Anda di halaman 1dari 2

TEKS EDITORIAL

AGAR BANJIR TIDAK BERULANG

Banjir yang kembali menyambangi Jakarta sejak hari Minggu (12/1) malam hingga Senin
(13/1) seperti mengulang cerita sama di Ibu Kota.

Setiap tiba musim hujan, warga Jakarta harap-harap cemas. Meskipun peringatan dari
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebut puncak musim hujan diperkirakan
terjadi akhir Januari, hujan deras hari Minggu lalu menyebabkan banjir datang lebih awal.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sudah banyak berupaya. Kali-kali kecil, termasuk saluran
penghubung, sebanyak 884 buah dan waduk dibersihkan dari sampah. Para pemukim di
sepanjang bantaran sungai dan waduk bertahap dipindahkan ke rumah susun agar sungai
dan waduk dapat dinormalkan fungsinya. Kenyataannya, saat ini kerja tersebut belum
cukup. Banjir di Jakarta, seperti juga di banyak tempat lain, disebabkan berbagai faktor.
Mulai dari cuaca, perilaku masyarakat, hingga kebijakan pemerintah.

Cuaca di Jakarta dipengaruhi iklim global, termasuk perubahan iklim. Badai dingin di
Kanada dan Amerika Utara telah bergerak ke Asia dan akan mempengaruhi terbentuknya
awan hujan di bagian barat Indonesia, termasuk Jakarta. Perilaku masyarakat sangat besar
pengaruhnya. Pendirian bangunan yang berizin maupun tidak berizin di bantaran sungai
menyebabkan lebar sungai menyusut. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan
selokan masih dilakukan warga Jakarta meski tahu sampah menyumbat badan air dan
menyebabkan banjir.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tentu tidak dapat bekerja sendirian. Kerja sama dengan
Pemprov Jawa Barat dan Banten perlu diintensifkan. Daerah aliran sungai yang bermuara di
Jakarta berada di provinsi tetangga. Perlu solusi konkrit mengatasi kerusakan daerah aliran
sungai (DAS) di hulu. Termasuk, wacana manfaat bagi penduduk sekitar DAS yang
memelihara lingkungan, sementara manfaatnya dirasakan warga di tempat lain.

Pemerintah pusat melalui Kementerian Pekerjaan Umum berperan menangani 13 sungai


besar di Jakarta. Proyek sodetan antara Sungai Ciliwung dan Kanal Banjir Timur serta
normalisasi Sungai Ciliwung dimulai 23 Desember lalu setelah Pemprov DKI menyanggupi
pembebasan tanah. Jika selesai empat tahun lagi, diharapkan banjir akibat luapan Ciliwung
akan banyak berkurang.

Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, berulang kali mengatakan, permasalahan dan solusi
banjir Jakarta sudah jelas.Yang diperlukan adalah ketekunan, dan kesabaran karena butuh
waktu.Yang juga dituntut dari Gubernur DKI dan wakilnya adalah pengawasan agar semua
pihak mematuhi rencana tata ruang wilayah.

Gubernur Joko Widodo dan wakilnya, Basuki Tjahaja Purnama, perlu menggunakan
popularitas mereka untuk tak bosan mengajak masyarakat mengubah perilaku. Tanpa
dukungan masyarakat Jakarta dan provinsi tetangga, warga Ibu Kota akan terus mengulang
cerita lama setiap kali musim hujan tiba.

NAMA KKELOMPOK

1. MURNI
2. CHANTIKA
3. INTAN BERLIANI

Anda mungkin juga menyukai