Anda di halaman 1dari 10

TREND DAN ISU PROGRAM PERAWATAN PALIATIF COVID-19

KEPERAWATAN PALIATIF DAN AJAL

DOSEN PENGAMPU :

Muhammad Rauf.Ns.,M.Kep

PENYUSUN :

Resty Silvia Maylani

NPM.1814201110060

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN REGULER A

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN 2020/2021
BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit virus corona 2019 (corona virus disease/COVID-19) sebuah nama
baru yang diberikan oleh Wolrd Health Organization (WHO) bagi pasien dengan
infeksi virus novel corona 2019 yang pertama kali dilaporkan dari kota Wuhan, Cina
pada akhir 2019. Penyebaran terjadi secara cepat dan membuat ancaman pandemi
baru. Pada tanggal 10 Januari 2020, etiologi penyakit ini diketahui pasti yaitu
termasuk dalam virus ribonucleid acid (RNA) yaitu virus corona jenis baru,
betacorona virus dan satu kelompok dengan virus corona penyebab severe acute
respiratory syndrome (SARS) dan middle east respiratory syndrome (MERS CoV).
Diagnosis ditegakkan dengan risiko perjalanan dari Wuhan atau negara terjangkit
dalam kurun waktu 14 hari disertai gejala infeksi saluran napas atas atau bawah,
disertai bukti laboratorium pemeriksaan real time polymerase chain reaction (RT-
PCR) COVID-19.
Wolrd Health Organization membagi penyakit COVID-19 atas kasus terduga
(suspect), probable dan confirmed, sedangkan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI) mengklasifikasikan menjadi orangdalam pemantauan
(ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), orang tanpa gejala (OTG) dan pasien
terkonfirmasi bila didapatkan hasil RTPCR COVID-19 positif dengan gejala apapun.
Bahan pemeriksaan dapat berupa swab tenggorok, sputum dan bronchoalveolar lavage
(BAL). Hingga saat ini belum ada antivirus dan vaksin spesifik sehingga diberikan
terapi suportif sesuai dengan derajat penyakit. Penyebaran penyakit diketahui melalui
droplet dan kontak dengan droplet. Prognosis pasien sesuai derajat penyakit, derajat
ringan berupa infeksi saluran napas atas umumnya prognosis baik, tetapi bila terdapat
acute respiratory distress syndrome (ARDS) prognosis menjadi buruk terutama bila
disertai komorbid, usia lanjut dan mempunyai riwayat penyakit paru sebelumnya.
Pencegahan utama sekaligus tata laksana adalah isolasi kasus untuk pengendalian
penyebaran. Masih diperlukan berbagai riset untuk mengatasi ancaman pandemi virus
baru ini.

B. Tujuan
Tujuan penyusun dalam penyusunan makalah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus, dimana :
1) Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami tentang konsep dasar penyakit covid 19
2) Tujuan Khusus
Dapat mengetahui dan memahami tentang konsep dasar penyakit covid19
yang meliputi definisi covid, etiologi, patofisiologi,pathway, tanda gejala, dan
penatalaksanaan.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Definisi
Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul dan tidak
bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae.
Coronaviridae dibagi dua subkeluarga dibedakan berdasarkan serotipe dan
karakteristik genom. Terdapat empat genus yaitu alpha coronavirus, betacoronavirus,
deltacoronavirus dan gamma coronavirus.
 Menurut situs WHO Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya
menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit
yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom
Pernafasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

2. Etiologi
SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung genom single-
stranded RNA yang positif. Morfologi virus corona mempunyai proyeksi permukaan
(spikes) glikoprotein yang menunjukkan gambaran seperti menggunakan mahkota dan
berukuran 80-160 nM dengan polaritas positif 27-32 kb. Struktur protein utama
SARS-CoV-2 adalah protein nukleokapsid (N), protein matriks (M),
glikoprotein spike (S), protein envelope (E) selubung, dan protein aksesoris lainnya.
Famili coronaviridae memiliki empat generasi coronavirus, yaitu alpha
coronavirus  (alphaCoV), beta coronavirus (betaCoV), delta coronavirus (deltaCoV),
dan gamma coronavirus (gammaCoV). AlphaCoV dan betaCoV umumnya memiliki
karakteristik genomik yang dapat ditemukan pada kelelawar dan hewan pengerat,
sedangkan deltaCoV dan gammaCoV umumnya ditemukan pada spesies avian.[1-3]
SARS-CoV-2 termasuk dalam kategori betaCoV dan 96,2% sekuens genom
SARS-CoV-2 identik dengan bat CoV RaTG13. Oleh sebab itu, kelelawar dicurigai
merupakan inang asal dari virus SARS-CoV-2. Virus ini memiliki diameter sebesar
60–140 nm dan dapat secara efektif diinaktivasi dengan larutan lipid, seperti ether
(75%), ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam peroksi asetat, dan
kloroform. SARS-CoV-2 juga ditemukan dapat hidup pada aerosol selama 3 jam.
Pada permukaan solid, SARS-CoV-2 ditemukan lebih stabil dan dapat hidup pada
plastik dan besi stainless selama 72 jam, pada tembaga selama 48 jam, dan pada
karton selama 24 jam.

3. Patofisiologi
COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan sel manusia.
Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen
yang membantu adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada
inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan menyebabkan
perubahan genom yang menyebabkan outbreak di kemudian hari.
Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)
menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang ditemukan
pada traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor
masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada permukaan sel
manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding
domain  (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel
virus dan sel inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam sitoplasma
sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab dan
membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan
mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan
protein struktural dan tambahan.
Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein
nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus.
Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang
terinfeksi melalui eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan
menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T, dan traktus respiratorius bawah,
yang kemudian menyebabkan gejala pada pasien.
4. Pathways

5. Tanda & Gejala


a) Tidak berkomplikasi
Kondisi ini merupakan kondisi teringan. Gejala yang muncul berupa gejala
yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul seperti demam, batuk, dapat
disertai dengan nyeri tenggorok, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, dan
nyeri otot. Perlu diperhatikan bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien
immunocompromises presentasi gejala menjadi tidak khas atau atipikal. Selain
itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai dengan demam (≥380C) atau
riwayat demam dan gejala relatif ringan. Pada kondisi ini pasien tidak
memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau napas pendek
b) Pneumonia ringan
Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk, dan sesak. Namun tidak ada
tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan pneumonia tidak berat
ditandai dengan batuk atau susah bernapas Tingkat kesadaran: kompos mentis
atau penurunan kesadaran
c) Tanda vital: frekuensi nadi meningkat, frekuensi napas meningkat,
d) tekanan darah normal atau menurun, suhu tubuh meningkat.
e) Saturasi oksigen dapat normal atau turun.
f) statis dan dinamis, fremitus raba mengeras, redup pada daerah
g) konsolidasi, suara napas bronkovesikuler atau bronkial dan ronki kasar

6. Pencegahan
Pencegahan utama adalah membatasi mobilisasi orang yang berisiko hingga
masa inkubasi. Pencegahan lain adalah meningkatkan daya tahan tubuh melalui
asupan makanan sehat, meperbanyak cuci tangan, menggunakan masker bila berada di
daerah berisiko atau padat, melakukan olah raga, istirahat cukup serta makan
makanan yang dimasak hingga matang dan bila sakit segera berobat ke RS rujukan
untuk dievaluasi.
Pada saat pasien pertama kali teridentifikasi, isolasi pasien di rumah atau
isolasi rumah sakit untuk kasus yang ringan. Pada kasus yang ringan mungkin tidak
perlu perawatan di rumah sakit, kecuali ada kemungkinan perburukan cepat. Semua
pasien yang dipulangkan diinstruksikan untuk kembali ke rumah jika sakit memberat
atau memburuk.
Beberapa upaya pencegahan dan kontrol infeksi perlu diterapkan prinsip-prinsip yaitu
- hand hygiene
- penggunaan alat pelindung diri untuk mencegah kontak langsung dengan
pasien (darah, cairan tubuh, secret termasuk sekret pernapasan, dan kulit tidak
intak),
- pencegahan tertusuk jarum serta benda tajam,
- managemen limbah medis,
- pembersihan dan desinfektan peralatan di RS serta pembersihan lingkungan
RS.
Pembersihan dan desinfektan berdasarkan karakteristik Coronavirus yaitu
sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan oleh desinfektan
mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit, eter,
alkohol, asam perioksiasetat dan kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam
menonaktifkan virus.
7. Penatalaksanaan
Kewaspadaan standar harus terus diberlakukan di semua area fasilitas
pelayanan kesehatan. Kewaspadaan standar meliputi kebersihan tangan dan
penggunaan alat perlindungan diri (APD) saat berkontak tidak langsung atau langsung
dengan darah, cairan tubuh, sekresi (termasuk sekresi pernapasan) dan kulit pasien
yang tidak utuh. Kewaspadaan standar juga mencakup pencegahan luka tusukan
jarum suntik atau benda tajam; pengelolaan limbah secara aman; pembersihan dan
disinfeksi peralatan; serta pembersihan lingkungan.
 Lakukan PPI pada titik masuk pasien ke rumah sakit. Skrining harus dilakukan
pada titik kontak pertama di unit gawat darurat atau unit/klinik rawat jalan.
Pasien suspek covid-19 harus diberi masker dan diarahkan ke area terpisah.
Jaga jarak antara pasien-pasien suspek setidaknya 1 m.
 Pengambilan spesimen untuk diagnosis laboratorium, Ambil spesimen dari
saluran pernapasan atas (SPA; nasofaringeal dan orofaringeal) dan jika secara
klinis masih diragukan dan spesimen SPA negatif, ambil spesimen dari saluran
pernapasan bawah saat sudah tersedia (SPB; dahak yang dikeluarkan, aspirat
endotrakea, atau bilasan bronkoalveolar pada pasien berventilasi) untuk uji
virus covid-19 dengan RT-PRC dan pewarnaan/kultur bakteri.
 Beri pasien covid-19 ringan pengobatan gejala seperti antipiretik untuk
demam
 Segera beri terapi oksigen tambahan kepada pasien SARI dan gawat
pernapasan, hipoksaemia atau renjatan dan target spo2 > 94%
 Beri antimikroba empiris untuk mengobati semua kemungkinan patogen
penyebab SARI dan sepsis sesegera mungkin, dalam waktu 1 jam setelah
penilaian awal untuk pasien sepsis
 Kenali kegagalan pernapasan hipoksemik berat jika tidak ada tanggapan dari
pasien gawat pernapasan terhadap terapi oksigen standar dan persiapkan
dukungan oksigen/ventilasi lanjutan.
BAB III

PENUTUP

I. Kesimpulan
Covid-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus corona. Virus ini
menyerang saluran pernafasan. Gejala Covid-19 yang paling umum adalah demam,
kelelahan, dan batuk kering. Beberapa orang mungkin mengalami sakit dan nyeri,
hidung tersumbat, pilek, sakit tenggorokan atau diare. Untuk proses penularan
terjadi dari orang ke orang sehingga perlu adanya pencegahan yang harus
dilakukan.
Adapun cara penanggulangan dan pencegahan yang benar dengan
meningkatkan daya tahan tubuh melalui asupan makanan sehat, meperbanyak cuci
tangan, menggunakan masker bila berada di daerah berisiko atau padat, melakukan
olah raga, istirahat cukup serta makan makanan yang dimasak hingga matang dan bila
sakit segera berobat ke RS rujukan untuk dievaluasi.

II. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, saya berharap kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun serta memberi informasi tambahan agar makalah ini bisa lebih
baik untuk ke depannya karena diperlukan Kembali penelitian penyakit covid 19
lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Diah Handayani, Dwi Rendra Hadi, Fathiyah Isbaniah, Erlina Burhan, Heidy
Agustin, Jurnal Respirologi Indonesia, Vol.40, No.2, April 2020. P-ISSN 0853-7704
E-ISNN 26203162

Erlina Burhan, Fathiyah Isbaniah, Agus Dwi Susanto , Tjandra Yoga Aditama,
Soedarsono, Teguh Rahayu Sartono, Yani Jane Sugiri, Rezki Tantular, Bintang Ym
Sinaga, R.R Diah Handayani, Heidy Agustin. Pneumonia Covid-19 ISBN: 978-623-
92964-0-7, Jakarta, 2020

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi


Covid19, https://www.kemkes.go.id/

Anda mungkin juga menyukai