Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan “Laporan Drainase” ini. Semoga
Laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
mahasiswa dalam pendidikan perkuliahan.

Harapan kami semoga Laporan ini membantu menambah pengetahuan bagi para
pembaca. Dan kami berterima kasih atas bimbingan dari dosen pengampu yaitu Ibu Putu
Ika Wahyuni,S.T.,M.Si.,M.T. Berkat bimbingan dari beliau kami dapat menyelesaikan
Laporan ini.

Akhir kata Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang sudah mendukung
dalam penyusunan Laporan ini. Kami akui tugas ini masih banyak kekurangan serta jauh
dari sempurna karena kesempurnaan hanya milik Tuhan semata serta kekurangan
pengalaman yang kami miliki. Oleh karena itu, kami dengan senang hati akan menerima
segala kritik & saran yang membangun demi kesempurnaan Laporan ini.

Denpasar , Januari 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Drainase merupakan infrastruktur yang sangat penting bagi suatu wilayah. Secara
umum, drainase didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha untuk
mengalirkan air yang berlebihan dalam suatu konteks pemanfaatan tertentu. Sedangkan
drainase perkotaan adalah ilmu drainase yang mengkhususkan pengkajian pada kawasan
perkotaan yang erat kaitannya dengan kondisi Lingkungan Fisik dan Lingkungan Sosial
Budaya yang ada di kawasan kota tersebut. Suatu sistem drainase yang baik haruslah
mampu menampung dan mengalirkan air semaksimal mungkin, sehingga tidak akan
terjadi genangan air dan banjir saat hujan turun di suatu wilayah.

Banjir merupakan kata yang sangat populer di Indonesia, khususnya pada musim
hujan karena hampir semua kota di indonesia mengalami bencana banjir. Peristiwa ini
hampir setiap tahun terjadi berulang-ulang namun sampai saat ini belum terselesaikan
bahkan cenderung makin meningkat baik frekuensinya, luasnya, kedalamannya,
maupun durasinya.

Jika dicermati, akar permasalahan banjir di perkotaan seperti di Kota Bandung


berawal dari pertambahan penduduk yang sangat cepat akibat urbanisasi (baik migrasi
musiman maupun permanen). Pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan
penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai mengakibatkan pemanfaatan
lahan perkotaan menjadi sulit. Pemanfaatan lahan yang tidak tertib inilah yang
menyebabkan persoalan drainase di perkotaan menjadi sangat kompleks.

Seiring dengan berkembangnya infrastruktur yang ada di Kota Bandung, lahan


resapan air atau infiltrasi tanah menjadi berkurang akibat perubahan tata guna lahan
yang tersedia. Belum lagi kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam
membuang sampah yang menyebabkan saluran drainase dipenuhi oleh sampah dan juga
sedimentasi yang menyebabkan saluran tidak bekerja dengan optimal untuk
mengalirkan air hujan.

Saat ini begitu banyak saluran drainase yang keadaannya kurang terawat dan
sudah tidak mampu lagi menampung air hujan sehingga terjadi genangan. Maka saluran
drainase yang ada harus di evaluasi apakah kapasitasnya mampu menampung debit
rencana atau tidak. Oleh karena itu kami akan mengkaji salah satu daerah yang terjadi
banjir yang berada di kota Bandung, salah satunya di kawasan Pasteur, Bandung.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Penyebab banjir di Kota Bandung ?


1.2.2 Bagaimana penanggulangan banjir yang terjadi di Kota Bandung ?

1.3. Tujuan

1.3.1 Untuk mengetahui apa penyebab banjir yang terjadi di perkotaan khususnya di
kota bandung pada saat musim hujan.
1.3.2 Untuk mengetahui penanggulangan banjir yang dilakukan oleh pemerintah Kota
Bandung.

1.4. Manfaat

Manfat yang didapat adalah kita dapat mengetahui bahwa permasalahan banjir
atau permasalahan drainase yang dialami di perkotaan khususnya di kota Bandung
disebabkan oleh berbagai aspek dan tahu bagaimana cara menanggulangi banjir yang
terjadi setiap tahun.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Banjir

Banjir ialah bencana alam yang sering terjadi di banyak kota dalam skala yang
berbeda dimana air dengan jumlah yang berlebih berada di daratan yang biasanya kering.
Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian banjir adalah berair banyak
dan juga deras, kadang-kadang meluap. Hal itu dapat terjadi sebab jumlah air yang ada di
danau, sungai, ataupun daerah aliran air lainnya yang melebihi kapasitas normal akibat
adanya akumulasi air hujan atau pemampatan sehingga menjadi meluber.

Di mata masyarakat, pada umumnya pengertian banjir merupakan hal yang negatif.
Hal ini karena banjir selalu berkaitan dengan hal-hal yang merugikan sehingga dapat disebut
juga bencana alam. Banjir dapat menyebabkan kerusakan parah, khususnya pada daerah yang
padat penduduk yang berada di bantaran sungai atau daerah-daerah yang terkena banjir
periodik.

Pengertian banjir merupakan suatu peristiwa yang terjadi saat aliran air yang berlebihan
merendam suatu daratan. Meski kerusakan yang dapat akibatkan bencana banjir dapat
dihindari dengan cara pindah menjauh dari danau, sungai, atau aliran air lainnya, orang-orang
akan tetap menetap serta bekerja dekat daerah-daerah aliran air tersebut guna mencari nafkah
dan juga memanfaatkan biaya murah. Manusia masih terus menetap di wilayah yang rawan
banjir tersebut merupakan sebuah bukti bahwa nilai menetap di wilayah yang rawan banjir
lebih besar dibandingkan dengan biaya kerusakan akibat bencara banjir periodik. Untuk lebih
lengkapnya, berikut macam-macam banjir.
2.2 Macam-Macam Banjir

Terdapat macam-macam banjir yang disebabkan karena beberapa faktor, antara lain :

1. Banjir Air

Banjir air merupakan banjir yang sering terjadi. Penyebab banjir air dikarenakan
meluapnya air di danau, sungai, selokan, atau aliran air yang lainnya sehingga
menyebabkan air tersebut naik dan menggenangi daratan. Biasanya banjir air
disebabkan karena hujan yang terjadi secara terus-menerus sehingga mengakibatkan
aliran air tersebut tidak dapat menampung air yang berlebih.

2. Banjir Bandang

Pengertian banjir bandang merupakan banjir yang mengangkut air dan juga lumpur.
Banjir bandang tersebut sangatlah berbahaya dibandingkan dengan banjir air biasa, hal
ini karena akan sulit untuk menyelamatkan diri. Banjir bandang dapat menghanyutkan
benda-benda dan memiliki daya rusak yang tinggi. Banjir bandang pada umumnya
terjadi di area pegunungan yang tanah pegunungan tersebut seolah longsor karena
adanya air hujan yang ikut terbawa air ke daratan yang lebih rendah. Biasanya banjir
tersebut dapat menghanyutkan pohon yang berukuran besar sehingga dapat merusak
pemukiman warga yang terkena banjir bandang tersebut.

3. Banjir Lumpur

Banjir lumpur merupakan banjir yang mirip banjir bandang namun lumpur tersebut
keluar dari dalam bumi sehingga dapat menggenangi daratan. Lumpur tersebut
terkadang memiliki kandungan bahan serta gas kimia berbahaya.
4. Banjir Rob (Laut Pasang)

Pengertian banjir rob merupakan banjir yang disebabkan karena pasang air laut. Banjir
rob pada umumnya melanda kota muara baru di jakarta. Pasang air laut pada
umumnya akan menahan air sungai yang menumpuk, hingga dapat menjebol sebuah
tanggul dan menggenangi daratan.

5. Banjir Cileunang

Banjir cileunang merupakan salah satu macam-macam banjir. Pengertian banjir


cileunang ialah suatu banjir yang mirip dengan banjir air akan tetapi banjir tersebut
dikarenakan hujan yang sangatlah deras dan mempunyai debit air yang banyak.
Terjadinya banjir ini sangatlah cepat, hal ini karena hujan yang terjadi sangatlah deras
sehingga dapat terjadi dalam waktu cepat.

6. Banjir Lahar

Pengertian banjir lahar adalah banjir yang disebabkan karena lahar gunung berapi
masih aktif saat yang meletus atau mengalami erupsi. Dari proses erupsi tersebut,
gunung akan mengeluarkan lahar dingin yang dapat menyebar ke lingkungan di
sekitarnya. Air yang ada dalam sungai atau danau dapat mengalami pendangkalan
sehingga berdampak terkena banjir.

2.3 Penyebab Utama Terjadinya Banjir


1. Akibat Curah Hujan

Penyebab utama banjir memang berasal dari curah hujan yang tinggi yang
dapat mempengaruhi terjadinya banjir, Jika hujan besar turun terus menerus tentu air
tidak akan langsung masuk ke saluran pembuangan air, melainkan air yang turun akan
menjadi genangan. Dan genangan air tersebut lama-lama akan semakin menumpuk
dan menjadi banjir, juga tentunya akan merusak aspal dan jalanan yang terkikis oleh
air terlalu lama. Tetapi semua itu tergantung dengan penampungan dan drainase di
lokasi tersebut, jika drainase dan penampungan air tidak tidak lancar berarti
penampungan tersebut tidak dirawat secara teratur sehingga membuat air hujan
tersumbat tidak lancar dan akan menjadi penumpukan dan genangan besar yang jadi
penyebab banjir.

Penyebab lainnya juga dapat karena air sungai yang meluap, karena tidak lancar
saluran pembuangan air sehingga menyebabkan air sungai tidak mengalir dengan baik
dan menjadi meluap keluar. Saluran air tidak lancar karena saluran tersebut tersumbat
oleh sampah-sampah, sehingga bila curah hujan cukup tinggi dan dalam jangka waktu
yang lama, seringkali menyebabkan banjir akibat luapan air sungai akibat ke tidak
pedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan.

2. Akibat Penebangan Hutan

Penebangan hutan secara liar tanpa memikirkan dampak akibat kerusakan


hutan dapat menyebabkan banjir. Hutan pada dasarnya berfungsi sebagai daerah
resapan air, menyimpan air hujan kemudian mengalirkan kepada manusia melalui
bentuk air tanah. Bila hutan terus ditebangi secara liar akan menimbulkan banjir bagi
kawasan daerah tersebut, dengan banjir yang terus terjadi dengan skala besar maka ada
kemungkin menyebabkan tanah longsor.

Jadi sudah seharusnya semua orang menjaga lingkungan agar tidak menghadirkan
bencana bagi banyak orang dan diri sendiri tentunya. Memulai dari hal kecil yang
paling sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan, membersihkan
lingkungan tempat tinggal, dengan melakukan hal-hal tersebut sudah cukup membantu
lingkungan agar tidak terjadi banjir, menjauhkan diri dari musibah dan tetap menjaga
kesehatan dari penyakit yang mudah timbul dan menular bila terjadi musibah banjir.
3. Banjir Karena Salah Konstruksi Drainase

Posted by: fadlyfauzie on: Maret 29, 2012

Banjir dalam kasus ini adalah disebabkan oleh kesalahan system dan
konstruksi drainase. Pembuatan saluran drainase yang salah dan tidak teratur akan
memperbesar peluang banjir.

Saluran drainse dikatakan bermasalah ketika tidak mampu mengakomodir debit ketika
banjir. Banyak factor yang menyebabkan konstruksi drainase tidak memenuhi criteria
aman. Pertumbuhan kota dan perkembangan industry menimbulkan dampak yang
cukup besar pada siklus hidrologi sehingga berpengaruh besar terhadap system
drainasi. Sebagai contoh ada perkembangan beberapa kawasan hunian yang disinyalir
sebagai penyebab banjir dan genangan di lingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan
karena perkembangan urbanisasi, menyebabkan perubahan tata guna lahan, sedangkan
siklus hidrologi sangat dipengaruhi oleh tata guna lahan. Oleh karena itu setiap
perkembangan kota atau wilayah harus diikuti dengan perbaikan system drainase,
tidak cukup hanya pada lokasi yang dikembangkan, melainkan harus meliputi daerah
sekitarnya juga.

Jaringan drainase perkotaan meliputi seluruh alur air, baik alur alam maupun alur
buatan yang hulunya terletak di kota dan bermuara di sungai yang melewati kota
tersebut.

Analisis hidrologi diperlukan untuk perencanan drainase maupun jembatan yang


melintas ungai atau saluran. Perencanaan fasilitas transportasi bukan satu-satunya
kegiatan yang harus mempertimbangkan kelancaran air akibat hujan. Setiap kegiatan
yang melibatkan lahan sebagai objek, seperti perumhan, perkantoran, dan industri
harus mempertimbangkan aliran air hujan. Pengembangan lahan biasanya diikuti
penambahan lapisan kedap air yang berakibat pada peningkatan laju dan volume aliran
permukaan.

Pada beberapa lokasi pengembangan lahan, dimana penambahan lapisan kedap air
besar, pembangunan kolam penahan mungkin diperlukan untuk mengontrol kenaikan
aliran permukaan. Besarnya beban aliran yang diterima oleh sungai-sungai pada
musim penghujan menyebabkan sering terjadinya banjir akibat luapan air sungai.
Banjir juga umumnya disebabkan oleh kurangnya daerah resapan air dan daerah
retensi, seperti rawa dan tambak yang direklamasi menjadi kawasan pemukiman dan
industri. Selama ini disetiap musim hujan selalu timbul masalah banjir yang
meresahkan masyarakat di sepanjang saluran drainase. Pemanfaatan tanggul dan
bantaran sungai oleh masyarakat setempat menjadi daerah hunian dengan membangun
rumah-rumah permanen/semi permanen berdampak terjadinya hambatan aliran dan
berkurangnya kapasitas tampung saluran drainase itu sendiri. Berdasarkan kondisi
tersebut diatas, maka dipandang perlu untuk melakukan suatu perencanaan normalisasi
sungai yang berdasarkan pada prinsip partisipatif dengan kesepakatan dari pihak yang
terkait sehingga pengendalian daya rusak air yang terjadi dapat dilaksanakan bersama.

Untuk mengatur permasalahan infrastruktur tersebut, diperlukan system drainase yang


berwawasan lingkungan, dengan prinsip dasar mengendalikan kelebihan air
permukaan sehingga dapat dialirkan secara terkendali dan lebih banyak memiliki
kesempatan untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini dimaksudkan agar konservasi air
tanah dapat berlangsung dengan baik dan dimensi struktur bangunan sarana drainase
dapat lebih efisien. Untuk dapat memadukan berbagai tingkat kepentingan, maka perlu
diupayakan adanya koordinasi antara instansi atau lembaga yang terkait dengan
masyarakat.

Peran serta masyarakat dilakukan dengan pendekatan partisipasif dengan melibatkan


seluruh masyarakat yang ada dalam pembangunan system drainase. Di samping itu
peraturan yang menjangkau perilaku masyarakat harus berjalan dengan baik dan
konsekuen, serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memelihara sistem
drainase, meningkatkan rasa memiliki dan eningkatkan sifat peduli terhadap
lingkungan. Untuk itu mulai sekarang segala kebijakan publik harus elibatkan
masyarakat baik itu yang berupa pembangunan fisik maupun non fisik, sejak
awal unculnya ide pembangunan infrastruktur sampai dengan pengoperasiannya.

menjaga kelestarian saluran drainasi dari pendangkalan dan sampah

Suatu drainase dikategorikan gagal ketika :

Tidak dapat mengeringkan/melimpaskan air secara cepat, sehingga menimbulkan


luapan dan genangan yang berlebihan (banjir) saat debit banjir. Dengan banjir itu akan
menimbulkan kerusakan-kerusakan dan menghambat kegiatan masyarakat.

2.4 Dampak Banjir


Setiap bencana alam pasti menimbulkan kerugian dan dampak di wilayah yang terkena
bencana tersebut, begitu pula dengan banjir. Berikut beberapa akibat banjir dan cara
mengurangi banjir.

Akibat Banjir :

1. Menyebarnya berbagai bibit-bibir penyakit.


2. Kehilangan harta benda.
3. Pertanian, tanaman, atau ladang yang rusak.
4. Menimbulkan banyak korban apabila terjadi banjir bandang.
5. Fasilitas umum, sarana dan prasarana yang menjadi rusak.
6. Jarang air karena sebelumnya sudah terkontaminasi dengan banjir.
7. Pohon-pohon yang lama terendam banjir akan mati.
8. Dampaknya dalam jangka panjang, jumlah wisatawan yang datang ke daerah
tersebut akan menurun.
9. Pemulihan kembali wilayah bencana membutuhkan waktu yang lama.
10. Mahalnya biaya untuk membangun sarana dan prasarana yang rusak akibat
banjir.
11. Terjadi kenaikan harga, hal ini karena bahan makanan yang menjadi langka.

http://woocara.blogspot.com/2016/02/pengertian-banjir-penyebab-akibat-macam-
macam.html#ixzz4UgP4Rcgk
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penyebab Banjir Di Kota Bandung

Pakar Tata Kota Institut Teknologi Bandung (ITB) Denny Zulkaidi menuturkan,
terdapat berbagai macam faktor penyebab banjir yang melanda kota Bandung. Salah satunya,
sebagaimana diwartakan Antara, yakni minimnya jumlah drainase di Kota Kembang.

Terkait penyebab banjir di Kota Bandung, yang harus diperhatikan itu adalah
bertambahnya luas kawasan terbangun, airnya melimpah tidak meresap, ruang terbuka hijau,
sumur serapan, drainase tidak memadai dan faktor teknis, seperti air hujan harusnya masuk ke
drainase tapi malah ke badan jalan. Pemerintah Kota Bandung saat ini harus menghitung
ulang kebutuhan akan drainase, rencana perbaikan dan pengadaan drainase di Bandung
terakhir kali dilakukan pada 1980-an.

Ada solusi jangka pendek dan panjang yang bisa dilakukan Pemerintah Kota Bandung
untuk mengatasi permasalahan banjir. Solusi jangka pendek dengan membersihkan drainase
dari sampah dan sedimentasi. Sedangkan solusi jangka panjang, yakni memperbanyak ruang
terbuka hijau dan ruang terbuka hijau privat di setiap rumah warga. "Idealnya memang jumlah
ruang terbuka hijau yang harus dimiliki oleh Pemkot Bandung adalah 20 persen dari total luas
wilayah yang ada. Hujan berintensitas tinggi yang mengguyur Bandung, menyebabkan jalan-
jalan utama terendam banjir. Kawasan Pasteur jadi yang paling parah terdampak.

Berdasarkan laporan Antara, banjir setinggi 160 centimeter menggenangi kawasan


Pasteur, Bandung. Sedangkan di Jalan Pagarsih tinggi air mencapai 150 centimeter dan 120
centimeter di Jala Nurtanio. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan
bahwa banjir terjadi di 20 titik di Kota Bandung, yakni Jalan Pagarsih, Jalan Wastukancana,
Jalan Lodaya, Jalan Pasirkoja, Jalan A. Yani, Jalan Sukagalih, Jalan Sudirman, Jalan
Waringin (Pasar Andir), Jalan Laswi, Jalan Burangrang, Jalan Stasiun Timur, Jalan Kebon
Jati, Stasiun Bandung, Jalan Caringin, Jalan Otista dan Jalan dr. Djundjunan. Jalan Kopo,
Jalan Manado, Jalan Serayu, dan Rumah Sakit Cicendo.
3.2 Tindakan Pemerintah Terhadap Banjir Di Kota Bandung

Setelah banjir pertama Bandung yang membuat jalanan Pasteur dan sekitarnya
terendam dan membuat mobil hanyut, lalu tidak lama setelahnya dilanjutkan lagi banjir
Bandung di daerah Baleendah yang menghanyutkan lagi 2 buah mobil.

Musim hujan yang terus menerus dalam waktu yang cukup lama membuat daerah
sekitar Bandung tergenang, terlebih banyak beberapa bangunan yang sebelumnya
menghambat aliran air. Maka dari itu Ridwan Kamil juga membuat kebijakan untuk
mengadakan tindakan pembongkaran sukarela di titik-tik banjir.

Seperti dalam unggahan foto di akun Instagramnya, Ridwan Kamil dan anaknya
terlihat tengah mengecek beberapa akses atau pintu-pintu masuk gedung yang dibuat terlalu
rendah. Maka dari itu ia akan mengadakan pembongkaran masal demi membuat daerah yang
sering banjir di Bandung tak terjadi lagi. Ridwan Kamil membuat tindakan pembongkaran
sukarela di titik-titik banjir.

Banjir yang melanda Kota Bandung akibat minimnya drainase ternyata merupakan
lagu lama. Akibatnya, Walikota Bandung Ridwan Kamil membangun tol air. Tol air ini,
ternyata sudah direncanakan sejak September kemarin. Walkot Bandung yang kerap di sapa
Kang Emil ini sendirilah yang menceritakan rencana ini di akun Facebooknya.

Dalam perencanaan yang dilengkapi dengan desain dan perencanaan tersebut. Kang
Emil menulis, tol air pada perempatan Soekarno Hatta dan Gedebage sudah berfungsi. Karena
inilah, saat hujan yang mengguyur, tidak terjadi banjir di perempatan tersebut.

Kang Emil juga menceritakan bagaimana cara kerja tol air ini. "Prinsipnya ketika
volume air berlebih, air akan masuk ke kotak bawah tanah (Sump Pit). Di dalamnya ada 2
motor pompa (masing-masing 70 liter/detik) yang mengalirkan deras air ke pipa khusus 12"
secara ekspres tanpa hambatan (Tol) ke Sungai Cinambo," tulis Kang Emil pada akun
Facebooknya.

Tol air ini niatnya juga akan diterapkan di seluruh wilayah rawan banjir di Kota
Kembang ini. Sehingga, tak akan ada lagi banjir yang menghanyutkan sebuah mobil. Semoga
rencana ini cepat terealisasi, ya.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

a. Penyebab banjir yang melanda kota Bandung, salah satunya karena minimnya
jumlah drainase di Kota Kembang. Terkait penyebab banjir di Kota Bandung,
adalah bertambahnya luas kawasan terbangun, airnya melimpah tidak meresap,
ruang terbuka hijau, sumur serapan, drainase tidak yang memadai dan faktor
teknis, seperti air hujan harusnya masuk ke drainase tapi malah ke badan jalan.
Seperti banjir yang menggenangi kawasan Pasteur setinggi 160 centimeter,
Bandung, di Jalan Pagarsih tinggi air mencapai 150 centimeter dan 120 centimeter
di Jala Nurtanio. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan
bahwa banjir terjadi di 20 titik di Kota Bandung, yakni Jalan Pagarsih, Jalan
Wastukancana, Jalan Lodaya, Jalan Pasirkoja, Jalan A. Yani, Jalan Sukagalih,
Jalan Sudirman, Jalan Waringin (Pasar Andir), Jalan Laswi, Jalan Burangrang,
Jalan Stasiun Timur, Jalan Kebon Jati, Stasiun Bandung, Jalan Caringin, Jalan
Otista dan Jalan dr. Djundjunan. Jalan Kopo, Jalan Manado, Jalan Serayu, dan
Rumah Sakit Cicendo.

b. Banjir yang melanda Kota Bandung akibat minimnya drainase, Walikota Bandung
Ridwan Kamil berencana membangun tol air. Tol air ini, ternyata sudah
direncanakan sejak September kemarin. Dalam perencanaan yang dilengkapi
dengan desain dan perencanaan tersebut. Ridwan Kamil menulis, tol air pada
perempatan Soekarno Hatta dan Gedebage sudah berfungsi. Karena inilah, saat
hujan yang mengguyur, tidak terjadi banjir di perempatan tersebut.

Cara kerja tol air ini pada prinsipnya ketika volume air berlebih, air akan masuk ke
kotak bawah tanah (Sump Pit). Di dalamnya ada 2 motor pompa (masing-masing
70 liter/detik) yang mengalirkan deras air ke pipa khusus 12" secara ekspres tanpa
hambatan (Tol) ke Sungai Cinambo.
Tol air ini niatnya juga akan diterapkan di seluruh wilayah rawan banjir di Kota
Kembang ini. Sehingga, tak akan ada lagi banjir yang menghanyutkan sebuah
mobil.

4.2 Saran

Dari hasil pengamatan penulis selama membuat Laporan Tugas Drainase ini, ada
beberapa saran yang penulis berikan :

Anda mungkin juga menyukai