Anda di halaman 1dari 4

Nama : andi dian

anggraeni

Hibur anak-anak korban banjir Pejaten, PMI datangkan 'Spiderman'

Provinsi DKI Jakarta diusulkan membangun dan mengembangkan Polder System untuk mengatasi
persoalan banjir. Meski berbiaya tinggi, namun dampaknya untuk mengatasi permasalahan banjir,
sudah teruji.

"Pada jangka panjang, upaya mengatasi banjir di DKI Jakarta harus dilakukan dengan membangun
polder system," ujar Pengamat Perencanaan Pembangunan Nasional Syahrial Loetan, di Jakarta,
Minggu (16/2).

Syahrial menjelaskan, polder system merupakan sistem tata air yang bagus, sehingga lahan budidaya
di kelilingi oleh tanggul raksasa. Tanggul-tanggul ini dilengkapi dengan pintu-pintu air yang
dikendalikan sesuai kebutuhan.

Mekanismenya, kata dia, sungai, saluran-saluran air, serta waduk, situ, dan reservoir harus
direvitalisasi sehingga menjadi tempat mengalirnya air, serta mampu menampung kelebihan air
akibat banjir.

Polder sendiri, kata dia, adalah sebidang tanah rendah, dikelilingi oleh embankment atau timbunan.
Atau juga dapat disebut tanggul yang membentuk semacam satu-kesatuan hidrologis buatan, yang
berarti tidak ada kontak dengan air dari daerah luar selain yang dapat diatur sesuai kemauan kita.

Menurut dia, tanggul yang mengelilingi polder bisa berupa pemadatan tanah dengan lapisan kedap
air, dinding batu, dan juga bisa berupa konstruksi beton dan perkerasan yang canggih.

Sistem polder juga banyak diterapkan pada reklamasi laut atau muara sungai. Selain itu, sistem ini
juga banyak digunakan pada manajemen air buangan (air kotor dan drainase hujan) di daerah yang
lebih rendah dari muka air laut dan sungai.

Cara kerja polder, dia melanjutkan, adalah pada daerah polder, air buangan (air kotor dan air hujan)
dikumpulkan di suatu badan air (sungai atau situ). Lalu dipompa ke badan air lain pada polder yang
lebih tinggi posisinya, hingga akhirnya air dipompakan ke sungai atau kanal yang langsung bermuara
ke laut.

"Dengan demikian, air tidak akan berkumpul di jalanan atau wilayah permukiman. Sebab, setiap kali
air datang dan berkumpul di sungai atau situ, maka secara otomatis dipompakan ke badan air atau
polder lain yang lebih tinggi, yang akhirnya didorong untuk bermuara ke laut," ujarnya.
Syahrial mengimbuhkan, polder system telah lama diterapkan oleh Belanda. Sebab, wilayah Belanda
yang memiliki kemiripan dengan Jakarta, juga memiliki ancaman banjir secara rutin dari laut melalui
gelombang pasang dan ganasnya badai Laut Utara.

Termasuk dengan adanya luapan sungai Ijssel, dan Rijn akibat mencairnya es di hilir sungai pada akhir
musim dingin. Apalagi, lebih dari separo wilayah Belanda berada di bawah permukaan laut dan
memiliki lebih dari 3 ribu polder. Artinya, Belanda sudah kenyang bergulat memerangi banjir sejak
abad ke-17.

Melalui perencanaan Herman van Breen ketika merancang kota sebagai respon terhadap banjir besar
di Batavia (Jakarta) pada 1918. Hanya, sangat disayangkan sistem itu tidak diteruskan. Sebab hingga
saat ini, polder system baru diterapkan pada beberapa kawasan perumahan elit di tepi laut Jakarta.

PMI hibur anak-anak korban banjir di Cawang


Relawan Palang Merah Indonesia (PMI) memberikan hiburan kepada ratusan anak-anak korban
banjir di Gang Budhi, Cawang, Jakarta Timur, Minggu (16/2). PMI DKI Jakarta membantu
warga korban banjir yang terjadi beberapa waktu lalu dengan memberikan dukungan psiko-sosial
kepada anak-anak serta memberikan paket alat-alat sekolah, melaksanakan aksi bersih
lingkungan, penyemprotan Desinfektan, pemeriksaan kesehatan dan pelayanan air bersih secara
gratis.

Bosan kebanjiran, sebagian warga Kampung Pulo mau direlokasi


Pasca terendam banjir, selama 3 pekan lebih, sebagian, warga Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur,
akhirnya bersedia di relokasi ke Rusunawa Komarudin yang berada di Kelurahan Pulogebang, Kecamatan
Cakung, Jakarta Timur. sekitar 50 kepala keluarga, mengaku siap untuk dipindahkan pada pertengahan
tahun ini.

Lurah Kampung Melayu, Bambang Pangestu mengatakan, puluhan keluarga tersebut merupakan warga
RW 02 dan 03, Kelurahan Kampung Melayu yang paling terdampak banjir awal tahun ini. Mereka
perwakilan dari sebanyak 250 kepala keluarga yang secara lisan telah menyatakan bersedia direlokasi.

"Sudah ada sekitar 250 kepala keluarga yang bersedia direlokasi, tapi itu belum didata secara resmi,"
kata Bambang saat dihubungi, Rabu (12/2) pagi.

Bambang menjelaskan, pagi tadi puluhan warga tersebut telah melakukan peninjauan rusun secara
bersama-sama. Nantinya, bagi warga yang bersedia akan dibagikan form pendaftaran untuk diverifikasi.

"Hal itu untuk memastikan hanya warga terdampak banjir dan normalisasi Kali Ciliwung yang akan
direlokasi. Yang terdampak normalisasi secara kasat ada sekitar 1.000 kepala keluarga," ungkapnya.

Ali (40), salah satu warga mengaku siap direlokasi jika dapat keuntungan dari pihak pemerintah.
Menurut dia, sebagian warga Kampung Pulo sudah merasa jenuh lantaran sering terkena bencana
banjir.

"Warga sebenarnya antusias menempati rumah susun tersebut. Karena kasihan juga hampir sebulan
penuh gelandangan diemperan toko mereka juga udah lelah. Nah, masalah pemindahan harus ada
proses mereka harus melihat dulu, tapi mereka antusias. Jadi mereka yang pindah sendiri untuk di
relokasi," pungkasnya.

Kesimpulannya :
warga kota Jakarta bosan kebanjiran dan sebagiannya ingin pindah
™ANDI DIAN ANGGRAENI™

™IIN TRI RESKI WULANDARI.S.™

™BAHDARINI™

Anda mungkin juga menyukai