e. Mengapa dari hasil swab antigen dinyatakan positif padahal sudah divaksin sekitar 6 bulan
lalu?
Karena pada saat Saat divaksin virus yang dilemahkan/inaktif masuk kedalam tubuh
membawa protein-protein yang terdapat pada struktur virus covid 19, sistem imun spesifik (sel
limfosit T) khususnya Thelper mengingat Antigen yang masuk kedalam tubuh, sehingga apabila
terjadi paparan kedua maka sistem imun spesifik sudah mampu mengenali Ag terlebih dahulu
sehingga Sel Th sel Tkiller dan sistem imun non spesifik lain melawan virus/Ag yang masuk,
tangkat virulensi SARS COV-2 berkurang, masih dapat sakit, namun gejala lebih ringan. Individu
yang sudah divaksin masih mungkin terinfeksi Covid-19 karena tidak ada vaksin yang mencegah
infeksi Covid-19 secara penuh. Pada individu yang baru menerima dosis pertama, antibodi
terbentuk masih dalam jumlah rendah. Akan tetapi, meskipun kekebalan tubuh sudah lebih
meningkat setelah dosis kedua, bila terdapat paparan terhadap virus dalam jumlah banyak dan
berulang kali, maka individu tersebut masih mungkin terinfeksi. Oleh sebab itu, setelah mendapat
vaksin sebanyak dua dosis, protokol kesehatan harus tetap dilaksanakan secara ketat (Pedoman
Tatalaksana Covid-19 Edisi 4, 2022).
Burhan, E., et al. 2022. Pedoman Tatalaksana COVID-19 Edisi 4. Jakarta: PDPI, PERKI,
PAPDI, PERDATIN, IDAI.
f. Apa makna menjelang tindakan operasi, dokter IGD melakukan tindakan skrinning covid-19
dengan melakukan pemeriksaan swab antigen?
g. Bagaimana etiologi dari covid-19?
Patofisiologi COVID-19 (coronavirus disease 2019) diawali dengan interaksi protein spike
virus dengan receptor sel manusia. Angiotensin-converting enzyme 2 (ACE2) adalah reseptor
seluler untuk SARS-CoV dan SARS-CoV-2. ACE2 banyak ditemukan pada sistem pernapasan
bagian atas, sel epitel alveolus tipe I dan II di paru-paru, jantung, sel endotel, enterosit usus, epitel
tubulus ginjal, Limfosit T, dll. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada
permukaan sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding domain
(RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran antara sel virus dan sel inang.
Tingginya virulensi lonjakan SARS-CoV-2 ke permukaan sel ACE2 protein spike (S)
berikatan dengan reseptor ACE2 melalui receptor-binding domain (RBD) di domain S1 dan fusi
membran melalui subunit S2 CoV berikatan dengan ACE2 Masuknya (SARS-CoV-2)
kedalam sel host priming protein S dibantu oleh protease seluler TMPRSS2 dan furin terjadi
pembelahan pada domain S1/S2 virus masuk kedalam sel melalui permukaan sel secara
endositosis Virion diambil ke dalam endosom terjadi proliferasi virus didalam sel host
diaktifkan oleh sistein protease cathepsin L (Muniyappa &Gubbi,2020).
Muniyappa, R., & Gubbi, S. (2020). COVID-19 pandemic, coronaviruses, and diabetes mellitus.
American Journal of Physiology-Endocrinology and Metabolism.
Talib, M. T. and Albar, S. (2021) ‘Analisis Faktor Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi
Di Puskesmas Tamalate Makassar’, Healthcare Nursing Journal, 3(1), pp. 52–58.
Secara umum, para penerima vaksinasi harus menyadari bahwa setelah menerima vaksinasi
dosis pertama, sistem kekebalan tubuh kita baru dikenalkan kepada virus dan kandungan yang ada
di dalamnya. Tujuannya adalah memicu respons kekebalan awal dan memori kekebalan tubuh
terhadap infeksi virus Sars-Cov2. Jadi, selama itu ia harus tetap patuh protokol kesehatan 3M.
Vaksinasi dosis kedua ditujukan untuk menguatkan respons imun yang telah terbentuk, untuk
memicu respons antibodi yang lebih kuat dan lebih efektif. Artinya vaksinasi kedua berfungsi
sebagai booster untuk membentuk antibodi secara optimal. Secara keilmuan, imunitas terbentuk
dengan baik sekitar 28 hari setelah selesai vaksinasi (Umar, dkk, 2021). Lalu, Vaksin booster
sebagai lanjutan dari dua kali vaksin sebelumnya dilakukan karena adanya kecenderungan
penurunan jumlah antibodi sejak 6 bulan pasca vaksinasi terutama di tengah kemunculan varian
Covid-19 seperti halnya Omicron. Oleh karena vaksin booster merupakan dosis tambahan, maka
akan memberikan perlindungan yang lebih ekstra terhadap serangan Covid-19 maupun virus
varian baru yang muncul seperti halnya Omicorn (Umar,dkk., 2021).
Umar, A. S., Putra, D. A., & Jariyah, I. (2021). Program Vaksinasi Guna Meningkatkan Imun
Tubuh. In Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ, 1(1).
Vaksinasi dosis kedua ditujukan untuk menguatkan respons imun yang telah terbentuk, untuk
memicu respons antibodi yang lebih kuat dan lebih efektif. Artinya vaksinasi kedua berfungsi
sebagai booster untuk membentuk antibodi secara optimal. Secara keilmuan, imunitas terbentuk
dengan baik sekitar 28 hari setelah. selesai vaksinasi (Umar, dkk, 2021).
Lalu, Vaksin booster sebagai lanjutan dari dua kali vaksin sebelumnya dilakukan karena
adanya kecenderungan penurunan jumlah antibodi sejak 6 bulan pasca vaksinasi terutama di
tengah kemunculan varian Covid-19 seperti halnya Omicron. Oleh karena vaksin booster
merupakan dosis tambahan, maka akan memberikan perlindungan yang lebih ekstra terhadap
serangan Covid-19 maupun virus varian baru yang muncul seperti halnya Omicorn (Umar, dkk,
2021).
Vaksin covid 19 yang terdiri dari berbagai produk biologi dan bagian dari virus covid 19 yang
sudah dilemahkan yang disuntikkan ke dalam tubuh, akan merangsang timbulnya imun
atau daya tahan tubuh seseorang. Tubuh seseorang yang telah disuntikkan vaksin covid 19, akan
merangsang antibodi untuk belajar dan mengenali virus covid 19 yang telah dilemahkan tersebut.
Dengan demikian, tubuh akan mengenai virus covid 19 dan mengurang risiko terpapar. Dengan
kondisi kekebalan tubuh yang telah mengenali virus covid 19, maka jika sistem imun seseorang
kalah dan kemudian terpapar, maka dampak atau gejala dari virus covid 19 tersebut akan
mengalami pelemahan sehingga dapat mengurangi Dampak Berat dari Virus covid 19 (Kemenkes,
2021).
Vaksin ketika diberikan ke dalam tubuh manusia memungkinkan sistem kekebalan tubuh
untuk mengenali antigen mikroorganisme dan memicu respon imun yang kuat dengan
memproduksi antibodi terhadap patogen. Ini menghalangi replikasi patogen pada infeksi dan
dengan demikian mencegah perkembangan penyakit. Dengan demikian, pengembangan vaksin
sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit Infeksi SARS-CoV-2 dan membantu
mengurangi morbiditas dan mortalitas COVID-19 (Chung., et al, 2021).
Pada umumnya vaksin harus diberikan dalam 2 kali (atau 3 kali suntikan) agar dapat
merangsang terbentuknya titer antibodi yang tinggi.
- Suntikan pertama disebut suntikan primer, belum menghasilkan titer antibodi yang protektif
(titernya masih rendah).
- Suntikan kedua (atau ketiga) disebut suntikan booster, akan merangang titer antibodi sekunder
yaitu IgG yang tinggi dengan afinitas yang lebih kuat. Diharapkan hal ini akan memberikan
perlindungan yang lebih baik dan dalam jangka waktu yang lebih lama.
- Peserta vaksinasi COVID-19 harus mendapat kedua suntikan itu dengan lengkap (Egiarto, 2021).
a. Pengambilan vaksin dengan cara memasukkan jarum ke dalam vial vaksin dan memastikan ujung
jarum selalu berada di bawah permukaan larutan vaksin sehingga tidak ada udara yang masuk ke
dalam spuit.
b. Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam spuit dan keluarkan udara yang
tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai pada skala 0.5 ml atau sesuai
dosis yang direkomendasikan, kemudian cabut jarum dari vial.
c. Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan alkohol swab, tunggu hingga kering.
d. Untuk penyuntikan intramuskular tidak perlu dilakukan aspirasi terlebih dahulu.
e. Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar.
f. Buang alat suntik habis pakai ke dalam safety box tanpa menutup kembali jarum (no recapping).
g. Untuk mengantisipasi terjadinya kasus KIPI yang serius maka sasaran diminta untuk tetap tinggal
di tempat pelayanan vaksinasi selama 15 menit sesudah vaksinasi dan petugas harus tetap berada di
tempat pelayanan minimal 15 menit setelah sasaran terakhir divaksinasi.
Regimen dosis booster yang dapat diberikan yaitu jika vaksin primer Sinovac, maka vaksin
booster bisa menggunakan 3 jenis vaksin antara lain AstraZeneca separuh dosis (0,25 ml), Pfizer
separuh dosis (0,15 ml), dan Moderna dosis penuh (0,5 ml).
Vaksin primernya AstraZeneca maka boosternya bisa menggunakan vaksin Moderna separuh
dosis (0,25 ml), vaksin Pfizer separuh dosis (0,15 ml), dan vaksin AstraZeneca dosis penuh (0,5 ml).
Vaksin primer Pfizer, untuk booster bisa menggunakan vaksin Pfizer dosis penuh (0,3 ml),
Moderna separuh dosis (0,25ml), dan AstraZeneca dosis penuh (0,5 ml).
Vaksin primer Moderna, booster dengan menggunakan vaksin yang sama separuh dosis (0,25
ml). Kemudian vaksin primer Janssen (J&J), maka untuk booster dengan menggunakan Moderna
separuh dosis (0,25 ml).
Selanjutnya vaksin primer Sinopharm booster nya menggunakan vaksin Sinopharm juga
dengan dosis penuh (0,5 ml) (Kemenkes, 2021).
2. a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?
b. Bagaimana tingkatan saturasi oksigen dari yang normal ke abnormal?
c. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?
Berdasarkan kasus Temp 37,8C (Abnormal), sifat perubahan panas tersebut sangat
mempengaruhi masalah klinis yang dialami setiap orang, menurut WHO suhu tubuh normal
manusia berkisar 36,5-37,5 °C (Wangean, 2016). Dapat disimpulkan dengan suhu lebih dari
37,5 °C, maka orang tersebut termasuk ke dalam kategori demam.
Mekanisme demam : IL-1, TNFα dan IL-6. Ini masuk ke sirkulasi dan mencapai sel-sel
endotelhipotalamus. Dari sel-sel ini, PGE2 adalah dilepaskan ke otak dan berikatan dengan EP3
di sel-sel dalam termoregulasi hipotalamus tengah. PGE2 menginduksi pelepasan siklik AMP
(cAMP), yang kemudian bertindak untuk meningkatkan titik setel termostatik dari level normal
ke tingkat tinggi. Hasil set-point yang meningkat dalam mekanisme konservasi panas perifer
(vasokonstriksi) serta meningkat produksi panas metabolik sampai suhu darah yang
memandikan hipotalamus sesuai dengan set-point yang meningkat, mengakibatkan demam
(Dinarello, 2015).
Dinarello, C. A., Gatti, S., & Bartfai, T. 2015. Fever: Links with an ancient receptor.
Current Biology. vol, 9. no, 4. hh, 147-150.
2.7 NNI
1. HR. Muslim : rasullah menyatakan tidak ada penyakit menular dan menyukai perkataan baik
2. HR. Ibnu Majah : Unta sehat dan unta sakit
3. QS. Al-Baqarah ayat 222
4. HR. Tirmizi
Artinya “Sesungguhnya Allah itu baik dan mencintai kebaikan, Bersih (suci) dan mencintai
kebersihan, Mulia dan mencintai kemuliaan, bagus dan mencintai kebagusan, bersihkanlah
rumahmu….”
Hubungan dengan kasus : kita harus menjaga kebersihan kita seperti mencuci tangan agar
dapat terhindar dari paparan virus covid-19.
Kak Nabila : 1a, 1L, 1w, 5, 1e, 1p, 2a, 9, 1i, 1t, 3, NNI 2
Tata : 1b, 1m, 1x, 6, 1f, 1q, 2b, 10, 1j, 1u, 4a, NNI 3
Lidia : 1c, 1n, 1y, 7, 1g, 1r, 2c, 11, 1k, 1v , 4b, NNI 4
Calya : 1d, 1o, 1z, 8, 1h, 1s, 2d, 1a, 1l, 1w, 5
Irzan : 1g, 1r, 2c, 11, 1k, 1v, 4b, 1d, 1o, 1z, 8
Dinda : 1h, 1s, 2d, 1a, 1l, 1w, 5, 1e, 1p, 2a, 9