Anda di halaman 1dari 15

COVID-19

(2A DIII KEPERAWATAN)

KELOMPOK 3:

1. ARIEL JANUAR SUPRIADI


2. RINA HERMAYANI
3. RISA YULIANTI
4. YULI YANTI A

UNIVERSITAS FALETEHAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI DIII KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KONSEP PENYAKIT
a. Definisi covid-19
COVID-19 adalah penyakit akibat suatu coronavirus baru yang
sebelumnya tidak teridentifikasi pada manusia. Coronavirus adalah
suatu kelompok virus yang ditemukan pada hewan dan manusia.
b. Etiologi covid-19
Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus
dengan nama spesies severe acute respiratory syndrome virus
corona 2 yang disebut SARS-CoV-2.
Masing-masing orang memiliki respons yang berbeda terhadap
COVID-19. Sebagian besar orang yang terpapar virus ini akan
mengalami gejala ringan hingga sedang, dan akan pulih tanpa perlu
dirawat di rumah sakit.
Gejala yang paling umum:
1. demam
2. batuk kering
3. kelelahan
Gejala yang sedikit tidak umum:
1. rasa tidak nyaman dan nyeri
2. nyeri tenggorokan
3. diare
4. konjungtivitis (mata merah)
5. sakit kepala
6. hilangnya indera perasa atau penciuman ruam pada kulit, atau
perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki
c. Klasifikasi covid-19
1. Orang tanpa gejala(OTP)
Orang tanpa gejala yang memiliki kontak dengan kasus positif
[isolasi diri dirumah]
2. Orang dalam pemantauan(ODP)
Orang yang memiliki gejala ringan, dan membutuhkan
pemeriksaan
[isolasi diri dirumah]
3. Pasien dalam pengawasan(PDP)
Pasien yang memiliki gejala ringan/sedang/berat yang meiliki
riwayat perjalanan/kontak dan membutuhkan pemeriksaan
[ringan: isolasi diri dirumah]
[sedang: rawat di RS darurat]
[berat: rawat di RS rujukan]
4. Konfirmasi
Pasien yang terinfeksi covid-19 dengan hasil pemeriksaan
positif
[ringan: isolasi diri dirumah]
[sedang: rawat di RS darurat]
[berat: rawat di RS rujukan]
d. Patofisiologi covid-19
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike
virus dengan sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome
akan terjadi dan memfasilitasi ekspresi gen yang membantu
adaptasi severe acute respiratory syndrome virus corona 2 pada
inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen, atau delesi, akan
menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di
kemudian hari.
Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2)
menggunakan reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2)
yang ditemukan pada traktus respiratorius bawah manusia dan
enterosit usus kecil sebagai reseptor masuk. Glikoprotein spike (S)
virus melekat pada reseptor ACE2 pada permukaan sel manusia.
Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding
domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi
membran antara sel virus dan sel inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam
sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein
pp1a dan pp1ab dan membentuk kompleks replikasi-transkripsi
(RTC). Selanjutnya, RTC akan mereplikasi dan menyintesis
subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan protein
struktural dan tambahan.
Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA,
protein nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk
badan partikel virus. Virion kemudian akan berfusi ke membran
plasma dan dikeluarkan dari sel-sel yang terinfeksi melalui
eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan
menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T, dan traktus
respiratorius bawah, yang kemudian menyebabkan gejala pada
pasien.
e. Manifestasi klinis covid-19
SARS-CoV-2 atau nCov-19 ini termasuk dalam kategori betaCoVs
analisis genomic menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 mungkin
berevolusi yang ditemukan pada kelelawar. Mutasi dalam strain
asli bisa langsung dipicu virulensi terhadap manusia.Menurut
World Health Organization (WHO), penyakit virus tersebut terus
muncul dan merupakan masalah serius bagi kesehatan masyarakat.
Dalam dua puluh tahun terakhir, beberapa epidemi virus seperti
sindrom pernapasan akut parah coronavirus (SARS-CoV) di 2002
untuk 2003. Ditemukan 98% pasien dalam studi mereka
mengalami demam, yang 78% memiliki suhu lebih tinggi dari
38°c. Mereka melaporkan bahwa 76% pasien telah batuk, 44% dari
pasien mengalami kelelahan dan nyeri otot, dan 55% dari pasien
mengalami dyspnea dengan kasus usia tua dan pemilik penyakit
komorbid serta ARDS akan memiliki prognosis lebih buruk ketika
terinfeksi virus ini.Dengan belum adanya pengobatan yang efektif,
cara terbaik untuk menangani epidemi SARS-CoV-2 adalah
mengendalikan sumber infeksi. Strategi meliputi diagnosa awal,
isolasi, dan perawatan suportif. Obat imunosupresif memiliki efek
pada imunitas humoral, kekebalan sel-dimediasi dan fungsi
neutrofil, meningkatkan risiko infeksi berat yang disebabkan oleh
agen virus. Pasien yang menerima terapi imunosupresif beresiko
untuk memiliki manifestasi yang lebih berat terhadap infeksi virus
tersebut. Beberapa penelitian juga menyertakan klorokuin sebagai
tatalaksana dari Cov-19.
f. Pemeriksaan Penunjang covid-19
Berikut ini merupakan beberapa pemeriksaan laboratorium yang
dapat digunakan untuk mendukung tatalaksana kasus COVID-19 :
1. Skrining
Pada tahap skrining dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium
hematologi, rapid tes serta pemeriksan Molekuler. Parameter
hematologi yang mendukung COVID-19 adalah penurunan jumlah
lekosit / lekopenia, yaitu jumlah lekosit / sel darah putih < 4000 /
ul); hitung netrofil absolute > 2500 / ul, hitung limfosit absolute /
ALC : < 1500 / ul, netrofil limfosit rasio (NLR) : > 3,13 dan CRP :
> 10 mg / L. Pemeriksan rapid tes dapat menggunakan rapid tes
antigen atau antibody. Sedangkan pemeriksaan Molekuler terdiri
dari Tes Cepat Molekuler (TCM) atau Real Time PCR.
2. Diagnosis
Untuk pemeriksaan diagnosis selain pemeriksaan laboratorium
perlu diperhatikan klinis pasien, serta riwayat kontak atau terpapar
dengan orang yang terkonfirmasi positif COVID-19. Pemeriksaan
yang diperlukan untuk mendukung diagnostik COVID-19, dapat
berupa pemeriksaan hematologi, kombinasi antara rapid tes antigen
dan antibody dengan pemeriksaan molekuler (RT PCR atau Tes
cepat Molekuler).
Penggunaan rapid tes terutama rapid tes antibody ini banyak
digunakan di indonesia. Tes ini digunakan untuk mendeteksi
adanya antibody terhadap COVID-19 ini. Antibody ini akan
timbul pada hari ke 7 pasca infeksi / gejala, sehingga perlu strategi
dalam penggunaan rapid tes antibody.
g. Penatalaksanaan medis covid-19
Penatalaksanaan pasien COVID-19 bergantung pada tingkat
keparahannya. Pada pasien dengan gejala ringan, isolasi dapat
dilakukan di rumah. Pada pasien dengan penyakit berat atau risiko
pemburukan, maka perawatan di fasilitas kesehatan diperlukan.
II. PATOFISIOLOGI COVID-19
Covid-19 sama seperti virus-virus lain yang membutuhkan inang,
dalam kasus ini yaitu tubuh manusia, untuk membantunya menyebar.
Pada dasarnya, virus adalah sebuah sepotong materi genetik yang tidak
dapat melakukan banyak 'hal' dengan sendirinya. Ia harus menyerang
tubuh makhluk hidup agar dapat berkembang biak. Sebab, tanpa tubuh
makhluk hidup, virus akan mati. Virus tidak sama dengan bakteri. Ia
tidak butuh makan, minum, mengeluarkan kotoran, atau beristirahat.
Pekerjaan satu-satunya adalah melakukan reproduksi dengan
menggandakan diri. Akan tetapi, kegiatan ini dapat dilakukan saat
virus menemukan inang yang tepat.
Jalur penularan utama dari virus corona Covid-19 adalah melalui
tetesan. Pasien terinfeksi yang batuk atau bersin mengeluarkan tetesan
keluar yang mengandung virus. Virus tersebut akan masuk ke tubuh
orang lain saat bernafas atau saat menyentuh permukaan di mana
tetesan tersebut menempel. Kemudian, saat mereka memegang wajah
dengan tangan dan bernafas, mereka pun akan terpapar virus ini.
Saat virus corona telah masuk ke dalam tubuh, dengan cepat ia akan
menuju belakang tenggorokan dan hidung orang tersebut.  Lapisan
hidung dan tenggorokan disebut sebagai mukosa. Di sinilah virus
berbentuk paku ini akan menempel sebelum mulai bekerja. Ketika
mencapai bagian belakang hidung, virus ini akan mengambil alih sel-
sel di lorong hidung. Ia akan masuk ke dalam dan memprogram ulang
untuk berhenti melakukan pekerjaan apapun dan hanya fokus membuat
lebih banyak virus. Setelah sel tersebut menghasilkan lebih banyak
virus daripada kapasitasnya, virus pun akan meledak dan
menempelkan diri ke sel-sel yang berdekatan. Kemudian
menggunakannya sebagai tempat untuk reproduksi dan siklus kembali
berulang. Penghancuran sel-sel di hidung dan tenggorokan akan
menyebabkan batuk kering dan sakit ternggorokan. Rasa sakit yang
dirasakan adalah tanda bahwa sel berada dalam kesulitan dan sedang
dihancurkan. Tahap selanjutnya adalah demam. Pada tahap ini, sistem
kekebalan tubuh atau imun telah menyadari adanya benda asing di
dalam tubuh. Bahan kimia yang disebut sebagai pirogen pun
dilepaskan oleh sistem imun. Zat ini menginstruksikan otak untuk
menaikkan suhu tubuh, menyebabkan seseorang mengalami demam
tinggi, yaitu sekitar 37,8 derajat celsius atau lebih. Demam membantu
tubuh memicu bagian lain dari sistem kekebalan tubuh untuk mulai
bekerja dan juga menciptakan lingkungan yang tidak menguntungkan
atau berlawanan dengan virus. Ada pendapat yang mengatakan bahwa
demam membantu melawan infeksi, tetapi karena demam merupakan
penanda tidak sehat, orang mencoba untuk menurunkannya. Namun,
gejala demam, batuk, maupun sakit tenggorokan adalah waktu di mana
gejala berakhir di sebagian besar orang. Dalam waktu 5-7 hari,
kekebalan tubuh akan memberikan respons yang cukup untuk
menghancurkan virus dan orang tersebut pun akan pulih.
Namun, ada sebagian orang yang sistem imunnya tidak dapat
merespons dengan cepat sehingga virus akan terus menyebar. Saat
virus menggandakan diri dan menginfeksi lebih banyak sel di dalam
tubuh, ia turun menuju paru-paru. Di sini, virus menyerang sel-sel di
paru-paru. Kondisi ini membuat paru-paru kesulitan melakukan
tugasnya mengambil oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
Oleh karena itu, paru-paru akan bekerja lebih keras dan orang tersebut
akan mengalami sesak napas. Inilah yang menyebabkan virus corona
dikaitkan dengan kesulitan bernapas. Saat virus menyerang semakin
banyak bagian paru-paru, akan terjadi peradangan dan mereka mulai
dapat mengisinya dengan cairan dan nanah sehingga terjadi
pneumonia. Jika paru-paru terus membengkak dan terisi dengan
banyak cairan, pasien mungkin membutuhkan ventilator. Saat itu, ada
risiko kematian jika paru-paru tidak mau bekerja. Beberapa orang juga
melaporkan diare sebagai salah satu gejalanya. Penyebabnya adalah
karena virus mungkin dapat keluar dari saluran hidung anda dan
menuju usus. Kondisi ini menyebabkan masalah juga sehingga orang
dengan gejala ringan dapat pula mengalami diare. Melihat
kemungkinan tersebut, risiko penularan virus melalui feses dapat
dikatakan kecil.
III. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Keluhan utama: demam, batuk, dan sesak
b. Data fokus
Data subyektif:
1. Pasien mengatakan demam sejak 5 hari, tidak bisa tidur, cemas
dengan kondisinya dan stres.
2. Pasien mengatakan tidak bisa nafas secara normal sejak 3 hari.
3. Pasien mengatakan batuk sejak 6 hari dan nyeri tenggorokan.
4. Pasien mengatakan bahwa jarang minum saat pasien dalam
kondisi sehat dan sakit. Biasanya pasien hanya minum enam
gelas dalam satu hari.
5. Pasien mengatakan mudah sekali lelah.

Data obyektif:

1. Pasien terpasang infus RL 20 tpm


2. Pasien menggunakan alat bantu oksigenasi. Pasien terpasang
oksigen 3 liter/ menut binasial
3. Pasien bernafas menggunakan otot bantu
sternocleidomastoideus
4. Pasien tampak sesak
5. Tampak lingkaran hitam pada kedua mata pasien
6. Hasil pemeriksaan TTV = Nadi 102x/menit, RR 32x/menit,
suhu 38,2°C, TD 130/90 mmHg, dan skala nyeri 5
7. Hasil pemeriksaan fisik = pasien nampak sakit sedang, tingkat
kesadaran pasien compos mentis, penyebaran rambut pasien
baik dan tidak ditemukannya nodul dan jejas, mata pasien tidak
ada gangguan dan konjungtiva sehat, pupil isokor, diameter
3mm dan respon terhadap cahaya keduanya positif, telinga
pasien tidak ada gangguan dan tidak ditemukannya benda
asing, hidung dalam keadaan kotor oleh sekret akan tetapi tidak
ditemukannya polip, nodul, dan sinusitis, tidak ditemukannya
infeksi pada gusi, palatum, lidah, tonsil, dan faring, kelenjar
tiroid dan kelenjar getah bening tidak mengalami pembesaran,
bentuk dada normal dengan diameter antara anterior dengan
posterior 2 : 1, tidak 18 ada deviasi trakea, tidak ada jejas dan
pengembangan pada dada simetris, vocal fremitus paru-paru
pasien getarannya sama kanan dan kirinya, suara perkusi paru-
paru pasien rebup (tidak normal karena terdapat sekresi
tertahan pada paru-paru pasien), suara auskultasi paru-paru
pasien abnormal dikarenakan terdapat suara tambahan ronchii
basah, denyutan apex tidak terlihat akan tetapi teraba pada ICS-
5, batas atas jantung pada ICS-2 midclavicula sinistra, batas
kiri pada ICS-3 midaxillary sinistra, batas kanan pada ICS-2
lateral sternalis dextra dan batas bawah jantung pada ICS ke-5
midclavikula sinistra. Hasil inspeksi abdomen pasien tidak
ditemukannya ascites, pelebaran pembuluh darah, jejas ataupun
bekas trauma, auskultasi abdomen terdengar jelas pada kuadran
4 bunyi peristaltic 7x/menit, organ hepar, appendix, dan limpa
tidak mengalami pembesaran. Pemeriksaan genetalia pasien
tidak mengalami inguinal hernia, alat genital tidak
ditemukannya infeksi dan anus tidak mengalami hemoroid dan
infeksi. Pada alat ekstermitas pasien tidak terdapat bengkak,
tidak terdapat dislokasi, tidak terdapat disformitas, tidak
terdapat pemendekan, dan tidak didapatkannya krepitasi, skala
kekuatan otot adalah 5. Kulit pasien utuh, tekstur kulit pasien
halus, warna kulit sawo matang, tidak ditemukannya lesi,
kelembaban kulit baik, tidak ada turgor kulit. Uji reflek pada
mata keduanya reaktif, uji reflek pada ekstermitas atas pada
triceps, biceps, dan brachioradialis semuanya tidak reaktif, dan
uji reflek pada kaki yaitu achilles, patella dan Babinski
seluruhnya reaktif.
c. Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
2. Hipertermia b.d Proses penyakit (infeksi)
3. Resiko Defisit Nutrisi b.d faktor psikologis
d. Nursing Care Plan (disusun dengan menggunakan table)

Diagnosa keperawatan Tujuan Intervesi


Bersihan jalan nafas tidak efektif NOC: NIC:
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas  Respiratory status : Airway Suction
Definisi : Ketidakmampuan untuk Ventilation 1. Pastikan
membersihkan sekresi atau obstruksi dari  Respiratory status : kebutuhan oral /
saluran pernafasan untuk mempertahankan Airway patency tracheal
kebersihan jalan nafas  Aspiration Control suctioning
Batasan Karakteristik : Setelah dilakukan tindakan 2. Auskultasi suara
 Tidak ada batuk keperawatan selama 2x24jam nafas sebelum
 Suara nafas tambahan klien menunjukkan keefektifan dan sesudah
 Perubahan frekuensi nafas jalan nafas dengan suctioning
 Perubahan irama nafas Kriteria Hasil : 3. Informasikan
 Sianosis  Mendemonstrasikan pada klien dan
 Kesulitan berbicara atau batuk efektif dan suara keluarga tentang
mengeluarkan suara nafas yang bersih, tidak suctioning
 Penurunan bunyi nafas ada sianosis dan 4. Minta klien nafas
 Dispneu dyspneu (mampu dalam sebelum
 Sputum dalam jumlah yang mengeluarkan sputum, suction
berlebihan bernafas dengan mudah, dilakukan.
 Batuk yang tidak efektif tidak ada pursed lips) 5. Berikan O2
 Orthopneu  Menunjukkan jalan dengan
 Gelisah nafas yang paten (klien menggunakan
 Mata terbuka lebar tidak merasa tercekik, nasal untuk
Faktor yang berhubungan dengan: irama nafas, frekuensi memfasilitasi
 Lingkungan : perokok pasif, pernafasan dalam suksion
mengisap aspa, merokok rentang normal, tidak nasotrakeal
 Obstruksi jalan nafas : spasme ada suara nafas 6. Gunakan alat
jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya abnormal) yang steril sitiap
mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi  Mampu melakukan
bronkus, adanya eksudat di alveolus, mengidentifikasikan dan tindakan
adanya benda asing di jalan nafas. mencegah faktor yang 7. Anjurkan pasien
 Fisiologis: Jalan napas alergik, penyebab. untuk istirahat
asma, penyakit paru obstruktif kronik, dan napas dalam
hiperplasi dinding bronchial, infeksi, setelah kateter
disfungsi neuromuskular dikeluarkan dari
nasotrakeal
8. Monitor status
oksigen pasien
9. Ajarkan keluarga
bagaimana cara
melakukan
suksion
10. Hentikan suksion
dan berikan
oksigen apabila
pasien
menunjukkan
bradikardi,
peningkatan
saturasi O2, dll.
Airway Managemen
1. Buka jalan nafas,
guanakan teknik
chin lift atau jaw
thrust bila perlu
2. Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
3. Identifikasi
pasien perlunya
pemasangan alat
jalan nafas
buatan
4. Pasang mayo bila
perlu
5. Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
6. Keluarkan sekret
dengan batuk
atau suction
7. Auskultasi suara
nafas, catat
adanya suara
tambahan
8. Lakukan suction
pada mayo
9. Berikan
bronkodilator
bila perlu
10. Berikan
pelembab udara
Kassa basah
NaCl Lembab
11. Atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi
dan status O2
Hipertermia NOC: NIC :
Berhubungan dengan : Thermoregulasi  Monitor suhu
- penyakit/ trauma Setelah dilakukan tindakan sesering mungkin
- peningkatan metabolisme keperawatan selama 30menit  Monitor warna
- aktivitas yang berlebih pasien menunjukkan : dan suhu kulit
- dehidrasi Suhu tubuh dalam batas normal  Monitor tekanan
DO/DS: dengan kreiteria hasil: darah, nadi dan
 kenaikan suhu tubuh diatas  Suhu 36 – 37C RR
rentang normal  Nadi 102x/menit dan  Monitor
 serangan atau konvulsi (kejang) RR 32x/menit dalam penurunan
kulit kemerahan rentang normal tingkat kesadaran
 pertambahan RR  Tidak ada perubahan  Monitor WBC,
 takikardi warna kulit dan tidak Hb, dan Hct
 Kulit teraba panas/ hangat ada pusing, merasa  Monitor intake
nyaman dan output
 Berikan anti
piretik:
parasetamol
 Kelola
Antibiotik:
amoxicillin
 Selimuti pasien
 Berikan cairan
intravena
 Kompres pasien
pada lipat paha
dan aksila
 Tingkatkan
sirkulasi udara
 Tingkatkan
intake cairan dan
nutrisi
 Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
 Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
 Monitor hidrasi
seperti turgor
kulit,
kelembaban
membran
mukosa)
Resiko defisit nutrisi NOC: NIC:
Berhubungan dengan:  Fluid balance  Pertahankan
 Kehilangan volume cairan secara  Hydration catatan intake
aktif  Nutritional Status: Food dan output yang
 Kegagalan mekanisme pengaturan and Fluid Intake akurat
DS : Haus Setelah dilakukan  Monitor status
DO: tindakan keperawatan hidrasi(kelembab
 Penurunan turgor kulit/lidah selama 1x24jam defisit an membran
 Membran mukosa/kulit kering volume cairan teratasi mukosa, nadi

 Peningkatan denyut nadi, dengan kriteria hasil: adekuat, tekanan

penurunan tekanan darah,  Mempertahankan urine darah ortostatik ),

penurunan volume/tekanan nadi output sesuai dengan jika diperlukan

 Pengisian vena menurun usia dan BB, BJ urine  Monitor hasil lab

 Perubahan status mental normal, yang sesuai


 Tekanan darah, nadi, dengan retensi
 Konsentrasi urine meningkat
suhu tubuh cairan(BUN ,
 Temperatur tubuh meningkat
dalam batas normal Hmt , osmolalitas
 Kehilangan berat badan secara
 Tidak ada tanda tanda urin, albumin,
tibatiba
dehidrasi, Elastisitas total protein)
 Penurunan urine output
turgor kulit baik,  Monitor vital
 HMT meningkat
membran mukosa sign setiap
 Kelemahan
lembab, tidak ada rasa 15menit – 1 jam
haus yang berlebihan  Kolaborasi
 Orientasi terhadap pemberian cairan
waktu dan IV
tempat baik  Monitor status
 Jumlah dan irama nutrisi
pernapasan dalam batas  Berikan cairan
normal oral
 Elektrolit, Hb, Hmt  Berikan
dalam batas normal penggantian
 pH urin dalam batas nasogatrik sesuai
normal output (50 –
 Intake oral dan 100cc/jam)
intravena adekuat  Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
 Kolaborasi
dokter jika tanda
cairan berlebih
muncul meburuk
 Atur
kemungkinan
tranfusi
 Persiapan untuk
tranfusi
 Pasang kateter
jika perlu
 Monitor intake
dan urin output
setiap 8 jam

IV. LITERATUR/SUMBER
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/coronavirus-
disease-2019-covid-19/patofisiologi
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/267
8
https://rsupsoeradji.id/pemeriksaan-laboratorium-pada-covid-19/
https://www.alomedika.com/penyakit/penyakit-infeksi/coronavirus-
disease-2019-covid-19/penatalaksanaan
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/25/203000465/catatan-
seorang-dokter-perjalanan-infeksi-virus-corona-di-tubuh-manusia?
page=all

Anda mungkin juga menyukai