Oleh :
NPP : 33.0409
Kelas : A4
2022
BENCANA ALAM DI KABUPATEN PURWAKARTA
Dari hasil kajian, pergeseran tanah ini diakibatkan beberapa hal. Di antaranya,
terjadinya alih fungsi tanah yang dulunya hutan dengan tanaman keras, sekarang
menjadi menjadi kebun. Untuk itu, lanjut dia, pihaknya akan kembali mengajak
masyarakat untuk menggalakan penanaman pohon keras di lokasi tersebut. “Hasil
dari laporan Badan Geologi, salah satu penyebab longsor, itu karena adanya
aktivitas penambangan batu. Saya berharap, semua pihak termasuk masyarakat
bersama-sama untuk bisa menjaga lingkungan,” jelas dia. Terkait bantuan untuk
korban bencana alam, khususnya mereka yang tertimpa pergerakan tanah, untuk
jangka pendeknya berupa bantuan penyediaan bahan pokok. Termasuk,
menyediakan posko pengungsian sementara. “Untuk jangka panjangnya, kami
juga akan menyiapkan anggaran untuk relokasi. Supaya, warga yang selama ini
terdampak tak lagi bermukim di kampung tersebut. Karena, sesuai kajian mereka
harus direlokasi ke tempat yang lebih aman,” tambah dia. Anne mengingatkan,
di Purwakarta memang ada beberapa wilayah yang rawan bencana alam saat
musim hujan. Longsor atau pergerakan tanah menjadi bencana alam yang paling
diwaspadai. Pihaknya pun telah memetakan wilayah yang rawan pergerakan
tanah ini. Di wilayahnya sendiri, terdapat tiga jenis zona gerakan tanah. Yakni,
zona hijau (kerentanan gerakan tanah rendah), Zona Kuning (kerentanan gerakan
tanah sedang), serta Zona Mereh (kerentanan gerakan tanah tinggi).
“Dari semua wilayah ini, yang diwaspadai adalah zona merah dan kuning. Untuk
wilayah zona merah, tersebar di beberapa desa. Desa-desa ini, terdapat di 12 dari
17 kecamatan yang ada ,” jelas dia. Adapun 12 kecamatan yang dimaksud,
sambung dia, antara lain Kecamatan Cibatu, Darangdan, Jatiluhur, Kiarapedes,
Wanayasa, Pondoksalam, Pasawahan, Sukasari, Sukatani, Maniis, Tegalwaru,
Plered dan Kecamatan Purwakarta kota. Sedangkan untuk wilayah yang zona
kuning atau kerentanan gerakan tanah sedang, itu berada di dua kecamatan.
Yakni, Babakan Cikao dan Bojong. Kemudian, yang kategori sedang-rendah, itu
di Kecamatan Campaka dan Bungursari. “Jika melihat peta, seluruh wilayah
memang berpotensi longsor. Untuk wilayah rawan longsor ini kebanyakan berada
di daerah perbukitan,” tambah dia. Anne menambahkan, sejauh ini pihaknya telah
menguatkan komunikasi dengan seluruh pihak terkait sebagai langkah antisipasi
guna meminimalisasi dampak yang timbul dari bencana alam di pergantian
musim ini. Termasuk, menyiagakan posko dan pasukan gabungan yang terdiri
dari unsur TNI/Polri, BPBD, Tagana, serta relawan dari forum relawan
penanggulanga bencana dan pramuka.
“Dari awal Januari hingga hari ini di Purwakarta terjadi 12 kali bencana tanah
longsor baik skala kecil maupun sedang,” ujarnya.
Kejadian terbaru, kata dia, adalah tanah longsor yang terjadi di dua titik pada
Senin (24/2) kemarin. Longsor terjadi di Kampung Neglasri Kecamatan Jatiluhur
dan di Kecamatan Sukatani. Longsor disebabkan curah hujan yang meningkat di
Purwakarta dalam beberapa hari ini. Menurutnya dalam 12 kali bencana longsor
tersebut tidak ada korban jiwa. Longsor kebanyakan terjadi pada tebing atau
tembok penahan tanah (TPT).
“Kesiapan kita terus maksimal. Kita tidak bisa bekerja sendiri tanpa melibatkan
OPD lain sebagai penunjang misalnya Bina Marga untuk alat berat dan
sebagianya,” ujarnya.