Anda di halaman 1dari 4

Indopos.co.

id – Serentetan kejadian bencana alam kembali melanda wilayah NTB awal


tahun 2016. Curah hujan yang tinggi selama beberapa hari terakhir, mengakibatkan
terjadinya banjir di beberapa wilayah. Selain itu, juga terjadi angin kencang yang
meluluhlantahkan beberapa unit rumah di Kabupaten Lombok Utara (KLU).

NTB H Azhar kepada Lombok Post INDOPOS Group) kemarin. Atas berbagai musibah
tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB pun menetapkan status
siaga. Personil sudah diturunkan untuk menanggulangi bencana yang telah terjadi
sekaligus mengantisipasi potensi bencana susulan. ”Yang jelas kita memang sedang
siaga bencana menghadapi cuaca yang terbilang cukup ekstrim akhir-akhir ini,” kata
Kepala BPBD
Ia menjelaskan, mayoritas bencana yang terjadi di awal tahun ini adalah banjir. Musibah tahunan ini menerjang beberapa titik di Kabupaten Dompu
maupun Bima. Di Dompu sendiri, banjir menerjang wilayah Bolonduru. Dipicu oleh hujan deras yang mengguyur selama berjam-jam dan mengakibatkan
debit air di sungai Wawonduru meningkat. Sehingga ratusan rumah warga dan puluhan hektar persawahan Bolunduru pun sempat terendam. Banjir juga
menerjang wilayah Desa Katua, Dompu pada Rabu (27/1). Musibah ini bahkan mengakibatkan terputusnya jembatan akses pertanian di Desa Katua.
Jembatan yang baru dibangun September 2015 lalu tersebut diduga tidak mampu menahan hantaman air sungai pasca hujan deras. Jembatan sekitar
belasan meter tersebut merupakan jalur pertanian warga. Namun setelah mengalami patah, kini warga harus memutar untuk menuju ke persawahan.
”Untuk jembatan yang rusak, Binamarga setempat sudah tangani,” kata Azhar.
Banjir juga melanda Kota Bima. BPBD NTB mendapat laporan dua titik yang menjadi lokasi bencana. Namun, Azhar sendiri tidak merincikan lokasi
persisnya. Musibah itu yang jelas sudah merendam beberapa rumah warga, khususnya yang tinggal tak jauh dari bibir sungai. ”Yang di Bima ini cukup
tinggi banjirnya. Tim sudah diberangkatkan ke Bima untuk penanganan,” imbuh Azhar.
Banjir memang seolah menjadi musibah tahunan untuk Kabupaten Bima dan Dompu. Awal tahun 2015 lalu, musibah hampir serupa juga terjadi seiring
intensitas hujan yang tinggi. Berkaca pada Januari tahun 2015, banjir bandang sudah menggenangi setidaknya 1141 rumah penduduk di Dompu, 11 di
antaranya mengalami rusak berat. Selain itu, 8 fasilitas umum mengalami kerusakan dan merendam sedikitnya 17 titik daerah persawahan. ”Makanya kita
terus melakukan upaya antisipasi agar jangan sampai ada korban jiwa,” kata Azhar.
Selain banjir, musibah lain yang tentunya patut diantisipasi menyusul intensitas hujan yang tinggi adalah bencana longsor. Namun, hingga saat ini, BPBD
NTB memang belum menerima laporan longsor di awal tahun 2016. ”Longsor juga perlu kita antisipasi tetapi memang belum ada kejadian untuk tahun
2016,” kata Azhar.
Ia mengakui, beberapa wilayah lain juga masih dibayangi longsor. Pihaknya sudah mulai mengantisipasi titik-titik yang menjadi langganan longsor.
Diantaranya, jalur Rembiga-Tanjung khususnya di Pusuk, Lombok Utara. Begitu juga di jalur Sekotong dan Senggigi Lombok Barat, serta jalur Sembalun
Lombok Timur. ”Longsor memang merupakan bencana yang paling mematikan selama dua tahun terakhir,” katanya.
Terkait kejadian bencana ini, Wakil Gubernur (Wagub) NTB pun mengimbau semua pihak agar tetap waspada. BPBD Ntb diminta mendeteksi dini
ancaman bencana di berbagai titik untuk menghindari jatuhnya korban jiwa. ”Terutama petugas lapangan, saya minta aktif cek lokasi yang terbilang
rawan,” tegas Amin.

Menurutnya, musibah susulan memang tak menutup kemungkinan terjadi. Apalagi, melihat intensitas hujan yang masih tinggi. Pemprov Ntb sendiri
mengaku sudah menyiapkan anggaran tak terduga yang cukup untuk penanggulangan bencana. (uki/jpg)
TIGA DESA DI LOMBOK TIMUR INI DITERJANG BANJIR
BANDANG

ilustrasi

kicknews.today Mataram – Banjir bandang menerjang Desa Perigi, Seruni Mumbul. dan Labuhan
Lombok, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat akibat meluapnya air kali ketika terjadi hujan
lebat pada Selasa (1/3), sekitar pukul 13.30 WITA.

Kepala Bidang Kesiagaan dan Tanggap Darurat, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Lombok Timur M Takdir Ilahi ketika dihubungi dari Mataram, Selasa menyebutkan air setinggi 50 cm
merendam pemukiman warga “Delapan rumah di Desa Perigi yang berada di pinggir kali tergenang air,
sedangkan di Desa Seruni Mumbul dan Labuhan Lombok Kecamatan Pringgabaya, ada sekitar 200
rumah yang terdampak,” katanya.

Tidak ada korban jiwa dalam musibah banjir bandang tersebut. Namun, ada sawah warga yang ditanami
padi dan jagung rusak dan fasilitas air minum juga rusak.

BPBD Lombok Timur juga tidak mengungsikan warga karena sebagian besar berada di dalam rumah
panggung, sehingga air hanya merendam pemukiman mereka.

Takdir mengatakan banjir bandang yang menerjang Desa Seruni Mumbul dan Labuhan Lombok, di
Kecamatan Pringgabaya tersebut akibat air kiriman dari Desa Perigi, Kecamatan Suela yang mengalir
melalui tiga kali, yakni Kali Tibu Paku, Kali Batu dan Kali Batu Sae.

“Air kali yang meluap karena tidak mampu menampung air hujan dari atas Bukit Durian, terlebih dahulu
merendam delapan rumah di Desa Perigi, baru kemudian merendam Desa Seruni Mumbul dan Labuhan
Lombok,” ujarnya.

Ia mengatakan air yang menggenangi rumah warga sudah surut, baik di Desa Perigi, Seruni Mumbul
dan Labuhan Lombok yang berada dekat dengan pinggir pantai.

Meskipun demikian, pihaknya meminta warga untuk tetap waspada karena cuaca masih mendung yang
berpotensi terjadi hujan lagi pada malam hari.

“Kondisi air sudah surut sejak sore tadi. Tapi kami tetap siaga di lokasi bersama aparat TNI dan polisi
sampai kondisi benar-benar aman,” ucap Takdir.
DOMPU – Warga Desa Kramat, Kecamatan Kilo tak kunjung merasa lega. Bagaimana tidak, hingga
kemarin warga masih dihantui banjir yang kerap melanda wilayah setempat setiap kali turun hujan.

Terlebih lagi pasca kerusakan saluran irigasi yang menyebabkan air meluap ke pemukiman warga.
Bahkan merusak banyak infrastruktur dan fasilitas umum.

Kepala Desa Kramat, Usman M Ali mengeluhkan lambannya penanganan dari pemerintah yang
menyebabkan banyak kerusakan di desa setempat. Apalagi lalulintas terancam lumpuh disebabkan
deker serta jalan yang rusak dihantam banjir.

“Ini masalah serius. Seharusnya dapat diprioritaskan oleh pemerintah,” ujarnya.

Seperti beberapa kali telah disampaikan, dia berharap adanya bantuan untuk penggalian dan pelebaran
saluran irigasi tersebut. Mengingat debit air yang mengalir pada saluran itu semakin banyak.

“Air yang mengalir dari pegunungan semuanya diarahkan ke saluran itu. Sehingga perlu ada digali lebih
dalam dan pelebaran agar bisa air tidak lagi meluap ke pemukiman warga,” jelasnya.

Begitu pula dengan deker pada saluran itu. Dia juga meminta agar diperlebar menjadi jembatan. Sebab
setiap kali banjir, deker itu selalu rusak dihantam arus air.

“Sudah beberapa kali deker itu kita perbaiki. Namun tetap saja rusak dihantam banjir karena lorongnya
sempit. Makanya kita minta untuk diperlebar menjadi jembatan,” ujarnya.

Apalagi kata dia, musim hujan masih panjang. Jika tidak segera ditangani, dapat dipastikan hingga bulan
Juni 2016 mendatang wilayah setempat kerap dilanda banjir.

“Musim hujan diperkirakan sampai Juni 2016 mendatang. Bayangkan bagaimana kondisi desa ini kalau
saluran irigasi serta deker itu tidak segera diperbaiki,” pungkasnya. (fir/r8)
JAKARTA – Sempat menurun, aktivitas Gunung Baru Jari kembali terpantau tinggi. Berdasarkan laporan
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), anak Gunung Rinjani itu bahkan
memuntahkan lava, kemarin (9/11).

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyampaikan,
erupsi masih terjadi menerus. Kegempaan tremor menerus terasa hingga 26 milimeter, selama 143
detik. Dalam erupsi yang terjadi, Baru Jari memuntahkan lava dan material pijar sejauh 750 meter
dengan ketingian asap 2.500 meter dari puncak. “Kondisi ini jauh lebih besar dibanding tahun 2004 dan
2009 lalu,” katanya.

Sementara itu, aliran lava yang dimuntahkan telah mencapai jarak 1 Kilometer (Km) dari arah Timur.
Lava hampir sampai ke permukaan mulut Sungai Kokok Putek. Akibatnya, terjadi peningkatan luapan air
dan peningkatan suhu air sungai, dari 21 derajat Celcius menjadi 36-39 derajat Celcius. “Ini, air kalau
sudah melimpah maka berpotensi banjir di sepanjang Sungai Koko Putek,” tuturnya di Jakarta, kemarin
(9/11).

Melihat kondisi ini, Sutopo menghimbau masyarakat yang berada di sepanjang Sungai Koko Putih agar
waspada. Masyarakat juga diminta menjauh dan tidak melakukan aktivitas apapun di sepanjang aliran
sungai.

Peningkatan kewaspadaan juga telah diinstruksikan pada seluruh Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten/Kota se-Pulau Lombok. Selain itu, BPBD provinsi telah menambah jumlah
posko evakuasi atau pengungsian yang ada di sana, dari sembilan menjadi tiga belas posko. Posko
didirikan di desa yang tergolong ring satu atau jarak dari kawah radius 10 Km seputaran Gunung Rinjani.

Pihak BPBD NTB juga sudah mempersiapkan kondisi terburuk dengan berkoordinasi dengan TNI, Polri,
Satpol PP, Tagana, PMI, PVMBG dan unsur lainnya. “Tapi sejauh ini belum ada pengungsian,” jelas
Sutopo.

Di sisi lain, abu vulkanik yang dikeluarkan oleh Barujari masih terus menghujani lima kabupaten/kota di
Lombok. Sebanyak 248.148 jiwa warga terpaksa merasakan dampak dari serbuan abu vulkanik ini. Saat
ini sendiri, abu vulkanik terpantau menyebar ke arah Barat, Barat Daya dan Selatan.

Sutopo mengatakan, kondisi penerbangan masih menyesuaikan dengan kondisi sebaran abu vulkanik.
Bandara Internasional Lombok dan Selaparang Mataram masih ditutup hingga hari ini. Sementara,
Bandara Ngurah Rai Bali sudah mulai dibuka kemarin (9/11) pagi. (mia/JPG/r10)

Anda mungkin juga menyukai