BENCANA DI INDIA
DISUSUN OLEH :
NAHDA
20176523067
DOSEN : drg. Vitria Wuri Handayani, MMB
Berbicara tentang bencana alam yakni banjir, Indonesia merupakan negara urutan ketiga yang
rawan banjir. Urutan pertama di duduki India dan kedua diduduki China. Hampir setiap tahunnya
Indonesia mengalami banjir jika curah hujan tinggi kemudian air sugai meluap. Tak jauh berbeda dengan
negara India dan China, penyebab banjir dinegara tersebut juga disebabkan meluapnya air laut dan
sungai. Menurut Marfai, ia memprediksikan bahwa meluapnya air laut juga akan terjadi di Indonesia di
masa mendatang seiiring adanya perubahan iklim global. Karena banjir laut sudah melanda Semarang dan
Jakarta. Seperti yang kita ketahui, banjir di Indonesia menjadi bencana musiman pertahunnya jika kondisi
curah hujan tinggi dan kondisi tanah yang tidak lagi mampu meresap air dengan baik.
( http://news.detik.com/berita/d-1267915/indonesia-urutan-ketiga-dunia-negara-rawan-banjir )
Kepolisian daerah Jawa Barat mencatat terdapat sebanyak 40 titik yang di landa banjir
karena diguyur hujan sejak malam tahun baru 2020, Selasa (31/12/2019). Kombes Saptono
mengatakan 40 titik tersebut terdapat 8 wilayah kabupaten atau kota, dan banjir yang paling
banyak melanda kabupaten karawang dengan 15 titik. Saptono mengungkapkan kerugian
yang terjadi karena bencana alam tersebut kurang lebih 4000 unit rumah terendam banjir dan
sekitar 300 unit rumah yang rusak karena terendam banjir (Bandung, Kamis). Delapan
wilayah ini terdiri dari kabupaten Indramayu, Kota Sukabumi, Kabupaten Bandung Barat,
Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang, Kota Bogoor, dan
Kabupaten Bogor.
Banjir yang terjadi di wilayah jawa barat pada 31 desember 2019 lalu tersebut merendam
pemukiman dengan ketinggian yang bervariasi, mulai dari 20 cm hingga mencapai 150 cm
setinggi manusia dewasa. Yang paling parah terjadi di Kabupaten Bogor Kecamatan
Sukajaya di Desa Harkatjaya, tercatat sebanyak 4 orang meninggal dunia diduga terbawa
arrus banjir. Selain itu, 12 orang mengalami luka-luka dan 3 orang lainnya masih belum
ditemukan.
( http://m.antaranews.com?berita/1232528/polisi-banjir-di-jawa-barat-terjadi-di-40-ttik )
M. Ridwan Kamil atau Emil mengatakan kolam retensi yang lebih besar yang di bangun
di dayeuhkolot Kabupaten Bandung, sebagai salah satu upaya untuk mengatasi banjir di
tahun mendatang jika terjadi kembali curah hujan yang tinggi di kawasan tersebut. Ungkap
Gubernur Emil “upaya pemerintah terus berlangsung ya dan kita juga tahun ini sudah
menyiapkan tambahan satu danau retensi yang lebih besar di lokasi lain.makin banyak parkir
air di tempat seperti ini mudah-mudahan mengurangipotensi banjir,” Bandung, Sabtu.
Selain itu, proyek terowongan di nanjung kini dalam prose pembangunan, yang diyakini
agar mempercepat aliran sungai citarum sehingga meminimalisir banjir di sejumlah wilayah
Bandung. Gubernur Emil menargetkan di akhir tahun ini (2020) pembangunan
terowongannya akan rampung, yang diharapkan dari pembangunan tersebut ialah tidak ada
kenaikan air saat curah hujan tinggi dan aliran air lebih cepat surut. Namun, gubernur Emil
tetap menghimbau warga agar tetap selalu waspada karena kita tidak dapat memprediksi
cuaca.
(http://m.antaranews.com/view/821129/pemprov-jabar-bangun-kolam-retensi-lebih-
besar-di-dayeuhkolot )
Di negara Kerala bagian Selatan, Sekitar 57 orang yang meninggal dalam insiden banjir dan lonsong
yang melanda negara tersebut, sementara itu, lebih dari 165.000 warga lainnya sudah berada di kamp-
kamp bantuan. Menteri negara Kerala mengatkan beberapa Rumah Sakit masih tertutup lumpur
setinggi 10-12 kaki yang menghambat penyelamatan korban bencana. Berdasarkan informasi yang di
dapat dari warga yang selamat, orang-orang menghadapi banyak masalah karena air dating dari segala
arah dan sudah masuk ke semua rumah-rumah.
India menolak bantuan dari pemerintah asing terkait bencana banjir yang menghantam di negara
bagian Keralla, padahal bantuan-bantuan yang datang dari beberapa negara yang senilai ratusan juta
dolar AS dari beberapa negara, Termasuk Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar yang telah berdatangan
dengan tujuan meringankan beban para korban bencana. Keputusan itu telah menerima kritik tajam
terhadap pemerintah India, mengingat Kerala dilanda banjir terburuk dalam satu abad sejarah negara
itu. Para ahli mengatakan, kebijakan penolakan bantuan internasional yang berlaku tersebut
menunjukan bahwa india mampu menangani bencana alam dengan tangan mereka sendiri. Pemerintah
di negara kerala sedang berupaya untuk meningkat pembangunan rumah anti banjir dan pengadaan air
bersih, rumah anti banjir tersebut terbuat dari batu bata lumpur, pilar yang terbuat dari bambu, lumpur,
dan beton yang saling terkait digunakan. Untuk plesteran digunakan batok kelapa, bamboo dan ubin
dari lumpur.
(http://liputan6.com/global/read/4035403/bencana-banjir-kian-meluas-di-india-147-orang-
dilaporkan-tewas )
Untuk perbandingan dari kedua negara tersebut antara bencana di Indonesia dan India,
dapat kita lihat bahwa pemerintah/menteri di negara India tepatnya negara bagian Keralla
tidak ada upaya pembangunan untuk pencegahan banjir di masa mendatang. Melihat bencana
yang menimpa Kerala, banjir yang di alami sangat banyak memakan korban jiwa. Menteri
pemerintahan keralla juga menolak adanya bantuan internasional yang ditawarkan. Berbeda
dengan Indonesia sendiri, memiliki pembangunan dan respon cepat dari pemerintah dengan
menbuatkan kolam lebih besar dan lorong untuk aliran cepat air dengan tujuan pencegahan
banjir kedepannya. Dibantu dengan gubernur menghimbau warga untuk menanam pohon dan
memperluas daerah resapan agar lebih mencintai dan bersahabat dengan alam.