Anda di halaman 1dari 13

KASUS IX. (Ns. SEVEN SITORUS, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.

MB):
Seorang pasien laki-laki usia 55 thn, masuk UGD dengan penurunan kesadaran. Keluarga
mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh demam tinggi, batuk pruduktif dengan
sputum kental berwarna hijau kekuningan, sesak napas yang berat, mual dan munta, diare serta
adanya nyeri kepala dan didaerah semua persendian, Tidak lama (3 jam) setelah keluhan itu
dirasakan pasien, akhirnya pasien tidak sadarkan diri. Hasil Pemeriksaan fisik: TD: 100/60
mmHg, frekuensi nadi 110 kali/menit, frekuensi napas 28 x/menit, suhu 39 0C, Diagnosa Medis:
Covid19.

Tutor Guide:
1. Coba anda jelaskan mengenai definisi, insiden, penyebab dan jenis serta mekanisme
penularan penyakit covid19 tersebut?
Jawab:
Definisi: Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronaviridae
dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan karakteristik genom. Terdapat
empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus, deltacoronavirus dan gamma
coronavirus.
Pneumonia Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah peradangan pada parenkim paru
yang disebabkan oleh Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2).
Sindrom gejala klinis yang muncul beragam, dari mulai tidak berkomplikasi (ringan) sampai
syok septik (berat).

Insiden: Pada tanggal 31 Desember 2019, Tiongkok melaporkan kasus pneumonia misterius
yang tidak diketahui penyebabnya. Dalam 3 hari, pasien dengan kasus tersebut berjumlah 44
pasien dan terus bertambah hingga saat ini berjumlah ribuan kasus. Pada awalnya data
epidemiologi menunjukkan 66% pasien berkaitan atau terpajan dengan satu pasar seafood
atau live market di Wuhan, Provinsi Hubei Tiongkok. Sampel isolat dari pasien diteliti dengan
hasil menunjukkan adanya infeksi coronavirus, jenis betacoronavirus tipe baru, diberi nama
2019 novel Coronavirus (2019-nCoV).2 Pada tanggal 11 Februari 2020, World Health
Organization memberi nama virus baru tersebut Severa acute respiratory syndrome
coronavirus-2 (SARS-CoV-2) dan nama penyakitnya sebagai Coronavirus disease 2019
(COVID-19). Pada saat ini pemerintah Indonesia secara resmi mencabut status Pandemi
COVID-19 pada Rabu 21 Juni 2023

Penyebab

Virus corona merupakan penyebab dari infeksi coronavirus atau COVID-19. Kebanyakan
virus corona menyebar seperti virus lain pada umumnya, yaitu melalui:

a. Percikan air liur pengidap (batuk dan bersin).


b. Menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi.
c. Menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang terkena percikan air
liur pengidap virus corona.
d. Tinja atau feses (jarang terjadi),

Jenis serta mekanisme penularan:


Varian Covid-19, beberapa di antaranya telah masuk ke Indonesia. terdapat tiga varian Covid-
19, yakni Alpha, Beta, dan Delta. Perbedaan keempat varian tersebut dapat terlihat dari
tempat terdeteksinya, gejalanya, dan tingkat penularannya. Keempat varian ini masuk ke
Indonesia pada 2021 di beberapa wilayah. Sedangkan gejalanya hampir sama, yaitu batuk,
demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan anosmia (penciuman hilang). Namun,
dari keempat varian tersebut, yang berisiko terberat adalah Delta dan yang bergejala ringan
Omicron. Dari sisi tingkat penularannya, Omicron tergolong varian yang paling cepat, sekitar
500% dibanding Delta. Sedangkan varian Beta belum diketahui secara pasti tingkat
penularannya. Selain keempat varian tersebut, masih ada varian Covid-19 lain yang belum
masuk ke Indonesia, seperti Gamma yang ditemukan di Brazil pada 2020, Lambda yang
ditemukan di Peru pada Desember 2020, dan Kappa yang ditemukan di India pada Oktober
2020. Mekanisme penularan virus tersebut dapat disebabkan oleh barang yang mungkin saja
sudah terkontaminasi oleh droplet orang lain lalu virus tersebut pindah ke mata, hidung dan
mulut dan menyebabkan orang tersebut terjangkit.
2. Selain tanda dan gejala yang dialami pasien tersebut, coba anda jelaskan tanda dan gejala
lainnya yang dapat dialami oleh pasien covid19?
Jawab:
Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang atau berat. Gejala klinis utama
yang muncul yaitu demam (suhu >38°C), batuk dan kesulitan bernapas. Selain itu dapat
disertai dengan sesak memberat, fatigue, mialgia, nyeri tenggorok, gejala gastrointestinal
seperti diare dan gejala saluran napas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu
minggu.

3. Bagaimana mekanisme (patofisiologi) dari penyakit covid19 ini mulai dari awal terkena
paparan virus covid19 hingga menimbulkan gejala demam tinggi, batuk pruduktif dengan
sputum kental berwarna hijau kekuningan, sesak napas yang berat, mual dan munta, diare
serta adanya nyeri kepala dan didaerah semua persendian?
Jawab:
Coronavirus hanya bisa memperbanyak diri melalui sel host-nya. Virus tidak bisa hidup tanpa
sel host. Berikut siklus dari Coronavirus setelah menemukan sel host sesuai tropismenya.
Pertama, penempelan dan masuk virus ke sel host diperantarai oleh Protein S yang ada
dipermukaan virus. Protein S penentu utama dalam menginfeksi spesies host-nya serta
penentu tropisnya. Pada studi SARS-CoV protein S berikatan dengan reseptor di sel host yaitu
enzim ACE-2 (angiotensinconverting enzyme 2). ACE-2 dapat ditemukan pada mukosa oral
dan nasal, nasofaring, paru, lambung, usus halus, usus besar, kulit, timus, sumsum tulang,
limpa, hati, ginjal, otak, sel epitel alveolar paru, sel enterosit usus halus, sel endotel arteri
vena, dan sel otot polos. Setelah berhasil masuk selanjutnya translasi replikasi gen dari RNA
genom virus. Selanjutnya replikasi dan transkripsi dimana sintesis virus RNA melalui
translasi dan perakitan dari kompleks replikasi virus. Tahap selanjutnya adalah perakitan dan
rilis virus. Berikut gambar siklus hidup virus. Setelah terjadi transmisi, virus masuk ke saluran
napas atas kemudian bereplikasi di sel epitel saluran napas atas (melakukan siklus hidupnya).
Setelah itu menyebar ke saluran napas bawah. Pada infeksi akut terjadi peluruhan virus dari
saluran napas dan virus dapat berlanjut meluruh beberapa waktu di sel gastrointestinal setelah
penyembuhan. Masa inkubasi virus sampai muncul penyakit sekitar 3-7 hari.
pada saluran pencernaan bagian atas, ini merupakan gejala awal infeksi SARS-CoV-2 yang
terabaikan. Maka muntah yang terjadi setelahnya akan menyebabkan keluarnya muntahan
yang mengandung aerosol dan terkontaminasi virus, seperti yang terjadi pada pasien yang
terinfeksi norovirus. SARS-CoV-2 dapat dengan mudah mengakses saluran pencernaan
melalui beberapa rute. SARS-CoV-2 akan menyebabkan mual dan muntah akut (beberapa
hari pertama pasca infeksi) dengan menyebabkan pelepasan hormon kunci dari sel
enteroendokrin (EEC) di mukosa saluran pencernaan bagian atas atau setelah masuk langsung
ke dalam darah. , dengan bertindak langsung di dalam batang otak.

4. Coba anda jelaskan mengenai tipe/jenis dari penyakit Covid19 ditinjau dari sisi penyebab
virusnya dan apakah perbedaan gejala yang ditimbulkan dari masing-masing virus penyebab
penyakit Covid19 tersebut?
Jawab:
Berdasarkan penemuan, terdapat tujuh tipe Coronavirus yang dapat menginfeksi manusia saat
ini yaitu dua alphacoronavirus (229E dan NL63) dan empat betacoronavirus, yakni OC43,
HKU1, Middle East respiratory syndrome-associated coronavirus (MERS-CoV), dan severe
acute respiratory syndrome-associated coronavirus (SARSCoV). Yang ketujuh adalah
Coronavirus tipe baru yang menjadi penyebab kejadian luar biasa di Wuhan, yakni Novel
Coronavirus 2019 (2019-nCoV).
Pada tahun 2002-2003, terjadi kejadian luar biasa di Provinsi Guangdong, Tiongkok yaitu
kejadian SARS. Agen virus Coronavirus pada kasus SARS disebut SARS-CoV, grup 2b
betacoronavirus. Virus SARS diduga sangat mudah dan cepat menyebar antar manusia. Gejala
yang muncul dari SARS yaitu demam, batuk, nyeri kepala, nyeri otot, dan gejala infeksi
saluran napas lain. Kebanyakan pasien sembuh sendiri, dengan tingkat kematian sekitar 10-
14% terutama pasien dengan usia lebih dari 40 tahun dengan penyakit penyerta seperti
penyakit jantung, asma, penyakit paru kronik dan diabetes.
Tahun 2012, Coronavirus jenis baru kembali ditemukan di Timur Tengah diberi nama MERS-
CoV (grup 2c β-coronavirus). Berbeda dengan SARS, MERS cenderang tidak bersifat
infeksius dibandingkan SARS. MERS diduga tidak mudah menyebar dari manusia ke
manusia, namun SARS dapat dengan mudah dan cepat menyebar dari manusia ke manusia.
Namun, disisi lain MERS lebih tinggi tingkat kematiannya, jika SARS sekitar 10%, tingkat
kematian MERS mencapai sekitar 40%.

5. Guna menegakkan diagnose medis pasti pasien tersebut pemeriksaan penunjang apakah yang
harus dilakukan dan bagaimana hasilnya baik itu pemeriksaan penunjang yang gold standard
dan penunjang lainnya?
Jawab:
1) Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks
2) Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
a. Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan orofaring)
b. Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan endotrakeal tube
dapat berupa aspirat endotrakeal)
3) Bronkoskopi
4) Pungsi pleura sesuai kondisi
5) Pemeriksaan kimia darah
a. Darah perifer lengkap Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung jenis
limfosit menurun. Pada kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.
b. Analisis gas darah
c. Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat)
d. Fungsi ginjal
e. Gula darah sewaktu
f. Elektrolit
g. Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, Ddimer meningkat
h. Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
i. Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)
6) Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum, bilasan
bronkus, cairan pleura) dan darah
7) Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan)
6. Salah satu hal yang ditakuti dari penyakit Covid19 ini adalah adanya badai sitokin, coba
jelaskan apa yang dimaksud dengan badai sitokin dan bagaimana mekanisme terjadinya badai
sitokin tersebut serta bagaiman mengatasinya?
Jawab:
a. Badai sitokin adalah gangguan karena adanya respons imun tubuh yang kurang baik,
berlebihan atau menyimpang
b. Mekanisme terjadinya Badai Sitokinin
Penyebab badai sitokin adalah aktivasi berlebihan sistem imun pada individu dengan faktor
risiko, sehingga dapat dikatakan hal ini tidak terjadi pada semua orang yang mengalami
COVID-19 karena kondisi ini terjadi bukan akibat langsung dari infeksi SARS-CoV-2.
Badai sitokin terjadi justru setelah efek awal dari infeksi SARS-CoV-2 selesai dan respons
inflamasi dari orang yang terinfeksi dimulai.
Pada individu yang berhasil mengendalikan infeksi dan respons imun dengan baik, maka
COVID-19 akan berhenti pada stadium 2 (hanya terbatas pada saluran napas) dan berangsur-
angsur mengalami kesembuhan.
Namun, pada individu dengan penyakit kronik dan/atau respons sistem imun yang kurang
baik, akan terjadi aktivasi berlebihan sistem inflamasi tubuh yang pada akhirnya menjadi
penyebab badai sitokin dengan komplikasi-komplikasi terkait.
c. Mengatasi Badai sitokinin
Sejumlah perawatan medis untuk mengatasi badai sitokin, yaitu.
1. Terapi oksigen : Perawatan ini ditujukan untuk orang-orang yang mengalami kesulitan
bernapas atau memiliki kadar oksigen rendah dalam darah. Terapi ini membantu orang
bernapas dan mendapatkan asupan oksigen cukup.
2. Cairan intravena (IV) : Terapi cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke
dalam tubuh melalui sebuah jarum ke pembuluh vena. Tujuannya untuk menggantikan
kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
3. Dialisis ginjal : Jika pengidap badai sitokin mengalami komplikasi berupa gagal ginjal,
mereka mungkin perlu melakukan dialisis. Pasalnya, kondisi tersebut membuat ginjal
tidak mampu menyaring darah seperti semula. Jika terus dibiarkan, limbah dan racun
dapat menumpuk di aliran darah. Melalui mesin dialisis, produk limbah dan kelebihan
cairan dari darah mampu dikeluarkan.
4. Pemasangan ventilator : Ventilator akan diberikan jika pasien sudah tidak mampu
bernapas sendiri. Mesin ini membantu tubuh untuk mendapatkan cukup oksigen dan
mengeluarkan karbon dioksida. Pasien akan terus menggunakan ventilator sampai
kondisinya membaik dan mampu bernapas sendiri.
5. Transfusi darah : Transfusi dilakukan apabila badai sitokin disebabkan oleh cedera,
operasi atau kondisi lain yang menyebabkan kehilangan darah.

Selain perawatan di atas, dokter umumnya menggunakan obat penghambat sitokin, seperti
tocilizumab, anakinra, atau baricitinib untuk mengurangi kadar sitokin. Kortikosteroid juga
digunakan untuk mengurangi peradangan. Obat antivirus, elektrolit dan obat jantung juga
dapat diberikan

7. Guna menegakkan diagnose medis pasti pasien tersebut pemeriksaan penunjang apakah yang
harus dilakukan dan bagaimana hasilnya baik itu pemeriksaan penunjang yang gold standard
dan penunjang lainnya?
Jawab:
a. Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG toraks
b. Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
1. Saluran napas atas dengan swab tenggorok (nasofaring dan orofaring)
2. Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL, bila menggunakan endotrakeal tube
dapat berupa aspirat endotrakeal Bronkoskopi
c. Pungsi pleura sesuai kondisi
d. Pemeriksaan kimia darah
1. Darah perifer lengkap
2. Leukosit dapat ditemukan normal atau menurun; hitung jenis limfosit menurun. Pada
kebanyakan pasien LED dan CRP meningkat.
3. Analisis gas darah
4. Fungsi hepar (Pada beberapa pasien, enzim liver dan otot meningkat)
5. Fungsi ginjal
6. Gula darah sewaktu
7. Elektrolit
8. Faal hemostasis ( PT/APTT, d Dimer), pada kasus berat, Ddimer meningkat
9. Prokalsitonin (bila dicurigai bakterialis)
10. Laktat (Untuk menunjang kecurigaan sepsis)
e. Biakan mikroorganisme dan uji kepekaan dari bahan saluran napas (sputum,
bilasanbronkus, cairan pleura) dan darah.
f. Pemeriksaan feses dan urin (untuk investasigasi kemungkinan penularan)

8. Tatalaksana penyakit Covid19 ini bisa dilaksanakan dirumah dan dirumah sakit, coba anda
jelaskan bagaimana tatalaksana Covid19 ini baik dirumah maupun di rumah sakit?
Jawab:
a. Gunakan masker medis
b. Jarak minimal 1 meter dari orang lain
c. Ajari etika batuk dan bersin
d. Hand hygiene
e. Gunakan masker medis jika bekerja dalam 1-2 meter dari pasien
f. Gunakan pelindung mata jika menangani dekat pasien
g. Batasi aktivitas paesien keluar ruangan
h. Gunakan APD lengkap, dan lepas jika keluar
i. Jika memungkinkan gunakan alat sekali paka
j. Hindari mengkontaminasi daerah yang tidak secara langsung terkait perawatan pasien
seperti gagang pintu
k. Hindari pemindahan pasien

9. Bila pasien Covid19 ini sudah diobati dan dinyatakan sembuh boleh pulang ke rumah,
mengapa diperlukan lagi pemeriksaan Ddimer dan biasanya juga pada pasien Covid19 ini
akan meninggalkan gejala sisa dalam waktu panjang atau yang dikenal dengan istilah long
Covid19, Coba anda jelaskan mengapa diperlukan pemeriksaan Ddimer setelah pasien
dinyatakan sembuh dari Covid19 dan gejala sisa (long Covdi19) apa saja yang kemungkinan
dirasakan oleh pasien dan bagaimana cara mengatasinya.
Jawab:
Karena pada pasien yang terpapar Covid-19 terjadi pengentalan darah yang dapat dilihat dari
peningkatan D-dimer. Pengentalan darah juga dapat menyebabkan hambatan distribusi
oksigen ke organ2 tubuh dan meningkatkan risiko berbagai macam penyakit terkait sumbatan
pembuluh darah. Pemeriksaan D-dimer sangat diperlukan utk menentukan perlu atau
tidaknya diberikan pengobatan berupa pengencer darah utk menghindari komplikasi lanjutan
dari Covid-19 tersebut.

10. Sebagai perawat gawat darurat dan ICU, anda diminta untuk melakukan pengkajian kepada
pasien tersebut mulai dari primary survey hingga secondary survey, coba anda jelaskan
bagaimana anda melakukan pengkajian primary survey dan secondary survey pada pasien
tersebut?
Jawab:
Pengkajian primary survey atau penilaian awal adalah pemeriksaan cepat untuk menentukan
kondisi mengancam nyawa. Penanganan pertama yang harus dilakukan pada pasien positif
covid-19 yang diperhatikan setelah pemasangan APD ada 5 tingkatan :
A (airway) : menjaga airway dengan control servikal ( cervical spine control)
B (breating) : menjaga pernapasan dengan ventilasi
C (circulation) : dengan control perdarahan ( hemorrhage control)
D ( disability) : status neurologis
E (exposure) : environmental control, membuka baju penderita, tetapi cegah hipotermia
Dimana yang ditekankan dari 5 tersebut yang dapat mengancam nyawa langsung ditangani
dan ditekankan untuk pemberian oksigen agar pasien yang sesak napas tidak terjadi hipoksia
yang menimbulkan iskemik

Pengkajian Secondary survey merupakan pemeriksaan secara lengkap yang dilakukan secara
head to toe dalam IPPA dan dilakukan tindakan resusitasi cairan agar pasien tidak mengalami
kekurangan cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Full set of vital signs, five intervention and family presence : dapatkan data TTv, Nilai
kebutuhan psikologi pasien dan keluarga
Give comfort measure : ukur tingkat kesakitan
History : jika pasien sadar, anamnesis data medis
Head-to-toe examination : lakukan pemeriksaan dari kepala ke kaki; inspeksi, auskultasi, dan
raba pasien dari kepala ke kaki
Inspect posterior surface : miringkan pasien ke satu sisi. Periksa dan raba semua permukaan
tubuh bagian belakang

11. Apa sajakah diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien tersebut ditinjau dari
tanda dan gejalanya, sebutkan minimal 5 diagnosa prioritas pada pasien tersebut (Gunakan
refrensi dari SDKI)?
Jawab:
a. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membrane alveolus-kapiler (SDKI,2017)
D.0003 hal. 22
b. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d hipersekresi jalan napas, proses infeksi (SDKI,
2017) D.0001 hal.17
c. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) (SDKI, 2017) D.0130
d. Gangguan ventilasi spontan b/d gangguan metabolisme, kelemahan/ keletihan otot
pernapasan (SDKI, 2017) D.0004 hal. 24

12. Apakah intervensi keperawatan mandiri dan kolaborasi yang dapat dilakukan untuk
mengatasi 3 (tiga) masalah prioritasnya (Gunakan refrensi dari SIKI)?
Jawab:
Terapi Oksigen (SIKI, 2018) 1.01026 hal. 430
Observasi
a. Monitor kecepatan aliran oksigen,
Rasional: memastikan ketepatan dosis pemberian oksigen.
b. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen,
Rasional: mengidentifikasi terjadinya iritasi mukosa akibat aliran oksigen
c. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis.oksimetri, AGD),
Rasional: karena SpO2 ↓, PO2 ↓ & PCO2 ↑dapat terjadi akibat peningkatan sekresi paru
dan keletihan respirasi.
d. Monitor rontgen dada untuk melihat adanya peningkatan densitas pada area paru yang
menunjukkan terjadinya pneumonia.
Terapeutik
a. Bersihkan sekret pada mulut, hidung dan trakea, jika perlu
Rasional: menghilangkan obstruksi pada jalan napas dan meningkatkan ventilasi
b. Berikan oksigen
Rasional: mempertahankan oksigenasi adekuat. Dimulai 5 lpm dengan target SpO2
≥ 90% pada pasien tidak hamil & ≥ 92 –95% pada pasien hamil.
c. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai seperti high flow nasal canulla (HFNC) atau
noninvasive mechanical ventilation (NIV) pada pasien ARDS atau efusi paru luas.
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur pemberian oksigen
b. Rasional: meningkatkan keterlibatan dan kekooperatifan pasien terhadap terapi
oksigen.
Kolaborasi
a. Kolaborasi penentuan dosis oksigen.
Rasional: untuk memperjelas pemberian terapi oksigen sesuai kondisi dan kebutuhan
pasien

Manajemen Jalan Napas (SIKI, 2018) 1.01011 hal. 186


Observasi
1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman usaha napas,
Rasional: mengidentifikasi terjadinya hipoksia melalui tanda peningkatan frekuensi,
kedalaman dan usaha napas.
2. Monitor sputum (jumlah, warna, bau, konsistensi),
Rasional: Tanda infeksi berupa secret tampak keruh dan berbau. Sekret kental dapat
meningkatkan hipoksemia dan dapat menandakan dehidrasi.
Terapeutik
1. Posisikan semi-Fowler atau Fowler,
Rasional: meningkatkan ekskursi diafragma dan ekspansi paru.
2. Berikan minum hangat,
Rasional: memberikan efek ekspektorasi pada jalan napas.
3. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15detik,
Rasional: mengeluarkan sekret jika batuk tidak efektif.
Edukasi
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika tidak kontraindikasi,
Rasional: meningkatkan aktivitas silia mengeluarkan sekret dan kondisi dehidrasi dapat
meningkatkan viskositas secret.
2. Ajarkan teknik batuk efektif.
3. Rasional: memfasilitasi pengeluaran secret.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
2. ekspektorn, mukolitik, jika perlu.

Manajemen Isolasi (SIKI, 1.14509) hal.186


Observasi
1. Identifikasi pasien-pasien yangmembutuhkan isolasi.
Terapeutik
1. Tempatkan satu pasien,
Rasional: satu kamar untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi silang (cross
infection).
2. Sediakan seluruh kebutuhan harian dan pemeriksaan sederhana di kamar pasien,
Rasional: meminimalkan mobilisasi pasien dan staf yang merawat pasien.
3. Dekontaminasi alat-alat kesehatan sesegera mungkin setelah digunakan,
Rasional: menghilangkan virus yang mungkin menempel pada permukaan alat
kesehatan.
4. Lakukan kebersihan tangan pada 5 moment,
Rasional: menurunkan transmisi virus.
5. Pasang alat proteksi diri sesuai SPO (mis. sarung tangan, masker N95,
gowncoverall,apron),
Rasional: memutuskan transmisi virus kepada staf.
6. Lepaskan alat proteksi diri segera setelah kontak dengan pasien,
Rasional: meminimalkan peluang
Manajemen Hipertermia (I.15506 Hal 181)
Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis dehidrasi, terpapar lingkungan panas dll)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Menitor haluaran urine
5. Monitor kompikasi akibat hipertermia
Terapeutik
6. Sediakan lingkungan yang dingin
7. Longgarkan atau mengganti pakaian yang menyerap keringat
8. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
9. Berikan cairan oral
10. Ganti linen setiap hari jika mengalami
hyperhidrosis (kringat berlebih)
11. Lakukan pendinginan eksternal (mis.
Selimut hipertermia atau kompres pada
dahi, leher, atau axila)
12. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
13. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
14. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intavena, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai