Anda di halaman 1dari 18

TUNTUNAN ISLAM HADAPI VIRUS CORONA DARI CUCI TANGAN

HINGGA LOCKDOWN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan 3

Dosen Pembimbing : Rohmat Suprapto., S.Ag.,MSI

Disusun oleh :

KELOMPOK 3

1. Sherina Oktaviani Nurlia (A2A018067)


2. Zyndi Ningtyasari (A2A018068)
3. Layli Riza Nadiyya (A2A018070)
4. Dzuriyah Muafiqoh (A2A018072)
5. Afifah Ibtisamah (A2A018074)
6. Desy Aviolina (A2A018076)
7. Muhammad Afif Shofyan (A2A018084)
8. Annur Jauhar Alharisi (A2A018086)
9. Nadya Prismita (A2A018094)

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020
Tahun 2020 merupakan tahun yang mengkhawatirkan seluruh negara, tanpa terkecuali
negara Indonesia. Hal itu disebabkan munculkan wabah virus Corona, yang bermula dari
Kota Wuhan China, dan menyebar ke seluruh penjuru dunia.

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Kebanyakan
coronavirus menginfeksi hewan dan bersirkulasi dihewan. Coronavirus menyebabkan
sejumlah besar penyakit pada hewan dan kemampuannya menyebabkan penyakit berat pada
hewan seperti babi, sapi, kuda, kucing, dan ayam. Corona juga disebut dengan virus zoonotic
yaitu virus yang ditransmisikan dari hewan ke manusia.

Coronavirus adalah sekumpulan virus dari subfamili Orthocronavirinae dalam


keluarga Coronaviridae dan ordo Nidovirales. Kelompok virus ini yang dapat menyebabkan
penyakit pada burung dan mamalia, termasuk manusia. Pada manusia, coronavirus
menyebabkan infeksi saluran pernapasan yang umumnya ringan, seperti pilek, meskipun
beberapa bentuk penyakit seperti; SARS, MERS, dan COVID-19 sifatnya lebih mematikan.

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada


manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran
pernapasan, mulai fu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara orang- orang melalui tetesan
pernapasan dari batuk dan bersin-bersin . Virus ini dapat tetap bertahan hingga tiga hari
dengan plastik dan stainless steel SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari,atau dalam
aerosol selama tiga jam . Virus ini juga telah ditemukan di feses, tetapi hingga Maret 2020
tidak diketahui apakah penularan melalui feses mungkin, dan risikonya diperkirakan rendah.

Saat ini dunia menyatakan perang lawan Corona. Suatu virus yang diketahui muncul
mula pertama di Wuhan, Cina (Shi, et al., 2020).Wabah yang dikenal dengan Coronavirus
Disease, Covid-19, melanda berbagai negara hingga menimbukan kasus ribuan manusia
meninggal dunia (Mahase, 2020). Organisasi kesehatan dunia, mengumumkan Covid 19
sebagai pandemi (Sohrabi, et al., 2020).Pemerintah Indonesia cegah tanggap dengan
mengeluarkan kebijakan belajar dari rumah, bekerja dari rumah, dan beribadah dari rumah
(Ihsanuddin, 2020). Indonesia terdapat 579 kasus, 49 meninggal, dan 30 sembuh sampai
Senin, 23 Maret 2020 (Pratiwi, 2020).
Sekarang ini sedang terjadi pandemi virus corona yang menyerang hampir seluruh
dunia dan menyebabkan kelumpuhan banyak sektor di banyak negara. Pandemi sendiri
berasal dari bahasa Yunani yang artinya penyakit orang. Sedangkan pengertian pandemi
sendiri adalah epidemi penyakit yang menyebar di wilayah yang luas, misalnya di berbagai
benua atau di seluruh dunia.

Pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya penyakit virus corona di seluruh


dunia. Penyakit ini disebabkan oleh virus corona jenis baru yaitu SARS-coV-2. Wabah
penyakit ini pertama kali terdeteksi di kota Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan
Desember 2019 dan sudah ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) sebagai
pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020. Virus ini dapat menyebabkan infeksi saluran
pernafasan hingga memiliki resiko penyakit yang serius. Menurut situs yang dikembangkan
oleh Pusat Sistem Sains dan Teknik di Johns Hopkins University per Rabu, 8 April 2020
pukul 18.04 WIB sudah terkonfirmasi sebanyak 1.446.557 kasus posisitf corona, 75.973
kasus meninggal, dan 307.982 kasus dinyatakan sembuh di seluruh dunia. Sedangkan di
Indonesia sendiri per 8 April 2020, sudah ada 2.956 kasus positif, 240 kasus meninggal, dan
222 kasus dinyatakan sembuh.
Dalam suasana Pandemic Corona ini dalam penyebarannya menurut WHO dapat
tertular melalui mulut, hidung dan mata. Sedangkan berdasarkan artikel “Can The power Of
Prayer Alone Stop a Pandemic like the Coronavirus? Even the Prophet Muhammad Thought
otherwise” mengatakan bahwa cara paling efektif dalam mengatasi peneyebaran coronavirus
ini yaitu dengan cara selalu menjaga kebersihan, serta melakukan karantina dan mengisolasi
diri dari orang lain sehingga penyebaran dapat terkurangi.

Penegakan diagnosis dimulai dari gejala umum berupa demam, batuk, dan sulit
bernapas hingga adanya kontak erat dengan Negara-negara yang sudah terinfeksi.
Pengambilan swab tenggorokan dan saluran napas menjadi dasar penegakan diagnosis
coronavirus disese. Penatalaksanaan berupa isolasi harus dilakukan untuk mencegah
penyebaran lebih lanjut.
Karakteristik Klinis
Masa inkubasi COVID-19 adalah 1 sampai 14 hari, dan pada umumnya terjadi di
harike tiga sampai hari ke tujuh. Demam, kelelahan, dan batuk kering merupakan tanda-tanda
umum infeksi corona disertai dengan gejala seperti hidung tersumbat, pilek, dan diare pada
beberapa pasien. Karena beberapa pasien yang parah tidak mengalami kesulitan bernapas
yang jelas dan datang dengan hipoksemia, sehingga ada perubahan dalam panduan ini
menjadi Dalam kasus yang parah, dispnea dan atauhipoksemia biasanya terjadi setelah satu
minggu setelah onset penyakit, dan yang lebih buruk dapat dengan cepat berkembang
menjadi sindrom gangguan pernapasan akut, syok sepsis, asidosis metabolik yang sulit
ditangani, dan perdarahan dan disfungsi koagulasi, dan lain-lain. Edisi ini menekankan bahwa
pasien dengan kondisi sakit ringan hanya mengalami demam ringan, kelelahan ringan dan
sebagainya, tetap tanpa manifestasi pneumonia.
Dalam kondisi saat ini, virus corona bukanlah suatu wabah yang bisa diabaikan begitu
saja. Jika dilihat dari gejalanya, orang awam akan mengiranya hanya sebatas influenza biasa,
tetapi bagi analisis kedokteran virus ini cukup berbahaya dan mematikan. Saat ini di tahun
2020, perkembangan penularan virus ini cukup signifikan karena penyebarannya sudah
mendunia dan seluruh negara merasakan dampaknya termasuk Indonesia.

Pemerintah dalam hal ini Kemenkes membagi 2 (dua) kluster berdasarkan surveilans dan
bukan berdasarkan wilayah geografis : pertama, orang dalam pemantauan (ODP), yaitu
seseorang yang mengalami gejala demam (≥38°C) atau memiliki riwayat demam atau ISPA
tanpa pneumonia. Selain itu seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke negara yang
terjangkit pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala juga dikategorikan sebagai orang
dalam pemantauan. Kedua, pasien dalam pengawasan(PDP) :
1. Seseorang yang mengalami memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terjangkit
pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala-gejala COVID-19 dan seseorang yang
mengalami gejala-gejala, antara lain: demam (>38°C); batuk, pilek, dan radang
tenggorokan, pneumonia ringan hingga berat berdasarkan gejala klinis dan/atau
gambaran radiologis; serta pasien dengan gangguan sistem kekebalan tubuh
(immunocompromised) karena gejala dan tanda menjadi tidak jelas.
2. Seseorang dengan demam > 38 °C atau ada riwayat demam ATAU ISPA ringan
sampai berat dan pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala, memiliki salah satu dari
paparan berikut: Riwayat kontak dengan kasus konfirmasi COVID-19, bekerja atau
mengunjungi fasilitas kesehatan yang berhubungan dengan pasien konfirmasi
COVID-19, memiliki riwayat perjalanan ke Provinsi Hubei, memiliki sejarah kontak
dengan orang yang memiliki riwayat perjalanan pada 14 hari terakhir ke Provinsi
Hubei.
Pada masa Rasulullah dan sahabat, umat Islam juga pernah menghadapi serangan
wabah penyakit. Cara Nabi Muhammad dan para sahabat dalam menghadapi wabah penyakit
banyak diterapkan di zaman modern, termasuk untuk menghadapi pandemi virus corona
atau COVID-19. Sebut saja, anjuran menjaga kebersihan dengan sering mencuci tangan juga
metode karantina yang saat ini populer dengan istilah lockdown. Dan tentu saja berdoa
kepada Allah SWT.
Berikut beberapa mekanisme pencegahan wabah penyakit dalam Islam yang bisa
diterapkan untuk mencegah penyebaran virus corona atau COVID-19,

1. Rajin cuci tangan

Hadits yang ditulis berdasarkan perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW, telah
menyarankan umat Islam rajin cuci tangan sebelum dan setelah beraktivitas. Ilmu
pengetahuan membuktikan, cuci tangan pakai sabun adalah cara efektif mencegah
infeksi virus corona atau COVID-19.

Berikut haditsnya,

a. Hadits yang dinarasikan Salman

ُ‫ك لِلنَّبِ ِّي صلى هللا عليه وسلم فََأ ْخبَرْ تُه‬ َ ِ‫ت َذل‬ ُ ْ‫ت فِي التَّوْ َرا ِة َأ َّن بَ َر َكةَ الطَّ َع ِام ْال ُوضُو ُء بَ ْع َدهُ فَ َذكَر‬ُ ‫ال قَ َرْأ‬
َ َ‫ ق‬، َ‫ع َْن َس ْل َمان‬
ُ‫ال َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم " بَ َر َكةُ الطَّ َع ِام ْال ُوضُو ُء قَ ْبلَهُ َو ْال ُوضُو ُء بَ ْع َده‬ َ َ‫ت فِي التَّوْ َرا ِة فَق‬ ُ ‫"بِ َما قَ َرْأ‬

Artinya: Dinarasikan Salman: Saya membaca di Taurat, berkah makanan ada di


wudhu setelah menyantapnya. Lalu aku mengatakannya pada Nabi Muhammad SAW
yang aku baca di Taurat. Setelah itu Rasulullah SAW mengatakan, "Berkah pada
makanan ada di dalam wudhu sebelum dan setelah menyantap hidangan." (HR
Tirmidzi).

Wudhu yang bertujuan mensucikan diri sebelum sholat, diawali cuci tangan sebelum
membersihkan bagian tubuh yang lain. Hadits ini memang punya peringkat da'if atau
darussalam, bukan shahih yang merupakan derajat tertinggi. Namun dengan kondisi
saat ini, tak ada salahnya rajin cuci tangan sebelum atau setelah beraktivitas. Apalagi
manfaat cuci tangan telah terbukti dalam berbagai riset ilmu pengetahuan.

b. Hadits yang dinarasikan Abu Huraira


‫ال " ِإ َذا ا ْستَ ْيقَظَ َأ َح ُد ُك ْم فَ ْليُ ْف ِر ْغ َعلَى يَ ِد ِه‬
َ َ‫ي صلى هللا عليه وسلم ق‬ َّ ِ‫ َأنَّهُ َأ ْخبَ َرهُ َأ َّن النَّب‬،َ‫ ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرة‬،‫ع َْن َجابِ ٍر‬
. " ُ‫َت يَ ُده‬ ْ ‫ت قَ ْب َل َأ ْن يُ ْد ِخ َل يَ َدهُ فِي ِإنَاِئ ِه فَِإنَّهُ الَ يَ ْد ِري فِي َم بَات‬
ٍ ‫ث َمرَّا‬ َ َ‫ثَال‬
Artinya: Rasulullah SAW mengatakan, "Ketika kamu bangun tidur, dia seharusnya
cuci tangan tiga kali sebelum beraktivitas karena dia tidak tahu kondisi tangannya saat
malam hari." (HR Muslim).
Hadits berderajat shahih ini kembali mengingatkan pentingnya cuci tangan sebelum
melakukan aktivitas. Cuci tangan memastikan tidak ada virus dan bakteri yang
berisiko menginfeksi tubuh.
2. Lockdown
Kebijakan lockdown ternyata sempat dilaksanakan di masa Rasulullah SAW saat muslim
mengahadapi serangan wabah. Beberapa wabah yang sempat terjadi misal kusta dan diare,
bukan virus corona atau COVID-19 seperti yang menyerang sekarang. Lockdown telah
ditulis dalam hadits.
Berikut haditsnya
a. Dilarang masuk atau keluar kota dengan wabah
ُ‫ فِ َرارًا ِم ْنه‬،‫ َوَأ ْنتُ ْم بِهَا فَالَ ت َْخ ُرجُوا‬،‫ض‬
ٍ ْ‫ َوِإ َذا َوقَ َع بَِأر‬،‫ فَالَ تَ ْق َد ُموا َعلَ ْي ِه‬،‫ض‬
ٍ ْ‫فَِإ َذا َس ِم ْعتُ ْم بِ ِه بَِأر‬
Artinya: "Jika kalian mendengar tentang thoún di suatu tempat maka janganlah
mendatanginya, dan jika mewabah di suatu tempat sementara kalian berada di situ
maka janganlah keluar karena lari dari thoún tersebut." (HR Bukhari).
Hadits ini dinarasikan Usama bin Zaid dengan derajat yang shahih. Thoun adalah
wabah yang mengakibatkan penduduk sakit dan berisiko menular, jika penduduk kota
tersebut terus mobile.
b. Hikmah bagi muslim yang tidak kabur wilayah dengan wabah
‫"قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم " الطَّاعُونُ َشهَا َدةٌ لِ ُك ِّل ُم ْسلِ ٍم‬
Artinya: "Rasulullah SAW mengatakan, kematian akibat wabah adalah syahid bagi
tiap muslim." (HR Bukhari)
Hadits ini dinarasikan Anas bin Malik dengan derajat yang shahih. Dengan tetap
berada di wilayahnya, seorang muslim menekan risiko penularan pada orang lain.
3. Sholat dengan masker

Ibadah tentunya jangan sampai tidak dilakukan meski dalam serangan wabah, apalagi untuk
sholat wajib. Dalam fatwanya MUI telah menyatakan, Sholat Jumat yang biasanya dilakukan
berjamaah bisa diganti dengan sholat dzuhur di rumah masing-masing. Peraturan ini
bertujuan menekan risiko penularan virus corona atau COVID-19 jika berada di kerumunan
orang.
Terkait pandemi virus corona atau COVID-19 yang terjadi sekarang, penggunaan masker
menjadi senjata utama mencegah infeksi. Mungkinkah sholat menggunakan masker dalam
kondisi seperti saat ini?

"Bisa," kata Sekretaris Komisi Fatwa MUI atau Majelis Ulama Indonesia DR HM Asrorun
Ni'am Sholeh MA dalam pesan pendek yang diterima detikcom.

Hukum sholat dengan daerah sekitar mulut dan hidung tertutup sebetulnya makruh
berdasarkan empat mahdzab. Di Indonesia saat ini ada mahdzab Syafii, Maliki, Hambali, dan
Hanafi. Ketetapan ini tentunya bisa berubah sesuai dengan kondisi infeksi virus corona yang
dihadapi muslim.

Mengantisipasi dan mengurangi jumlah penderita virus corona di Indonesia sudah


dilakukan di seluruh daerah. Diantaranya dengan memberikan kebijakan membatasi aktifitas
keluarrumah, kegiatan sekolah di-rumah-kan, bekerja dari rumah (work from home), bahkan
kegiatan beribadah pun dirumahkan. Hal ini sudah menjadi kebijakan pemerintah
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang sudah dianalisa dengan maksimal tentunya.

Hingga kini belum ada obat spesifik untuk menghadapi virus corona, dan ituah yang
menjadi masalah kesehatan. Pada masa Rasulullah dan sahabat sahabatnya pernah mengelami
kejadian seperti ini tiba tiba datangnya suatu wabah penyakit. Dan cara nabi untuk
menghadapi wabah tersebut yaitu dengan cara menjaga kebersihan seperti cuci tangan,
melakukan lockdown kebijakan ini juga sempat dilaksanakan pada masa Rasulullah,
melakukan ibadah atau sholat, dan menggunakan masker.
Agama mempunyai peran yang cukup penting dalam menghadapi segala aspek
kehidupan. Dalam situasi apapun, kegiatan keagamaan menjadi wujud dari eksistensi
komunitasnya. Belum lama ini, misalnya, Jemaah Tabligh menggelar acara Ijtima Ulama
Dunia Zona Asia (19-22 Maret 2020) di Pakatto (Kabupaten Gowa), Sulawesi Selatan.
Pesertanya berasal dari 48 negara. Tak kurang dari 8.000 jemaah hadir di acara tersebut.
Padahal saat ini Indonesia sedang berupaya mencegah penyebaran virus corona (Covid-19)
yang sudah menjadi pandemi ini.
Secara keagamaan, cara pandang Syekh ini bisa jadi mengacu pada Hadis Sahih di
dalam Bukhari dan Muslim yang berbunyi, “Tidak ada penularan”. Bagi yang meyakini hadis
itu tentu akan mengatakan bahwa mempercayai virus sebagai contagion akan merusak akidah
sebab bagi mereka tidak ada kuasa atau material lain yang bisa membuat seseorang sakit
kecuali Allah. Jadi penyakit adalah kehendak Allah dan mereka yang mendapat sakit adalah
ujian dari Allah (Mohamed Imran Mohamed Taib, 2020).
Meski begitu, pemikiran keagamaan terhadap wabah itu bukanlah pemahaman
tunggal. Dalam sejarah pemikiran Islam, kita juga mengenal nama Lisan-ad-Din Ibn al-
Khatib (1313-1375)–seorang ilmuwan dan penasihat Sultan Muhammad ke-5 dimasa
pemerintahan Islam di Granada, Andalusia pada abad ke-14.
Ibnu al-Khatib merupakan ilmuwan pertama yang memperkenalkan ‘teori contagion”.
Dengan menggunakan kaedah sains alam, dan berdasarkan pengalaman dari pengamatan atas
wabah Black Death yang menimpa Eropa, termasuk Andalusia di abad ke-14, al-Khatib
menolak dengan keras pandangan ulama konservatif terkait kepasrahan kepada Allah dalam
menyikapi wabah penyakit menular. Baginya, penyebab wabah mesti dibuktikan melalui
data, kajian, renungan, dan penglihatan secara mendalam (Mohamed Imran Mohamed Taib,
2020).
Dalam sejarah peradaban Islam terdapat dua corak pemikiran yang saling
berseberangan. Pertama adalah corak pemikiran yang berlandaskan pada postulat agama dan
menjelaskan segala hal dari sudut pandang teologi ataupun fikih. Kedua ialah corak
pemikiran yang terbuka kepada kajian empirikal sehingga jawabannya mengalir dari bukti
dan bukan atas dasar penerimaan secara dogmatic (Mohamed Imran Mohamed Taib, 2020).
Merujuk pada ulasan di atas, maka Ijtima Ulama Dunia Zona Asia yang diadakan oleh
Jemaah Tabligh di tengah mewabahnya virus Covid-19 itu adalah bukti nyata dari corak
pemikiran al-bayan. Juga, tak sedikit masjid di sekitar Jakarta dan Depok tempat kami
tinggal memiliki corak pemikiran al-bayan.
Syukurnya sebagian besar gerakan Islam dan para ulama yang mempunyai wawasan
luas, khususnya Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Muhammadiyah, mengambil
pendekatan al-burhan. Mereka mengimbau semua umat Islam untuk sholat di rumah. MUI
melalui Komisi Fatwa juga mengimbau umat Muslim di wilayah yang terdapat kasus infeksi
virus Covid-19 untuk tidak menunaikan shalat wajib lima waktu secara berjamaah di masjid.
Dengan demikian, sementara kita berdoa di rumah masing-masing sebagai bagian dari
cara untuk melakukan sosial distancing, lockdown, atau apa pun istilahnya, biarkanlah corak
pemikiran al-burhan yang mengambil peran dalam memerangi virus yang sudah menjadi
pandemi ini, karena Allah pun melalui wahyu telah memerintahkan manusia untuk
menggunakan akalnya dalam mengatasi konteks zaman.
Dalam Islam, kesehatan dan keamanan disejajarkan dengan kebutuhan pangan. Ini
menunjukan bahwa kesehatan dan keamanan statusnya sama sebagai kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi. Mengatasi pandemi, tak mungkin bisa melepaskan diri dari performa
kesehatan itu sendiri. Maka beginilah cara Islam mengatasi pandemi dapat dijelaskan dalam
beberapa poin sebagai berikut:
1. Edukasi prefentif dan promotif
Islam adalah agama pencegahan. Telah banyak disebutkan bahwa Islam mewajibkan
kaum muslim untuk ber-ammar ma’ruf nahiy munkar. Yakni menyeru kepada
kebaikan dan mencegah kepada kemunkaran. Pembinaan pola baku sikap dan perilaku
sehat baik fisik, mental maupun sosial, pada dasarnya merupakan bagian dari
pembinaan Islam itu sendiri. Dalam hal ini keimanan yang kuat dan ketakwaan
menjadi keniscayaan.
Islam memang telah memerintahkan kepada setiap orang untuk mempraktekan gaya
hidup sehat, pola makan sehat dan berimbang serta perilaku dan etika makan.
Oleh karena itu, Negara memiliki peran untuk senantiasa menjaga perilaku sehat
warganya. Selain itu, pemerintah juga mengedukasi agar ketika terkena penyakit
menular, disarankan menggunakan masker. Dan beberapa etika ketika sakit
lainnya.Hal ini sangat membantu pemulihan wabah penyakit menular dengan cepat.
Karena warga daulah telah membangun sistem imun yang luar biasa melalui pola
hidup sehat.
2. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Pelayanan dan kesehatan berkualitas hanya bisa direalisasikan jika didukung dengan
sarana dan prasarana kesehatan yang memadai serta sumber daya manusia yang
profesional dan kompeten. Penyediaan semua itu menjadi tanggung jawab dan
kewajiban negara. Karenanya negara wajib membangun berbagai rumah sakit, klinik,
laboraturium medis, apotik, lembaga litbang kesehatan, sekolah kedokteran, apoteker,
perawat, bidan serta sekolah kesehatan lainnya yang menghasilkan tenaga medis.
Negara juga wajib mengadakan pabrik pabrik yang memproduksi peralatan medis dan
obat-obatan, menyediakan SDM kesehatan baik dokter, apoteker, perawat, psikiater,
akupunkturis, penyuluh kesehatan dan lain sebagainya.
Dengan demikian, apabila terjadi kasus wabah penyakit menular dapat dipastikan
negara dengan sigap akan membangun rumah sakit untuk mengkarantina penderita,
atau membangun tempat karantina darurat. Serta mendatangkan bantuan tenaga medis
yang handal dan profesional untuk membantu agar wabah segera teratasi.
3. Membangun Sanitasi Yang Baik
Tidak dapat dipungkiri, bahwa sanitasi yang buruk juga menyumbang terjadinya
wabah penyakit menular. Pada masa eropa mengalami masa the dark age, warga eropa
masih membuang hajat di sungai-sungai sehingga pernah dalam sejarah terjadi wabah
kolera di sana.
Syariah sangat concern terhadap kebersihan dan sanitasi seperti dibahas dalam
hukum-hukum thaharah. Kebijakan kesehatan Khilafah juga diarahkan bagi
terciptanya lingkungan yang sehat dan kondusif. Tata kota dan perencanaan ruang
akan dilaksanakan dengan senantiasa memperhatikan kesehatan, sanitasi, drainase,
keasrian dsb.
Di samping itu juga ada larangan membangun rumah yang menghalani lubang masuk
udara rumah tetangga. Beberapa hadis di atas mengisyaratkan pengaturan pengelolaan
sampah dan limbah yang baik, tata kelola drainase dan sanitasi lingkungan yang
memenuhi standar kesehatan dan pengelolaan tata kota yang higienis, nyaman
sekaligus asri.
4. Membangun Ide Karantina
Dalam sejarah, wabah penyakit menular sudah terjadi pada masa Rasulullah
SAW. Wabah tersebut adalah kusta yang menular dan mematikan dan belum ada
obatnya. Untuk mengatasi wabah tersebut salah satu upaya Rasulullah adalah dengan
menerapkan karantina atau isolasi terhadap penderita. Ketika itu Rasul
memerintahkan untuk tidak dekat-dekat atau melihat para penderita kusta tersebut.
Dengan demikian, metode karantina telah diterapkan sejak zaman Rasulullah
untuk mencegah wabah penyakit menular menjalar ke wilayah lain. Untuk
memastikan perintah tersebut dilaksanakan, Rasul membangun tembok di sekitar
daerah wabah.
Rasulullah juga pernah memperingatkan umatnya untuk jangan mendekati
wilayah yang sedang terkena wabah. Sebaliknya, jika sedang berada di tempat yang
terkena wabah, mereka dilarang untuk keluar. Beliau bersabda:

“Jika kalian mendengar wabah terjadi di suatu wilayah, janganlah kalian memasuki
wilayah tersebut. Sebaliknya jika wabah itu terjadi di tempat kalian tinggal,
janganlah kalian meninggalkan tempat itu” (HR. Al-Bukhari).

Dari hadits tersebut maka negara Khilafah akan menerapkan kebijakan karantina dan
isolasi khusus yang jauh dari pemukiman penduduk apabila terjadi wabah penyakit
menular. Ketika diisolasi, penderita diperiksa secara detail. Lalu dilakukan langkah-
langkah pengobatan dengan pantauan ketat. Selama isolasi, diberikan petugas medis
yang mumpuni dan mampu memberikan pengobatan yang tepat kepada penderita.
Petugas isolasi diberikan pengamanan khusus agar tidak ikut tertular.Pemerintah pusat
tetap memberikan pasokan bahan makanan kepada masyarakat yang terisolasi.
5. Islam Menginspirasi Negara Menciptakan Vaksin
Islam memasukan konsep Qadar sebagai salah satu yang harus diyakini. Allah
telah tetapkan terkait gen, mekanisme mutasi, dampak fisiologi sebuah virus tertentu.
Dari situ, kita tahu bagaimana mekanisme penyakit. Contohnya, identifikasi terhadap
kuman Mycobacterium sebagai penyebab TBC yang menyerang paru, dan kita bisa
pelajari antibiotik untuk mengobatinya dan juga mengenali mutasi kuman kuman
Mycobacterium TB sehingga bisa menjadi resisten. Ukuran-ukuran ini yang bisa
dipelajari dan digunakan untuk memprediksi resiko penyakit. Dan dari situ dapat
diteliti obat/ vaksinasinya.
Umat Islam terdahulu mengembangkan ikhtiar baru mengatasi Pandemi, yakni
vaksinasi. Cikal bakal vaksinasi itu dari dokter-dokter muslim zaman Khilafah
Utsmani, bahkan mungkin sudah dirintis di jaman Abbasiyah.
Sebagai muslim kita harus waspada dan optimis sekaligus. Waspada, bahwa virus
corona ini bisa juga menyebar ke negeri-negeri muslim yang lambat mengantisipasi.
Namun juga optimis bahwa untuk setiap penyakit, Allah pasti juga menurunkan
obatnya.
Negara akan mengintensifkan upaya menemukan vaksin Corona, lalu
menawari Cina bantuan mengatasi pandemi corona, baru kemudian memaksa Cina
mengubah politiknya, dari yang tidak pro Muslim, ke pro Muslim, contohnya kasus
Uighur. Sekaligus agar Cina membuka pintu untuk dakwah Islam yang seluas-
luasnya.
Menghadapi wabah virus ini, kaum muslim dituntut untuk bersikap sebagaimana
tuntunan syariah yang tercermin dalam sikap ridha terhadap qadha' Allah. Berangkat dari
keridhaan inilah, kaum muslim akan sampai pada kata sabar dan semakin bergantung kepada
Allah dengan memperbanyak ibadah, dzikir dan doa. Karena bagaimanapun, Dia lah satu-
satunya dzat yang berkehendak penuh atas segala yang terjadi di muka bumi ini.
Upaya-upaya taqarrub diatas harus dibarengi dengan ikhtiar atau usaha dari manusia.
Mengingat virus covid 19 bisa menular melalui droplet air liur ketika berbicara atau bersin,
maka pencegahan bisa dilakukan dengan lebih menjaga kebersihan (anjuran untuk sering
mencuci tangan dengan sabun) dan menjaga jarak ketika berinteraksi (sosial distancing).

Dalam menghadapi wabah (pandemi) Covid-19 ini, kaum Muslim penting untuk
memperhatikan petunjuk syariah. Baik yang bersifat i’tiqadi (keyakinan) maupun ‘amali.

1. Ridha Terhadap Qadha’

Wabah Covid-19 ini merupakan musibah. Musibah merupakan bagian dari


qadha’ Allah SWT (QS al-Hadid [57]: 22). Sikap seorang Muslim terhadap qadha’
Allah SWT adalah ridha. Sikap ridha terhadap qadha’ ini memberikan kebaikan.

2. Sabar, Banyak Berdoa, Berzikir dan Taqarrub kepada Allah SWT

Sebagai qadha’, musibah itu tak terhindarkan sehingga bagaimanapun harus


dihadapi. Untuk itu, sikap sabar harus dipupuk sebab Allah SWT memang akan
menguji hamba-Nya dengan musibah. Banyak memohon kepada Allah SWT agar
wabah Covid-19 ini bukan azab dari-Nya; semoga wabah ini segera diangkat dan
dihilangkan oleh Allah SWT.

3. Harus Berikhtiar

Di dalam riwayat Imam Ahmad, Rasul saw. memerintahkan untuk berobat.


Artinya, harus ada ikhtiar agar penyakit, termasuk wabah, segera hilang. Rasul saw.
pun memberikan tuntunan: Janganlah kalian mencampurkan orang yang sakit dengan
yang sehat (HR al-Bukhari).
Ikhtiar, berdo’a dan tawakkal juga cukup penting untuk menghindari wabah COVID-
19 kali ini. Berikhtiar itu wajib. Maka barangsiapa mau berikhtiar, ikhtiarnya akan di catat
sebagai ibadah. Jika ikhtiarnya membuahkan hasil, maka setidaknya ia akan mendapatkan
dua keuntungan. Pertama ia akan memperolh pahala dari Allah SWT. kedua, ia akan
mendapatkan keberhasilan atau manfaat dari apa yang telah ia usahakan. Tetapi jika
ikhtiarnya belum berhasil, maka setidaknya ia akan mendapat pahala dari Allah SWT. Jika ia
sabar, maka ia akan mendapatkan pahala yang berlipat. Berdo’a juga berhubungan dengan
ikhtiar yang akan kita lakukan. Hikmah berdo’a kepada Allah SWT dalam kaitannya dengan
ikhtiar adalah bahwa ikhtiar batin ini akan mendekatkan kita dengan Allah SWT, oleh karena
itu akan memperlancar tercapainya apa yang kita ikhtiarkan dan mohonkan.
Dalam kondisi sekarang ini, sebagai umat islam kita dapat meneladani pola-pola
hidup sehat ala Rasulullah agar dapat terhindar dari berbagai penyakit dan menjaga daya
imunitas tubuh.
Pada zaman nabi sudah dijelaskan kita harus menjaga kebersihan dengan selalu
mencuci tangan hingga membersihkan badan ketika setelah keluar dari rumah. Serta dalam
surah Al Maidah ayat 6:

Arab-Latin: Yā ayyuhallażīna āmanū iżā qumtum ilaṣ-ṣalāti fagsilụ wujụhakum wa


aidiyakum ilal-marāfiqi wamsaḥụ biru`ụsikum wa arjulakum ilal-ka'baīn, wa ing kuntum
junuban faṭṭahharụ, wa ing kuntum marḍā au 'alā safarin au jā`a aḥadum mingkum minal-
gā`iṭi au lāmastumun-nisā`a fa lam tajidụ mā`an fa tayammamụ ṣa'īdan ṭayyiban famsaḥụ
biwujụhikum wa aidīkum min-h, mā yurīdullāhu liyaj'ala 'alaikum min ḥarajiw wa lākiy
yurīdu liyuṭahhirakum wa liyutimma ni'matahụ 'alaikum la'allakum tasykurụn. (Q.S Al
Maidah 7:6)

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan
tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak
hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”. Q.S Al Maidah 7:6

Berdasarkan ayat Al Maidah tersebut wudhu sangat bisa melarutkan virus-virus dan
kita mengerjakan ibadah kepada Allah sehingga kita selalu memohon untuk terhindar dari
wabah corona ini. Selain itu ada beberapa hadist yang menerangkan tentang pentingnya cuci
tangan dalam pandangan islam yaitu hadist:
“Cucilah tanganmu ketika bangun tidur, karena engkau tidak tahu kemana tangan  itu ketika
engkau terlelap,” (HR. Bukhari)

“Cucilah tanganmu sebelum makan, sebab itu mengandung keberkahan,” (HR. Muslim) 

Tuntunan yang diberikan Rasulullah Saw pada umatnya tentu bukan perkara
sederhana. Mencuci tangan; meski terdengar sepele dan mudah menjadi vital dan krusial
mengingat tangan merupakan salah satu anggota tubuh dari pusat aktivitas manusia. Sebab
intensitas yang sering digunakan itu, beragam jenis kuman, bakteri, virus tentu sangat mudah
tumbuh dan berkembang biak jika seseorang tidak rajin memerhatikan kebersihan dirinya
sendiri. Penyebaran penyakit yang dimulai dari tangan akhirnya bisa memunculkan beragam
penyakit bukan saja untuk diri sendiri melainkan bisa menularkan sesama.

Pola hidup Rasulullah yang pertama adalah cepat tidur dan cepat bangun, karena
beliau tidak menganjurkan umatnya begadang. Waktu yang tepat untuk tidur di malam hari
kira-kira sesudah istirahat sholat isya’, yakni sekitar pukul 21.30 dan bangun pukul 03.00.
Yang kedua adalah rajin berpuasa. Berpuasa tidak dapat langsung menyembuhkan
penyakit. Tapi rutin berpuasa dapat mengatasi berbagai macam penyakit. Dunia kedokteran
menyebutkan bahwa puasa dianggap sebagai senjata ampuh untuk mengatasi penyakit.
Yang ketiga yaitu tidak mudah marah. Tingkat kekuatan seseorang tidak terletak pada
jasad atau tubuh, melainkan kebersihan jiwa. Tidak marah menunjukkan bahwa kita memiliki
kestabilan emosi yang baik, sehingga tidak mudah stress. Ini juga dapat berpengaruh terhadap
kondisi kesehatan tubuh.
Selanjutnya adalah rajin menjaga kebersihan. Sesuai sebuah hadist yang mengatakan
bahwa “Mandi pada hari Jum’at adalah wajib bagi setiap orang-orang dewasa. Demikian pula
menggosok gigi dan memakai harum-haruman.” (HR Muslim). Rasulullah senantiasa nampak
bersih dan rapi dengan memotong kuku pada hari Kamis atau Jum’at, mencukur rambut halus
di pipi, dan memakai wewangian, serta bersiwak.
Selain itu, Rasululah juga menjaga pola makan sesuai firman Allah yang artinya
“Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah
melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barang siapa
ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.” (Qs. Thoha : 81). Beliau
makan sebelum lapar dan berhenti sebelum kenyang. Artinya beliau tidak makan berlebihan
dan selalu teratur mengkonsumsi makanan. Dalam sebuah hadist yang dirawayatkan Ibnu
Majah, Rasulullah menyatakan, hendaknya manusia menjaga keseimbangan tubuhnya,
sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk air, dan sepertiga untuk udara. Rasulullah juga
gemar berolahraga. Olahraga yang sering dilakukan Rasulullah adalah lomba lari, berkuda,
bergulat, dan memanah. Beliau mengetahui manfaat dan pentingnya berolahraga bagi
kesehatan tubuh.
Gemar berjalan kaki juga termasuk salah satu pola hidup sehat ala Rasulullah.
Berjalan kaki dapat membuat tubuh berkeringat sehingga pori-pori tubuh akan terbuka dan
melancarkan peredaran darah.
Itulah beberapa pola hidup sehat ala Rasulullah yang dapat kita teladani di era
sekarang agar terhindar dari berbagai macam penyakit.
Untuk lockdown sendiri yang sedang diterapkan untuk pengendalian penyebaran virus
corona ini di lakukan agar berkurangnya jumlah orang yang positif terkena virus corona ini.
Pada zaman nabi sendiri sudah diberlakukan agar tetap bertahan didaerahnya ketika terjadi
wabah ini. Yang dinyatakan dalam Hadist Abdurrahman bin Auf :

“Apabila kamu mendengar wabah berjangkit di suatu negeri, maka janganlah kamu
datangi negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempatkamu berada, janganlah
kamu keluar dari negeri itu karena hendak melarikan diri darinya” (HR. Muslim)

Maka berdasarkan hadist tersebut ketika adanya suatu wabah penyakit kita tidak boleh
keluar dari kota kita karena hanya akan membawa mudharat bagi orang lain karena orang
yang akan kita sambangi dapat tertular penyakit tersebut.

Serta sekarang pemerintah juga melakukan Pembatasan sosial berskala Besar (PSBB)
yang berarti untuk Pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga
terinfeksi penyakit dan/atau terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan
penyebaran penyakit atau kontaminasi. Tujuan PSBB yaitu mencegah meluasnya penyebaran
penyakit kedaruratan kesehatan masyarakat (KKM) yang sedang terjadi antarorang di suatu
wilayah tertentu. Pembatasan kegiatan yang dilakukan dengan cara peliburan sekolah dan
tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau pembatasan kegiatan di tempat atau
fasilitas umum. Hal ini merupakan bentuk pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah
daerah di negara Indonesia ini.

Pada zaman Rasulullah, yakni ketika Nabi melakukan hijrah dari Mekkah ke
Madinah. Diceritakan saat itu di Madinah dalam keadaan buruk dengan air keruh dan penuh
wabah penyakit. Nabi pun meminta para sahabat agar menghadapi wabah itu dengan sabar
dengan tetap berharap pertolongan dari Allah SWT. 

Seperti diceritakan Aisyah, mereka yang bersabar dijanjikan syahid.

‫ُم ْسلِ ٍم لِ ُك ِّل َشهَا َدةٌ عُونُالطَّا‬

Artinya: "Kematian karena wabah adalah surga bagi tiap muslim (yang meninggal
karenanya). (HR Bukhari)
Di berbagai negara dalam menyikapi wabah corona ini dengan rasa kemanusiaan yang
tinggi sehingga berharap corona segera hilang dari negaranya, seperti pemasangan reklame
tentang pesan Nabi Muhammad SAW di kota Chicago, Amerika Serikat yang berisi tentang
supaya masyarakat rajin mencuci tangan, tidak meninggalkan wilayah yang terjangkit wabah
dan tidak mengunjungi wdaerah yang dilanda wabah tersebut.

Iklam dalam pesan ini di dedikasikan untuk dokter, perawat yang sebagai gari depan
dalam penyembuhan corona ini. Sehingga papan ini dianggap sebagai pencegahan dan
pedoman selama pandemi ini.

Selain itu sebagai garis depan bagi para perawat dan dokter dan petugas rumah sakit
diharpkan agar tetap menjaga kesehatan dan ada beberapa anjuran dari WHO untuk para
perawat dan dokter ini.

Para perawat dan dokter dalam pengendalian virus ini dalam kontak langsung
denganpasien yaitu dengan memakai Alat Perlindungan Diri (APD) sesuai tingakt pelayanan
kesehatan yang sesuai WHO yaitu dengan menggunakan masker N95 atau FFP2, kacamata,
jubah, sarung tangan lateks.

Bagi berapa perawat dan dokter banyak yang mengalami stresing yang tinggi WHO
memberikan cara pengendaliannya yaitu dengan membicarakan masalah kepada orang yang
dipercaya dapat memberi solusi, jaga gaya hidup dan olahraga dan hubungan sosial terhadap
keluarga, tidak merokok dan menggunakan obat terlarang untuk menjaga perasaan kita, dan
jika sedang khawatir konsultasikan kepada dokter.

Pedoman bagi masyarakat yang perlu dilakukan anjuran dari WHO adalah

1. Sering-seringlah mencuci tangan


2. Saat batuk dan pilek tutup mulut dan hidung dengan siku
3. Menjaga jarak 1 meter dengan orang yang sedang batuk, pilek, demam dan lain-lain
4. Jangan sentuh mata, mulut, dan hidung ketika sedang berada diluar
5. Jika anda demam, batuk, dan sulit bernafas pergi ke fasilitas kesehatan.

Itulah hal-hal yang berkaitan dengan Covid-19 dalam pandangan Islam dan kesehatan.
Marilah kita semua selalu menjada kebersihan dan kesehatan sesuai yang telah dianjurkan
oleh Rasulullah saw, dan mari kita saling bahu-membahu membantu saudara kita yang telah
menjadi garda terdepan dalam pengobatan pasien Covid 19 ini.
REFERENSI :
1. Yuliana. (2020). Wellnes and Healthy Magazine, 2(1), Issn 2656-0062
2. Darmalaksana, W, 2020. Corona Hadis, fakultas ushuluddin UIN Sunan Gunung
Djadi Bandung.
3. Adib, R.S., Surotul, I. (2020). Students’ Worksheet for Distance Learning Based on
Scientific Literacy in the Topic Coronavirus Disease 2019 (COVID 19).2(1) 1-9

Anda mungkin juga menyukai