MAKALAH
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI
TUGAS MATA PELAJARAN
BAHASA INDONESIA
DISUSUN OLEH
TRI ASRIYANA
MILGA APRILIA
AWIDYA RUSDINI
BERLIAN RIZKY PUTRA
MULIA DWI MERDEKAWATI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Adapun tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia pada
semester 2 di tahun ajaran 2012/2013, dengan judul Penyebab dan Dampak Negatif dari
Banjir serta Cara Menanggulanginya. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu
untuk lebih peduli terhadap kebersihan dan kelestarian lingkungan sehingga tidak rawan
terjadinya bencana banjir.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami banyak mengalami kesulitan, terutama disebabkan
oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari
pihak lain, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan. Karena itu, sudah sepantasnya kami
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hamsyi yang tidak lelah dan bosan untuk memberikan
arahan dan bimbingan kepada kami setiap saat.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan
makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi. Harapan
kami, semoga makalah yang sederhana ini dapat berguna bagi kita semua.
Pontianak, 24 januari 2013
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .............................i
DAFTAR
ISI .....................
..ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang ......1
1.2
Rumusan Masalah
..2
1.3
2
Tujuan Penulisan
1.4
Metode
Penulisan......2
1.5
Kegunaan
Masalah3
1.6
Sistematika
Penulisan3
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Banjir ..4
2.2
Jenis-Jenis
Banjir
..
........4
2.3
Penyebab
Terjadinya
Banjir .9
2.4
Dampak
Negatif
Banjir .. ........11
2.5
Cara
Mencegah
Banjir ........11
2.6
Cara
Penanggulangan
Banjir ..15
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
20
3.2
Saran .
.20
DAFTAR
PUSTAKA ...
...........21
LAMPIRAN......................................................................................................................................
22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Banjir adalah peristiwa tergenang dan terbenamnya daratan (yang biasanya kering)
karena volume air yang meningkat. Hampir seluruh negara di dunia mengalami masalah banjir,
tidak terkecuali di negara-negara yang telah maju sekalipun.
Penyebab banjir biasanya dikarenakan adanya curah hujan yang tinggi, permukan tanah
yang lebih rendah dibandingkan permukaan laut, pemukiman yang membangun pada dataran
sepanjang sungai atau kali, adanya sampah sehingga aliran sungai tidak lancar.
Di saat sekarang ini masyarakat sudah tidak peduli lagi terhadap lingkungan hidup tempat
mereka tinggal. Hal ini telihat dari semakin sedikitnya masyarakat yang peduli terhadap
kelestarian lingkungan. Banyak masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan juga
menggundulkan hutan. Merusak lingkungan atau mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan
dapat menyebabkan terjadinya banjir.
Berdasarkan kondisi dan keadaan di lingkungan tersebut, kami menyusun makalah ini agar
masyarakat memiliki kesadaran tersendiri bahwa menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan
itu sangat penting.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan tujuan makalah diatas, maka masalah-masalah yang dibahas dapat di
rumuskan sebagai berikut :
a.Apa pengertian banjir?
b.Apa penyebab banjir ?
c.Apa dampak banjir?
d.Bagaimana cara mencegah banjir?
e.Bagaimana cara menanggulangi banjir?
1.3
Tujuan Penulisan
Tujuan makalah yang kami susun ini antaralain:
a. Untuk mengetahui penyebab banjir
b.Untuk mengetahui dampak dari banjir
c.Untuk mengetahui cara menanggulangi banjir
d.Untuk mengetahui cara mencegah terjadinya banjir
1.4
Metode Penulisan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan, dalam membuat makalah
ini kamimempergunakan metode studi pustaka. Tidak hanya itu, kami juga mencari bahan dan
sumber-sumber dari media masa elektronik yang berjangkauan internasional yaitu internet.
1.5
Kegunaan Masalah
Hasil penulisan makalah ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain:
Segi kehidupan, warga sekitar yang terkena banjir saling bergotong royong serta mendapatkan
bantuan untuk meringankan beban korban. Bahkan bagi pemulung banjir dimanfaatkan untuk
mencari barang-barang yanghanyut.
Segi industri, banjir dimanfaatkan untuk membuang limbah.
Bagi relawan, banjir dimanfaatkan untuk mengabdi kepada yang membutuhkan.
Bagi pemda setempat, banjir dimanfaatkan untuk berbagi komisi.
Bagi pemerintah pusat, banjir dimanfaatkan untuk tender mega proyek.
1.6
Sistematika Penulisan
Pada makalah ini akan dijelaskan, yang dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi
latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan , metode, kegunaan penulisan, sampai terahir
kepada sistematika penelitian.
Dilanjutkan dengan bab kedua, kami membahas secara keseluruhan tentang masalah yang
diangkat, yaitu tentang banjir.
Bab ketiga merupakan bab penutup dalam makalah ini. Pada bagian
ini, kami menyimpulkan uraian yang sebelumnya sudah disampaikan, dan memberi saran
mengenai apa yang sebaiknya kita lakukan agar tidak rawan terhadap bencana banjir
.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Banjir
Banjir adalah peristiwa terbenamnya daratan oleh air. Peristiwa banjir timbul jika
air menggenangi daratan yang biasanya kering. Banjir pada umumnya disebabkan oleh air sungai
yang meluap ke lingkungan sekitarnya sebagai akibat curah hujan yang tinggi. Kekuatan banjir
mampu merusak rumah danmenyapu fondasinya. Air banjir juga membawa lumpur berbau yang
dapat menutup segalanya setelah air surut.
Banjir
merupakan
hal
tahun
pasti
merupakan fenomenakejadian alam biasa yang sering terjadi dan dihadapi hampir di seluruh
negara-negara di dunia, termasuk Indonesia. Banjir sudah temasuk dalam urutan bencana besar
karena memakan korban besar.
2.2
Jenis-jenis Banjir
Berdasarkan sumber air yang menjadi penampung di bumi, jenis banjir dibedakan menjadi
tiga, yaitu banjir sungai, banjir danau, dan banjir laut pasang.
A.
Banjir Sungai
Terjadi karena air sungai meluap. Contoh ketika banjir sungai Citarum Karawang, Jawa
Barat. Dibawah ini adalah data dari contoh banjir sungai.
Banjir Sungai Citarum semakin meluas pada Rabu (24/3), merendam 10 kecamatan dengan
15.510 rumah di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sehari sebelumnya, sembilan kecamatan
dengan 9.561 rumah terendam air setinggi rata-rata tiga meter.
Dampak banjir yang meluas di 10 kecamatan tersebut memicu tanggapan Bupati Karawang
Dadang S. Muchtar yang menyayangkan upaya pengendalian banjir yang dinilai terlambat itu.
Menurut Dadang, Perusahaan Umum Jasa Tirta (PJT) II selaku pengelola Waduk
Ir. Juanda Jatiluhur seharusnya sejak awal mengoptimalkan pelepasan/penggelontoran air waduk
untuk mencegah banjir di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum di Karawang dan di Bekasi.
Dadang berharap instansi terkait segera menempuh langkah antisipasi untuk mencegah
meluasnya banjir.
PJT II, kemarin, mengoptimalkan penggelontoran air Bendung Curug dan Bendung
Walahar ke tiga saluran induk, yakni Tarum Barat, Tarum Utara, dan Tarum Timur untuk
mengurangi debit air yang mengalir ke hilir Sungai Citarum.
Langkah itu dilakukan untuk mengurangi luas genangan air di sepanjang aliran sungai yang
meliputi 10 kecamatan. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah Karawang Barat (dengan 7.389
rumah terendam), Karawang Timur (412 rumah), Teluk Jambe Timur (3.576 rumah), Teluk
Jambe Barat (494 rumah), Ciampel (81 rumah), Batujaya (250 rumah), Pakisjaya (1.533 rumah),
Rengasdengklok (486 rumah), dan Klari (97 rumah). Kecamatan terakhir yang ikut terendam
banjir, sejak Rabu dini hari adalah Kecamatan Jayakarta (1.192 rumah).
Adapun luas sawah terendam banjir di Karawang mencapai 817 hektar dan tersebar di tujuh
kecamatan, yakni Teluk Jambe Timur (180 ha), Karawang Barat (9 ha), Klari (5 ha), Ciampel (67
ha), Teluk Jambe Barat (130 ha), Batujaya (32 ha), dan Pakisjaya (342 ha). Usia padi 1-10 hari
(persemaian) dan sekitar 50 ha usia 11-100 hari.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Karawang Nahrowi Muhamad Nur, luas sawah yang
terendam pada Rabu siang bertambah menjadi 842 ha seiring meluasnya genangan. Penambahan
terjadi di tujuh kecamatan tersebut.
Kepala Biro Operasi dan Konservasi PJT II Sutisna Pikrasaleh menjelaskan, debit yang dialirkan
ke tiga saluran dioptimalkan hingga kapasitas maksimal, yakni 27 meter kubik per detik ke
Tarum Barat, 52,5 meter kubik per detik ke Tarum Timur, dan 80 meter kubik per detik ke Tarum
Utara. Pemecahan air menuju Tarum Barat dan Tarum Timur dilakukan di Bendung Curug.
Adapun untuk Tarum Utara dilakukan di Bendung Walahar.
Dilaporkan pula, pelepasan air bendung berangsur-angsur membuat tinggi muka air (TMA)
bendungan utama Waduk Jatiluhur menurun. TMA pada Rabu siang 108,27 meter di atas
permukaan laut (dpl), menurun dibandingkan dengan pada Minggu malam yang mencapai
108,41 meter dpl atau Selasa pagi yang setinggi 108,39 meter dpl. Meski pelepasan air tiga
bendung di Waduk Jatiluhur ke tiga saluran induk telah dioptimalkan, debit air yang mengalir ke
hilir Citarum tetap tinggi.
Debit air yang keluar dari Bendung Walahar, Rabu pagi mencapai 1.600 meter kubik per
detik dan merupakan yang tertinggi dalam sebulan ini. Hujan di hulu dan sejumlah anak sungai
membuat debit tetap tinggi.
Naiknya muka air Citarum memperluas genangan banjir di Karawang. Persawahan di
kanan dan kiri sungai yang sebelumnya kering, seperti Desa Curug, Kecamatan Klari; Desa
Mulyasejati, Mulyasari, dan Kutapohaci, Kecamatan Ciampel, mulai tergenang air pada Rabu
pagi. Petani pun mempercepat panen untuk menyelamatkan padi.
Sejumlah jalan antarkecamatan dan antardesa/kelurahan yang sebelumnya kering, seperti
Jalan Raya Ranggagede, Jalan Raya Tanjung Mekar, dan Rawagempol (Kecamatan Karawang
Barat), Jalan Kertabumi, serta jalanan di beberapa kawasan perumahan, seperti Perum Karaba
Indah, Galuh Mas, Sukaharja, Bintang Alam (Kecamatan Teluk Jambe Timur) juga mulai
tergenang. Banjir juga memicu kemacetan, terutama di akses menuju dan dari Pintu Tol
Karawang Barat.
B.
Banjir Danau
Terjadi karena air danau meluap atau bendungannya jebol. Contoh banjir danau adalah
banjir ketika melanda situ gintung pada tahun 2009.
Berita banjir bandang di Jakarta Jumat pagi (27/3/09) sangat mengejutkan. Dengan korban lebih dari 50
orang meninggal tentusaja ini sebuah bencana yang cukup serius terjadi di dekat Ibu Kota lagi.
Melihat sepintas pada peta-peta yang dikoleksi kesimpulan sementara yang ada adalah keringkan saja
danau ini, dan jangan dibendung lagi.
Kesimpulan ini mungkin mengagetkan karena disana ada sebuah taman wisata yang sangat bagus.
Namun alasan sederhana dibawah barangkali perlu dipikirkan secara saksama.
C.
2.3
a)
b)
Pendangkalan sungai;
c)
Pembuangan sampah yang sembarangan, baik ke aliran sungai mapupun gotong royong;
d)
e)
f)
Air laut, sungai, atau danau yang meluap dan menggenangi daratan.
2.4
a.
b.
c.
d.
e.
Timbulnya penyakit-penyakit;
f.
2.5
Mengolah sampah dengan benar. Tidak membuang sampah ke sungai atau ke jalanan juga
dapat mengurangi bahaya banjir. Jika sampah dibuang sembarangan, sampah dapat menyumbat
saluran-saluran air yang ada dan mengakibatkan banjir saat hujan datang.
Mencegah banjir dengan membuat sumur resapan adalah cara yang terbaik untuk daerah
perkotaan. DKI Jakarta sudah menerapkan kewajiban bagi warganya untuk membuat sumur resapan
melalui SK Gubernur DKI nomor 17 Tahun 1992, yang telah dijadikan Perda no. 17/1996, isinya
mewajibkan warga Jakarta mebuat sumur resapan. Namun karena biaya pembuatan yang cukup mahal,
maka kebanyakan warga DKI tidak melaksanakan aturan perda tersebut. Itu salah satu sebab mengapa
banjir selalu terjadi dan semakin parah saja setiap tahunnya.
Kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam menanggulangi banjir sangat memegang
peranan penting.
peraturan yang ada, memicu masalah banjir semakin buruk dari tahun ke tahun.
Pembangunan banjir kanal didaerah Timur dan Barat DKI Jakarta diharapkan akan mengurangi
terjadinya banjir dimasa mendatang. Namun pembangunan kanal tersebut tidak menjamin bahwa banjir
tidak akan terjadi. Kepedulian warga tetap memegang peranan penting dalam mencegah banjir. Tanpa
ada partisipasi masyarakat secara luas, banjir sudah dipastikan akan datang kembali.
Salah satu cara terbaru dengan biaya cukup murah untuk mengatasi banjir ini adalah dengan mebuat
lubang resapan biopori didalam tanah.
(terowongan ) yang terbentuk oleh aktivitas organisme tanah dan pengakaran tanaman. Aktivitas
merekalah yang akan menciptakan rongga-rongga atau liang-liang di dalam tanah, dimana ronggarongga tersebut akan terisi udara yang menjadi saluran air untuk meresap ke dalam tanah.
Bila lubang-lubang seperti ini dibuat dalam jumlah yang banyak, maka kemampuan dari
sebidang tanah untuk meresapkan air akan meningkat. Meningkatnya kemampuan tanah dalam
meresapkan air akan memperkecil peluang terjadinya aliran air di permukaan tanah. Dengan kata lain
akan mengurangi banjir yang mungkin akan terjadi. Karena air dapat diserap langsung ke dalam tanah.
Peningkatan jumlah biopori tersebut dapat dilakukan dengan membuat lubang vertikal kedalam tanah.
Lubang-lubang tersebut selanjutnya diisi bahan organik, seperti sampah-sampah organik rumah tangga,
potongan rumput dan vegetasi lainnya.
Bahan organik ini melalui proses pengomposan, menjadi sumber energi bagi organisme di
dalam tanah. Dengan adanya bahan organik yang cukup, aktivitas mereka didalam tanah akan
meningkat. Dengan meningkatnya aktivitas organisme dalam tanah maka akan semakin banyak ronggarongga biopori yang terbentuk.
Cara ini boleh dibilang murah dan mudah dibuat dibandingkan dengan membuat sumur
resapan yang memerlukan lahan luas dan biaya bahan yang cukup besar. Lubang biopori bisa dibuat
dimana saja seperti gedung perkantoran, taman dan kebun, pelataran parkir, halaman rumah terutama
disekitar rumah yang berlahan sempit sekalipun, dan juga bisa dibuat di dasar parit. Dengan alat yang
sederhana, pembuatan lubang biopori ini dapat dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga juga.
Metode Biopori ditemukan oleh Ir. Kamir Raziudin Brata MSc, peneliti dan dosen Department Limu Tanah
dan Sumber Daya Alam IPB tahun 1976. Sebelum disosialisasikan ke masyarakat, ia sudah memakainya
selama 20 tahun lebih di lingkungan rumahnya.
2.6
Ketika banjir datang, selalu terjadi saling menuding tentang siapa yang salah. Di lain pihak,
para ahli cendekia lalu sibuk mengeluarkan pendapat tentang apa dan mengapa terjadi banjir. Ketika
banjir surut, perhatian akan banjir ikut surut pula. Kemudian ribut-ribut lagi ketika musim berganti dan
banjir datang berulang.
Secara filosofis, ada tiga metode penanggulangan banjir.
Pertama, memindahkan warga dari daerah rawan banjir. Cara ini cukup mahal dan belum tentu warga
bersedia pindah, walau setiap tahun rumahnya terendam banjir. Kedua, memindahkan banjir keluar dari
warga. Cara ini sangat mahal, tetapi sedang populer dilakukan para insinyur banjir, yaitu normalisasi
sungai, mengeruk endapan lumpur, menyodet-nyodet sungai. Faktanya banjir masih terus akrab melanda
permukiman warga.
Ketiga, hidup akrab bersama banjir. Cara ini paling murah dan kehidupan sehari-hari warga menjadi
aman walau banjir datang, yaitu dengan membangun rumah-rumah panggung setinggi di atas muka air
banjir.
Secara normatif, ada dua metode penanggulangan banjir.
Pertama, metode struktur yaitu dengan konstruksi teknik sipil, antara lain membangun waduk di hulu,
kolam penampungan banjir di hilir, tanggul banjir sepanjang tepi sungai, sodetan, pengerukan dan
pelebaran alur sungai, sistem polder, serta pemangkasan penghalang aliran.
Anggaran tak seimbang dalam pertemuan-pertemuan antarpemangku kepentingan (stakeholder) tentang
penanggulangan
banjir,
telah
ada
political
will
dari
pemerintah,
yaitu
akan
melaksanakan
penanggulangan banjir secara hibrida, dengan melaksanakan gabungan metode struktur dan nonstruktur
secara simultan. Bahkan, telah dibuat dalam perencanaan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang. Namun, dalam implementasinya, penanggulangan banjir yang dilakukan pemerintah masih
sangat sektoral, alokasi anggaran antarsektor tidak seimbang. Anggaran penanggulangan banjir metode
struktur alias konstruksi teknik sipil lebih besar dibandingkan dengan anggaran metode nonstruktur yang
lebih berbasis masyarakat.
Padahal, penanggulangan banjir dengan metode nonstruktur berbasis masyarakat tidak kalah
pentingnya.
Pertama, berupa manajemen di hilir di daerah rawan banjir, antara lain pembuatan peta banjir,
membangun sistem peringatan dini bencana banjir, sosialisasi sistem evakuasi banjir, kelembagaan
penanganan banjir, rekonstruksi rumah akrab banjir, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat
dalam penanggulangan banjir, serta kemungkinan asuransi bencana banjir.
Kedua, berupa manajemen di hulu daerah aliran sungai, antara lain pengedalian erosi, pengendalian
perizinan pemanfaatan lahan, tidak membuang sampah dan limbah ke sungai, kelembagaan konservasi,
pengamanan kawasan lindung, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
konservasi.
1. Memfungsikan sungai dan selokan sebagaimana mestinya. Karena sungai dan selokan
merupakan tempat aliran air, jangan sampai fungsinya berubah menjadi tempat sampah.
2. Larangan membuat rumah di dekat sungai. Biasanya, yang mendirikan rumah di dekat sungai
adalah para pendatang yang datang ke kota besar hanya dengan modal nekat. Akibatnya,
keberadaan mereka bukannya membantu peningkatan perekonomian, akan tetapi malah
sebaliknya merusak lingkungan. Itu sebabnya pemerintah harus tegas, melarang membuat rumah
di dekat sungai dan melarang orang-orang tanpa tujuan tidak jelas datang ke kota dalam jangka
waktu lama atau untuk menetap.
3. Menanam pohon dan pohon-pohon yang tersisa tidak ditebangi lagi. Karena pohon adalah
salah satu penopang kehidupan di suatu kota. Banyangkan, bila sebuah kota tidak memiliki
pohon sama sekali. Apa yang akan terjadi? Pohon selain sebagai penetralisasi pencemaran udara
di siang hari, sebagai pengikat air di saat hujan melalui akar-akarnya. Bila sudah tidak ada lagi
pohon, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi bila hujan tiba.
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Bencana banjir ini sangatlah rawan dan banyak terjadi di berbagai daerah di negeri kita,
misalnya di Jakarta, Bandung, dan kota lainnya yang tidak kalah besar dan banyak memakan korban.
Sebenarnya penyebab utama dari banjir itu adalah akibat dari perbuatan manusia sendiri, misalnya saja
adanya penebangan pohon secara liar di hutan, maka terjadilah banjir, kemudian adanya pembuangan
sampah sembarangan sehingga mengakibatkan aliran air tersumbat, maka terjadilah banjir.
Cara yang paling efektif untuk mencegah banjir adalah dengan adanya sikap atau perilaku
menjaga kebersihan lingkungan hidup kita. Dan cara yang efektif untuk menganggulangi ketika
terjadinya banjir adalah membuat rumah akrab banjir.
3.2
SARAN
Saran dari penyusun adalah Marilah Kita Menjaga Lingkungan Ini Agar Tidak Terjadi Hal-hal
Lingkungan ini adalah lingkungan kita yang penting untuk dijaga kebersihan dan kelestariannya
untuk meningkatkan kualitas hidup kita.
Jaga kebersihan dan kelestarian lingkungan juga merupakan kewajiban bagi kita agar terhindar
dari bencana banjir yang akan membawa bencana yang lainnya, seperti kematian yang
diakibatkan penyakit yang menyerang saat banjir.
DAFTAR PUSTAKA
http://blogger-indonessia.blogspot.com/2012/01/cara-mengatasi-banjir-html
(24 Januari 2013)
http://solusibsjirindonesia.wordpress.com/2012/04/28/jenis-jenis-banjir/
(24 Januari 2013)
http://etijaulighani.blogspot.com/2012/10/pengertian-penyebab-dampakaidan-cara.html (24 Januari 2013)
https://bebasbanjir2025.wordpress.com/10-makalah-tentang-banjir-2/
https://www.manulife-indonesia.com/node/581
http://aimyaya.com/id/lingkungan-hidup/10-akibat-dan-dampak-negatif-banjir-yangutama/
http://www.artikelsiana.com/2015/08/pengertian-banjir-penyebab-dampak-cara.html
http://act.id/id/whats-happening/view/984/penyuluhan-mitigasi-bencana-banjirupaya-pengurangan-risiko-bencana
http://www.bppt.go.id/berita/kliping/kliping-2012/1192-perlu-pengurangan-resikodan-kapasitas-kesiapsiagaan-masyarakat-terhadap-bencana-banjir