Anda di halaman 1dari 20

CANDIDIASIS

ORAL
Hilya Syifa HaninaG992003071
Kristina Fianiyanti G992003088
Tegar Umaroh G991906031
Wisnu Skunda Mahendra G991906032

Pembimbing:
Betty Saptiwi, drg, M.Kes
DEFINISI

 Candidiasis oral merupakan infeksi


oportunis komensal intraoral, ditandai
dengan pertumbuhan jamur yang
berlebihan serta menginvasi ke jaringan
superfisial, paling sering disebabkan oleh
Candida albicans.1,2
 Biasanya disebut sebagai "oral thrush"1

1. Nakajima M, Umezaki Y, Takeda S, Yamaguchi M, Suzuki N, Yoneda M, Morita H. Association between oral candidiasis and bacterial pneumonia: a retrospective study. Oral Diseases, 2019: 1-2
2. Vila T, Sultan AS, Montelongo-Jauregui D, Jabra-Rizk MA. Oral candidiasis: A disease of opportunity. J Fungi. 2020;6(1):1–28.
EPIDEMIOLOGI
■ Sekitar 5–7% bayi di dunia
mengalami kandidiasis oral. Pada Prevalensi tersering pada pasien immuno-compromised2
pasien AIDS berada sekitar angka 9-
31% dan sekitar 20% pada pasien • 95% kasus kandidiasis oral disebabkan Candidiasis albicans3,4
kanker. Jumlah candida pada rongga • C. albicans: organisme komensalisme yang berkolonisasi dimukosa oral 4
mulut sekitar 30–45% pada individu
yang sehat. 2 Faktor yang meningkatkan kejadian infeksi jamur pada
manusia
• Pengaruh utama: penyediaan praktik medis baru yang lebih luas, seperti
terapi imunosupresif dan penggunaan antibiotik spektrum luas, dan
prosedur bedah invasif seperti organ padat atau transplantasi sumsum
tulang3
• Berkenaan dengan infeksi mukosa superfisial, penyebaran infeksi HIV
yang terus berlanjut dan penggunaan steroid inhalasi reguler 3,4
• Mulut kering & oral hygiene yang buruk4

2. Martin S. Greenberg, Michael Glick, Jonathan A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 11th Ed. Ontario : BC Decker Inc. 2008.
3. Vila T, Sultan AS, Montelongo-Jauregui D, Jabra-Rizk MA. Oral candidiasis: A disease of opportunity. J Fungi. 2020;6(1):1–28.
4. Williams DW, Kuriyama T, Silva S, Malic S, Lewis MAO. Candida biofilms and oral candidosis: Treatment and prevention. Periodontol 2000. 2011;55(1):250–65.
ETIOLOGI
Etiologi Candida Mikroskop elektron: biofilm Candida 4

Utama albicans

Cadida
Etiologi krusei

Candida
Etiologi dubliniensis
Lainnya Candida
glabrata

Candida
tropicalis
4. Williams DW, Kuriyama T, Silva S, Malic S, Lewis MAO. Candida biofilms and oral candidosis: Treatment and prevention. Periodontol 2000. 2011;55(1):250–65.
FAKTOR RISIKO

Faktor Patogen
• Jamur candida dapat melakukan metabolism glukosa dalam kondisi
aerobik dan anaerobik.
• Faktor adhesi dinding sel (mannose, C3d, mannoprotein dan
saccharin)
• Sifat hidrofobik dan kemampuan adhesil dengan fibronektin host
berperan dalam inisial infeksi

5. Hakim, L., & Ramadhian, M. R. (2015). Kandidiasis oral. Jurnal Majority, 4(9), 53-57.


FAKTOR RISIKO
Faktor Lokal
• Fungsi kelenjar saliva yang terganggu
• Penggunaan obat-obat inhalasi steroid
• Penggunaan gigi palsu (terbentuknya mikroba dalam pH rendah, oksigen rendah,
anaerobik)
Faktor sistemik
• Penggunaan obat antibiotik spektrum luas
• Obat bersifat imunosupresi
• Kondisi predisposisi lainnya (merokok, diabetes, sindrom cushing’s, Infeksi HIV)

5. Hakim, L., & Ramadhian, M. R. (2015). Kandidiasis oral. Jurnal Majority, 4(9), 53-57.


PATOGENESIS

5. Beberapa spesies seperti C. glabrata tidak membentuk hifa, melainkan membentuk


1. Planktonic yeast cell menempel permukaan.
biofilm
Lingkungan sesuai = overgrowth
6. Enzim hidrolitik memfasilitasi invasi ke endotel dengan cara endositosis dan penetrasi
2. Adherence: Sel menempel pada host melalui adhesion
aktif
3. Pembentukan hifa dan meluas
7. Sel yeast masuk ke dalam darah (candidaemia)
4. Adhesi/invasi epitel/endotel
8. Destruksi permukaan epitel dan mukosa oleh enzim dan protein sitolitik menimbulkan
berbagai jenis kandidiasis
Pembentukan Biofilm
• Yeast cell menempel pada substat dan sel lain melalui adhesin
• Yeast cell berproliferasi membentuk mikrokoloni. Disertai
pembentukan germ tube, pseudohifa, dan hifa.

• Spesies lain membentuk biofilm


• Dalam masa maturasi, terjadi pembentukan & akumulasi
matriks ekstraseluler (protective material- melindungi dari sel
imun & cegah ROS)
• Yeast cell menyebar dan mulai membentuk biofilm baru

6. Mba, I. and Nweze, E., 2020. Mechanism of Candida pathogenesis: revisiting the vital drivers. European Journal of Clinical Microbiology & Infectious Diseases,. 8
MANIFESTASI KLINIS
• Tampak bercak pseudomembran keputihan pada
mulut, jika dibersihkan akan meninggalkan pangkal
eritematosa dan berdarah
• Mukosa mulut mengelupas
• Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi
berbenjol kecil) menyerang kulit sejak bayi sampai
anak-anak yang berlangsung hingga beberapa tahun.
• Demam sampai 40 derajat celcius
• Pada bayi, akan mengeluarkan air liur lebih dari
biasanya, rewel, serta menolak untuk minum atau
menyusu

7. Pappas, PG, Rex, JH, Sobel, JD, Filler, SG, Dismukes, WE, Walsh, TJ, Edwards, JE. Guidelines for Treatment of CandidiasisCID, 2004;38: 161-89
8. Pappas PG, Kauffman CA, Andes DR, et al. Clinical Practice Guideline for the Management of Candidiasis: Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 2016;62(4):e1-e50
KLASIFIKASI CANDIDIASIS
Oral Kandidiasis

Keilitis
Akut Kronis
Angularis

Kandidiasis Kandidiasis Median


Kandidiasis Kandidiasis
Pseudomembran Hiperplastik Rhomboid
Atropik Akut atropik kronik
osus Akut Kronik Glositis

3. Martin S. Greenberg, Michael Glick, Jonathan A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 11th Ed. Ontario : BC Decker Inc. 2008. 10
KANDIDIASIS AKUT
Kandidiasis Tampak sebagai plak mukosa yang putih, difus, bergumpal atau seperti
Pseudomem beludru, terdiri dari sel epitel deskuamasi, fibrin, dan hifa jamur, dapat
dihapus meninggalkan permukaan merah dan kasar, dengan keluhan rasa
branosus terbakar pada mulut. Sering terjadi pada pasien dengan sistem imun
Akut rendah, seperti HIV/AIDS, pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid, dan
menerima kemoterapi

Kandidiasi Antibiotic sore tongue atau kandidiasis eritematus biasa dijumpai pada mukosa
bukal, palatum, dan bagian dorsal lidah dengan daerah permukaan mukosa oral
s Atropik mengelupas dan tampak sebagai bercak-bercak merah difus yang rata. yerjadi
Akut karena pemakaian antibiotik spektrum luas, terutama Tetrasiklin, yang mana
obat tersebut dapat mengganggu keseimbangan ekosistem oral antara
Lactobacillus acidophilus dan Kandida albikan. Pasien yang menderita
Kandidiasis ini akan mengeluhkan sakit seperti terbakar.

3. Martin S. Greenberg, Michael Glick, Jonathan A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 11th Ed. Ontario : BC Decker Inc. 2008. 11
KANDIDIASIS KRONIS
Kandidiasis “Denture stomatitis” atau “Alergi gigi tiruan”  mukosa palatum maupun
mandibula yang tertutup basis gigi tiruan akan menjadi merah. Gigi tiruan
atropik yang menutup mukosa dari saliva menyebabkan daerah tersebut mudah
kronik terinfeksi jamur.

Kandidiasis Infeksi jamur timbul pada mukosa bukal atau tepi lateral lidah berupa bintik-
bintik putih yang tepinya menimbul tegas dengan beberapa daerah merah.
Hiperplasti Sering terjadi pada perokok
k Kronik
Median daerah simetris kronis yang terdapat bercak merah di anterior lidah ke papila
sirkumvalata, tepatnya terletak pada duapertiga anterior dan sepertiga posterior
Rhomboid lidah.
Glositis

3. Martin S. Greenberg, Michael Glick, Jonathan A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 11th Ed. Ontario : BC Decker Inc. 2008. 12
KANDIDIASIS KEILITIS ANGULARIS
Keilitis Keilitis angularis merupakan infeksi Kandida albikan pada sudut mulut, dapat
Angularis bilateral maupun unilateral, biasanya terjadi pada penderita defisiensi vitamin
B12 dan anemia defisiensi besi.

3. Martin S. Greenberg, Michael Glick, Jonathan A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 11th Ed. Ontario : BC Decker Inc. 2008. 13
KLASIFIKASI KANDIDIASIS ORAL

Kandidiasis Kandidiasis Atropik Akut


Pseudomembranous Akut Keilitis Angularis

Kandidiasis hiperplastik
Median Rhomboid Glossitis
Kandidiasis Atropik Kronik
kronik

3. Martin S. Greenberg, Michael Glick, Jonathan A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 11th Ed. Ontario : BC Decker Inc. 2008. 14
DIAGNOSIS
■ Anamnesis
• Rasa sakit atau perih dan panas pada rongga mulut
■ Pemeriksaan penunjang
• Nyeri saat menelan
• Pemeriksaan langsung
• Muncul plak berwarna putih di mukosa
Kerokan kulit atau usapan mukokutan
• Faktor risiko : diperiksa dengan larutan KOH 10% atau
• Pengobatan kanker dengan pewarnaan Gram, terlihat sel
• Penyakit imunosupresi (HIV) ragi, blastospora, atau hifa semu.
• Merokok
• Penggunaan gigi palsu • Pemeriksaan biakan
■ Pemeriksaan fisik – Bahan yang akan diperiksa ditanam
• Sariawan
dalam agar miring Saboroud.
• Pseudomembran

7. Pappas, PG, Rex, JH, Sobel, JD, Filler, SG, Dismukes, WE, Walsh, TJ, Edwards, JE. Guidelines for Treatment of CandidiasisCID, 2004;38: 161-89
8. Pappas PG, Kauffman CA, Andes DR, et al. Clinical Practice Guideline for the Management of Candidiasis: Infectious Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 2016;62(4):e1-e50
DIAGNOSIS

9. Coronado-Castellote, L., & Jiménez-Soriano, Y. (2013). Clinical and


microbiological diagnosis of oral candidiasis. Journal of clinical and
experimental dentistry, 5(5), e279–e286. https://doi.org/10.4317/jced.51242
TATALAKSANA
• Pengobatan farmakologis kandidiasis oral dikelompokkan dalam tiga kelas agen antifungal yaitu:
polyenes (Amphotericin B dan Nystatin), azoles (imidazoles dan triazoles ), dan echinocandins.
• Pengobatan kandidiasis terdiri atas pengobatan lini pertama (kotrimazol, nystatin, AmB) dan lini kedua
(ketokonazo, fluconazole, itrakonazol)
• Pengobatan berdasarkan derajat
• Ringan :Clotrimazole troches (10 mg 5x/hari; 7-14 hari) atau
■ Miconazole mucoadhesive buccal (50 mg tab 1x/hari 7-14 hari) atau
■ Nystatin suspension 100.000 U/mL (4-6mL 4x/hari, 7-14 hari) atau
■ 1-2 nystatin pastilles 200.000 U/each ((4x/hari, 7-14 hari))
• Sedang-berat:Oral Fluconazole (100-200mg/hari ; 7-14 hari)
■ Alternatif untuk fluconazole refractory disease
■ Intraconazole solution (200 mg/hari 3 hari dilanjut 400mg 28 hari)
■ AmB deoxycholate suspension 100mg/ml(4x/hari)
■ IV Echinocardin (caspofungin 70mg loading kemudian 50mg/hari)
■ IV AmB deoxycholate (0,3 mg.kg/hari)
EDUKASI

■ Perbaikan status gizi


■ Menjaga kebersihan oral, sikat gigi dan lidah 2x sehari
■ Kontrol penyakit predisposisi
■ Jika memakai gigi palsu, lepas pada malam hari. Gigi palsu direndam selama 30 menit
minimal 2x seminggu pada solusi hipoklorit 0,1%, cuci dan keringkan
■ Jika bibir kering, minum air putih yang banyak
■ Memeriksakan kesehatan mulut secara rutin 2 kali pertahun

10. Pengobatan dasar di Puskesmas. 2007. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI.


11. Millsop JW dan Fazel N. Oral candidiasis. Clinics in Dermatology, 2016: 34(4), 487–494.
TERIMA KASIH
Daftar Pustaka
1. Nakajima M, Umezaki Y, Takeda S, Yamaguchi M, Suzuki N, Yoneda M, Morita H. Association between oral candidiasis
and bacterial pneumonia: a retrospective study. Oral Diseases, 2019: 1-2
2. Vila T, Sultan AS, Montelongo-Jauregui D, Jabra-Rizk MA. Oral candidiasis: A disease of opportunity. J Fungi.
2020;6(1):1–28.
3. Martin S. Greenberg, Michael Glick, Jonathan A. Ship. Burket’s Oral Medicine. 11th Ed. Ontario : BC Decker Inc. 2008.
4. Williams DW, Kuriyama T, Silva S, Malic S, Lewis MAO. Candida biofilms and oral candidosis: Treatment and prevention.
Periodontol 2000. 2011;55(1):250–65.
5. Hakim, L., & Ramadhian, M. R. (2015). Kandidiasis oral. Jurnal Majority, 4(9), 53-57.
6. Mba, I. and Nweze, E., 2020. Mechanism of Candida pathogenesis: revisiting the vital drivers. European Journal of
Clinical Microbiology & Infectious Diseases.
7. Pappas, PG, Rex, JH, Sobel, JD, Filler, SG, Dismukes, WE, Walsh, TJ, Edwards, JE. Guidelines for Treatment of
CandidiasisCID, 2004;38: 161-89
8. Pappas PG, Kauffman CA, Andes DR, et al. Clinical Practice Guideline for the Management of Candidiasis: Infectious
Diseases Society of America. Clin Infect Dis. 2016;62(4):e1-e50
9. Coronado-Castellote, L., & Jiménez-Soriano, Y. (2013). Clinical and microbiological diagnosis of oral candidiasis. Journal
of clinical and experimental dentistry, 5(5), e279–e286. https://doi.org/10.4317/jced.51242

10. Pengobatan dasar di Puskesmas. 2007. Jakarta. Kementrian Kesehatan RI.


11. Millsop JW dan Fazel N. Oral candidiasis. Clinics in Dermatology, 2016: 34(4), 487–494.

Anda mungkin juga menyukai