NASOFARING
PADA KASUS
COVID-19
Disusun oleh :
Adheya Putrindashafa 1910017041
Safira Dhia Rahmawaty 1910017031
Pembimbing:
dr. Soehartono, Sp.THT-KL
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Doremalen, N., Bushmaker, T., Morris,D.H., Holbrook,M.G., Gamble, A., Williamson,B.N. 2020
TUJUAN ”
Tujuan dari penulisan referat ini, yaitu :
• Sebagai syarat untuk melalui rotasi klinik pada bagian
Laboratorium Ilmu THT-KL.
• Memperkaya pengetahuan penulis tentang COVID-19 terutama
mengenai swab nasofaring pada kasus COVID-19.
BAB Ii
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
• Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh Severe
Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2
(SARS-CoV-2).
• Virus ini merupakan virus RNA strain tunggal
positif, berkapsul dan tidak bersegmen.
WHO. 2020
PATOGENESIS
● Coronavirus disebut dengan virus zoonotik yaitu virus yang
ditransmisikan dari hewan ke manusia.
● Coronavirus pada kelelawar merupakan sumber utama untuk
kejadian severe acute respiratory syndrome (SARS) .
● Secara umum, alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari
manusia ke manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet,
transmisi airbone,rute feses dan oral.
Definisi Kasus
a) Pasien dalam pengawasan atau kasus suspek / possible
b) Kasus probable
c) Kasus terkonfirmasi
PENEGAKKAN
DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tergantung ringan atau
beratnya manifestasi klinis.
1. Tingkat kesadaran: kompos mentis atau penurunan kesadaran
2. Tanda vital.
3. Dapat disertai retraksi otot pernapasan
4. Pemeriksaan fisis paru didapatkan inspeksi dapat tidak simetris
statis dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah
konsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau bronkial dan
ronki kasar.
PENEGAKKAN
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan radiologi: foto toraks, CT-scan toraks, USG
toraks.
2) Pemeriksaan spesimen saluran napas atas dan bawah
a. Saluran napas atas dengan swab tenggorok
(nasofaring dan orofaring)
b. Saluran napas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAL,
bila menggunakan endotrakeal tube dapat berupa
aspirat endotrakeal)
PENEGAKKAN
3). Bronkoskopi DIAGNOSIS
4). Pungsi pleura sesuai kondisi
5). Pemeriksaan kimia darah
6). Biakan mikroorganisme
7.) Pemeriksaan feses dan urin
WHO. 2020
TATALAKSANA
1. Isolasi pada semua kasus
2. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI)
3. Serial foto toraks untuk menilai perkembangan penyakit
4. Suplementasi oksigen
5. Kenali kegagalan napas hipoksemia berat
6. Terapi cairan
7. Pemberian antibiotik empiris
8. Observasi ketat
9. Pahami komorbid pasien
WHO. 2020
Pemeriksaan
Laboratorium untuk
Diagnostik COVID-19
WHO.2020.
• Studi Zheng et al. : jumlah virus terbanyak ditemukan pada spesimen
saluran napas, diikuti feses dan serum. Sampel urin hanya ditemukan 1
berasal dari pasien dengan sakit kritis.
• Spesimen pernapasan bagian atas adekuat untuk menguji infeksi pada
tahap awal, terutama pada kasus asimtomatik atau ringan.
• Pengujian gabungan swab nasofaring dan orofaring dari satu individu
telah terbukti meningkatkan sensitivitas untuk mendeteksi virus
pernapasan dan meningkatkan realibilitas hasil.
• Swab nasofaring individu menghasilkan hasil yang lebih dapat diandalkan
daripada usap orofaring.
WHO.2020.
Okba N, Muller M, Li W, Wang C, GeurtsvanKessel C, Corman V
2020.
Penggunaan rapid test antibody
PDS PatKLIn.
2020.
• Penggunaan tes antibodi atau tes rapid untuk deteksi adanya
SARS-CoV-2 : sensitivitas rendah yaitu 36.4% dan spesifisitas
88.93%.
• Studi meta-analisis oleh Ricco et al. terhadap 10 studi rapid test
antibodi : sensitivitas 64,8% (rentang sensitivitas 18,4% - 93,3%)
dan spesifisitas 98% (rentang spesifisitas 80%-100%) dengan bias
pelaporan yang tinggi.
• WHO tidak merekomendasikan penggunaan tes diagnostik
cepat berbasis deteksi antibodi untuk perawatan pasien tetapi
dapat digunakan untuk surveilans penyakit dan penelitian
epidemiologi.
Döhla M, Boesecke C, Schulte B, Diegmann C, Sib E, Richter E, et al.
2020.
WHO.2020.
Ricco M, Ferraro P, Gualerzi G, Ranzieri S, Henry BM, Said Y Ben, et
al.2020.
II. ANTIGEN
Cara Kerja
• Mendeteksi adanya protein virus (antigen) COVID-19 pada sampel dari
saluran pernapasan seseorang.
• Jika konsentrasi antigen sasaran pada sampel cukup, antigen tersebut
akan mengikat antibodi tertentu yang terdapat pada strip kertas
terbungkus plastik dan akan menghasilkan tanda visual, biasanya
dalam waktu 30 menit.
• Antigen yang terdeteksi hanya bisa diekspresikan saat virus aktif
bereplikasi (fase akut).
WHO.2020; PDS
II. ANTIGEN
PDS PatKLIn.2020.
Kelebihan RAPID TEST
ANTIGEN
1) Mendeteksi komponen virus langsung
2) Baik untuk deteksi fase akut (early case
detection)
3) Tidak memerlukan spesifikasi laboratorium
khusus (Biosafety laboratorium/BSL level II)
4) Tidak memerlukan ketrampilan petugas secara
khusus dalam pengerjaan rapid test
Kemenkes RI.2020.
Penggunaan Swab Nasofaring dalam Diagnostik
COVID-19
Tata Cara Pengambilan Spesimen Nasofaring
a. Persiapkan cryotube yang berisi media transport virus
b. Berikan label yang berisi Nama Pasien dan Kode Nomer Spesimen.
c. Gunakan swab yang terbuat dari dacron/rayon steril dengan tangkai
plastik atau jenis Flocked Swab (tangkai lebih lentur).
d. Pastikan tidak ada Obstruksi (hambatan pada lubang hidung).
e. Masukkan secara perlahan swab ke dalam hidung, pastikan posisi swab
pada Septum bawah hidung.
f. Masukkan swab secara perlahan-lahan ke bagian nasofaring (Gambar 1).
Gambar 1
Penggunaan Swab Nasofaring dalam Diagnostik
COVID-19
g. Swab kemudian dilakukan gerak memutar secara perlahan.
h. Kemudian masukkan sesegera mungkin ke dalam cryotube
yang berisi VTM
i. Patahkan tangkai plastik di daerah mulut cryotube agar
cryotube dapat ditutup dengan rapat (Gambar 2).
Gambar
2
Penggunaan Swab Nasofaring dalam Diagnostik
COVID-19
j. Pastikan label kode spesimen sesuai dengan kode yang ada di
formulir penyelidikan epidemiologi.
k. Cryotube kemudian dililit parafilm dan masukkan ke dalam Plastik
Klip. Jika ada lebih dari 1 pasien, maka Plastik Klip
dibedakan/terpisah. Untuk menghindari kontaminasi silang (Gambar
3).
l. Simpan dalam suhu 2-80C sebelum dikirim. Jangan dibekukan
dalam Freezer.
Gambar
3
Kemenkes RI.2020.
BAB Iii
PENUTUP
• Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular
yang disebabkan oleh (SARS-CoV-2).
• Alur Coronavirus dari hewan ke manusia dan dari manusia ke
manusia melalui transmisi kontak, transmisi droplet, transmisi
airbone,rute feses dan oral.
• Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu >38 C), batuk
dan kesulitan bernapas.
• Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif, seperti
ARDS, syok septik, asidosis metabolik yang sulit dikoreksi dan
perdarahan atau disfungsi sistem koagulasi dalam beberapa hari.
• Penegakkan diagnosis dilakukan berdasarkan hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
• Salah satu dari pemeriksaan penunjang tersebut adalah
pemeriksaan spesimen dari saluran napas atas.
• Pemeriksaan spesimen saluran napas atas meliputi swab nasofaring
dan swab orofaring.
• Berdasarkan beberapa penelitian, swab nasofaring memberikan
sensitivitas yang lebih tinggi daripada swab orofaring.