Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

VIRUS COVID-19

OLEH :
NAHDA
20176523067

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK


JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK PRODI SARJANA
TERAPAN KEPERAWATANPONTIANAK
TAHUN 2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan
Covid-19

Disusun Oleh:

No Nama Nim Tanda tangan


1. Nahda 20176523067

Dosen Pembimbing Akademik

Ns. Halina Rahayu, M.Kep


LAPORAN PENDAHULUAN
VIRUS COVID-19

A. PENGERTIAN TEORI

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2


(SARS-CoV- 2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit
karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan
gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga
kematian.

Severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) yang


lebih dikenal dengan nama virus Corona adalah jenis baru dari coronavirus yang
menular ke manusia. Walaupun lebih bayak menyerang lansia, virus ini
sebenarnya bisa menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang
dewasa, termasuk ibu hamil dan ibu menyusui. Infeksi virus Corona disebut
COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) dan pertama kali ditemukan di kota
Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan sangat cepat
dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya dalam
waktu beberapa bulan.

Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang juga termasuk
dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) dan virus penyebab Middle-East Respiratory Syndrome (MERS). Meski
disebabkan oleh virus dari kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19
memiliki beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal
kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.
B. HAKIKAT TEORI

Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem


pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi
pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi
pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia).

C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi COVID-19 diawali dengan interaksi protein spike virus dengan
sel manusia. Setelah memasuki sel, encoding genome akan terjadi dan
memfasilitasi ekspresi gen yang membantu adaptasi severe acute respiratory
syndrome virus corona 2 pada inang. Rekombinasi, pertukaran gen, insersi gen,
atau delesi, akan menyebabkan perubahan genom yang menyebabkan outbreak di
kemudian hari.
Severe acute respiratory syndrome virus corona 2 (SARS-CoV-2) menggunakan
reseptor angiotensin converting enzyme 2 (ACE2) yang ditemukan pada
traktus respiratorius bawah manusia dan enterosit usus kecil sebagai reseptor
masuk. Glikoprotein spike (S) virus melekat pada reseptor ACE2 pada permukaan
sel manusia. Subunit S1 memiliki fungsi sebagai pengatur receptor binding
domain (RBD). Sedangkan subunit S2 memiliki fungsi dalam fusi membran
antara sel virus dan sel inang.
Setelah terjadi fusi membran, RNA virus akan dikeluarkan dalam
sitoplasma sel inang. RNA virus akan mentranslasikan poliprotein pp1a dan pp1ab
dan membentuk kompleks replikasi-transkripsi (RTC). Selanjutnya, RTC akan
mereplikasi dan menyintesis subgenomik RNA yang mengodekan pembentukan
protein struktural dan tambahan.
Gabungan retikulum endoplasma, badan golgi, genomik RNA, protein
nukleokapsid, dan glikoprotein envelope akan membentuk badan partikel virus.
Virion kemudian akan berfusi ke membran plasma dan dikeluarkan dari sel-sel
yang terinfeksi melalui eksositosis. Virus-virus yang dikeluarkan kemudian akan
menginfeksi sel ginjal, hati, intestinal, dan limfosit T, dan traktus respiratorius
bawah, yang kemudian menyebabkan gejala pada pasien
D. ETIOLOGI
Etiologi coronavirus disease 2019 (COVID-19) adalah virus dengan nama
spesies severe acute respiratory syndrome virus corona 2 yang disebut SARS-
CoV-2.
SARS-CoV-2 merupakan virus yang mengandung genom single-
stranded RNA yang positif. Morfologi virus corona mempunyai proyeksi
permukaan (spikes) glikoprotein yang menunjukkan gambaran seperti
menggunakan mahkota dan berukuran 80-160 nM dengan polaritas positif 27-32
kb. Struktur protein utama SARS-CoV-2 adalah protein nukleokapsid (N), protein
matriks (M), glikoprotein spike (S), protein envelope (E) selubung, dan protein
aksesoris lainnya.
Famili coronaviridae memiliki empat generasi coronavirus, yaitu alpha
coronavirus  (alphaCoV), betacoronavirus (betaCoV), deltacoronavirus (deltaCoV
),dan gamma coronavirus (gammaCoV). AlphaCoV dan betaCoV umumnya
memiliki karakteristik genomik yang dapat ditemukan pada kelelawar dan hewan
pengerat, sedangkan deltaCoV dan gammaCoV umumnya ditemukan pada spesies
avian.
SARS-CoV-2 termasuk dalam kategori betaCoV dan 96,2% sekuens genom
SARS-CoV-2 identik dengan bat CoV RaTG13. Oleh sebab itu, kelelawar
dicurigai merupakan inang asal dari virus SARS-CoV-2. Virus ini memiliki
diameter sebesar 60–140 nm dan dapat secara efektif diinaktivasi dengan larutan
lipid, seperti ether (75%), ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam
peroksi asetat, dan kloroform. SARS-CoV-2 juga ditemukan dapat hidup pada
aerosol selama 3 jam. Pada permukaan solid, SARS-CoV-2 ditemukan lebih stabil
dan dapat hidup pada plastik dan besi stainless selama 72 jam, pada tembaga
selama 48 jam, dan pada karton selama 24 jam.
E. PATHWAY
F. MANIFESTASI KLINIS
Masing-masing orang memiliki respons yang berbeda terhadap COVID-19.
Sebagian besar orang yang terpapar virus ini akan mengalami gejala ringan hingga
sedang, dan akan pulih tanpa perlu dirawat di rumah sakit.

Gejala yang paling umum:


 Demam
 batuk kering
 kelelahan
Gejala yang sedikit tidak umum:
 rasa tidak nyaman dan nyeri
 nyeri tenggorokan
 diare
 konjungtivitis (mata merah)
 sakit kepala
 hilangnya indera perasa atau penciuman
 ruam pada kulit, atau perubahan warna pada jari tangan atau jari kaki
Gejala serius:
 kesulitan bernapas atau sesak napas
 nyeri dada atau rasa tertekan pada dada
 hilangnya kemampuan berbicara atau bergerak
cari bantuan medis jika Anda mengalami gejala serius. Selalu hubungi
dokter atau fasilitas kesehatan yang ingin Anda tuju sebelum mengunjunginya.
Orang dengan gejala ringan yang dinyatakan sehat harus melakukan perawatan
mandiri di rumah. Rata-rata gejala akan muncul 5–6 hari setelah seseorang
pertama kali terinfeksi virus ini, tetapi bisa juga 14 hari setelah terinfeksi.
G. Penatalaksanaan Keperawatan
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21
%. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan
mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja
napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau
SaO2 > 90 %.

Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :

1. Perubahan frekuensi atau pola napas

2. Perubahan atau gangguan pertukaran gas

3. Hipoksemia

4. Menurunnya kerja napas

5. Menurunnya kerja miokard

6. Trauma berat

Berikut metode-metode yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan


oksigen :

a. Inhalasi oksigen

Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015), terdapat dua sistem inhalasi oksigen
yaitu sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.

1. Sistem aliran rendah Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang
memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka
dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan kantong non
rebreathing.

 Nasal kanula/binasal kanula


Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat
memberikan oksigen dengan aliran 1 – 6 liter/menit dan konsentrasi
oksigen sebesar 20% - 40%.

 Sungkup muka sederhana

Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau


dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60%.

 Sungkup muka dengan kantong rebreathing

Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong


yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat
pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang antara
sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang
masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10
liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.

 Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing

Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup


terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup
yang fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan akan
membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12
liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 – 100%.

2. Sistem aliran tinggi

Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih


stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah
konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran
tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka dengan ventury
dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan
ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang
memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat, misalnya
: warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan
hijau 60%.
 Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang


dilakukan dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada
pasien dengan gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan
dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan
membersihkan jalan napas (Hidayat, 2009).

 Perkusi

Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada


punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh
yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan sekret pada
dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.

 Vibrasi

Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara


memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan yang
diletakkan pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini bertujuan
untuk meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan sehingga
sputum yang ada dalam bronkus terlepas.

 Postural drainase

Postural drainase merupakan tindakan keperawatan pengeluaran


sekret dari berbagai segmen paru dengan memanfaatkan gaya gravitasi
bumi dan dalam pengeluaran sekret tersebut dibutuhkan posisi berbeda
pada setiap segmen paru.

 Napas dalam dan batuk efektif

Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk


memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi
stress. Latihan batuk efektif merupakan cara yang dilakukan untuk
melatih pasien untuk memiliki kemampuan batuk secara efektif dengan
tujuan untuk membersihkan laring, trakea, dan bronkiolus, dari sekret
atau benda asing di jalan napas.

 Penghisapan lendir

Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan


yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau
lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk membersihkan jalan
napas dan memenuhi kebutuhan oksigen (Hidayat, 2009).

H. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas

Data demografi

2. Riwayat Kesehatan

Meliputi pengkajian tentang riwayat masalah kesehatan pada sistem


pernapasan dulu dan sekarang, gaya hidup, adanya batuk, sputum, nyeri,
dan adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi.

a. Masalah pada pernapasan (dahulu dan sekarang)

b. Riwayat penyakit

 Nyeri

 Paparan lingungan
 Batuk
 Bunyi nafas
 Faktor resiko penyakit paru
 Frekuensi infeksi pernapasan
 Masalah penyakit paru masa lalu
 Riwayat penggunaan obat
c. Kebiasaan promosi kesehatan : kebiasaan merokok, kebiasaan dalam
bekerja yang dapat memperberat masalah oksigenasi
d. Stressor yang dialami
e. Status mental dan atau kondisi kesehatan

3. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi. Pada saat melakukan inspeksi, perawat mengamati dan


menilai :

 Tingkat kesadaran pasien

 Keadaan umum

 Postur tubuh

 Turgor kulit dan membran mukosa

 Dada (kontur rongga interkosta, diameter anteroposterior,


struktur toraks, pergerakan dinding dada)

 Pola napas (frekuensi dan kedalaman pernapasan, durasi inspirasi


dan ekspirasi)

b. Palpasi

Dilakukan dengaan menggunakan tumit tangan pemeriksa


mendatar diatas dada pasien. Saat palpasi, perawat menilai :

 Taktil fremitus taktil pada dada dan punggung pasien dengan


memintanya menyebutkan “tujuh-tujuh” secara ulang. Normalnya,
fremitus taktil akan terasa pada individu yang sehat dan meningkat
pada kondisi konsolidasi.

Getaran meningkat : pneumonia, penumpukan sekret,


atektasis yang belum totalm infark atau fibrosis paru.

Getaran menurun : efusi pleura, pneumothorak, penebalan


pleura, emfisema atau sumbatan bronkus.

 Dinding thorak: adakah pulsasi, rasa nyeri, tumor, cekungan ? Serta


bandingkan perbedaan dinding thorak bagian kanan dan kiri.
c. Perkusi

Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ


dalam serta mengkaji adanya abnormalitas, cairan / udara dalam paru.
Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan / gaung perkusi. Berikut
beberapa macam suara ketukan yang timbul :

 Sonor. Suara normal terdengar di seluruh lapang paru-paru

 Redup. Suara yang timbul akibat konsolidasi paru (pemadatan);


tumor, atalektasis, atau cairan

 Hipersonor. Suara yang ditimbulkan lebih keras dibandingkan


dengan suara sonor; akibat adanya udara berlebihan di paru-paru

 Timpani. Suara yang terdengar nyaring seperti jika memukul


gendang. Normalnya terdengar di bawah diafragma kiri, dimana
terletak lambung dan usus besar. Namun jika terdengar di dinding
thorak, artinya tidak normal; akibat adanya udara

d. Auskultasi

 Auskultasi sistem kardiovaskuler meliputi: pengkajian dalam


mendeteksi bunyi S1dan S2 normal/tidak normal, bunyi murmur,
serta bunyi gesekan. Auskultasi juga digunakan untuk
mengidentifikasi bunyi bruit di atas arteri karotis, aorta abdomen, dan
arteri femoral.

 Auskultasi bunyi paru dilakukan dengan mendengarkan gerakan


udara di sepanjang lapangan paru. Suara napas tambahan terdengar,
jika suatu daerah paru mengalami kolaps, terdapat cairan atau terjadi
obstruksi.

4. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan


oksigenasi pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara
lain :
a. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap

b. Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dada, bronkoskopi, scan


paru

c. Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur


kerongkongan, sputum, uji kulit torakosintesis

5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien dengan
masalah oksigenasi adalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif


b. Pola nafas tidak efektif
No. Diagnosa
DX Keperawatan Tujuan Keperawatan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan

1 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. x Airway management
24 jam - Jaga kepatenan jalan napas: buka jalan napas,
tidak efektif
Respiratory : airway patency suction, fisioterapi dada sesuai indikasi
- Klien mampu mengidentifikasi dan mencegah - Monitor pemberian oksigen, vital sign tiap ....
Subyektif : faktor yang dapat menghambat jalan napas jam
- Sulit bicara - Menunjukan jalan napas yang paten: klien tidak - Monitor status respirasi: adanya suara
merasa tercekik, tidak terjadi aspirasi, frekuensi tambahan
- Dispnea napas dalam rentang normal - Ajarkan teknik nafas dalam dan batuk napas
- Ortopnea - Tidak ada suara napas abnormal efektif
- Tidak ada bunyi napas tambahan - Kolaborasi dengan tim medis pemberian O2,
Obyektif :
- Mampu mengeluarkan sputum dari jalan napas bronkodilator, terapi nebulizer, insersi jalan
- Sputum berlebih nafas, dan pemeriksaan laboratorium: AGD
- Terdengar suara
Suction
mengi / wheezing, - Monitor dan catat tipe dan jumlah sekret
dan / ronkhi kering pencegahan aspirasi
- Monitor saturasi oksigen dan status
- Frekuensi napas hemodinamik selama dan setelah suction
Berubah
Pencegahan Aspirasi
- Bunyi napas - Monitor tingkat kesadaran, reflek batuk,
Menurun muntah, dan kemampuan menelan
- Tinggikan posisi kepala tempat tidur 30-45
- Pola napas berubah derajat setelah makan untuk mencegah
aspirasi dan mengurangi dispnea
I. Rencana Keperawatan
2 Pola nafas tidak Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. x Airway management
efektif 24 jam - Pantau adanya pucat dan sianosis
Respiratory : ventilation - Pantau efek obat pada status respirasi
Subyektif : - Ekspirasi dada simetris - Pantau bunyi respirasi, pola respirasi, dan
- Tidak terdapat pengunaan otot bantu pernapasan vital sign
- Dispnea - Tidak terdengar bunyi napas tambahan - Kaji TTV dan adanya sianosis
- Ortopnea - TTV dalam batas normal - Kaji adanya penurunan ventilasi dan bunyi
- Fungsi paru menunjukkan nilai dalam batas napas tambahan, serta kebutuhan insersi
Obyektif : normal jalan napas
- Monitor pola pernapasan (bradipnea,
- Penggunaan otot takipnea, hiperventilasi) : kecepatan, irama,
bantu pernapasan kedalaman, dan usaha respirasi
- Monitor tipe pernapasan :kussmaul, cheyne
- Fase ekspirasi
stoker, biot
memanjang - Pertahankan pemberian O2 sesuai kebutuhan
- Pola napas - Informasikan dan ajarkan kepada klien dan
abnormal keluarga tentang teknik relaksasi
- Pernapasan cuping - Kolaborasi dengan tim medis untuk program
hidung terapi, pemberian oksigen, bronkodilator,
nebulizer, serta pemeriksaan medis
- Tekanan ekspirasi /
inspirasi menurun
DAFTAR PUSTAKA

Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pmemenuhan Kebutuhan Oksigen Pada Pasien
Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di IRNA Penyakit Dalam RSUP DR. M.
Djamil Padang Tahun 2017. Padang; Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.
Hidayat, A.A. (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses
Keperawatan. Jakarta; Penerbit Salemba Medika.
Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya;
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5.
Jakarta; Penerbit Salemba Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta; Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai