Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

KEPEMIMPINAN DAN KEPAMONGPRAJAAN

Oleh :

Nama : Reza Irdianto

NPP : 33.0409

Kelas : A4

PRODI POLITIK INDONESIA TERAPAN

FAKULTAS POLITIK PEMERINTAHAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

2022
BENCANA ALAM DI KABUPATEN PURWAKARTA

12 Bencana Longsor Terjadi di


Purwakarta Sejak Awal Tahun
Intensitas hujan yang turun beberapa hari terakhir di Kabupaten Purwakarta
mengakibatkan banjir dan pergerakan tanah. Bupati Purwakarta Anne Ratna
Mustika menuturkan dari data yang diterima jajarannya hingga kini dilaporkan
ada tujuh bencana alam yang terjadi di wilayahnya yaitu bencana longsor,
pergeseran tanah dan genangan air.

“Untuk longsor, terjadi di wilayah Kecamatan Bojong, Wanayasa dan Campaka.


Untuk genangan air, itu di wilayah kota. Dan yang pergeseran tahan, itu di
Kampung Cirangkong, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegalwaru,” ujar Anne
kepada Bisnis.com saat meninjau langsung lokasi pergeseran tanah di Tegalwaru,
Selasa (9/2/2021). Ihwal pergerakan tanah di Tegalwaru, Anne menjelaskan, dari
data yang diterimanya itu mengakibatkan sedikitnya 11 rumah hancur, 48 rumah
rusak berat, serta 12 rumah yang rusak ringan.
Tak hanya itu, akibat pergeseran tanah ini, jalan desa di wilayah itu juga
mengalami retak. Meski begitu, jalur tersebut masih bisa dilalui. Anne
menjelaskan, pergerakan tanah di desa tersebut memang kerap terjadi di saat
pergantian musim seperti sekarang ini. Terlebih, wilayah tersebut berada di
daerah perbukitan yang kontur tanahnya jenis lempung. Sehingga, saat diguyur
hujan, tanah tersebut menjadi medan luncur. “Wilayah ini, memang menjadi salah
satu yang kami awasi. Di 2019 dan 2020 lalu, juga sempat terjadi. Untuk 2021
ini, terjadi di akhir pekan kemarin,” jelas dia. Sebenarnya, menurut Anne, di
pemkab telah mendapatkan rekomendasi assessment dari Badan Geologi tentang
terjadinya pergeseran tanah.

Dari hasil kajian, pergeseran tanah ini diakibatkan beberapa hal. Di antaranya,
terjadinya alih fungsi tanah yang dulunya hutan dengan tanaman keras, sekarang
menjadi menjadi kebun. Untuk itu, lanjut dia, pihaknya akan kembali mengajak
masyarakat untuk menggalakan penanaman pohon keras di lokasi tersebut. “Hasil
dari laporan Badan Geologi, salah satu penyebab longsor, itu karena adanya
aktivitas penambangan batu. Saya berharap, semua pihak termasuk masyarakat
bersama-sama untuk bisa menjaga lingkungan,” jelas dia. Terkait bantuan untuk
korban bencana alam, khususnya mereka yang tertimpa pergerakan tanah, untuk
jangka pendeknya berupa bantuan penyediaan bahan pokok. Termasuk,
menyediakan posko pengungsian sementara. “Untuk jangka panjangnya, kami
juga akan menyiapkan anggaran untuk relokasi. Supaya, warga yang selama ini
terdampak tak lagi bermukim di kampung tersebut. Karena, sesuai kajian mereka
harus direlokasi ke tempat yang lebih aman,” tambah dia. Anne mengingatkan,
di Purwakarta memang ada beberapa wilayah yang rawan bencana alam saat
musim hujan. Longsor atau pergerakan tanah menjadi bencana alam yang paling
diwaspadai. Pihaknya pun telah memetakan wilayah yang rawan pergerakan
tanah ini. Di wilayahnya sendiri, terdapat tiga jenis zona gerakan tanah. Yakni,
zona hijau (kerentanan gerakan tanah rendah), Zona Kuning (kerentanan gerakan
tanah sedang), serta Zona Mereh (kerentanan gerakan tanah tinggi).

“Dari semua wilayah ini, yang diwaspadai adalah zona merah dan kuning. Untuk
wilayah zona merah, tersebar di beberapa desa. Desa-desa ini, terdapat di 12 dari
17 kecamatan yang ada ,” jelas dia. Adapun 12 kecamatan yang dimaksud,
sambung dia, antara lain Kecamatan Cibatu, Darangdan, Jatiluhur, Kiarapedes,
Wanayasa, Pondoksalam, Pasawahan, Sukasari, Sukatani, Maniis, Tegalwaru,
Plered dan Kecamatan Purwakarta kota. Sedangkan untuk wilayah yang zona
kuning atau kerentanan gerakan tanah sedang, itu berada di dua kecamatan.
Yakni, Babakan Cikao dan Bojong. Kemudian, yang kategori sedang-rendah, itu
di Kecamatan Campaka dan Bungursari. “Jika melihat peta, seluruh wilayah
memang berpotensi longsor. Untuk wilayah rawan longsor ini kebanyakan berada
di daerah perbukitan,” tambah dia. Anne menambahkan, sejauh ini pihaknya telah
menguatkan komunikasi dengan seluruh pihak terkait sebagai langkah antisipasi
guna meminimalisasi dampak yang timbul dari bencana alam di pergantian
musim ini. Termasuk, menyiagakan posko dan pasukan gabungan yang terdiri
dari unsur TNI/Polri, BPBD, Tagana, serta relawan dari forum relawan
penanggulanga bencana dan pramuka.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta meningkatkan kesiapan


menghadapi bencana alam yang terjadi pada musim hujan. Bencana alam kerapa
meningkat pada musim hujan yang harus diantisipasi. Kepala Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (DPKPB) Kabupaten Purwakarta
Wahyu Wibisono mengatakan Purwakarta juga memiliki tingkat kerawanan pada
bencana alam. Bencana longsor menjadi yang paling rawan terjadi di Purwakarta.
“Kita paling rawan memang bencana tanah longsor yang meningkat pada musim
hujan,” kata dia kepada Republika.co.id, Selasa (25/2).

Wibi, sapaannya, menyebutkan pergerakan tanah ini umumnya tinggi potensi di


wilayah dengan kontur dataran tinggi seperti Kecamatan Bojong. Sejak awal
tahun 2020 tercatat sudah ada 12 kali bencana longsor yang terjadi di Purwakarta.

“Dari awal Januari hingga hari ini di Purwakarta terjadi 12 kali bencana tanah
longsor baik skala kecil maupun sedang,” ujarnya.

Kejadian terbaru, kata dia, adalah tanah longsor yang terjadi di dua titik pada
Senin (24/2) kemarin. Longsor terjadi di Kampung Neglasri Kecamatan Jatiluhur
dan di Kecamatan Sukatani. Longsor disebabkan curah hujan yang meningkat di
Purwakarta dalam beberapa hari ini. Menurutnya dalam 12 kali bencana longsor
tersebut tidak ada korban jiwa. Longsor kebanyakan terjadi pada tebing atau
tembok penahan tanah (TPT).

Ia menyebutkan dalam mengantisipasi bencana ini, Pemkab Purwakarta


menganggarkan Rp 500 juta untuk anggaran kebencanaan. Namun anggaran
tersebut dikelola oleh Bagian Kesejahteraan Rakyat Pemkab Purwakarta.

“Kesiapan kita terus maksimal. Kita tidak bisa bekerja sendiri tanpa melibatkan
OPD lain sebagai penunjang misalnya Bina Marga untuk alat berat dan
sebagianya,” ujarnya.

Kepala Bagian Kesra Purwakarta, AM Sundari mengatakan Pemkab Purwakarta


menganggarkan sebesar Rp 4,9 miliar terdiri dari bantuan sosial tak direncanakan
(BSTD) Rp 2,4 miliar dan bantuan sosial Rp 2,5 miliar. Ia mengatakan BSTD
peruntukannya untuk rumah roboh akibat atau dampak dari bencana, seperti
longsor yang terjadi di Legoksari, Darangdan, hingga rumah roboh di sejumlah
wilayah di Purwakarta. Pada awal 2020, Sundari mengatakan pihaknya telah
mengeluarkan anggaran untuk bencana hingga bidang seperti pendidikan dan
sosial.

Anda mungkin juga menyukai