Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

DENGAN KASUS CORONA VIRUS DISEASE

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Dewasa Sistem Kardiovaskuler, Respiratori dan Hematologi
Dosen : Ns.Sisillia Rammang.,S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Musdalifah (WN10123254)
Afni Safitri Saleh (WN10123237)
Suci Ramadhani Yusdar (WN10123266)
Agnes Yulistia Hingkua (WN10123238)
David Chandra Laoli (WN10123242)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS


WIDYA NUSANTARA PALU
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas semua nikmat dan karunia-Nya yang telah
peneliti terima, sholawat serta salam kami sampaikan kepada Rasulullah
Muhammad SAW atas pencerahan-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan tema “Covid” dengan lancar.
Kami menyadari dengan sepenuhnya dalam makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, untuk itu dengan senang hati kami menerima segala saran dan
kritik yang sifatnya membangun demi hasil makalah yang lebih baik. Sadar akan
kemampuan dan ilmu kami yang terbatas, tetapi kami berusaha untuk
mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin.
Dalam makalah ini, tidak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai
pihak. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan dan
bantuan yang telah diberikan dalam bentuk spiritual, materiil, maupun moril.
Semoga dengan tersusunnya makalah dengan tema “Covid” ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dan dapat bermanfaat di
masa yang akan datang.

Palu, 18 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

COVID-19 adalah virus yang dapat bermutasi membentuk struktur

gen baru yang ditemukan di Wuhan, China pada Desember 2019. Jumlah

pasien Covid-19 meningkat pesat dan menyebar ke negara lain di luar

wilayah Wuhan. Awalnya, virus ini hanya bisa menempel pada hewan.

Tetapi karena virus ini dapat bermutasi dan mengubah strukturnya, ia

memiliki konduktor yang dapat menempel pada manusia (Isfandiari M,

2020). Sumber penularan kasus ini belum diketahui, namun kasus pertama

terkait dengan pasar ikan di Wuhan (Huang Dkk, 2019). Penyakit ini

berkembang sangat pesat dan telah menyebar ke berbagai negara, provinsi

lain di China, bahkan menyebar ke Thailand dan Korea Selatan dalam

waktu kurang dari sebulan. Pada 11 Februari 2020, Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) mengumumkan bahwa penyakit itu bernama Coronavirus

Disease (COVID-19) yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2

(sebelumnya dikenal sebagai 2019- nCoV) dan dinyatakan sebagai

pandemi pada tanggal 12 Maret 2020 (Susilo Dkk, 2020).

Awalnya penyakit ini untuk sementara diberi nama 2019 Novel

Coronavirus (2019nCoV), kemudian World Health Organization

mengumumkan nama baru pada 11 Februari 2020 yang disebabkan oleh

Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus2 (SARS CoVCoV 2).

Virus ini dapat menyebar dari orang ke orang dan telah menyebar luas di
China dan lebih dari 190 negara dan wilayah lainnya. Per 29 Maret 2020,

ada total 634.835 kasus dan 33.106 kematian di seluruh dunia. Amerika

memiliki jumlah tertinggi 13.138.912 kasus yang dikonfirmasi. Selain itu,

jumlahnya meningkat menjadi 4.205.708 di Eropa, 4.073.148 di Asia

Tenggara, 1.903.547 di Mediterania Timur, 1.044.513 di Afrika, dan

487.571 di Pasifik Barat. Di Indonesia, 1.528 kasus positif COVID-19 dan

136 kematian telah teridentifikasi (WHO, 2020).

2. Rumusan Masalah

3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Teori Covid

1. Pengertian

Corona virus merupakan virus RNA strain tunggal positif,

berkapsul dan tidak bersegmen. Corona virus tergolong ordo

Nidovirales, keluarga coronaviridae. Coronaviridae dibagi dua

subkeluarga dibedakan berdasarkan serotype dan karakteristik genom.

Terdapat empat genus yaitu alpa corona virus, betacoranavirus,

deltacoronavirus dan gamma coronavirus.

Corona virus 2019 (COVID-19) merupakan corona virus jenis

baru yang dapat menyebabkan penyakit pernapasan mulai dari flu

biasa hingga penyakit yang lebih parah seperti pneumonia dan pada

akhirnya dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok yang

rentan seperti orangtua, ana-anak, dan orang-orang dengan kondisi

kesehatan yang kurang adekuat. Sebagian besar coronavirus adalah

virus yang tidak berbahaya.

2. Etiologi

Infeksi virus Corona atau COVID – 19 disebabkan oleh corona virus,

yaitu kelompok virus yang menginfeksi system pernapasan. Pada

sebagian besar kasus, corona virus hanya menyebabkan infeksi

pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini
juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat. seperti pneumonia,

Middle – East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute

Respiratory Syndrome (SARS). Ada dugaan bahwa virus Corona

awalnya ditularkan daro hewan ke manusia. Namun, kemudian

diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia ke manusia.

a. Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat

penderita Covid – 19 batuk atau bersin

b. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu

setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita

COVID – 9

c. Kontak jarak dekat dengan penderita COVID – 19

3. Patofisiologi

COVID – 19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan

sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan

memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi severe acute

respiratory syndrome virus corona 2 pada inang.

Rekombinasi,pertukaran gen, insersi ge, atau delesi, akan

menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di

kemudian hari.

Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS –

CoV- 2) menggunakan resepror angiotensis converting enzyme 2

(ACE2) yang ditemukan pada traktus respiratori bawah manusia dan

enterosit usus kecil sebagai resptor masuk.Glikoprotein spike (S) virus


melekat pada resseptor ACE2 pada permukaan sel manusia subunit S1

memiliki fungsi sebagai pengatur receptor biding domain (RBD).

Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalamfusi membrane antara sel

virus damsel inang. Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan

dikeluakan dalam sitoplasma sel inag RNA virus akan mentranslasikan

poliprotein ppla dan pplab dan membentuk kompleks replikasi –

transkripsi (RTC) . Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan

menyintesis subgenotik RNA yang mengodekan pembentukan protein

structural dan tambahan.

Gabungan reticulum endoplasma, badan golgi, genotik RNA,

protein nukleokapsid dan glikoprotein envelope akan membentuk

badan partikel virus. Virion kemudian akan berfusi ke membrane

plasma dan dikeluarkan dari sel – sel yang terinfeksi melalui

eksositosis, virus – virus yang dikeluarkan kemudian akan menginfeksi

sel ginjal, hati, intestinal,dan limfosit T dan traktus respiratori bahwa

yang kemudian menyebabkan gejala pada pasien.

4. Jenis – Jenis Corona Virus Disease

Corona virus adalah virus yang memiliki banyak jenis. Namanya

biasanya dibedakan berdasarkan tingkat keparahan penyakit yang

disebabkan dan seberapa jauh penyebarannya. Sejauh ini ada enam

jenis virus corona yang diketahui menginfeksi manusia. Empat di

antarannya adalah :

a. 229E
b. NL63

c. 0C43

d. HKU1

Dua jenis sisanya adalah corona virus yang lebih langka, yakni

MERS CoV penyebab penyakit MERS dan SARS – CoV penyebab

SARS.

5. Manifestasi Klinis

Infeksi COVID – 19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang

atau berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (>38°C),

batuk dan kesulitan bernapas, selain itu dapat disertai dengan sesak

memberat, fatigue, myalgia, gejala gastrointestinal dan gejala saluran

napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu minggu. Pada

kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti ARDS, syok

septik, asidosis, metabolic yang sulit dikoreksi dan perdarahan atau

disfungsi system koagulasi dalam beberapa hari. Pada beberapa pasien,

gejala yang muncul ringan, bahkan tidak disertai dengan demam.

Kebanyakan pasien memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil

dalam kondisi kritis. bahkan meninggal.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantarannya:

a. Pemeriksaan radiologi : foto toraks, CT – scan toraks, USG toraks

pada pencitraan dapat menunjukkan : opasita bilateral, konsolidasi

subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul, tampilan


groundglass. Pada stage awal, terlihat bayangan multiple plak kecil

dengan perubahan intertisial yang jelas menunjukkan di perifer

paru dan kemudia berkembang menjadi bayangan multiple ground

– glass dan infiltrate di kedua paru. Pada kasus berat dapat

ditemukan konsolidasi paru bahkan “white lung” dan efusi pleura

(jarang)

b. Pemeriksaan specimen saluran napas atas dan bawah

1) Saluran napas atas dengan swab tenggorok ( nasofaring dan

orofaring)

2) Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila

menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat

endotrakeal).

c. Bronkoskopi

d. Pungsi pleura sesuai kondisi

e. Pemeriksaan kimia darah

f. Biakan mikrooorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran

napas (sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah, kultur

untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi antibiotic. Namun

jangan menunda terapi antibiotic dengan menunggu hasil kultur

darah

g. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan

penularan).

7. Penatalaksanaan
a. Isolasi pada semua kasus sesuai dengan gejala klinis yang muncul,

baik ringan maupun sedang. Pasien bed – rest dan hindari

perpindahan ruangan atau pasien.

b. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)

c. Serial foto torank untuk menilai perkembangan penyakit

d. Sumlementasi oksigen

e. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat

f. Terapi cairan

g. Pemberian antibiotic empiris

h. Terapi simptomatik terapi, terapi simptomatik diberikan seperti

antipiretik, obat batuk dan lainnya jika memang diperlukan.

i. Pemberian kortikosteroid sistemik tidak rutin diberikan pada

tatalaksana pneumonia viral atau ARDS selain ada indikasi lain.

j. Observasi ketat

Kondisi pasien perlu diobservasi ketat terkait tanda – tanda

perburukan klinis, kegagalan respirasi progresif yang cepat, dan

sepsis sehingga penanganan intervensi suportif dapat dilakukan

dengan cepat.

k. Pahami komorbid pasien

Kondisi komorbid pasien harus dipahami dalam tatalaksana

kondisi kritis dan menentukan prognosis. Selama tatalaksana

intensif, temukan terapi kronik mana yang perlu dilanjutkan dan

mana yang harus dihentikan sementara. Jangan lupakan keluarga


pasien harus selau diinformasikan, memberi dukungan, informed

consent serta informasi prognosis.

8. Komplikasi

Komplikasi umumnya terjadi pada pasien COVID – 19 yang

memiliki factor resiko. Komplikasi COVID – 19 paling umum adalah

acute respiratory distress syndrome (ARDS). Selain itu, beberapa

komplikasi lainnya, seperti syok septik dan rabdomiolisis juga dapat

terjadi. Komplikasi jangka panjang COVID – 19 sampai sekarang

belum diketahui.

9. Pencegahan

Untuk mencegah infeksi virus ini adalah dengan cara

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Diantaranya

yaitu mengonsumsimakanan bergizi untuk mempertahankan sistem

imun. Pasalnya, penyakitakibat virus umumnya dapat dicegah dengan

ketahanan tubuh yang baik.Beberapa hal yang dapat dilakukan, antara

lain:

a. Kebersihan tangan. Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun

danair selama 20 detik; jika air dan sabun tidak tersedia, gunakan

pembersihtangan berbahan dasar alcohol.

b. Jauhkan tangan dari wajah. Hindari menyentuh mata, hidung, dan

mulutdengan tangan yang tidak dicuci.

c. Tidak ada kontak dekat dengan orang sakit. Hindari kontak dekat

denganorang yang sakit, dan tinggal di rumah saat merasa sakit.


d. Etiket batuk dan bersin yang tepat. Tutupi batuk atau bersin dengan

tisu,lalu buang tisu ke tempat sampah.

e. Perawatan suportif. Orang yang terinfeksi COVID-19 harus

menerima perawatan suportif untuk membantu meringankan

gejala.

f. Kasus yang parah. Untuk kasus yang parah, perawatan harus

mencakup perawatan untuk mendukung fungsi organ vital.

g. Hindari daerah di mana infeksi/wabah terjadi.

h. Bersihkan barang yang sering disentuh.

i. Jaga dan tingkatkan daya tahan tubuh tidak hanya dengan

mengonsumsivitamin C, tetapi juga kombinasi beberapa vitamin

dan mineral. Jenis vitamin yang diperlukan contohnya vitamin A,

E, serta B kompleks.

j. Selain itu, mineral yang dibutuhkan seperti selenium, zinc, dan zat

besi.Selenium menjaga kekuatan sel dan mencegah kerusakan

DNA. Lalu zinc memicu respons kekebalan tubuh. Selain itu, zat

besi membantu penyerapan vitamin C.

k. Seluruh dunia saat ini juga sedang menerapkan social distancing

denganmembatasi aktivitas di luar rumah serta kontak dengan

orang lain. Iniadalah cara yang efektif untuk mengurangi risiko

penularan danmeratakan kurva pandemi COVID-19

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari

berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status

kesehatan pasien. Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan pasien.

a. Identitas pasien

Nama, alamat,jenis kelamin, tempat tanggal lahir, diagnose

medis,tanggal masuk rumah sakit,dan nomor medial record

b. Riwayat penyakit sekarang

Gejala klinis utama yang sering muncul pada pasien yang

terkena COVID – 19 yaitu demam (>38°C), batuk dan kesulitan

bernapas, selain itu dapat disertai dengan sesak

c. Riwayat kesehatan dahulu

Yaitu apakah pasien pernah terkena COVID -19 atau

mempunyai gejala – gejala yang mirip dengan COVID – 19.

d. Riwayat kesehatan keluarga

Yaitu apakah pasien mempunyai keluarga yang mempunyai

riwayat terkena COVID – 19.

e. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik tergantung ringan atau beratnya manifestai

klinis yang didapatkan.

1) Tingkat kesadaran : composmentis atau bisa penurunan

kesadaran
2) Tanda - tanda vital : Frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas

meningkat, tekanan darah normal, atau menurun, suhu tubh

meningkat, saturasi oksigen dapat normal atau turun.

3) Dapat disertei retraksi otot pernapasan

4) Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris

statis dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah

konsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau bronkial atau

romki kasar.

f. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantarannya:

1) Pemeriksaan radiologi : foto toraks, CT – scan toraks, USG

toraks pada pencitraan dapat menunjukkan : opasita bilateral,

konsolidasi subsegmental, lobar atau kolaps paru atau nodul,

tampilan groundglass. Pada stage awal, terlihat bayangan

multiple plak kecil dengan perubahan intertisial yang jelas

menunjukkan di perifer paru dan kemudia berkembang menjadi

bayangan multiple ground – glass dan infiltrate di kedua paru.

Pada kasus berat dapat ditemukan konsolidasi paru bahkan

“white lung” dan efusi pleura (jarang)

2) Pemeriksaan specimen saluran napas atas dan bawah

a) Saluran napas atas dengan swab tenggorok ( nasofaring dan

orofaring)
b) Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila

menggunakan endotrakeal tube dapat berupa aspirat

endotrakeal).

Untuk pemeriksaan RT – PCR SARS – CoV- 2 (sequencing

bila tersedia). Ketika melakukan pengambilan specimen

gunakan APD yang tepat. Ketika mengambil sampel dari

saluran napas atas, gunakan swab viral (Dacron steril

ataurayon bukan kapas) dan media transport viru. Jangan

sampel dari tonsil atau hidung, pada pasien dengan curiga

infeksi COVID – 19 terutama pneumonia atas sakit berat,

sampel tunggal napas atau tidak cukup untuk ekslusi

diagnosis dan tambahan saluran napas atas bawah

direkomendasikan. Klinis dapat mengambil sampel saluran

napas bawah jika langsung tersedia seperti pasien dengan

intubasi. Jangan menginduksi sputum karena meningkatkan

risiko transmisi aerosol. Kedua sampel (saluran napas atas

dan bawah) dapat diperiksakan jenis pantogen lain.

Bila tidak terdapat RT – PCR dilakukan pemeriksaan

serologi. pada kasus terkonfirmasi infeksi COVID – 19 ,

ulangi pengambilan sampel dari saluran napas atas dan

bawah untuk petunjuk klirens dari virus. Frekunsi

pemeriksaan 2 – 4 hari sampai 2 kali hasil negative dari

kedua sampel serta secara klinis perbaikan, setidaknya 24


jam jika sampel diperlukan untuk keperluan pencegahan

infeksi dan transmisi, specimen dapat diambil sesering

mungkin yaitu harian.

3) Bronkoskopi

4) Pungsi pleura sesuai kondisi

5) Pemeriksaan kimia darah

a) Darah perifer lengkap leukosit dapat ditemukan normal

atau menurun, hitung jenis limfosit menurun. Pada

kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.

b) Analisa gas darah

c) Fungsi hepar (pada beebrapa pasien, enzim liver dan otot

meningkat)

d) Fungsi ginjal

e) Gula darah sewaktu

f) Elektrolit

g) Faal hemostatis (PT.APTT, di Dimer) pada kasus berat,

Dimer meningkat

h) Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)

i) Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)

6) Biakan mikrooorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran

napas (sputum, bilasan bronkus, cairan pleura) dan darah,

kultur untuk bakteri dilakukan, idealnya sebelum terapi


antibiotic. Namun jangan menunda terapi antibiotic dengan

menunggu hasil kultur darah

7) Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan

penularan).

2. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya

napas

c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (PPNI, 2017)

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
1. Bersihan Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk
jalan napas selama 3 x 24 jam diharapkan efektif
tidak efektif kemampuan membersihkan
b.d sekresi secret atau obstruksi jalan Observasi
yang napas normal a. Identifikasi
tertahan Dengan kriteria hasil: kemampuan
a. Batuk efektif meningkat batuk
b. Produksi sputum menurun b. Monitor adanya
c. Wheezing menurun retensi sputum
d. Mekonium (pada c. Monitor tanda
neonatus) menurun dan gejala
e. Dispnea membaik infeksi saluran
(PPNI, 2019) napas
d. Monitor input
dan output
cairan (mis.
jumlah dan
karakteristik)

Terapeutik
a. Atur posis semi
– fowler atau
fowler
b. Buang secret
pada tempat
sputum

Edukasi
a. Jelaskan tujuan
dan prosedur
batuk efektif
b. Anjurkan Tarik
napas dalam
melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan sealam 2
detik, kemudian
keluarkan dari
mulut dengan
bibir mencucu
(dibulatkan)
selama 8 detik
c. Anjurkan
mengulangi
Tarik napas
dalam hingga 3
kali
d. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
Tarik napas
dalam yang ke 3

Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspektoran jika
perlu.
2. Pola napas Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan
tidak efektif keperawatan selama 3 x 24 napas
b.d jam diharapkan inspirasi atau
hambatan ekspirasi memberikan Observasi
upaya napas ventilasi adekuat. a. Monitor pola
Dengan kriteria hasil: napas
a. Ventilasi semenit b. Monitor bunyi
meningkat napas
b. Diameter thoraks c. Monitor sputum
anterior.posteriormemenin jumlah, warna,
gkat aroma
c. Tekanan ekspirasi
meningkat Terapeutik
d. Tekanan inspirasi a. Pertahankan
meningkat kepatenan jalan
e. Dispnea menurun napas dengan
f. Penggunaan otot bantu head- tlt dan
napas menurun chin- lift (jaw –
g. kedalaman napas membaik thrust)
b. Posisikan semi
fowler atau
fowler
c. Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
d. Berikan oksigen

Edukasi
a. Anjurkan
asupan cairan
2000 ml/ hari,
jika tidak
kontraindikasi
b. Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitk, jika perlu
3. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen
b.d proses selama 3 x 24 jam diharapkan hipertermia
penyakit suhu tubuh menjadi normal
Dengan kriteria hasil: Observasi
a. Mengigil menurun a. identifikasi
b. kejang menurun penyebab
c. pucat menurun hipertermia
d. suhu tubuh membaik b. Monitor suhu
e. tekanan darah membaik tubuh
c. Monitor kadar
elektrolit
d. Monitor haluan
urine
e. Monitor
komplikasi
akibat
hipertermia

Terapeutik
a. Sediakan
ruangan yang
dingin
b. Longgarka atau
lepaskan
pakaian
c. Basahi atau
kipasi
permukaan
tubuh
d. Berikan cairan
oral
e. Ganti line setiap
hari atau lebih
sering jika
mengalami
hyperhidrosis
f. Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirasi
g. Berikan oksigen

Edukasi
a. Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian
cairan dan
elektrolit
intravena, jika
perlu

Intervensi keperawatan di atas telah di sesuaikan menurut Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia.(PPNI, 2018)

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status

kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang

menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementiasi

keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,

pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk

klien keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang

muncul dikemudian hari. Proses pelaksanaan implementasi harus

berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang

mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi

keperawatan dan kegiatan komunikasi

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian

proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan

keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.

Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan

pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi

kebutuhan klien. Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah

tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan dengan tujuan yaitu pada

komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan tanda

gejala yang spesifik.

C. Persiapan Pelaksanaan dan Pasca Pemeriksaan Diagnostic dan

Laboratorium Penyakit Covid


D. Tren dan Issu Penyakit Covid

Indonesia menjadi salah satu negara yang mengantri untuk mendapat

vaksin ini guna diberikan secara gratis kepada masyarakat. Vaksin

merupakan zat atau senyawa yang digunakan guna membentuk kekebalan

tubuh terhadap suatu penyakit, dibuat dari virus penyakit tersebut yang

telah dilemahkan. Peristiwa vaksinasi Covid-19 ini tentunya juga dapat

menimbulkan polarisasi perilaku sosial akibat respons yang berbeda-beda

di masyarakat, jadi pertanyaannya adalah apakah respons masyarakat akan

menunjukkan polarisasi yang sama seperti sebelumnya? Menurut Erick

Thohir Menteri BUMN dan Ketua Komite Penanganan Covid-19

mengatakan bahwa terdapat 16% masyarakat Indonesia yang tidak mau

divaksin dan 66% sisanya mau untuk divaksin. Sebagai contoh kontroversi

vaksin Covid-19 di Indonesia, yaitu bagi umat muslim, meragukan

kehalalan vaksin ini karena isu bahwa vaksin ini mengandung Babi (Babi

menurut ajaran Islam haram hukumnya) (Wirawan, 2020), sedangkan

umat Kristiani meragukan kandungan vaksin ini karena beredar isu

kandungan gen antiKristus dan microchip 666

E. Manejemen Kasus Penyakit Covid

Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus
Corona atau COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik
adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan Anda
terinfeksi virus ini, yaitu:
1. Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter dari
orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada keperluan
mendesak.
2. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian,
termasuk saat pergi berbelanja bahan makanan.
3. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang
mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah beraktivitas di luar
rumah atau di tempat umum.
4. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
5. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
6. Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai positif
terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit demam, batuk, atau
pilek.
7. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian
buang tisu ke tempat sampah.
8. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan,
termasuk kebersihan rumah.

Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk kategori ODP (orang
dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam pengawasan), ada beberapa
langkah yang bisa dilakukan agar virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:

1. Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang lain untuk
sementara waktu. Bila tidak memungkinkan, gunakan kamar tidur dan
kamar mandi yang berbeda dengan yang digunakan orang lain.
2. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
3. Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya hubungi
dulu pihak rumah sakit untuk menjemput.
4. Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda
sampai Anda benar-benar sembuh.
5. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang
sedang sakit.
6. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta
perlengkapan tidur dengan orang lain.
7. Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau
sedang bersama orang lain.
8. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu
segera buang tisu ke tempat sampah.

Kondisi-kondisi yang memerlukan penanganan langsung oleh dokter di rumah


sakit, seperti melahirkan, operasi, cuci darah, atau vaksinasi anak, perlu ditangani
secara berbeda dengan beberapa penyesuaian selama pandemi COVID-19.
Tujuannya adalah untuk mencegah penularan virus Corona selama Anda berada di
rumah sakit. Konsultasikan dengan dokter mengenai tindakan terbaik yang perlu
dilakukan.

F. Peran dan Fungsi Perawat Advokad Terhadap Kasus Penyakit Covid

1. Peran

Peran utama perawat dalam penaganan pasien COVID – 19 sebenarnya

dapat dibedakan menjadi 3 yaitu sebagai berikut :

a. Peran dalam memberikan komunikasi, iformasi dan edukasi

b. peran dalam rapid assement

c. peran dalam pelayanan langsung ke penderita

2. Fungsi
perawat juga berfungsi dalam advokat dimana perawat akan

membantu mengurangi stigma bagi pasien dan keluarga yang

terindikasi covid positif. Secara umum, perawat mempunyai

fungsi yang sangat penting baik dari segi promotif, preventif,


dan pelayanan asuhan keperawatan dalam kondisi wabah

covid-19.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari apa yang telah dibahas, saya menarik kesimpulan dan
menjadikannya beberapa poin, sebagai berikut :

1. Aplikasikan bagaimana cara pencegahan penyebaran COVID-19 dalam


kehidupan sehari-hari.
2. Hindari kontak langsung dengan orang lain, dan usahakan agar tidak
keluar rumah kecuali di saat yang genting.
3. COVID-19 adalah virus yang merusak sistem pernapasan dan dapat
menyebabkan beberapa komplikasi akibat infeksinya hingga kematian.
4. Jangan terlalu merasa tertekan dan terbebani selama masa pandemi
wabah ini, karena yang dibutuhkan adalah kuatnya sistem imun atau
metabolisme tubuh dan dapat meningkatkan imun denngan olahraga serta
makan makanan yang sehat.
B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang

menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih terdapat

banyak kekurangan dan kelemahan. Kami berharap para pembaca

memberikan saran dan kritik kepada penulis untuk memperbaiki makalah

selanjutnya, semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya

juga para pembaca pada umumnya.


DAFTAR PUSTAKA

Huang C, Wang Y, Li X, Ren L, Zhao J, Hu Y, et al. (2019) ‘Clinical features of


patients infected with 2019 novel coronavirus in Wuhan, China. Lancet.
2020;395(10223):497-506’.
Isfandiari M (2020) ‘Corona virus (COVID - 19).;15(1).’
PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat, Persatuan Perawat
Nasional Indonesia. Available at: http://www.inna-ppni.or.id.
PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat, Persatuan Perawat
Nasional Indonesia. Available at: http://www.inna-ppni.or.id.
PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta Selatan. Available at: http://www.inna-
ppni.or.id.
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M. and
Sinto, R., Yunihastuti, E. (2020) . ‘Coronavirus Disease 2019 : Tinjauan
Literatur Terkini. Jurnal Penyakit..’
WHO (2020) . ‘WHO Director-General’s opening remarks at the media briefing
on COVID-19 - 11 March 2020’.

Anda mungkin juga menyukai