Anda di halaman 1dari 3

JUMP 3 SKEN 3 BLOK 7

No. 7, 8, 9

7. Bagaimana penatalaksanaan dari anafilaksis?


Jawab:
a. Terapi segera terhadap reaksi yang berat
1) Hentikan pemberian bahan penyebab dan minta pertolongan
2) Lakukan resusitasi ABC (Airway - Breathing - Circulation)
3) Adrenalin sangat bermanfaat dalam mengobati anafilaksis, bronkospasme dan
kolaps kardiovaskuler.
Penatalaksanaan Lanjut
 Berikan antihistamin. H1 bloker misalnya klorfeniramin (10 mg IV) dan H2
bloker ranitidin (50 mg IV lambat) atau simetidin (200 mg IV lambat).
 Kortikosteroid. Berikan hidrokortison 200 mg IV diikuti dengan 100 – 200 mg 4
sampai 6 jam. Steroid memakan waktu beberapa jam untuk mulai bekerja.
 Buat keputusan apakah membatalkan atau melanjutkan usulan pembedahan.
 Pindahkan pasien di tempat yang perawatannya yang lebih baik (misalnya unit
perawatan intensif, ICU) untuk observasi dan terapi lebih lanjut.
b. Reaksi yang tidak terlalu berat
Anafilaksis kadang-kadang menimbulkan reaksi yang tidak terlalu berat.
Terapi serupa dengan regimen di atas, tetapi adrenalin IV mungkin tidak dibutuhkan.
Lakukan tindakan ABC seperti yang telah dijelaskan, dan nilai respon terhadap terapi
tersebut. Obat seperti efedrin dan metoksamin mungkin efektif untuk mengatasi
hipotensi bersama dengan cairan IV. Tetapi, jika keadaan pasien menunjukkan
perburukan gunakan selalu adrenalin.

8. Apa pengertian, tipe, dan patofisiologi dari reaksi hipersensitivitas?


Jawab:
Reaksi Alergi (Reaksi Hipersensitivitas) adalah reaksi-reaksi dari sistem kekebalan yang
terjadi ketika jaringan tubuh yang normal mengalami cedera/terluka. Mekanisme dimana
sistem kekebalan melindungi tubuh dan mekanisme dimana reaksi hipersensitivitas bisa
melukai tubuh adalah sama. Karena itu reaksi alergi juga melibatkan antibodi, limfosit dan
sel-sel lainnya yang merupakan komponen dalam sistem imun yang berfungsi sebagai
pelindung yang normal pada sistem kekebalan. Reaksi ini terbagi menjadi empat tipe
berdasarkan mekanisme yang ikut serta dan lama waktu reaksi hipersensitif.
a. Hipersensitivitas Tipe I
Alergi atau hipersensitivitas tipe I adalah kegagalan kekebalan tubuh di mana tubuh
seseorang menjadi hipersensitif dalam bereaksi secara imunologi terhadap bahanbahan
yang umumnya imunogenik (antigenik) atau dikatakan orang yang bersangkutan
bersifat atopik. Dengan kata lain, tubuh manusia berkasi berlebihan terhadap
lingkungan atau bahan-bahan yang oleh tubuh dianggap asing dan berbahaya, padahal
sebenarnya tidak untuk orang-orang yang tidak bersifat atopik. Bahan-bahan yang
menyebabkan hipersensitivitas tersebut disebut allergen. Antibodi yang berperan
adalah IgE.
Adapun penyakit-penyakit yang disebabkan oleh reaksi alergi tipe I adalah :
• Konjungtivitis
• Asma
• Rinitis
• Anafilaktic shock
b. Hipersensitivitas Tipe II
Reaksi alergi tipe II (Antibody-Mediated Cytotoxicity (Ig G)) merupakan reaksi
yang menyebabkan kerusakan pada sel tubuh oleh karena antibodi
melawan/menyerang secara langsung antigen yang berada pada permukaan sel.
Antibodi yang berperan biasanya Ig G. Contoh penyakit-penyakit :
• Goodpasture (perdarahan paru, anemia)
• Myasthenia gravis (MG)
• Immune hemolytic (anemia Hemolitik)
• Immune thrombocytopenia purpura
• Thyrotoxicosis (Graves' disease)
Terapi yang dapat diberikan pada alegi tipe II: immunosupresant cortikosteroids
(prednisolone).
c. Hipersensitivitas Tipe III
Merupakan reaksi alegi yang dapat terjadi karena deposit yang berasal dari kompleks
antigen antibodi berada di jaringan. Penyakitnya antara lain:
 Protozoa yang menyebabkan malaria
 Cacing yang menyebabkan skismosositosis dan filariasis
 Virus yang menyebabkan hepatitis B dan demam berdarah
 Lupus
d. Hipersensitivitas Tipe IV
Reaksi ini dapat disebabkan oleh antigen ekstrinsik dan intrinsic/internal (“self”).
Reaksi ini melibatkan sel-sel imunokompeten, seperti makrofag dan sel T.
 Ekstrinsik : nikel, bhn kimia
 Intrinsik: Insulin-dependent diabetes mellitus (IDDM atau diabetes tipe I),
Multiple sclerosis (MS), Rheumatoid arthritis, TBC.
9. Bagaimana respons imun terhadap sengatan ubur-ubur?
Jawab:
Belum terjawab pada pertemuan pertama.

DAFPUS
http://med.unhas.ac.id/kedokteran/wp-content/uploads/2016/10/SYOK-ANAFILAKSIS-
1.pdf [Diakses pada tanggal 9 Mei 2017, 20.18]
http://emedicine.medscape.com/article/136217-overview [Diakses pada tanggal 9 Mei
2017, 20.34]

Anda mungkin juga menyukai