Anda di halaman 1dari 5

Hujan deras mengguyur sejumlah kawasan di Jakarta siang ini.

Akibatnya, beberapa
titik di Ibu Kota tergenang. Bahkan, banjir sempat menggenang di sekitar Bundaran Hotel
Indonesia (HI). Banjir di Bundaran HI cepat surut setelah hujan mulai reda. Genangan cepat
hilang setelah sejumlah petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) Kelurahan
Menteng, Jakarta Pusat, membersihkan saluran air yang tersumbat.

Lurah Menteng Agus Sulaeman mengatakan, penanganan banjir bisa diatasi dengan
cepat hanya sekitar 10 menit. Sebab, banjir tersebut terjadi lantaran saluran air tertutup
lumpur dan sampah. "Ini penyebabnya lumpur yang menutup saluran air, jadi tersumbat. Kita
kan ada petugas PPSU yang memutar tiap hujan turun, jadi langsung siaga dan beraksi tadi,"
ujar Agus di Jakarta Pusat, Selasa (30/8/2016).

Agus mengungkapkan, genangan air ini wajar lantaran hujan turun dengan intensitas
cukup tinggi. Tak hanya itu, hujan yang disertai angin juga menyebabkan sejumlah pohon
tumbang. "Setelah dibersihkan ini sudah surut. Antisipasinya kita punya pasukan PPSU yang
setiap saat membersihkan tali air dari sumbatan lumpur dan sampah," ujar Agus.

Berikut genangan yang sempat terjadi di wilayah DKI Jakarta usai diguyur hujan
deras siang ini:
- Genangan di Jalan RS Mata Aini, Setiabudi, Jakarta Selatan setinggi 15-30 cm,
- Genangan di Jalan HR Rasuna Said, Setiabudi, Jakarta Selatan setinggi 10-30 cm,
- Genangan di Jalan Pejompongan, Benhil, Jakarta Pusat, setinggi 10 cm,
- Genangan di Jalan Setiabudi Barat, Jakarta Selatan setinggi 10-30 cm,
- Genangan di Jalan MH Thamrin, Gondangdia, Jakarta Pusat setinggi 10-30 cm,
- Genangan di Jalan Prof Moh Yamin, Gondangdia, Jakarta Pusat setinggi 10-15 cm,
- Genangan di Jalan Slipi 3, Jakarta Barat setinggi 15-30 cm,
- Genangan di Jalan Angkasa Raya, Kemayoran, setinggi 10 cm,
- Genangan di Jalan Petamburan, RW 03, RT 05, Kelurahan Petamburan, Jakarta Pusat
setinggi 10-40 cm,
- Genangan di Jalan Sumur Baru Raya, Kelurahan Cempaka Baru, Jakarta Pusat setinggi 10
cm,
- Genangan di Jalan Rawa Sawah, Kelurahan Kampung Rawa, Jakarta Pusat setinggi 10-20
cm.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Curah hujan yang cukup tinggi pada Kamis (17/1) lalu
menyebabkan Jakarta lumpuh akibat banjir. Termasuk Bundaran HI beserta akses jalan
menuju pusat Jakarta tersebut.

Menurut BNPB, banjir yang terjadi di Bundaran HI tidak hanya disebabkan curah hujan yang
tinggi, tapi juga disebabkan Banjir Kanal Barat (BKB) yang meluap.

"Banjir di Bundaran HI banjir selain karena intensitas curah hujan yang tinggi faktor
utamanya karena BKB dan Kali Cideng meluap padahal semua pembuangan aliran sebagian
besar mulai dari Jalan Thamrin lari kesana," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas
BNPB, Sutopo Purwo Nugroho Jumat (18/1).

Sutopo mengungkapkan berdasarkan informasi dari BMKG mengenai analisis cuaca


Jabodetabek pada 16-17 Januari 2013 melalui citra satelit, radar, dan data pengamatan curah
hujan, dideteksi bahwa sebaran awan hujan telah terlihat dan terkonsentrasi di Jakarta.
Sehingga hujan lebat pun terjadi dan menyebabkan banjir.

"Dapat dikatakan banjir pada Kamis (17/1) lalu merupakan akumulasi curah hujan hari-hari
sebelumnya ditambah curah hujan ketika itu juga tinggi," ujar Sutopo.

Hal tersebut diperparah dengan kondisi drainase perkotaan. Sutopo mengungkapkan dari 62
titik banjir di Jakarta disebabkan dari drainase perkotaan yang tidak mampu mengalirkan air
genangan meskipun sungai belum meluap. "Ini artinya masalah drainase perkotaan masih
perlu dibenahi dan ditingkatkan," tuturnya.

Sutopo menambahkan berdasarkan data historis curah hujan yang didapatkan dari BMKG 50
tahun terakhir di Jakarta, puncak musim hujan memang selalu terjadi pada bulan Januari .
Dari informasi BMKG, rata-rata curah hujan di Jakarta secara historis 50 tahun terakhir, kata
dia.

"Semua menunjukkan bahwa puncak hujan memang selalu terjadi pada bulan Januari dengan
curah hujan lebih dari 400 milimeter per bulan. Bulan Febuari diperkirakan mengalami
penurunan tapi masih cukup tinggi antara 400 milimeter hingga 400 milimeter lebih," tutur
Sutopo.

Juga kalau dilihat dari kejadian banjir tahun-tahun sebelumnya baik tahun 1996, 2002, 2007,
2008, lanjut Sutopo, semua terjadi pada akhir Januari dan awal Febuari. "Tapi kalau ditanya
apakah banjir 2013 akan seperti tahun sebelumnya saya tidak tahu. Saya tidak bisa prediksi,"
kata Sutopo.

Mengenai kerugian banjir Jakarta, Sutopo mengungkapkan, belum dapat memprediksi


seberapa besar. Karena untuk menghitung kerugian akibat bencana perlu metodologi khusus.
Nama metodologinya damage loses assesment. Jadi, dengan metodologi itu kita hitung
berapa pemukiman yang terendam, yang rusak berapa.
"Termasuk infrastruktur karena umumnya daerah yang banjir jalannya mulai terkelupas dan
bergelombang. Kemudian bagaimana dampak sosial ekonominya serta dampak pada sektor
lainnya. BNPB akan menghitungnya bersama Bappenas," jelas Sutopo.

Sebagai perbandingan, kerugian akibat banjir di DKI Jakarta pada 2007 lalu mencapai Rp
4,3 triliun. Luas banjir mencapai 231,8 kilometer persegi, pengungsi mencapai 320 ribu
orang, dan 80 orang meninggal.

Banjir di Jakarta Tahun 2013


Banjir di Jakarta pada tahun 2103 adalah banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya
pada pertengahan januari 2013 yang menyebabkan Jakarta dinyatakan dalam keadaan darurat.
Banjir ini sebenarnya sudah dimulai sejak Desember 2012, dan baru mencapai puncaknya
pada Januari 2013.

 PENYEBAB
Selain curah hujan yang tinggi sejak Desember 2012, system bdrainase yang buruk,
dan jebolnya berbagai tanggul di wilayah Jakarta, banjir ini juga disebabkan meningkatnya
volume 13 sungai yang melintas Jakarta. Tercatat Bogor, Bekasi, Depok, dan Tanggerang
juga mengalami hal yang sama pada masa ini.

 CURAH HUJAN
Hingga pertengahan Januari 2013, Jakarta tercatat mencapai rekor rucah hujan ingga
250-300 mm, melebihi kondisi banjir Jakarta 2002 yang mencapai 200 mm, namn masih
dibawah kondisi banjir jakarata 2007 yang mencapai 340 mm. kepala BPPT, Tri Handoko
Seto, menyatakan bahwa gelombang atmosfer, angin muson, dan osilasi diurnal
menyebabkan tingginya curah hujan ini. Massa udara dari laut China selatan dan India
bergerak ke selatan menuju tekanan rendah di Australia. Massa udara ini kemudian
mengalami pembelokan di sekitar Jakarta, akibat tekanan rendah di Samudera Indonesia, di
sebelah barat daya Jakarta.

 MASALAH DRAINASE
Tingginya curah hujan di kawasan bisnis MH Thamrin membuat jalanan tergenang
pada tanggal 22 Desember, mulai dari Sarinah, Sabang, hingga Monas. Kepala Dinas PU
DKI Jakarta, Ery Basworo, menyatakan tingginya curah hujan sebagai penyebab buruknya
genangan dan menyangkal adanya masalah drainase dan sampah. Buruknya genangan
disebabkan pompa yang telah disediakan tidak mampu mengimbangi tingginya air yang
hendak dipindahkan ke Kanal Banjir Barat.
Namun pendapat ini dibantah oleh Kementrian Pekerjaan Umum melalui menteri
Djoko Kirmanto, yang menegaskan masalah sampah yang menyumbat drainase dan
menghalangi aliran air menuju pompa yang telah terpasang. Kementrian Pekerjaan Umum
juga menjanjikan alokasi dana hingga 18 Triliun rupiah untuk mengatasi masalah banjir di
Jakarta.
Hal ini diperkuat lagi oleh fakta bahwa gorong-gorong di sekitar wilayah tersebut yng
ternyta hanya berukuran 60 cm, dan belum pernah dibangun lagi semenjak tahun 1970-an.
Inisiatif Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, untuk memeriksa drainase di Jalan MH
Thamrin, membuat hal tersebut terungkap kepada public dan akhirnya memunculkan ide
untuk membangun smart tunnel untuk membantu mempercepat mengalirnya air ke laut.

 KERUSAKAN TANGGUL
Sejak akhir tahun, telah terjadi beberapa kerusakan tanggul, dimulai dari tanggul Kali
Adem, Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara, pada tanggal 13 Desember 2012.
Kerusakan tanggul ini menyebabkan 500 rumah warga terendam air laut, serta 2 warga
hanyut. Akhirnya ratusan gubuk liar dibongkaruntuk mempermudah masuknya alat berat
guna memperbaiki tangul. Lurah pluit menjelaskan hempasan air laut pasang yang mengerus
tanggul yang menyebabkan kerusakan ini.
Musibah kembali menyusul pada tanggal 20 Desember 2012, dengan jebolnya tnggul
di klai Cipinang. Akibatnya 979 warga terpaksa mengungsi ke GOR Makassar serta Jlan
Pusdilat Depnaker dan Jalan Masjid Suprapto tergenang, menututpi akses warga Pinang Ranti
menuju Halim. Diketahui buruknya konstruksi tanggul yang tidak menggunakan rangka
menyebabkan rusaknya tanggul ini.
Tanggul Kali Laya, Pekayon, Jaktim, menyusul pada tanggal 24 Desember 2012,
sehingga air merendam pemukiman sekitarnya. Dinding sungai yang mengalami kerusakan
memiliki tinggi 2 meter.
Pada tanggal 15 Januari 2013, menyusul tanggul di Kedoya SSelatan, Kebun Jeruk,
jebol dan menyebabkan banjir setinggi 2 meter. Tanggul ini juga tercatat memiliki konstruksi
buruk karena hanya dibuat dari karung pasir, sehingga tidak kuat menahan air Kali
Pesanggrahan. Warga diungsika ke bagian timur rel Pesing, namun kebanyakan bertahan di
rumah masing-masing.
Pada tanggal 17 Januari, tanggul Kanal Banjir Barat, di daerah latuharhari juga jebol
dan menyebabkan terendamnya kawasan perumahan mewah di Menteg dan berbagai kawasan
bisnis di pusat kota. Perbaikan segera dilakukan namun tehambat arus lalu lintas.

 DAMPAK
Menurut perkiraan Gubernur DKI Jakarta, banjir ini telah menyebabkan kerugian
hinggaRp. 20 Triliun. Sementara pengusaha melalui Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia,
Sofjan Wanandi, mengklaim terjadinya kerugian ekonomi lebih ari Rp. 1 miliar harus
dikeluarkan untuk menyiapkan kebutuhan pengungsi. PLN juga memiliki taksiran kerugian
116 miliar akibat terganggunya fungsi pembangkit dan peralan distribusi dan transmisi yang
mengalami kerusakan. Selain secara ekonomi, banjir juga menelan 20 korban jiwa dan
33.500 terpaksa mengungsi.

 KORBAN

Badan Nasional Penaggulangan Benca menyatkan jumlah resmi korban tercatat


selama banjir Jakarta 2013, pada tanggal 18 Januari adalah 12 orang, dengan rincian 5 orang
karena diestrum listrik, 2 orang karena kedinginan, 2 orang karena terpeleset atau jatuh, 1
orang karena hanyut, 1 orang karena usia lanjut, dan 1 orang sudah ditemukan meninggal di
rumah. Data ini diperbarui kembali pada tanggal 22 Januari mnjadi 2o korban jiwa dan
33.502 mengungsi.

 TERENDAMNYA GEDUNG UOB

Jebolnya tanggul JonannesLtuharhary menyebabkan air mengalir deras hingga ke


bundaran HI. Lantai bawah tanah dari Gedung UOB yang memiliki ketinggian lantai dasar
hamper sama dengan jalan dalam sekejapterendam. Selama proses pengeringan, ditemuka
korban 2 orang meninggal, dan 2 lainnya dalam kondisi lemas dan kaku karena terndam air
dalam waktu yang lama. Selain itu ditemukan setidaknya 47 mobil terendam di lntai
basement 1 dan 2.

 PENANGGULANGAN

Berbagai upaya dilakukan untuk mengatsi berbagai masalha yang terjadi selama
banjir, anatar lain dengan memperbaiki tanggul, pendirian posko bantuan di titik-titik yang
terkena banjir, relokasi pengsungsi ke ruamh susun, hingga pengumuman status darurat
banjir.

 RELOKASI PENGUNGSI WADUK PLUIT

Pada tanggal 18 Januari, menyusul jebolnya tanggul latuharhari, daerah pulit ikut
terendam.pemerintah Provinsi DKI Jakarta kemudian menawarkan relokasi kepada penghuni
rumah liar di sekitar Waduk Pluit untuk pindah ke rumah susun yang diberikan fasilitas
sanagt lengkap, dengan alas an mengurangi dampak banjir di masa depan dan memungkinkan
peralatan berat bekerja untuk mengeruk waduk.

 MODIFIKASI CUACA

Setlah adnya pemintaan dari DKI Jakarta, mulai tanggal 26 Januari hingga 25 Maret
2013, BPPT dan BNPB melakukan upaya modifikasi cuaca dengan cara mencegah
pembentukan awan dan menurunkan hujan di luar wilayah rawan banjir. Untuk kerjasama ini,
BNPB mengeluarkan biaya hingga Rp.13 miliar. Proyek serupa pernah sukses dijalankan di
SEA Games Palembang dan PON 18 Riau.
Pengendalian cuaca dilakukan dengan mengerahkan 1 Hercules-C-130 dan 3 pesawat
CASA 212-200 untuk mempercepat awan menjadi hujan. Sedangkan untuk menghambat
pertumbuhan awan dipasang 25 titik GBG (Ground Based Generator) yang membakar flare
berisi bahan higroskopis (NaCl). Proyek ini juga didukung 3 radar hujan dan 6 stasiun pos
meteorology.

 KEADAAN DARURAT BANJIR

Pada tanggal 17 Januari 2013, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, mengumumkan
status darurat banjir untuk wilayah Jakarta setelah jatuhnya 5 korban jiwa dan 15.47 warga
terpkasa mengungsi. Pada saat itu, BNPB juga mencatat banjir telah menggenangi 500 RT,
203 RW di 44 kelurahan yang tersebar di 25 kecamatan.

Anda mungkin juga menyukai