DISUSUN OLEH:
Hilya Syifa Hanina
G992003071
PEMBIMBING:
dr. Retno Widiati, Sp.M
SURAKARTA
2020
Peran Mata dalam Penularan Coronavirus: Apa yang kita ketahui dan apa
yang tidak kita ketahui
Chuan-bin Sun, Yue-ye Wang, Geng-hao Liu, Eye Center, Afiliasi Kedua
Rumah Sakit Sekolah Kedokteran Universitas Zhejian, Hangzhou 310009,
Provinsi Zhejiang, China;
MORFOLOGI
Partikel CoV memiliki bentuk bulat atau elips dengan diameter sekitar 100
nm (50~200nm). Ia membawa tiga protein struktural utama (S, M, dan E) pada
selubungnya dan mengandung nukleokapsid heliks yang dibentuk oleh RNA
genomik virus dan protein N virus. Protein lonjakan (spike protein) virus memiliki
fungsi sebagai pengikatan reseptor dan fusogenik, dan penting untuk menginisiasi
infeksi CoV[1,8,12-14]. Analisis struktur tiga dimensi lebih lanjut menunjukkan
bahwa protein lonjakan terdiri dari dua subunit: S1, yang memediasi ikatan
SARS-CoV ke reseptornya pada membran sel inang, dan S2, yang memicu fusi
dari virus dan membran sel inang[11,13].
EPIDEMIOLOGI
Empat CoV manusia, yaitu HCoV-229E, HCoV-NL63, HCoV-OC43, dan
HCoV-HKU1, biasanya penularannya rendah dan terutama menginfeksi saluran
pernapasan atas dengan gejala ringan (flu biasa), sedangkan tiga CoV manusia
lainnya, yaitu SARS-CoV, MERS-CoV, dan 2019-nCoV, bersifat zoonotik dan
sangat menular, dan sebagian besar menyebabkan infeksi saluran pernapsan
bawah berat yang dapat berkembang dengan cepat menjadi pneumonia, dan telah
dikategorikan sebagai ancaman keseharan masyarakat utama[1,2,8,15,16]. Wabah
SARS pada tahun 2002 di China menyebabkan 8089 kasus dengan 774 kematian
(persentase tingkat kematian/case-fatality rate 9,6%) di 37 negara, dan wabah
MERS pada tahun 2012 di Negara-Negara Timur Tengah menyebabkan 2494
kasus dan 858 kematian (persentase tingkat kematian/case-fatality rate 34%) di 27
negara[2]. Per tanggal 24 Februari 2020, 2019-nCoV telah menyebabkan 77.262
kasus dan 2595 kematian di China, serta 2069 kasus dan 23 kematian di 29 negara
lain (total persentase tingkat kematian/case-fatality rate 3,3%)[15,16]. Oleh karena
itu, meskipun 2019-nCoV dapat menyebabkan penyakit pernapasan berat seperti
SARS dan MERS, virus tersebut kurang patogenik dibanding dengan SARS-CoV,
apalagi dibandingkan dengan MERS-CoV. Namun, jumlah pasien yang terinfeksi
2019-nCoV dalam dua bulan pertama hampir 10 kali lipat dari total pasien SARS,
yang menandakan bahwa 2019-nCoV lebih menular dari SARS-CoV dan MERS-
CoV[16].
CoV manusia terutama disebarkan oleh tetesan yang mengandung virus atau
aerosol yang dikeluarkan oleh orang yang terinfeksi ketika batuk, berbicara
dengan keras, atau bersin. Kontang langsung dengan fomite yang terkontaminasi
virus pada permukaan lingkungan juga merupakan rute penularan CoV
manusia[4,8,17]. Baru-baru ini, SARS-CoV, MERS-CoV, dan 2019-nCoV juga telah
terdeteksi pada sampel tinja pasien dengan uji RT-PCR, dan telah diisolasi dari
selaput lendir saluran gastrointestinal pada beberapa kasus[18]. Oleh karena itu, rute
fecal-oral juga dapat menjadi rute penularan SARS-CoV, MERS-CoV, dan 2019-
nCoV.
Konjungtiva mata dapat dengan mudah terpapar oleh tetesan dan fomite
yang terinfeksi saat kontak dekat dengan pasien yang terinfeksi atau melalui
tangan yang terkontaminasi. Oleh karena itu, konjungtiva dapat dihipotesiskan
sebagai pintu masuk virus-virus pernapasan dan enterik, sementara air mata dan
sekresi konjungtiva dapat mengandung virus dan menyebarkan infeksi virus
tersebut[4]. Beberapa virus pernapasan seperti adenovirus manusia (spesies D) dan
virus avian influenza (H7), dan beberapa virus enterik seperti enterovirus 70,
dapat menyebakan konjungtivitis yang sangat menular atau keratokonjungtivitis
yang dapat secara cepat menular oleh kontak langsung melalui tangan yang
terkontaminasi[4]. Namun, peran mata dalam penularan CoV manusia masih
kontroversial, yang akan dibahas dalam konteks berikut.
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis dari 2019-nCoV mirip dengan SARS dan MERS, sebagian
besar pasien mengalami demam, batuk kering, dyspnea, dan gambaran opasitas
ground-glass bilateral pada CT-scan dada[2,3,19-21]. Namun, COVID-19 jarang
menunjukkan gejala infeksi saluran pernapasan atas (rhinorrhea, bersin, sakit
tenggorokan) yang umum terjadi pada SARS dan MERS, pada beberapa pasien
COVID-19 bahkan tidak didapati gejala pernapasan saat onset penyakit, yang
tidak pernah terjadi pada SARS dan MERS[21,22]. Penelitian terbaru
mengungkapkan bahwa COVID-19 kadang-kadang dimanifestasikan sebagai
gejala infeksi enterik seperti diare, sedangkan sekitar 20%~25% pasien MERS
atau SARS mengalami diare[22]. Bahkan, lebih dari 80% pasien COVID-19
bermanifestasi sebagai pneumonia ringan atau sedang, dan pasien COVID-19
berat sebagian besar terjadi pada usia 60 tahun ke atas dengan setidaknya satu dari
gangguan mendasar, seperti gangguan kardiovaskular, diabetes, penyakit paru
obstruktif kronis, dan hipertensi[21].
MANIFESTASI OFTALMIK
Konjungtiva dapat terinfeksi oleh beberapa virus pernapasan seperti virus
herpes, adenovirus, virus influenza, dan beberapa virus enterik seperti enterovirus
70. Air mata dan sekresi okular dari orang yang terinfeksi dapat mengandung
virus dan memerankan peran sebagai sumber penularan[4]. Namun, mata jarang
terlibat dalam infeksi CoV manusia. Sampai saat ini, hanya empat kasus
konjungtivitis yang dilaporkan pada infeksi HCoV-NL3, dan lima kasus
konjungtivitis pada infeksi 2019-nCoV, sedangkan tidak terdapat kasus
konjungtivitis atau komplikasi okular lainnya yang terkonfirmasi pada infeksi
SARS-CoV dan MERS-CoV[4,23-27].
Sejauh ini, keberadaan CoV manusia pada air mata dan kerokan konjungtiva
yang terdeteksi pada pasien SARS-CoV dan 2019-nCoV masih diperdebatkan [4,23-
27]
. Loon dan rekan-rekannya mendeteksi SARS-CoV dalam sampel air mata dari
36 pasien dengan suspek SARS (delapan pasien terkonfirmasi positif kemudian)
dengan uji RT-PCR[28]. Hasil SARS-CoV positif hanya pada tiga dari delapan
kasus SARS. Tiga pasien dengan hasil SARS-CoV positif dalam air mata diambil
sampelnya pada fase awal penyakit mereka (masing-masing pada hari ke-3, 4, dan
9 setelah demam), sedangkan lima kasus SARS lainnya dengan hasil SARS-CoV
negatif dalam air mata diambil sampelnya pada fase lanjut (rata-rata 19,4 hari)
dari penyakit mereka. Hampir pada saat yang sama, Lam dan rekan-rekannya
melaporkan hasil SARS-CoV negatif dalam sampel air mata dan kerokan
konjungtiva dari 20 pasien kemungkinan terinfeksi SARS (17 pasien
terkonfirmasi positif kemudian) oleh RT-PCR dan kultur virus[29]. Dari 17 pasien
terkonfirmasi SARS, 6 kasus direkrut saat minggu pertama penyakit, 8 kasus saat
minggu kedua penyakit, dan 3 kasus saat minggu ketiga penyakit. Baik RNA
SARS-CoV yang dideteksi dengan RT-PCR maupun SARS-CoV yang diisolasi
dalam kultur virus pada semua sampel air mata dan kerokan konjungtiva. Leong
dan rekan-rekannya mendeteksi SARS-CoV pada 126 spesimen konjungtiva dari
64 pasien SARS dalam fase penyembuhan dengan uji RT-PCR, hasilnya tidak ada
pasien yang terdeteksi positif SARS-CoV dalam sampel konjungtivanya[18].
Pada tanggal 22 Januari 2020, seorang spesialis pernapasan asal China
mengunjungi Wuhan sebagai seorang anggota panel ahli pneumonia nasional,
mengklaim dirinya terinfeksi 2019-nCoV meskipun sudah memakai pakaian
pelindung dan masker N95[30]. Gejala pertama adalah konjungtivitis unilateral,
diikuti perkembangan gejala catarrhal dan demam dua sampai tiga jam kemudian.
Ia berhipotesis bahwa 2019-nCoV kemungkinan pertama kali menginfeksi
konjungtiva, lalu menyebar dan menyebabkan pneumonia. Segera setelah
laporannya, petugas kesehatan di China didesak untuk menggunakan pelindung
mata saat mereka sedang kontak dekat dengan pasien ataupun suspek COVID-19.
Namun, Chen dan rekannya, dalam preprint mereka yang dipublikasikan di
medRvix, melaporkan bahwa konjungtivitis diidentifikasi hanya pada satu pasien
dari 63 kasus terkonfirmasi dan 4 kasus suspek COVID-19 [23]. Konjungtivitis juga
merupakan gejala pertama pada pasien terinfeksi 2019-nCoV tersebut. Namun, tes
2019-nCoV dengan RT-PCR dari sampel swab konjungiva menunjukkan hasil
yang positif pada satu kasus COVID-19 tanpa konjungitivits dan kemungkinan
positif pada dua kasus COVID-19 tanpa konjungitivits. Tidak ada dari ketiga
pasien tersebut yang memiliki gejala okular. RNA 2019-nCoV tidak terdeteksi
pada sampel swab konjungtiva dari pasien COVID-19 dengan konjungtivitis, yang
merupakan seorang dokter spesialis anestesi. Gejala okular pasien tersebut muncul
setelah melakukan intubasi trakea untuk seorang pasien yang terkonfirmasi
COVID-19 kemudian, gejala kemudian diikuti dengan demam dan batuk.
Sayangnya, alat pelindung diri yang digunakan oleh spesialis anestesi tersebut
selama prosedur intubasi trakea hanya masker bedah, topi, dan sarung tangan,
tanpa gaun, pelindung wajah, atau goggle. Kelima rekannya juga terinfeksi oleh
pasien yang sama, namun tidak satu pun dari mereka yang mengalami komplikasi
pada mata.
Baru-baru ini, dua grup penelitian dari China hampir secara bersamaan
melaporkan kasus konjungtivitis dan positif 2019-nCoV dalam sampel swab
konjungtiva dari pasien COVID-19[10,30]. Sun dan rekannya, dalam preprint
mereka yang dipublikasikan di medRvix, melaporkan kasus konjungtivitis pada
dua pasien dari 72 kasus terkonfirmasi COVID-19, namun, adanya 2019-nCoV
yang terdeteksi pada sampel swab konjungtiva oleh RT-PCR ditemukan hanya
pada satu pasien yang merupakan seorang perawat yang berkerja di Instalasi
Gawat Darurat[10]. Pasien ini mengalami mata berair yang berlebihan disertai mata
merah pada kedua mata yang merupakan manifestasi khas konjungtivitis virus,
satu hari kemudian muncul gejala demam dengan suhu 38,2oC. Uji RT-PCR untuk
mendeteksi 2019-nCoV pada sampel swab konjungtiva dan orofaring yang
diambil 6 hari setelah onset konjungtivitis menunjukkan hasil positif , tetapi
sampel yang diambil 10, 19, dan 21 hari setelah onset konjungtivitis menunjukkan
hasil negatif. Shen dan rekannya melaporkan kasus konjungitivitis unilateral pada
satu dari 30 pasien terkonfirmasi COVID-19, sampel swab konjungtiva yang
diambil 3 dan 5 hari setelah onset COVID-19 menunjukkan hasil positif 2019-
nCoV oleh RT-PCR, sedangkan 58 sampel swab konjungtiva dari 29 pasien
COVID-19 lain menunjukkan hasil negatif[30]. Namun, 2019-nCoV tidak berhasil
diisolasi dan dikultur dari sampel swab konjungtiva pasien COVID-19 dengan
konjungtivitis. Terlebih lagi, 55 dari 60 sampel dahak dari 30 kasus COVID-19
menunjukkan hasil uji PCR positif 2019-nCoV.
Meskipun air mata dilaporkan oleh WHO pada 2003 sebagai satu dari cairan
tubuh yang mungkin mengandung SARS-CoV, infektivitas dan kepentingan
klinisnya masih belum dipahami[31]. Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa
CoV manusia yang sangat menular (terutama SARS-CoV dan 2019-nCoV) jarang
terdeteksi oleh RT-PCR, dan tidak pernah diisolasis oleh kultur virus, dalam air
mata dan sekresi konjungtiva atau discharge dari pasien SARS dan COVID-19[23-
30,32]
. Oleh karena itu, sulit untuk menilai infeksi dari air mata dan sekresi
konjungtiva dan peran mereka dalam penyebaran virus.
Hasil positif yang rendah dari RNA CoV manusia oleh RT-PCR dalam air
mata dan kerokan konjungtiva dari pasien SARS dan COVID-19 mungkin
memiliki beberapa interpretasi. Pertama, sensitivits tes RT-PCR masih harus
ditingkatkan. Laporan sebelumnya tentang sensitivitas RT-PCR berkisar antara
50% sampai 60%[29,33]. Beberapa pasien suspek 2019-nCoV sering kali melakukan
2-3 tes swab nasofaring ulang sebelum akhirnya memberikan hasil positif. Masih
diperlukan tes PCR yang sangat sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis infeksi
CoV manusia. Kedua, sampelnya tidak diambil pada waktu yang tepat. Bukti
terbaru mengungkapkan bahwa hasil positif RNA CoV manusia terdapat pada
sampel yang diambil pada awal perjalanan penyakitnya, sedangkan hasil negatif
terdapat pada sampel yang diambil pada fase lanjut aau fase pemulihan
penyakit[29]. de Wit dan rekannya mendemonstrasikan, berdasarkan studi model
rhesus macaque mereka, RNA MERS-CoV dapat terdeteksi pada konjungtiva
hanya dalam 6 hari setelah infeksi[34]. Oleh karena itu, masuk akal untuk
berhipotesis bahwa virus dan asam nukleatnya hanya terdapat pada periode waktu
yang singkat, atau bahwa sekresi virus dalam air mata hanya muncul saat fase
awal penyakit ini. Ketiga, teknik pengambilan sampel mungkin tidak tepat. WHO
sangat merekomendasikan untuk hanya menggunakan swab serat sintesis dengan
tangkai plastik daripada swab kalsium alginat atau swab dengan tangkai kayu
untuk pengambilan spesimen, karena bahan dua swab terakhir kemungkinan
mengandung zat yang dapat menonaktifkan beberapa virus dan menghambat uji
PCR[35]. Anestesi topikal juga tidak dianjurkan untuk pengambilan sampel air
mata dan kerokan konjungtiva, karena agen anestesi topikal kemungkinan juga
memiliki pengaruh negatif terhadap viabilitas virus[35]. Keempat, volume air mata
yang dikumpulkan ketika pengambilan sampel mungkin juga berpengaruh
terhadap kepositifan uji RT-PCR. Kelima, kontribusi dari agen antimikroba dalam
air mata seperti laktoferin dan IgA sekretori, serta pembilasan air mata, yang
membantu menghilangkan virus pada permukaan mata ke dalam rongga hidung
melalui duktus nasolakrimalis. Laktoferin dapat menghambat ikatan SARS-CoV
terhadap reseptornya, enzim pengonversi angiotensin 2 (angiotensin-converting
enzym 2/ACE2), dengan mencegah perlekatan virus terhadap proteoglikan
heparan sulfat (HSPGs)[36]. IgA sekretori merupakan elemen antimikroba penting
lainnya dalam air mata yang membantu membunuh bakteri dan virus, penelitian
sebelumnya mengungkapkan bahwa kadar IgA sekretori dalam air mata
menunjukkan peningkatan yang signifikan 6 hari setelah inokulasi virus
konjungtiva pada model hewan[37].
KESIMPULAN
Wabah SARS-CoV, MERS-CoV, dan yang baru-baru diidentifikasi yaitu
2019-nCoV telah menjadi ancaman kesehatan di dunia. Walaupun, tetesan
pernapasan dan kontak langsung telah diidentifikasi sebagai rute utama penularan
tiga penyakit infeksi CoV manusia di atas, peran mata dalam penularan CoV
manusia masih dalam tahap pembahasan. Mengingat konjungtiva mata dapat
dengan mudah terpapar oleh tetesan dan fomite yang terinfeksi saat kontak dekat
dengan pasien yang terinfeksi atau tangan yang terkontaminasi, mukosa dari
permukaan mata dan saluran pernapasan bagian atas terhubung oleh duktus
nasolakrimalis yang memiliki reseptor yang sama untuk beberapa virus
pernapasan. Didalilkan bahwa mata memainkan tiga peran dalam infeksi CoV
manusia. Pertama, mata merupakan organ target CoV manusia. Kedua,
konjungtiva dapat menjadi tempat masuk atau tempat transfer CoV manusia untuk
menginfeksi saluran napas. Ketiga, air mata dan sekresi atau discharge
konjungtiva dapat menjadi media penyebaran CoV manusia. Namun, mata jarang
terlibat pada infeksi SARS-CoV, MERS-CoV, dan 2019-nCoV, konjungtivitis
dilaporkan terjadi hanya lima kasus pada pasien COVID-19, tetapi tidak pernah
terkonfirmasi terjadi pada pasien SARS dan MERS, yang menyiratkan bahwa
mata bukanlah organ utama infeksi CoV manusia, juga bukan pintu masuk utama
untuk CoV menginfeksi saluran pernapasan. Meskipun cukup jarang,
kemungkinan tidak dapat dikecualikan bahwa patogen yang terpapar ke mata
mungkin ditransfer ke mukosa hidung dan nasofaring lewat air mata melalui
duktus nasolakrimalis, dan kemudian menginduksi infeksi saluran pernapasan,
karena SARS gejala ringan sampai sedang dapat dikembangkan pada model kera
cynomolgus dengan inokuasi SARS-CoV hiung dan konjungtivaa, sama seperti
yang diinduksi oleh inokulasi SARS-CoV hidung dan bronkial [4,50]. Selain itu,
tingkat positif yang rendah dari tes RNA CoV dengan RT-PCR pada air mata dan
kerokan konjungtiva dari pasien SARS dan COVID-19 mungkin berhubungan
dengan sensitivitas yang relatif rendah dari teknik RT-PCR dan waktu yang tidak
tepat saat pengambilan sampel. Oleh karena itu, hasil RT-PCR negatif saat ini
tidak dapat mengecualikan kemungkinan adanya SARS-CoV dan 2019-nCoV
pada sampel air mata dan konjungtiva. Mengingat kontak dekat antara dokter dan
pasien sangat umum terjadi dalam praktik mata, yang dapat memungkinkan untuk
menularkan COV manusia melalui tetesan dan fomite, maka menjaga kebersihan
tangan dan menggunakan alat perlindungan diri sangat dianjurkan untuk petugas
kesehatan untuk menghindari penularan virus terkait rumah sakit selama praktik
mata berlangsung.
REFERENSI
1. Chen Y, Liu Q, Guo D. Emerging coronaviruses: Genome structure,
replication, and pathogenesis. J Med Virol. 2020;92(4):418-423.
2. Swerdlow DL, Finelli L. Preparation for Possible Sustained Transmission of
2019 Novel Coronavirus: Lessons From Previous Epidemics. JAMA.
2020:10.1001/jama.2020.1960.
3. Wu F, Zhao S, Yu B, Chen Y-M, Wang W, Song Z-G, Hu Y, Tao Z-W, Tian
J-H, Pei Y-Y, Yuan M-L, Zhang Y-L, Dai F-H, Liu Y, Wang Q-M, Zheng J-
J, Xu L, Holmes EC, Zhang Y-Z. A new coronavirus associated with human
respiratory disease in China. Nature. 2020:10.1038/s41586-41020-42008-
41583.
4. Belser JA, Rota PA, Tumpey TM. Ocular tropism of respiratory viruses.
Microbiol Mol Biol Rev. 2013;77(1):144-156 .
5. Pedrosa PBS, Cardoso TAO. Viral infections in workers in hospital and
research laboratory settings: a comparative review of infection modes and
respective biosafety aspects. Int J Infect Dis. 2011;15(6):e366-e376.
6. Lee PI, Hsueh PR. Emerging threats from zoonotic coronaviruses-from SARS
and MERS to 2019-nCoV. J Microbiol Immunol Infect. 2020:S1684-
1182(1620)30011-30016.
7. Li F. Structure, Function, and Evolution of Coronavirus Spike Proteins. Annu
Rev Virol. 2016;3(1):237-261.
8. Habibzadeh P, Stoneman EK. The Novel Coronavirus: A Bird's Eye View. Int
J Occup Environ Med. 2020;11(2):65-71.
9. Special Expert Group for Control of the Epidemic of Novel Coronavirus
Pneumonia of the Chinese Preventive Medicine. An update on the
epidemiological characteristics of novel coronavirus pneumoniaCOVID-
19. Zhonghua Liu Xing Bing Xue Za Zhi. 2020;41(2): 139-144.
10. Zhou P, Yang X-L, Wang X-G, Hu B, Zhang L, Zhang W, Si H-R, Zhu Y, Li
B, Huang C-L, Chen H-D, Chen J, Luo Y, Guo H, Jiang R-D, Liu M-Q, Chen
Y, Shen X-R, Wang X, Zheng X-S, Zhao K, Chen Q-J, Deng F, Liu L-L, Yan
B, Zhan F-X, Wang Y-Y, Xiao G-F, Shi Z-L. A pneumonia outbreak
associated with a new coronavirus of probable bat origin. Nature.
2020:10.1038/s41586-41020-42012-41587.
11. Lu R, Zhao X, Li J, Niu P, Yang B, Wu H, Wang W, Song H, Huang B, Zhu
N, Bi Y, Ma X, Zhan F, Wang L, Hu T, Zhou H, Hu Z, Zhou W, Zhao L,
Chen J, Meng Y, Wang J, Lin Y, Yuan J, Xie Z, Ma J, Liu WJ, Wang D, Xu
W, Holmes EC, Gao GF, Wu G, Chen W, Shi W, Tan W. Genomic
characterisation and epidemiology of 2019 novel coronavirus: implications
for virus origins and receptor binding. Lancet. 2020:S0140-
6736(0120)30251-30258.
12. Nakagawa K, Lokugamage KG, Makino S. Viral and Cellular mRNA
Translation in Coronavirus-Infected Cells. Adv Virus Res. 2016;96:165-192
[PMID: 27712623 PMCID: PMC5388242 DOI:
10.1016/bs.aivir.2016.08.001].
13. Heald-Sargent T, Gallagher T. Ready, set, fuse! The coronavirus spike
protein and acquisition of fusion competence. Viruses. 2012;4(4):557-580.
14. Masters PS. The molecular biology of coronaviruses. Adv Virus Res.
2006;66:193-292.
15. China CDC. Tracking the Epidemic. 2020. Available from:
http://weekly.chinacdc.cn/news/ TrackingtheEpidemic.htm?
from=timeline#Beijing%20Municipality% 20Update.
16. The Novel Coronavirus Pneumonia Emergency Response Epidemiology
Team. The epidemiological characteristics of an outbreak of 2019 novel
coronavirus diseases (COVID-19) in China. Chinese Journal of
Epidemiology. 2020;41(2): 145-151.
17. Wang F-S, Zhang C. What to do next to control the 2019-nCoV epidemic?
Lancet. 2020;395(10222):391-393.
18. Leong HN, Chan KP, Khan AS, Oon L, Se-Thoe SY, Bai XL, Yeo D, Leo
YS, Ang B, Ksiazek TG, Ling AE. Virus-specific RNA and antibody from
convalescent-phase SARS patients discharged from hospital. Emerg Infect
Dis. 2004;10(10):1745-1750.
19. Wang D, Hu B, Hu C, Zhu F, Liu X, Zhang J, Wang B, Xiang H, Cheng Z,
Xiong Y, Zhao Y, Li Y, Wang X, Peng Z. Clinical Characteristics of 138
HospitalizedPatients With 2019 Novel Coronavirus-Infected Pneumonia in
Wuhan, China. JAMA. 2020:10.1001/jama.2020.1585.
20. Chen N, Zhou M, Dong X, Qu J, Gong F, Han Y, Qiu Y, Wang J, Liu Y, Wei
Y, Xia Ja, Yu T, Zhang X, Zhang L. Epidemiological and clinical
characteristics of 99 cases of 2019 novel coronavirus pneumonia in Wuhan,
China: a descriptive study. Lancet. 2020:S0140- 6736(0120)30211-30217.
21. Guan W-j, Ni Z-y, Hu Y, Liang W-h, Ou C-q, He J-x, Liu L, Shan H, Lei C-l,
Hui DSC, Du B, Li L-j, Zeng G, Yuen K-Y, Chen R-c, Tang C-l, Wang T,
Chen P-y, Xiang J, Li S-y, Wang J-l, Liang Z-j, Peng Y-x, Wei L, Liu Y, Hu
Y-h, Peng P, Wang J-m, Liu J-y, Chen Z, Li G, Zheng Z-j, Qiu S-q, Luo J, Ye
C-j, Zhu S-y, Zhong N-s. Clinical characteristics of 2019 novel coronavirus
infection in China. medRxiv. 2020:2020.2002.2006.20020974.
22. Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, Zhang L, Fan G, Xu J, Gu X,
Cheng Z, Yu T, Xia J, Wei Y, Wu W, Xie X, Yin W, Li H, Liu M, Xiao Y,
Gao H, Guo L, Xie J, Wang G, Jiang R, Gao Z, Jin Q, Wang J, Cao B.
Clinical features of patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan,
China. Lancet. 2020:S0140-6736(0120)30183-30185.
23. Zhou Y, Zeng Y, Tong Y, Chen C. Ophthalmologic evidence against the
interpersonal transmission of 2019 novel coronavirus through conjunctiva.
medRxiv. 2020:2020.2002.2011.20021956 [DOI:
10.1101/2020.02.11.20021956].
24. Sun X, Zhang X, Chen X, Chen L, Deng C, Zou X, Liu W, Yu H. The
infection evidence of SARS-COV-2 in ocular surface: a single-center cross-
sectional study. medRxiv. 2020:2020.2002.2026.20027938.
25. Vabret A, Mourez T, Dina J, van der Hoek L, Gouarin S, Petitjean J, Brouard
J, Freymuth F. Human coronavirus NL63, France. Emerg Infect Dis.
2005;11(8):1225-1229.
26. Van der Hoek L, Pyrc K, Jebbink MF, Vermeulen-Oost W, Berkhout RJM,
Wolthers KC, Wertheim-van Dillen PME, Kaandorp J, Spaargaren J,
Berkhout B. Identification of a new human coronavirus. Nat Med.
2004;10(4):368-373.
27. Xia J, Tong J, Liu M, Shen Y, Guo D. Evaluation of coronavirus in tears and
conjunctival secretions of patients with SARS-CoV-2 infection. J Med Virol.
2020:10.1002/jmv.25725.
28. Loon SC, Teoh SCB, Oon LLE, Se-Thoe SY, Ling AE, Leo YS, Leong HN.
The severe acute respiratory syndrome coronavirus in tears. Br J Ophthalmol.
2004;88(7):861-863.
29. Chan WM, Yuen KSC, Fan DSP, Lam DSC, Chan PKS, Sung JJY. Tears and
conjunctival scrapings for coronavirus in patients with SARS. Br J
Ophthalmol. 2004;88(7):968-969.
30. Dai X. Peking University Hospital Wang Guangfa disclosed treatment status
on Weibo and suspected infection without wearing goggles. Xinjing
Newpaper. Jan 22, 2020. 2020. Available from: http://www.bjnews.
com.cn/news/2020/01/23/ 678189.html Cited Jan 24, 2020.
31. World Health Organization. Update 27 - One month into the global SARS
outbreak: Status of the outbreak and lessons for the immediate future. 2003
Available from: https://www.who.int/csr/sars/archive/2003_04_11/en/.
32. Bonn D. SARS virus in tears? Lancet Infect Dis. 2004;4(8):480-480.
33. Tong TR, Lam BH, Ng T-K, Lai S-T, Tong MK, Chau T-N. Conjunctiva-
upper respiratory tract irrigation for early diagnosis of severe acute
respiratory syndrome. J Clin Microbiol. 2003;41(11):5352-5352.
34. de Wit, E., van Doremalen, N., Falzarano, D., and Munster, V.J. (2016).
SARS and MERS: recent insights into emerging coronaviruses. Nature
reviews. Microbiology 14(8), 523-534. [PMID: 27344959 DOI:
10.1038/nrmicro.2016.81].
35. Centers for Disease Control and Prevention. Interim Guidelines for
Collecting, Handling, and Testing Clinical Specimens from Persons Under
Investigation (PUIs) for Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). 2020.
Available from:https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-nCoV/lab/guidelines-
clinicalspecimens. html.
36. Lang J, Yang N, Deng J, Liu K, Yang P, Zhang G, Jiang C. Inhibition of
SARS pseudovirus cell entry by lactoferrin binding to heparan sulfate
proteoglycans. PLoS One. 2011;6(8):e23710-e23710.
37. Orr-Burks N, Gulley SL, Toro H, van Ginkel FW. Immunoglobulin A as an
early humoral responder after mucosal avian coronavirus vaccination. Avian
Dis. 2014;58(2):279-286.
38. Hamming I, Timens W, Bulthuis MLC, Lely AT, Navis GJ, van Goor H.
Tissue distribution of ACE2 protein, the functional receptor for SARS
coronavirus. A first step in understanding SARS pathogenesis. J Pathol.
2004;203(2):631-637.
39. Liu L, Sun Y, Pan X, Shen W, Liu ZY, Liu YP. Expression of SARS
coronavirus S proteinfunctional receptor- angiotensin-converting enzyme 2 in
human cornea and conjunctiva. Chin Ophthal Res.2004;22(6):561-564.
40. Sun Y, Liu L, Pan X, Jing M. Mechanism of the action between the SARS-
CoV S240 protein and the ACE2 receptor in eyes. Int J Ophthalmol (GUOJI
YANKE ZAZHI). 2006; 6(4):783-786.
41. Milewska A, Nowak P, Owczarek K, Szczepanski A, Zarebski M, Hoang A,
Berniak K, Wojarski J, Zeglen S, Baster Z, Rajfur Z, Pyrc K. Entry of Human
Coronavirus NL63 into the Cell. J Virol. 2018;92(3):e01933-01917.
42. Raj VS, Mou H, Smits SL, Dekkers DHW, Müller MA, Dijkman R, Muth D,
Demmers JAA, Zaki A, Fouchier RAM, Thiel V, Drosten C, Rottier PJM,
Osterhaus ADME, Bosch BJ, Haagmans BL. Dipeptidyl peptidase 4 is a
functional receptor for the emerging human coronavirus-EMC. Nature.
2013;495(7440):251-254.
43. Milewska A, Zarebski M, Nowak P, Stozek K, Potempa J, Pyrc K. Human
coronavirus NL63 utilizes heparan sulfate proteoglycans for attachment to
target cells. J Virol. 2014;88(22):13221-13230.
44. The National Health Commission of the People's Republic of China.
“Guidelines for the Diagnosis and Treatment of Novel Coronavirus (2019-
nCoV) Infection by the National Health Commission (Trial Version 7)”.
2020. Available from:
http://www.nhc.gov.cn/xcs/zhengcwj/202003/46c9294a7dfe4cef80dc7f5912e
b198 9 /files/ ce3e6945832a438eaae415350a8ce964.pdf.
45. World Health Organization. World Health Organization Summary of
probable SARS cases with onset of illness from 1 November 2002 to 31 July
2003. 2003. Available from:
http://www.who.int/csr/sars/country/table2003_09_23/en/.
46. Zhang MC, Xie HT, Xu KK, Cao Y. Suggestions for disinfection of
ophthalmic examination equipment and protection of ophthalmologist against
2019 novel coronavirus infection. Zhonghua Yan Ke Za Zhi.
2020;56(0):E001-E001.
47. Chan WM, Liu DTL, Chan PKS, Chong KKL, Yuen KSC, Chiu TYH, Tam
BSM, Ng JSK, Lam DSC. Precautions in ophthalmic practice in a hospital
with a major acute SARS outbreak: an experience from Hong Kong. Eye
(Lond). 2006;20(3):283-289.
48. Society of Public Health Ophthalmology, C.P.M.A., Beijing
Ophthalmological, S., and Youth Committee of Beijing Ophthalmological, S.
(2020). Suggestions from ophthalmic experts on eye protection during the
novel coronavirus pneumonia epidemic. [Zhonghua yan ke za zhi] Chinese
journal of ophthalmology 56(0), E002-E002.
49. Li JPO, Lam DSC, Chen Y, Ting DSW. Novel Coronavirus disease 2019
(COVID-19): The importance of recognising possible early ocular
manifestation and using protective eyewear. Br J Ophthalmol.
2020;104(3):297-298.
50. Lawler JV, Endy TP, Hensley LE, Garrison A, Fritz EA, Lesar M, Baric RS,
Kulesh DA, Norwood DA, Wasieloski LP, Ulrich MP, Slezak TR, Vitalis E,
Huggins JW, Jahrling PB, Paragas J. Cynomolgus macaque as an animal
model for severe acute respiratory syndrome. PLoS Med. 2006;3(5):e149.