Anda di halaman 1dari 6

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/328230844

ANALISIS BANJIR DI RANCAEKEK

Article · October 2014

CITATIONS READS
0 1,904

1 author:

Nandian Mareta
National Research and Innovation Agency, BRIN, Indonesia
29 PUBLICATIONS 7 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Structure Geology View project

hidrogeologi View project

All content following this page was uploaded by Nandian Mareta on 12 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS BANJIR DI RANCAEKEK

Melihat berita di PRLM, Rancaekek dan Dayeuhkolot kebanjiran sehingga menyebabkan arus
transportasi terhambat. Kejadian banjir di Rancaekek mulai pada malam minggu, tanggal 20
April lalu. Sedangkan di Dayeuhkolot, banjir terjadi pada hari senin 22 April. Ketinggian air yang
mencapai ban tronton (sekitar 80 cm) menyebabkan arus transportasi menjadi macet sehingga
harus dialihkan mencari jalur alternatif.

Curah hujan yang tinggi diduga sebagai faktor pemicu terjadinya banjir. Akhir-akhir ini daerah
Bandung memang diguyur hujan tiap hari sehingga akan menyebabkan terjadinya kenaikan
volume air permukaan (run off) di daerah ini.

Dalam cakupan pembicaraan yang luas, kita bisa melihat banjir sebagai suatu bagian dari siklus
hidrologi, yaitu pada bagian air di permukaan bumi yang bergerak ke laut. Dalam siklus
hidrologi kita dapat melihat bahwa volume air yang mengalir di permukaan bumi dominan
ditentukan oleh tingkat curah hujan dan tingkat peresapan air kedalam tanah. Secara
sederhana bisa dirumuskan seperti ini:

Aliran Permukaan = Curah Hujan – (Resapan ke dalam tanah + Penguapan ke udara)

Air hujan sampai di permukaan bumi dan mengalir di permukaan bumi, bergerak menuju ke
laut dengan membentuk alur-alur sungai. Alur-alur sungai ini dimulai di daerah yang tertinggi di
suatu kawasan, bisa daerah pegunungan, gunung atau perbukitan dan berakhir di tepi pantai
ketika aliran air masuk ke laut.

Secara sederhana, segmen aliran sungai itu dapat kita bedakan menjadi daerah hulu, tengah
dan hilir.

1. Daerah hulu: terdapat di daerah pegunungan, gunung atau perbukitan. Lembah sungai
sempit dan potongan melintangnya berbentuk huruf “V”. Di dalam alur sungai banyak
batu yang berukuran besar (bongkah) dari runtuhan tebing dan aliran air sungai
mengalir di sela-sela batu-batu tersebut. Air sungai relatif sedikit. Tebing sungai sangat
tinggi. Terjadi erosi pada arah vertikal yang dominan oleh aliran air sungai.
2. Daerah tengah: umumnya merupakan daerah kaki pegunungan, kaki gunung atau kaki
bukit. Alur sungai melebar dan potongan melintangnya berbentuk huruf “U”. Tebing
sungai tinggi. Terjadi erosi pada arah horizontal, mengerosi batuan induk. Dasar alur
sungai melebar dan di dasar alur sungai terdapat endapan sungai yang berukuran butir
kasar. Bila debit air meningkat, aliran air dapat naik dan menutupi endapan sungai yang
di dalam alur, tetapi air sungai tidak melewati tebing sungai dan keluar dari alur sungai.
3. Daerah hilir: umumnya merupakan daerah dataran. Alur sungai lebar dan bisa sangat
lebar dengan tebing sungai yang relatif sangat rendah dibandingkan lebar alur. Alur
sungai dapat berkelok-kelok seperti huruf “S” yang dikenal sebagai “meander”. Di kiri
dan kanan alur terdapat dataran yang secara teratur akan tergenang oleh air sungai
yang meluap, sehingga dikenal sebagai “dataran banjir”. Di segmen ini terjadi
pengendapan di kiri dan kanan alur sungai pada saat banjir yang menghasilkan dataran
banjir. Terjadi erosi horizontal yang mengerosi endapan sungai itu sendiri yang
diendapkan sebelumnya.

Dari karakter segmen-segmen aliran sungai itu, maka dapat dikatakan bahwa :

1. Banjir merupakan bagian proses pembentukan daratan oleh aliran sungai. Dengan
banjir, sedimen diendapkan di atas daratan. Bila muatan sedimen sangat banyak, maka
pembentukan daratan juga terjadi di laut di depan muara sungai yang dikenal sebagai
“delta sungai.”
2. Banjir yang meluas hanya terjadi di daerah hilir dari suatu aliran dan melanda dataran di
kiri dan kanan aliran sungai. Di daerah tengah, banjir hanya terjadi di dalam alur sungai.

Untuk banjir yang secara langsung berkaitan dengan aliran sungai, secara sederhana dapat kita
katakan bahwa manusia dapat terkena banjir karena:

1. Tinggal di dataran banjir. Secara alamiah, dataran banjir memang tidak setiap saat
dilanda banjir. Ada banjir tahunan, 5 tahunan, 10 tahunan, 25 tahunan, 50 tahunan atau
bahkan 100 tahunan. Interval tersebut tidak mesti sama untuk setiap sungai dan hanya
dapat diketahui bila dilakukan pengamatan jangka panjang. Hal ini yang kadang tidak
disadari oleh manusia ketika memilih lokasi pemukiman.
2. Tinggal di dalam alur sungai di segmen tengah. Karena banjir kadang-kadang terjadi,
maka kesalahan ini juga sering tidak disadari.

Analisis Banjir di Rancaekek

Jalan raya Rancaekek (Bandung-Garut), dilewati oleh sungai Cikeruh dan Citarik yang
merupakan anak sungai dari Citarum. Sungai Cikeruh ini mengalir dari Rancaekek (Bandung) ke
Jatinangor (Sumedang). Daerah jalan raya ini merupakan derah hilir dari aliran sungai Cikeruh
terlihat dari bentuk sungainya yang seperti hurup ‘S’ (meander). Tanggul sungai lebih rendah
dibandingkan dengan alur sungai sehingga pada saat terjadi curah hujan yang tinggi
menyebabkan air dari sungai meluap dan keluar dari tanggul sungai. Dari google map bisa
terlihat bahwa daerah yang terkena banjir yaitu pada jalan raya Rancaekek merupakan daerah
yang padat pemukiman. Rumah dan bangunan umumnya tembok sehingga menyulitkan untuk
terjadinya resapan air. Curah hujan yang tinggi ditambah dengan resapan air yang rendah tentu
akan menyebabkan terjadinya banjir.

Pendangkalan sungai terjadi apabila air sungai membawa material sedimen yang melebihi
kemampuan rata-rata dari alur sungainya. Sehingga pada saat arus sungai rendah tidak mampu
lagi membawa material sedimen dan akhirnya diendapkan. Secara alami proses pendangkalan
sungai ini memang akan terjadi dan menyebabkan perluasan daratan di sepanjang daerah aliran
sungai tersebut. Namun seiring dengan berkembangnya penduduk dan pemukiman di
sepanjang DAS tersebut maka proses pendangkalannya trennya cenderung meningkat dan
cepat. Pembuangan baik sampah maupun limbah ke sungai menyebabkan proses percepatan
dari pendangkalan sungai tersebut. Daerah Rancaekek dan sekitarnya merupakan daerah
industri tekstil. Pabrik-pabrik tekstil bertebaran baik di sepanjang jalan raya Rancaekek maupun
di sepanjang aliran sungai Cikeruh ini. Pabrik-pabrik yang berkaryawan sampai ribuan ini
menyebabkan daerah ini menjadi padat baik oleh pemukiman maupun oleh pabrik-pabrik
tersebut. Pendangkalan sungai ini menyebabkan kapasitas penyimpanan sungai menjadi
overload (berlebihan) pada saat terjadi hujan yang terus menerus.

Ke Bandung

Daerah yang terkena banjir

Jl. Raya Rancaekek


Arah Aliran S. Cikeruh Ke Garut

Penanggulangan

Daerah Rancaekek ini merupakan daerah langganan banjir karena faktor geologinya yang
merupakan daerah hilir sungai. Das Cikeruh dimana sungai Cikeruh ini mengalir termasuk
kedalam Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung. Penanganannya selain oleh pemda
kedua kabupaten tersebut juga Pemprov Jawa Barat harus turun langsung karena menyangkut
dua wilayah admistratif yang berbeda sehingga penangannya akan terkoordinasikan dengan
baik.

Secara teknis penanggulangan banjir di Rancaekek ini meliputi:

1. Pembuatan daerah resapan air dengan membuat lahan-lahan yang kosong ditanami
pepohonan sehingga mengurangi runoff.
2. Pengerukan (normalisasi) aliran sungai untuk mengurangi pendangkalan.
3. Mempertinggi tanggul sungai untuk meningkatkan kapasitas sungai.
4. Memperbanyak dan membuat sumur-sumur resapan.
5. Penyadaran terhadap masyarakat di sekitar DAS Cikeruh untuk tidak membuang sampah
atau limbah langsung ke sungai.

Jalan raya Rancaekek merupakan jalan yang vital sebagai penghubung antara Jawa bagian barat
dan Jawa bagian Tengah. Jalan ini merupakan jalur selatan dari pulau Jawa. Banjir yang sering
terjadi di daerah ini akan menghambat transportasi dan bahkan lalu lintas ekonomi di selatan
Jawa. Perlu upaya berbagai stake holder (pemangku kebijakan), pemkab dan pemprov untuk
menanggulangi banjir ini sehingga kedepan dampak banjir ini bisa dikurangi bahkan ditiadakan.

Pabrik-pabrik yang berdiri di sana perlu didorong untuk membuat CSR (Corporate social
responsibility) dengan membuat daerah-daerah resapan air dan ruang terbuka hijau yang lebih
banyak. Upaya penanggulangan ini tidak akan terasa manfaatnya dalam waktu cepat. Minimal 5
tahun kedepan dengan semakin banyaknya sumur resapan dan RTH (ruang terbuka hijau)
sebagai daerah resapan air maka banjir di Rancaekek akan berkurang bahkan tidak ada lagi.

Kesadaran pada masyarakat bahwa daerahnya merupakan daerah dataran banjir juga perlu
sehingga banjir merupakan suatu konsekuensi yang harus diterima dengan lapang dada.
Sehingga sosialisasi dan motto ‘living with flood, who are afraid’ perlu digalakan.

Nandian M Suryawiria

Researcher di UPT.BIKK Kr.Sambung, Kebumen dan Puslit Geoteknologi Bandung-LIPI

Jl. Kebumen-Karangsambung Km 19

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai