6
Candida glabrata menjadi penting karena insidennya meningkat di
seluruh dunia dan 20 % telah resisten terhadap flukonazol, dan sensitivitas
terhadap golongan azole dan poliena lainnya menurun. C.parapsilosis
merupakan spesies penting untuk dipertimbangkan pada pasien rawat inap,
terutama infeksi yang terkait dengan pemasangan kateter pembuluh darah.

Refarat Candidiasis/2019 2
C.tropicalis sering dianggap sebagai penyebab penting kandidemia pada
pasien leukemia dan yang menjalani transplantasi sumsum tulang. (Tabel 1).6,7
Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi infeksi jamur oportunistik7

Faktor Jamur pathogen

-Gangguan barrier mukosa dan kutaneus -Candida spp.


Aspergillus spp.
-Disfungsi Neutrofil -Candida spp.
Trichosporon spp.
Aspergillus spp.
-Gangguan imunitas yang dimediasi oleh sel -Cryptococcus spp.
-Gangguan metabolik -Zygomycetes
Candida spp.
-Umur (<1 dan >70 tahun) -Candida spp.

V. MORFOLOGI
Candida mempunyai 3 bentuk, yaitu: bentuk ragi (yeast), pseudohifa dan
hifa. Bentuk ragi merupakan sel tunggal, berbentuk oval dan berukuran 3-6
µm. Pseudohifa dan hifa umumnya disebut dengan bentuk filamen,
memanjang dan terhubung ujung dengan ujung. Pseudohifa berbentuk lonjong
dan memiliki bagian yang mengkerut pada bagian septal junction (gambar 1).8-
10

Gambar 1. Bentuk-bentuk Kandida


(Sumber: Michael Nobel at al. Coevolution of Morphology and Virulence in Candida
Species. 2015)

Refarat Candidiasis/2019 3
Sel-sel hifa berbeda dengan pseudohifa. Sel-sel hifa mempunyai pori-
pori pada bagian septal junction yang menghubungkan dua sel. Perubahan
bentuk dari ragi ke hifa dipengaruhi oleh temperatur, pH, kepadatan seluler
dan bahan kimia yang dibutuhkan oleh spesies kandida seperti; N-acetyl-D-
glucosamine, asam amino, biotin, kandungan sulfihidril, zinc dan serum.11,12
Dinding sel C. albicans mengandung karbohidrat dan cell wall proteins
(CWPs.). Dinding sel C.albicans mengandung 80-90% karbohidrat dengan
lapisan terluar terdiri dari O- dan N- yang terikat dengan polimer mannose
(mannans) yang merupakan protein-protein pembentuk glikoprotein. Ekspresi
CWPs dimulai sejak C. albicans mengalami perubahan bentuk dari ragi ke hifa
(gambar 2)13

Gambar 2. Struktur Dinding Sel C.albicans


(Sumber : Bailey and Scott’s. Candida albicans Morphogenesis and Host Defence:
from Colonization. 2014)

VI. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi candidiasis dimulai sejak terjadi perubahan dari bentuk ragi
menjadi bentuk hifa. Kolonisasi C. albicans pada permukaan mukosa individu
sehat relatif sedikit, sehingga tidak menyebabkan kerusakan sel-sel epitel.
Bentuk hifa candida akan menginduksi produksi sitokin (IL-1α, IL-1β dan IL-
6) dari sel-sel epitel. Hifa juga akan mengaktivasi inflammasome dan juga
menginduksi sel Th17 untuk memproduksi sitokin. Sel Th17 memproduksi
sitokin seperti IL-17 dan IL-22. Sitokin IL-17 akan mengaktifkan neutrofil,

Refarat Candidiasis/2019 4
sedangkan IL-22 akan menginduksi pelepasan defensins dari sel-sel epitel.
Kedua komponen ini berperan penting pada pertahanan anti jamur.14,16
C.albicans secara regular dapat ditemukan di permukaan mukosa yang
dapat menjadi penyakit jika terjadi perubahan pada host dan bentuk Candida.
Perubahan bentuk Candida dari yeast menjadi hifa sangat berkaitan dengan
sifat patogenik C.albicans. Hifa C.albicans mempunyai kemampuan untuk
menembus sel epitel. Sebagai mediatornya terdapat hyphal wall protein
(Hwp1) yang hanya terdapat pada permukaan germ tubes dan hifa. Hifa dapat
mensekresi proteinase dan fosfolipase yang mampu mencerna sel epitel dan
mampu untuk menginvasif. 17,18
Patogenesis dan virulensi Candida dibagi atas empat stadium
berdasarkan luasnya infeksi yang terjadi. Faktor-faktor yang mempengaruhi
virulensi kandida terhadap hostnya terdiri dari adesin, enzim hidrolitik, proses
pembentukan hifa, molecular mimicry dan phenotypic switching.(Gambar 3).18

Proses/Stadium Gambar Faktor Virulensi

Kolonisasi Adhesin
(stadium I) Enzim hidrolitik
Pembentukan hifa
Phenotypic swithching
Infeksi Superfisial Enzim hidrolitik
(stadium 2) Pembentukan hifa

Infeksi lebih dalam Enzim hidrolitik


(stadium 3) Pembentukan hifa
Host mimicry
Immunomodulators

Refarat Candidiasis/2019 5
Infeksi lebih luas Adhesin
(stadium 4) Enzim hidrolitik
Formasi hifa
Phenotypic swithching
Immunomodulators

Gambar 3. Proses invasif pseudohifa candida


(Sumber: Lewinson, Stadium Candidioides. 2015)

Stadium 1 merupakan proses kolonisasi candida di mukosa. Proses ini terdiri


dari adesi pada epitel mukosa dan nutrisi candida. Proses ini dipengaruhi oleh adesin,
enzim hidrolitik, proses transformasi menjadi hifa, dan Phenotypic swithching. Adesin
berfungsi untuk adesi dan kolonisasi candida. Adesin terdiri dari Aglutinin-like
sequence (Als ) family,Hypal cell wall protein 1 (Hwp1), dan Intergrin-like protein 1
(Int 1). 11,13
Stadium 2 telah terjadi infeksi superfisial. Proses ini ditandai dengan penetrasi
candida ke dalam epitel mukosa dan adanya degradasi protein host oleh enzim
hidrolitik. Proses pembentukan hifa tetap terjadi.
Stadium 3 terjadi infeksi yang lebih dalam. Candida melakukan penetrasi
sampai ke jaringan epitelial. Candida melakukan invasi sampai ke jaringan vaskuler.
Stadium ini dipengaruhi oleh faktor enzim hidrolitik dan proses pembentukan hifa.
Stadium 4 telah terjadi infeksi yang luas. Candida telah melakukan penetrasi
lebih dalam dan luas serta menginfeksi jaringan lain. Stadium ini dipengaruhi oleh
adesin, enzim hidrolitik, proses pembentukan hifa, phenotypic switching, dan
immunomodulator.10

VII. DIAGNOSIS
Diagnosis Candidiasis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisis, dan pemeriksaan laboratorium. 11
A. Anamnesis

Refarat Candidiasis/2019 6
Pada daerah endemik, klinisi yang berpangalaman dapat mendiagnosis
Candidiasi berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis. Riwayat berikut
memiliki makna penting dalam penegakan diagnosis Candidiasis:8,12
1. Pasien tinggal atau pernah berkunjung ke daerah endemik
2. Umumnya pasien berusia kurang dari 15 tahun
3. Lesi terbanyak terjadi pada tungkai (sekitar 85%)
4. Candidiasis umunya terjadi pada wanita
5. Candidiasis mempengaruhi sistem imun yang lemah, orang hamil,
Diabetes Melitus, pada pasien HIV atau AIDS

B. Pemeriksaan Fisis12,14
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan memeriksa secara visual bentuk dan
penampakan ruam. Pasien dengan dugaan candidiasis, dapat ditemukan sesuai
lokasinya yaitu:
I. Candidiasis kutaneus dan mukosa

I.a Oral thrush


Oral thrush atau oral candidiasis dapat terjadi pada lidah, bibir, gusi
atau pada bagian bukal dan langit-langit mulut. Oral thrush tumbuh
seperti bercak-bercak berwarna keputih-putihan membentuk
pseudomembran yang tersusun oleh sel epitel, ragi dan pseudohyphae.
Terbanyak ditemukan pada penderita AIDS, penggunaan kortikosteroid
dan antibiotik dalam waktu yang lama, diabetes dan Cellular
Immunodeficiency (lihat gambar 4a).9

Refarat Candidiasis/2019 7
Gambar 4. Candidiasis Kutaneus dan Mukosa
Keterangan: 4a. Candidiasis Oral, 4b. Vulvovaginitis Candidiasis, 4c. Cutaneous
Candidiasis, 4d. Onychomycosis
(Sumber: Jeffery, C, Eukaryatic Microorganisme: The Fungi, 2011)

I.b Vulvovaginitis candidiasis


Candidiasis Vulvovaginal, infeksi yang umum terjadi ketika terdapat
pertumbuhan berlebih dari jamur candida. Candida selalu ada di dalam dan
permukaan tubuh dalam jumlah yang kecil. Pada saat terjadi
ketidakseimbangan, seperti perubahan keasaman vagina atau perubahan
hormonal, candida dapat bermultiplikasi. Ketika hal tersebut terjadi, gejala
Candidiasis dapat muncul. Rasa sangat gatal atau pedih disertai keluar
cairan yang putih mirip krim susu/keju, kuning tebal, tetapi dapat cair
seperti air atau tebal homogen dan tampak pseudomembran abu- abu putih
pada mukosa vagina. Lesi bervariasi, dari reaksi eksema ringan dengan
eritema minimal sampai proses berat dengan pustul, eksoriasi dan ulkus,
serta dapat meluas mengenai perineum, vulva, dan seluruh area inguinal.9
Penyakit ini sering dijumpai pada wanita hamil, dan pada wanita
tidak hamil biasanya keluhan dimulai seminggu sebelum menstruasi.
Umumnya didapati disuria dan dispareunia superfisial. Dapat juga terjadi
vulvitis tanpa disertai infeksi vagina. Umumnya vulva eritema dengan

Refarat Candidiasis/2019 8
fisura yang sering terlokalisata pada tepi mukosa introitus vagina, tetapi
dapat meluas mengenai labia mayora. (lihat gambar 4b). 9
I.c Cutaneous candidiasis
Predileksi dari Cutaneous Candidiasis terutama pada kulit yang
terbakar, maserasi, bagian tubuh yang sering basah atau lembab; seperti
axilla, lipatan paha, lipatan gluteus dan lipatan mammae. Sering didapatkan
pada penderita diabetes dan obesitas. Dapat juga ditemukan pada sela-sela
jari tangan, terutama pada individu yang sering terpapar dengan air. Daerah
yang terinfeksi akan berwarna kemerahan sampai kecoklat-coklatan,
lembab dan dapat berkembang menjadi vesikel (lihat gambar 4c). 9
I.d Onychomycosis
Onychomycosis merupakan candida yang menginfeksi kuku. kuku
menjadi menebal dan berubah warna menjadi putih, hitam, kuning atau
hijau. Saat infeksi berlangsung kuku bisa menjadi rapuh. Jika tidak diobati,
kulit bisa menjadi meradang dan nyeri di bawah dan di sekitar kuku.
Timbul bercak putih atau kuning pada kuku atau kulit menjadi bersisik
disekitar kuku dan berbau busuk sering disebabkan oleh C.albicans (lihat
gambar 4d). 9,10
II. Candidiasis Sistemik

Candidemia dapat terjadi melalui kateterisasi selama proses


pembedahan, pemberian obat intravena yang tidak steril, aspirasi,
kerusakan kulit atau saluran cerna. Candidiasis sistemik dapat
menyebabkan sepsis serta mengancam jiwa. Candidiasis sistemik
umumnya terjadi pada pasien dengan immunocompromised.11-12

C. Pemeriksaan laboratorium
1. Tes darah rutin
Infeksi candidiasis yang berat berkaitan dengan timbulnya
neutropenia.15

Refarat Candidiasis/2019 9
2. KOH 10 %
Untuk membedakan hifa dan bukan hifa. Digunakan sampel rambut,
kerokan kuku dan kerokan kulit.16
3. Germ Tube Test (GTT)
Media ini mengandung serum yang banyak asam amino kompleks dan
karbohidrat yang tinggi. Sampel diambil dari koloni pada SDA. Prinsip tes ini
adalah jamur akan lebih produktif menghasilkan filament-filamennya (germ
tubes) pada suhu 37 0
C dan diinkubasi selam 2,5-4 jam. Untuk melihat
morfologi dilakukan perwarnaan gram (gambar 5).1

Gambar 5. Germ Tube (1) Chlamydospore. (2) Clamydospore


membentuk germ tube baru. (3) Germ tube mulai terbentuk dari hifa sejati
(anak panah).
(Sumber : Stuart Hogg. The Fungi: Essential Microbiology. Second Edition. 2014)

4. Pewarnaan Gram
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui bakteri atau jamur,
sampel yang digunakan adalah: cairan eksudat, vesikel, bula atau pustul,
ulkus, uretra, vagina. Bakteri Gram Positif tampak dalam warna ungu. Bakteri
Gram Negatif tampak dalam warna merah muda dengan mempertahankan
safranin.Candida mempunya budding, tunggal maupun banyak (Gambar 6).12

Refarat Candidiasis/2019 10
Gambar 6. Candida sp.pada Perwarnaan Gram
(Sumber: W arren L. Review of Medical Microbiology and Immunology. 10 ed.
Lange McGraw Hill. San Fransisco. 2008)

5. Pemeriksaan Kultur
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) merupakan media yang umum
digunakan. Media mengandung pepton 10 gr, glukosa 10 gr, aquades 1 L,
agar 15 gr dan Chloramphenicol 100 mg. pH media antara 5,8-6,0 dengan
suhu 17,5 0C - 25 0C. Prinsip tes ini adalah jamur akan tumbuh di lingkungan
yang kaya dengan nutrisi, disertai dengan Chloramphenicol yang akan
menghambat pertumbuhan bakteri. Sampel dapat berupa darah, feses, urin
dan sputum. Interpretasi tes ini terlihat koloni Candida sp. berwarna putih
kecoklatan sampai kekuningan, bulat, besar, permukaan koloni licin,
mengkilat, halus dan kering.15
Media Sabouraud Dextrose Agar merupakan media berbentuk padat
(solid). Fungsi SDA untuk pertumbuhan jamur dan menghambat
pertumbuhan bakteri. Bahan penyusunnya SDA tersusun dari bahan sintetis,
wadahnya yang disimpan dalam plate (cawan petri). (Gambar 7)16

Refarat Candidiasis/2019 11
Gambar 7. Koloni C.albicans pada SDA
(Sumber: Paul G. Engelkirk.Fungal Infections of Humans: Microbilogy
for the Health Sciences. Tenth Edition. 2015)

6. Tes Biokimia (tes karbohidrat)


Spesies Candida berupa gram positif, dapat memfermentasikan
karbohidrat dengan memproduksi asam, sehingga terjadi perubahan warna.
Interpretasi negatif jika media tidak berubah warna, tapi jika terjadi
perubahan warna menjadi kuning, maka hasilnya positif (tabel 2).16
Tabel 2. Hasil Tes Biokimia (Fermentasi) Candida spp.

Spesies Glukosa Maltosa Sukrosa Laktosa


Candida

C.albicans ++ + ± -

C.stellatoidea + + ± -

C.tropicalis + + - -

C.krusei + - - -

C.parapsilosis + - ± -

Refarat Candidiasis/2019 12
7. Tes Serologi
Umumnya serologis yang saat ini tersedia memiliki keterbatasan
spesifisitas atau sensitivitas. Antibodi serum dan imunitas yang diperantarai
sel dijumpai pada kebanyakan orang terhadap candida. Pada Candidiasis
sistemik, titer antibodi terhadap berbagai antigen candida dapat saja
meningkat.13
Ekstrak Candida untuk tes serologik dan kulit terdiri atas campuran
antigen. Antibodi ini dapat diketahui melalui presipitasi, imunodifusi,
aglutinasi lateks, dan tes-tes lainnya, tetapi pengenalan antibodi sirkulasi ini
tidak terlalu membantu dalam mendiagnosis penyakit akibat candida. Pada
candidiasis yang tersebar sering terdapat antigen mannan dari candida yang
beredar, dan kadang-kadang dapat ditemukan antibodi presipitasi terhadap
antigen nonmannan. Sebenarnya semua serum manusia normal akan
mengandung antibodi IgG terhadap candida mannan .13,18
8. PCR
Penggunaan PCR untuk mengetahui spesies Candida melalui deteksi
DNA Candida pada cairan tubuh. Penggunaan PCR pada kandidiasis invasif
mempunyai sensitivitas dan spesivisitas yang tinggi (100%) menggunakan
sampel whole blood dibandingkan dengan sampel dari kultur, serum dan
darah . Pemeriksaan dengan PCR untuk identifikasi spesies kandida, hasilnya
cukup cepat akan tetapi lebih baik dibandingkan dengan biakan pada media.
Sekarang ini belum berhasil dibuat oligonukleotida primer yang spesifik
untuk Candida albicans. Amplifikasi dengan PCR dan analisis restriksi
enzim dengan RFLP sudah dapat dipakai untuk mengetahui genotipe dari
Candida albicans.18
9. PNA FISH

Refarat Candidiasis/2019 13
Pemeriksaan PNA FISH adalah hibridisasi asam nukleat untuk
identifikasi Candida albicans dengan sampel yang dipakai adalah kultur
darah. Pemeriksaan dapat dilakukan langsung dari hasil kultur yang jamur
positif, dapat juga dilakukan pada semua jenis sampel dari media kultur
darah. Pemeriksaan ini menggunakan label fluoresen untuk melapisi
ribosomal RNA/rRNA Candida albicans. Gambaran Candida albicans dari
mikroskop fluoresen dapat dilihat pada (Gambar 8)18

Gambar 8. Candida albicans pada PNA FISH terlihat berwarna hijau terang
berfluoresen yang dilakukan pembacaan dengan mikroskop fluoresen. (Sumber: PNA
FISH. Probes for Identification of Candida Species from Blood Cultures. American Society
of Microbiology. 2010)

VIII. PENATALAKSANAAN
A. Terapi Farmakologik 5,12
1. Candidiasis mulut dapat diobati dengan antijamur berbentuk obat kumur
atau gel 2 kali/ hari selama satu hingga dua minggu. Infeksi di sekitar
kelamin dapat diobati dengan anti-jamur berbentuk krim ketoconazole 2
% 2 kali/ hari selama satu hingga dua minggu hingga gejala yang timbul
mereda.

2. Antifungal Utama (Polyenes), digunakan jika belum diketahui spesies


jamurnya. Bila organismenya dipastikan Candida albicans, dimulai dengan:

Refarat Candidiasis/2019 14
Fluconazole:
 Oral:- Dosis dewasa 400 mg/ hari selama 4-5 minggu
- Usia anak < 2 minggu: 3-12 mg/kgBB, 3 hari sekali
- Usia anak 2-4 minggu: 3-12 mg/kgBB, 2 hari sekali
- Usia anak > 4 minggu: 3-12 mg/kgBB, sekali sehari
 Intravena: Dosis: 100 mg per hari selama 15 hari atau 200 mg per hari
selama 7 hari.
3. Antifungal Alternatif
Flucytosin
Dosis dewasa pada penyakit kandida 50-150 mg / kg/ hari setiap 6
jam. Dosis maksimal yaitu 100 mg / kg / hari dibagi dalam 4 dosis dan
dapat dikombinasikan. Pada Dosis Anak-anak diberikan 25 mg / kg/ hari
selama dua kali sehari.
B. Terapi Operatif
Tindakan operatif dilakukan pada abses organ yang diakibatkan
oleh kandidiasis. Tujuan pembedahan untuk drainase abses selama
pengobatan secara farmakologi.8
C. Vaksinasi
Penelitian tentang pengembangan vaksin untuk kandidiasis telah
dilakukan oleh beberapa peneliti (tabel 3).
Tabel 3. Jenis-jenis Vaksin yang Dikembangkan

Komponen Perlindungan Peneliti Tahun


1,3-β-glucan Sistemik Torosantucci et al. 2009
Cassone et al. 2010
rHyr1p-N Sistemik Luo et al. 2011
Mannoproteins Vaginal De Bernadis et al. 2010
β-1,2-mannotriosa-Fba Sistemik Xin et al. 2012
Als3P Sistemik Spelberg et al 2008
Phosphoglycerate kinase Oral Calcedo et al 2012

Refarat Candidiasis/2019 15
SAP2 Mukosa dan De Bernadis et al 2012
vaginal Cassone, Cassadeval 2012
C.albicans dsDNA GIT Remichkova et al. 2009

IX. KOMPLIKASI
komplikasi yang ditimbulkan dari penyakit Candidiasis, apabila salah satu
pasangan terkena infeksi jamur Candida pada alat kelaminnya, maka
pasangannya juga harus diterapi agar tidak saling menularkan dan mencegah
terjadinya infeksi. Pasien tidak diperbolehkan berganti-ganti pasangan agar
infeksi jamur Candida tidak semakin meluas dan jauh dari penyakit menular
seksual.17,19

X. PROGNOSIS
Candidiasis dengan menjaga kebersihan tubuh dan perawatan yang tepat
sembuh tanpa masalah lebih lanjut. Infeksi daerah vagina, sariawan, dan ruam
popok biasanya reda dalam 1-2 minggu. Pada orang dengan sistem kekebalan
yang lemah, infeksi ini bisa kambuh dan menjadi sulit diobati.16

XI. RINGKASAN
Candidiasis adalah penyakit infeksi primer atau sekunder yang menyerang
kulit, kuku, selaput lendir dan saluran cerna yang disebabkan oleh berbagai
species Candida. Candida adalah penyebab tersering mikosis sistemik. Candida
albicans paling sering menginfeksi manusia. Infeksi superfisial pada umumnya
disebabkan oleh Candida albicans sedangkan infeksi sistemik lebih bervariasi
ditemukan kurang dari 30 % disebabkan oleh Candida non albicans. Faktor
terbanyak berkontribusi meningkatkan infeksi jamur adalah: gangguan barrier
mukosa dan kutaneus, disfungsi netrofil, gangguan imunitas yang dimediasi
oleh sel, gangguan metabolik dan umur yang terlalu muda atau tua. Penyebab
tersering adalah Candida albicans yang dapat diisolasi dari kulit, mulut, selaput

Refarat Candidiasis/2019 16
mukosa vagina. Berdasarkan hasil pemeriksaan KOH, kultur, tes serologi, PNA
FISH, dan PCR dapat menegakkan diagnosis Candidiasis. Pemberian terapi
antifungal baik topikal, oral, intavena, maupun operatif dapat dilakukan, serta
pemberian vaksin untuk mencegah penyakit Candidiasis.
XII. ALGORITMA PEMERIKSAAN CANDIDIASIS

Anamnesis
Curiga
Pemeriksaan Fisik
Candidiasis
Riwayat Kontak

Laboratorium

Serologi:
Presipitasi,
imunodifusi,
V
aglutinasi lateks
Kultur KOH Biopsi
PCR

SDA GTT Hifa (+) Hifa (-)


(+) (Filamen +)

Pewarnaan
Gram (+)

PNA FISH

Tes Biokimia
(Tes Gula-
gula)

Candida
Albicans

Refarat Candidiasis/2019 17
(Sumber: Modifikasi dari referensi 1-18)

Refarat Candidiasis/2019 18
DAFTAR PUSTAKA
1. Koneman Elmer W., et al. Introduction to diagnostic microbiology. JB
Lippincott Company, 2014, 710-20.
2. Calder, R. J. Cell-mediated immunity in experimental murine
dermatophytosis. II. Adoptive transfer of immunity to dermatophyte
infection by lymphoid cells from donors with acute or chronic
infections. Immunology, 2011, 53.3: 465.
3. Connie R. Mahon. Introduction to Clinical microbiology: Textbook of
Diagnostic Microbiology, Fifth Edition. University of Delaware Newark.
2015:2-4.
4. Pfaller A.M, Diekema J.D. Epidemiology of Invasive Candidiasis: a
Persistent Public Health Problem. Clinical Microbiology Reviews.
American Society for Microbiology. 2012:133-63
5. WINN, Washington C. Koneman's color atlas and textbook of diagnostic
microbiology. Lippincott williams & wilkins, 2012.
6. ATLAS, Ronald M. Handbook of microbiological media. CRC press, 2010.
7. Molero G. et al. Candida albicans : Genetics, Dimorphism and
Pathogenicity. Internatl Microbiol. Vol.1, 1998: 95-106
8. Jeffrey C. Pommerville. Eukaryotic Microorganisms: The Fungi. Alcamo’s
Fundamental Of Microbilogy, Ninth Edition. 2011: 536-552.
9. Patricia M. Tille. Overview of Fungal Identification Methods and
Strategies: Diagnostic Microbiology. Thirteent Edition.2015:706-717.
10. Paul G. Engelkirk.Fungal Infections of Humans: Microbilogy for the Health
Sciences. Tenth Edition. 2015:389-397.
11. Elizabeth A. Zeibig.Fungal Element: Clinical Parasitology A Practical
Approach. Second Edition. 2015:415-430.
12. Stuart Hogg. The Fungi: Essential Microbiology. Second Edition.
2014:203-216.

Refarat Candidiasis/2019 19
13. Vecchiarelli A, Pericolini E, Gabrielli E, Pietrella D. New Approaches in
The Development of A Vaccine for Mucosal Candidiasis: Progress and
Challenges. Frontiers in Microbiology. Vol 3;294. 2012;1-6
14. Andreas H. Groll. Antifungal Agents: Textbook of Pediatric Infectious
Diseases. 6Th Edition. Vol 1. 2011:3271-3300.
15. Avni T, Leibovici L, Paul M. PCR Diagnosis of Invasive Candidiasis:
Systematic Review and Meta-Analysis. J. Clin. Microbiol. Vol. 49, No. 2,
2011;665-70
16. Brooks F. G, Butel S. J, Morse A. S. Medical Microbiology 21 th edition.
Prentice Hall International. San Francisco. 603-5.
17. Madhavan P, Jamal F, Chong Pei Pei. Laboratory Isolation and
Indentification of Candida Species. Journal of Applied Sciences 11 (16).
2011: 2870-77.
18. Mahon R. C, Lehman C.D, Manuselis G. Text Book of Diagnostic
Microbiology 4th edition. W.B. Saunders Company. Missouri. 2011:629-37
19. Bartlett Raymond C. Medical microbiology: quality cost and clinical
relevance. 2011.20-25.

Refarat Candidiasis/2019 20

Anda mungkin juga menyukai